Anda di halaman 1dari 4

Kromatografi kolom adalah merupakan pilihan yang baik jika ingin memisahkan campuran senyawa yang masih dalam

bentuk ekstrak. Alasannya adalah lebih murah dan tidak memakan waktu yang lama. Hasil dari pemisahan menggunakan kolom kromatografi ini bisa berupa fraksi-fraksi yang masih berupa campuran, dan bisa juga menghasilkan senyawa yang telah murni. Kadang kala hanya dengan menggunakan kolom kromatografi, target pemisahan campuran telah berhasil dilakukan tapi akan mengalami kesulitan jika campuran yang akan dipisahkan itu jumlahnya sedikit, karena ada kecenderungan campuran tersebut akan tertinggal pada fase diam (Ismiarni, 2010).

Kromatografi kolom merupakan yang tetua dari cara kromatografi yang banyak itu dan seperti yang dipraktekkan secara tradisional merupakan bentuk kromatografi cair. Fase diam, baik bahan yang jerap (kcp) atau film zat cair pada penyangga (kcc), ditempatkan di dalam tabung kaca berbentuk silinder, pada bagian bawah tertutup dengan ketup atau keran, dan fase gerak dibiarkan mengalir ke bawah melaluinya karena gaya berat Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa rapa sifat fisiknyasifat fisika umum dari molekuli molekul. Sifat utama yang terlibat langsung ialah: (1) kecendrungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorpsi penyerapan), (2) kecendrungan molekul untuk melarut dalam cairan (klerutan), dan (3) kecendrungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap (keatisirian). Pada sistem kromatografi, campuran yang akan dipisahkan ditempatkan dalam keadaan demikian rupa sehingga kaomponen-komponennya harus menunjukkan dua dari ketiga sifat tersebut (Gritter,1991:1).

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada dasarnya sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pada cara melakukannya. Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahnya, yakni diguankannya lapisan tipis adsorben halus yang tersangga pada papan kaca, aluminium atau plastik sebagai pengganti kertas. Lapisan tipis adsorben ini pada proses pemisahan berlaku sebagai fasa diam. (Soebagio, 2000:85)

Dalam kromatografi lapis tipis maupun kertas sedikit bahan di taruh pada daerah terbatas di dekat ujung selembar kertas saring atau lapis tipis, dan suatu pelaruting atau lapis tipis, dan suatu pelarut dibiarkan berdifusi dari ujung kertaas atau lapis tipis oleh kerja kapiler; pada kondisi yang sesuai setelah beberapa waktu, campuran akan dijumpai telah berpindah dari penotolan tadi da telah terpisah seluruhnya atau sebagian menjadi komponen-komponennya sebagai zona yang jelas. Zona-zona dalam bentuk noda-noda atau pita-pita dapat ditentukan letaknya dengan penggunaan reagensia kimiayang sesuai kepada kertas itu atau oleh pendarah fluor nitra-violet. Difusi pelarut dan pemisahan yang dihasilkan menjadi noda-noda atau pita-pita kadang-kadang diberi istilah pengembangan kromatografi; istilah ini sedikti menyesatkan dan tak boleh dikelirukan bila digunakan dalam arti tersebut di atas dengan proses identifikasi berikutnya dengan mana zona-zona itu dibuat nampak jelas oleh pengolahan kertas atau lapis tipi situ dengan berbagai reagensia. (Svehla, 1979:535)

Biasanya yang sering digunakan sebagai materi pelapisnya adalah silica gel, tetapi kadangkala bubuk selulosa dan tanah diatome, kieselguhr juga dapat digunakan. Untuk fase diam hidrofilik dapat digunakan pengikat seperti semen Paris, kanji, dispersi koloid plastik, silica terhidarsi. Untuk meratakan pengikat dan zat pada pengadsorpsi digunakan suatu aplikator. Sekarang ini telah banyak tersedia kromatografi lapisan tipis siap pakai yang dapat berupa gelas kaca yang telah terlapisi, kromatotube dan sebagainya. Kadar air dalam lapisan ini harus terkendali agar didapat hasil analisis yang reprodusibel. (Khopkar, 2010:164)

Komponen-komponen utama kromatografi adalah fasa stasioner dan fasa mobil dan kromatogarfi dibagi menjadi beberapa jenis bergantung pada jenis fasa mobil dan mekanisme pemisahannya,seperti ditunjukkan pada table dibawah ini Kriteria Fase mobil Mekanisme Fase stasioner Nama Kromatografi cair, kromatografi gas kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi Kromatografi pertukaran ion, kromatografi gel Kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis, kromatografi kertas

(http://www.chem-is-try.org/ . Diakses: 14 /05/2011)

Dalam semua teknik kromatografi, zat-zat terlarut yang dipisahkan bermigrasi sepanjang kolom (atau, seperti dalam kromatografi kertas atau lapis tipis, ekivalen fisik kolom), dan tentu saja dasar pemisaha terletak dalam laju perpindahan yang berbeda untuk larutan yang berbeda. Kita boleh menganggap laju perpindahan sebuah zat terlarut sebagia hasil dari dua faktor, yang satu cendrung menggerakkan zat terlarut itu dan yang lain menahannya. Dalam proses asli tswett, kecendrungan zat-zat terlarut untuk menyerap pada fasa padat menahan pergerakan mereka, sementara kelarutannya dalam fasa cair bergerak cendrung

menggerakkan mereka. Perbedaan yang kecil antara dua zat terlarut dalam kekuatan adsorpsi dan dalam inetraksinya dengan pelarut yang bergerak menajdi dasar pemisahan bila molekulmolekul zat terlarut itu berulang kali menyebar di antara dua fasa itu ke seluruh panjang kolom (Underwood, 2002:487).

Pada identifikasi suatu kandungan tumbuhan, setelah kandungan itu diisolasi dan dimurnikan, pertama-tama yang harus kita tentukan dahulu golonannya, kemudian barulah ditentukan jenis senyawa dalam golongan tersebut. Sebelum itu, keserbasamaan senyawa tersebut harus diperiksa dengan cermat, artinya senyawa harus membentuk bercak tunggal dalam beberapa system KLT dan/atau KKt. Golongan senyawa biasanya dapat ditentukan dengan uji warna, penentuan kelarutan, bilangan Rf, dan ciri spektrum UV. Identifikasi lengkap dalam golongan senyawa bergantung pada pengukuran sifat atau cirri lain, yang kemudian dibandingkan dengan data dalam pustaka. (Harborne, 1987:20).

Gritter, Roy J, dkk. 1991. Pengantar Kromatografi Edisi Kedua. Bandung : ITB Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB Bandung . Ismiarni. 2010. Kromatografi (Dasar). alamlearning.blogspot.com/search/label/ chromatography. Diakses pada 25 April 2012. JR, Ray,Day dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Khopkar, S.M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang. Svehla, G. 1979. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT. Kalman Media Pusaka. http://www.chem-is-try.org/materi kimia/kimia dasar/pemurnian-material/kromatografi/ . Diakses tanggal 14 Mei 2011.

Anda mungkin juga menyukai