Anda di halaman 1dari 31

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR Makassar, 8 Februari 2001 PRO JUSTITIA Visum

et Repertum No. 03/VR/2001 Tembusan Kepada Yth. JAKSA AGUNG Saya yang bertanda tangan di bawah ini dokter Gatot S. Lawrence, MSc, SpPA dari Bagian llmu Kedokteran Kehakiman Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, menerangkan bahwa berhubung dengan surat permintaan Visum et Repertum dari Kepolisian Resort Kota Pare Pare yang ditandatangani oleh Ajun Komisaris Besar Polisi Drs. Herbudi Cahyo Husodo, NRP. 56040681, tertanggal dua puluh tujuh Januari tahun dua ribu satu No. B/47/I/2001/Serse. Saya pada tanggal dua puluh Sembilan Januari dua ribu satu mulai pukul sepuluh tiga puluh menit sampai pukul tiga belas lima menit dibantu dokter muda Hasriyanto, dokter muda Ika Yustisia, doktermuda Nurbaya Syam, dokter muda Irmayani, dokter muda Arnoldus Tiniap, dokter muda Aryanto Arief, telah melakukan bedah mayat atas satu mayat perempuan yang ditunjuk oleh polisi, dimana mayat tanpa segel ini adalah salah satu dari dua mayat yang terdapat dalam ruangan bedah mayat tersebut.-------------Penunjukan ini sesuai dengan surat permintaan Visum et Repertum dari polisi tersebut di atas yang menerangkan bahwa mayat perempuan ini: ----------------Nama Umur Alamat Pekerjaan : Samsuara ----------------------------------------------------------------: 52 tahun --------------------------------------------------------------------: Jl. Belibis No. 28 Pare pare-----------------------------------------: Tidak diketahui-------------------------------------------------------------

Pada pemeriksaan kami dapatkan------------------------------------------------------------------I. PEMERIKSAAN LUAR--------------------------------------------------------------------------1. Mayat perempuan telah berada di atas meja bedah mayat Rumah Sakit Bhayangkara Ditutupi oleh tiga lembar sarung, pada sarung bagian atas berdasar putih dengan kotak kotak ungu, bagian bawah dengan dasar coklat ungu dan kotak kotak ungu dan yang melekat pada bagian dalam berupa sarung biru dengan kotak kotak hitam ---------------------------------------------------2. Rambut kepala warna hitam, lurus, tebal, dengan panjang dua puluh delapan sentimeter, tidak mudah dicabut. Alis mata hitam, panjang satu koma lima

sentimeter, rambut ketiak tidak ada. Serta rambut kemaluan hitam, lebat, dengan panjang enam sentimeter. ----------------------------------------------------------3. Warna kulit sawo matang, umur kira-kira lima puluh tahun, panjang badan seratus lima puluh dua sentimeter, berat badan tidak diukur, gizi baik, kira kira termasuk bangsa Indonesia. ------------------------------------------------------------------4. Kaku mayat sukar dilawan. Lebam mayat terdapat di daerah tengkuk, pinggang dan kedua punggung kaki, tidak hilang dengan penekanan, sudah terdapat tanda tanda pembusukan -------------------------------------------------------------------5. A. Mata kanan : kelopak mata tertutup, tidak ada penonjolan . Selaput bening (kornea) keruh, selaput putih mata (sklera) keruh, lensa tidak ada kelainan, selaput konjungtiva tidak ada bintik bintik perdarahan -------------------------------B. Mata kiri : Kelopak mata tertutup, tidak ada penonjolan, selaput bening mata (kornea) keruh, selaput bening mata (sklera) keruh, lensa tidak ada kelainan, selaput konjungtiva tidak ada bintik bintik perdarahan -------------------------------C. Hidung: bentuk luar tidak ada kelainan, lubang hidung dan sekat hidung tidak ada kelainan---------------------------------------------------------------------------------------6. Telinga : Daun telinga kanan dan kiri tidak ada kelainan, tidak ada keluar cairan.-----------------------------------------------------------------------------------------7. Mulut : bibir tertutup rapat, terdapat luka lecet pada sudut bibir kiri, keluar darah dari rongga mulut, lidah tidak ada kelainan, gigi geligi lengkap dan pada gigi seri pertama rahang atas kanan terdapat karies ------------------------------------------------

8.

Kemaluan : perempuan, kelentit dan vulva tidak ada kelainan. Selaput dara (hymen) sudah tidak ada, pembusukan belum ada----------------------------------------

9.

Lubang pelepasan (anus): tidak ada kelainan.----------------------------------------------

10. Luka-luka pada kulit:------------------------------------------------------------------------a. Kulit kepala :luka lecet pada pipi kanan ukuran satu koma lima kali tiga sentimeter, sudut tumpul, terdapat jembatan jaringan, luka lecet dua sentimeter dibawah kelopak mata kanan berukuran nol koma empat kali dua koma lima sentimeter, sudut tumpul, ada jembatan jaringan.---------------------b. Kulit leher: tidak ada perlukaan.-------------------------------------------------------c. Kulit dada : tidak ada perlukaan.------------------------------------------------------d. Kulit pinggang : tidak ada perlukaan.-------------------------------------------------e. Kulit perut: tidak ada perlukaan.------------------------------------------------------f. Kulit anggota gerak : luka lecet pada tungkai bawah kiri dengan ukuran nol koma tujuh kali nol koma satu dan ukuran nol koma tiga kali nol koma satu dengan jarak sepuluh koma lima dari tempurung lutut kaki-----------------------11. Tulang-tulang : tidak ada patah tulang.--------------------------------------------------II. PEMERIKSAAN DALAM---------------------------------------------------------------------12. Jaringan lemak di bawah kulit dada satu koma dua sentimeter. Jaringan lemak di bawah kulit perut satu koma delapan sentimeter. Tulang dada tidak ada patah tulang,Tulang rawan iga tidak ada patah tulang.----------------------------------------13. Kantung jantung (perikardium) : bagian yang tidak ditutupi paru-paru pada bagian atas dua sentimeter, dan bagian bawah Sembilan sentimeter, kantung jantung tidak ada perlengketan, berisi cairan merah jernih berjumlah enam mililiter.-----------------------------------------------------------------------------------------14. Jantung : ukuran empat belas kali lima belas kali tiga sentimeter,berwarna merah kecoklatan, berat empat ratus delapan puluh lima gram, perbaan kenyal, tebal otot bilik kanan nol koma lima sentimeter, tebal otot bilik kiri dua sentimter, pada dinding nadi aorta dua sentimeter dari pangkal aorta terdapat perkapuran, plak sklerosis dan penebalan---------------------------------------------------------------Mikroskopis : Tidak ada kelainan yang berarti pada jaringan otot jantung---------15. Lidah : tidak ada kelainan. -------------------------------------------------------------------

16. a. Paru kanan : berukuran dua puluh dua kali lima belas kali empat sentimter dengan berat lima ratus Sembilan puluh lima gram,warna merah kehitaman spons, perabaan kenyal, terdapat bintik bintik antrakosis.--------------------------Mikroskopis : Tidak ada kelainan yang berarti. ------------------------------------------b. Paru kiri : berukuran dua puluh dua kali enam belas kali tiga koma lima sentimeter dengan berat empat ratus lima puluh lima gram, warna merah kehitaman,perabaan kenyal permukaan rata, terdadapat bintik bintik antrakosis-------------------------------------------------------------------------------------Mikroskopis : Tidak ada kelainan yang berarti -----------------------------------------17. Hati : warna merah kehitaman, berat seribu dua ratus lima puluh gram, ukuran dua puluh enam kali tujuh belas kali enam sentimeter permukaan rata, konsistensi kenyal, pinggiran tumpul. ---------------------------------------------------Mikroskopis : Tidak ada kelainan yang berarti. ----------------------------------------18. Limpa : warna merah kehitaman dengan ukuran sebelas koma lima sentimeter kali delapan koma lima kali dua sentimeter, berat seratus sepuluh gram, permukaan rata perabaan kenyal.----------------------------------------------------------Mikroskopis : Tidak ada kelainan yang berarti. -------------------------------------------19. Lambung : berisi gas pembusukan -------------------------------------------------------20. Usus dua belas jari : berisi gas pembusukan --------------------------------------------21. Usus besar : berisi gas pembusukan --------------------------------------------------------22. a. Ginjal kanan : warna merah kecoklatan, berat tujuh puluh lima gram, ukuran sepuluh kali lima kali satu koma lima sentimeter, perabaan kenyal, permukaan berbenjol --------------------------------------------------------------------------------------Mikroskopis : Tidak ada kelainan yang berarti. -----------------------------------------b. Ginjal kiri : warna merah kecoklatan, berat delapan puluh gram, ukuran sepuluh koma lima kali empat kali satu koma lima sentimeter, perabaan kenyal, permukaan berbenjol------------------------------------------------------------------------Mikroskopis : tidak ada kelainan yang berarti-------------------------------------------23. Tulang-tulang : a. tulang leher, tulang punggung, tulang pinggang, tulang kelangkang, tulang

ekor : tidak ada patah tulang.-----------------------------------------------------------

b. Tulang tulang ekstremitas, tulang panggul dan tulang bahu : tidak ada patah tulang.------------------------------------------------------------------------------c. Tulang tengkorak tidak ada patah tulang----------------------------------------------24. Pada kulit kepala bagian dalam terdapat resapan darah pada jaringan kulit------25. Selaput otak keras terdapat bekuan darah di daerah parietal kanan sebanyak kurang lebih sepuluh cc, bekuan darah yang mengisi alur otak (girus) pada daerah occipital kanan dan temporal kanan dan kiri.-----------------------------------26. Otak besar: ukuran dua puluh tiga kali dua puluh dua kali empat koma lima sentimeter, berat seribu tujuh puluh gram, bagian kanan dan kiri otak simetris tidak ada kelainan, alur otak menyempit, penampang tidak ada kelainan. --------27. Otak kecil : ukuran Sembilan kali tiga belas kali tiga sentimeter, berat seratus empat puluh gram, perdarahan tidak ada, penampang tidak ada kelainan.--------28. Toksikologi: tidak dilakukan pemeriksaan-----------------------------------------------III. RINGKASAN----------------------------------------------------------------------------------Telah dilakukan bedah mayat tanggal dua puluh Sembilan Januari mulai pukul sepuluh tiga puluh menit sampai pukul tiga belas lewat lima menit dikamar bedah mayat.Mayat perempuan yang menurut polisi bernama Samsuara, umur lima puluh dua tahun, pekerjaan tidak di ketahui, alamat Jl. Belibis No. 28 Parepare--------------------------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan luar didapatkan kaku mayat sukar dilawan. Lebam mayat terdapat di daerah tengkuk, pinggang dan kedua punggung kaki, tidak hilang dengan penekanan, sudah terdapat tanda tanda pembusukan. Mata , selaput bening (kornea) keruh, selaput putih mata (sklera) keruh, lensa tidak ada kelainan, selaput konjungtiva tidak ada bintik bintik perdarahan. Mulut, bibir tertutup rapat, terdapat luka lecet pada sudut bibir kiri, keluar darah dari rongga mulut, lidah tidak ada kelainan, gigi geligi lengkap dan pada gigi seri pertama rahang atas kanan terdapat karies. Luka lecet pada pipi kanan ukuran satu koma lima kali tiga sentimeter, sudut tumpul, terdapat jembatan jaringan. Luka lecet dua sentimeter dibawah kelopak mata kanan berukuran nol koma empat kali dua koma lima sentimeter, sudut tumpul, ada jembatan jaringan. luka lecet pada tungkai bawah kiri dengan ukuran nol koma tujuh kali nol koma satu 5

dan ukuran nol koma tiga kali nol koma satu dengan jarak sepuluh koma lima dari tempurung lutut kaki.---------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan dalam ditemukan kantung jantung (perikardium) bagian yang tidak ditutupi paru-paru pada bagian atas dua sentimeter, dan bagian bawah sembilan sentimeter, kantung jantung tidak ada perlengketan, berisi cairan merah jernih berjumlah enam mililiter. Jantung, ukuran empat belas kali lima belas kali tiga sentimeter,berwarna merah kecoklatan, berat empat ratus delapan puluh lima gram, perbaan kenyal, tebal otot bilik kanan nol koma lima sentimeter, tebal otot bilik kiri dua sentimter, pada dinding nadi aorta dua sentimeter dari pangkal aorta terdapat perkapuran, plak sklerosis dan penebalan. Paru kanan berukuran dua puluh dua kali lima belas kali empat sentimter dengan berat lima ratus Sembilan puluh lima gram,warna merah kehitaman spons, perabaan kenyal, terdapat bintik bintik antrakosis, mikroskopis tidak ada kelainan yang berarti. Paru kiri berukuran dua puluh dua kali enam belas kali tiga koma lima sentimeter dengan berat empat ratus lima puluh lima gram, warna merah kehitaman,perabaan kenyal permukaan rata, terdadapat bintik bintik antrakosis,mikroskopis tidak ada kelainan yang berarti. Hati warna merah kehitaman, berat seribu dua ratus lima puluh gram, ukuran dua puluh enam kali tujuh belas kali enam sentimeter permukaan rata, konsistensi kenyal, pinggiran tumpul, mikroskopis tidak ada kelainan yang berarti. Limpa warna merah kehitaman dengan ukuran sebelas koma lima sentimeter kali delapan koma lima kali dua sentimeter, berat seratus sepuluh gram, permukaan rata perabaan kenyal, mikroskopis tidak ada kelainan yang berarti. Lambung, usus dan usus dua belas jari berisi gas pembusukan. Ginjal kanan warna merah kecoklatan, berat tujuh puluh lima gram, ukuran sepuluh kali lima kali satu koma lima sentimeter, perabaan kenyal, permukaan berbenjol, mikroskopis tidak ada kelainan yang berarti. Ginjal kiri warna merah kecoklatan, berat delapan puluh gram, ukuran sepuluh koma lima kali empat kali satu koma lima sentimeter, perabaan kenyal, permukaan berbenjol, mikroskopis tidak ada kelainan yang berarti. Pada kulit kepala bagian dalam terdapat resapan darah pada jaringan kulit. Selaput otak keras terdapat bekuan darah di daerah parietal 6

kanan sebanyak kurang lebih sepuluh cc, bekuan darah yang mengisi alur otak (girus) pada daerah occipital kanan dan temporal kanan dan kiri. Otak besar ukuran dua puluh tiga kali dua puluh dua kali empat koma lima sentimeter, berat seribu tujuh puluh gram, bagian kanan dan kiri otak simetris tidak ada kelainan, alur otak menyempit, penampang tidak ada kelainan.Otak kecil ukuran Sembilan kali tiga belas kali tiga sentimeter, berat seratus empat puluh gram, perdarahan tidak ada, penampang tidak ada kelainan----------------------------------IV. KESIMPULAN---------------------------------------------------------------------------------Menurut surat permintaan Visum et Repertum dari Kepolisian Resort Kota Pare Pare yang ditandatangani oleh Ajun Komisaris Besar Polisi Drs. Herbudi Cahyo Husodo, NRP. 56040681, tertanggal dua puluh tujuh Januari tahun dua ribu satu No. B/47/I/2001/Serse. Telah dilakukan bedah mayat atas nama Samsuara, umur lima puluh dua tahun pekerjaan tidak diketahui, alamat Jl. Belibis No. 28 Pare-Pare-------------------------------------------------------------------Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, kami berkesimpulan bahwa korban meninggal akibat kegagalan pernapasan yang disebabkan karena adanya penekanan pusat pernapasan. ------------------------------------------------------V. PENUTUP---------------------------------------------------------------------------------------Demikian Visum et Repertum ini dibuat dengan menguraikan sejujurjujurnya dan dengan menggunakan pengetahuan sebaik-baiknya serta mengingat sumpah pada saat menerima jabatan sebagai dokter------------------------------------

Dokter yang memeriksa,

dr. Gatot S. Lawrence, MSc,SpPA

A. RESUME KASUS PRO JUSTITIA VISUM et REPERTUM No. No.03/VR/2001 Tembusan Kepada Yth. JAKSA AGUNG A. Surat Permintaan Visum surat permintaan Visum et Repertum dari Kepolisian Resor Kota Pare pare yang ditandantangani oleh Ajum Komisaris Besar Polisi Drs. Herbudi Cahyo Husodo, NRP. 5604068, tertanggal dua puluh tujuh Januari dua ribu satu No. B/47/I/2001/Serse. B. Tim Kedokteran Forensik Dipimpin oleh dr. Gatot S. Lawrence, M.Sc, SpPA dibantu oleh dokter muda Hasriyanto, Ika Yustisia, Nurbaya Syam, Irmayani, Arnoldus Tiniap dan Ariyanto Arief C. Waktu dan tempat pemeriksaan bedah mayat (otopsi) pada tanggal dua puluh Sembilan Januari dua ribu satu, mulai pukul sepuluh tiga puluih menit sampai pukul tiga belas lima menit waktu Indonesia bagian tengah, di kamar bedah mayat Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. D. Identitas korban mayat perempuan ini yang menurut keterangan polisi bernama Samsuara, umur lima puluh dua tahun, alamat Jl. Belibis No. 28 Pare pare, pekerjaan Tidak diketahui. E. Keterangan Pemeriksaan Pemeriksaan Luar Kaku mayat sukar dilawan. Lebam mayat terdapat di daerah tengkuk, pinggang dan kedua punggung kaki, tidak hilang dengan penekanan, sudah terdapat tanda tanda pembusukan. Mata kanan dan kiri: kelopak mata tertutup, tidak ada penonjolan . Selaput bening (kornea) keruh, selaput putih mata (sklera) keruh, lensa tidak ada kelainan, selaput konjungtiva tidak ada bintik bintik perdarahan. Hidung: bentuk luar tidak ada kelainan, lubang hidung dan sekat hidung tidak ada

kelainan. Mulut : bibir tertutup rapat, terdapat luka lecet pada sudut bibir kiri, keluar darah dari rongga mulut, lidah tidak ada kelainan. Lubang pelepasan (anus): tidak ada kelainan Luka-luka pada kulit: Kulit kepala :luka lecet pada pipi kanan ukuran satu koma lima kali tiga sentimeter, sudut tumpul, terdapat jembatan jaringan, luka lecet dua sentimeter dibawah kelopak mata kanan berukuran nol koma empat kali dua koma lima sentimeter, sudut tumpul, ada jembatan jaringan. Kulit anggota gerak : luka lecet pada tungkai bawah kiri dengan ukuran nol koma tujuh kali nol koma satu dan ukuran nol koma tiga kali nol koma satu dengan jarak sepuluh koma lima dari tempurung lutut kaki Pemeriksaan dalam Kantung jantung (perikardium) : bagian yang tidak ditutupi paru-paru pada bagian atas dua sentimeter, dan bagian bawah Sembilan sentimeter, kantung jantung tidak ada perlengketan, berisi cairan merah jernih berjumlah enam mililiter Jantung : ukuran empat belas kali lima belas kali tiga sentimeter,berwarna merah kecoklatan, berat empat ratus delapan puluh lima gram, perbaan kenyal, tebal otot bilik kanan nol koma lima sentimeter, tebal otot bilik kiri dua sentimter, pada dinding nadi aorta dua sentimeter dari pangkal aorta terdapat perkapuran, plak sklerosis dan penebalan. Mikroskopis : Tidak ada kelainan yang berarti pada jaringan otot jantung. Paru kanan : berukuran dua puluh dua kali lima belas kali empat sentimter dengan berat lima ratus Sembilan puluh lima gram,warna merah kehitaman spons, perabaan kenyal, terdapat bintik bintik antrakosis. Mikroskopis : Tidak ada kelainan yang berarti. Paru kiri : berukuran dua puluh dua kali enam belas kali tiga koma lima sentimeter dengan berat empat ratus lima puluh lima gram, warna merah kehitaman,perabaan kenyal permukaan rata, terdadapat bintik bintik antrakosis. Mikroskopis : Tidak ada kelainan yang berarti.

Hati : warna merah kehitaman, berat seribu dua ratus lima puluh gram, ukuran dua puluh enam kali tujuh belas kali enam sentimeter permukaan rata, konsistensi kenyal, pinggiran tumpul. Mikroskopis : Tidak ada kelainan yang berarti. Limpa : warna merah kehitaman dengan ukuran sebelas koma lima sentimeter kali delapan koma lima kali dua sentimeter, berat seratus sepuluh gram, permukaan rata perabaan kenyal. Mikroskopis : Tidak ada kelainan yang berarti. Lambung : berisi gas pembusukan, usus dua belas jari : berisi gas pembusukan, usus besar : berisi gas pembusukan Ginjal kanan : warna merah kecoklatan, berat tujuh puluh lima gram, ukuran sepuluh kali lima kali satu koma lima sentimeter, perabaan kenyal, permukaan berbenjol Mikroskopis : Tidak ada kelainan yang berarti. Ginjal kiri : warna merah kecoklatan, berat delapan puluh gram, ukuran sepuluh koma lima kali empat kali satu koma lima sentimeter, perabaan kenyal, permukaan berbenjol. Mikroskopis : tidak ada kelainan yang berarti. Pada kulit kepala bagian dalam terdapat resapan darah pada jaringan kulit Selaput otak keras terdapat bekuan darah di daerah parietal kanan sebanyak kurang lebih sepuluh cc, bekuan darah yang mengisi alur otak (girus) pada daerah occipital kanan dan temporal kanan dan kiri. Otak besar: ukuran dua puluh tiga kali dua puluh dua kali empat koma lima sentimeter, berat seribu tujuh puluh gram, bagian kanan dan kiri otak simetris tidak ada kelainan, alur otak menyempit, penampang tidak ada kelainan. Otak kecil : ukuran Sembilan kali tiga belas kali tiga sentimeter, berat seratus empat puluh gram, perdarahan tidak ada, penampang tidak ada kelainan.

10

B. TINJAUAN PUSTAKA LUKA AKIBAT KEKERASAN BENDA TUMPUL Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa memar (kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum).1 Kekerasan Benda Tumpul Pada Kepala 1. KULIT : L. Lecet L. Memar L. Robek 2. TENGKORAK : Fraktur Basis Cranii Fraktur Calvaria 3. OTAK : Contusio Cerebri Laceratio Cerebri Oedema Cerebri Commotio Cerebri 4. SELAPUT OTAK : Epidural Haemorrhage Sub dural Haemorrhage Sub arachnoid Haemorage.2 Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar kadangkala memberi petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya, misalnya jejas ban yang sebenarnya adalah suatu perdarahan tepi (marginal haemorrhage).1

11

Letak, bentuk dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti besarnya kekerasan, jenis benda penyebab (karet, kayu, besi), kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat longgar, jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, penyakit (hipertensi, penyakit kardio vaskular, diatesis hemoragik).1 Akibat gravitasi, lokasi hematom mungkin terletak jauh dari letak benturan, misalnya kekerasan benda tumpul pada dahi menimbulkan hematom palpebra atau kekerasan benda tumpul pada paha dengan patah tulang paha menimbulkan hematom pada sisi luar tungkai bawah.1 Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam, setelah 4 sampai 5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Perubahan warna tersebut berlangsung mulai dari tepi dan waktunya dapat bervariasi tergantung derajat dan berbagai faktor yang mempengaruhinya.1 Dari sudut pandang medikolegal, interpretasi luka memar dapat merupakan hal yang penting, apalagi bila luka memar tersebut disertai luka lecet atau laserasi. Dengan perjalanan waktu, baik pada orang hidup maupun mati, luka memar akan memberi gambaran yang makin jelas.1 Hematom antemortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian biasanya akan menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam jaringan sehingga dapat dibedakan dari lebam mayat dengan cara melakukan penyayatan kulit. Pada lebam mayat (hipos-tasis pascamati) darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat sehingga bila dialiri air, penampang sayatan akan tampak bersih, sedangkan pada hematom penampang sayatan tetap berwarna merah kehitaman. Tetapi harus diingat bahwa pada pembusukan juga terjadi ekstravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan ini.1
12

Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit. Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifi kasikan sebagai luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (graze), luka lecet tekan (impress/on, impact abrasion) dan luka lecet geser (friction abrasion).1 Luka lecet gores diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang menggores kulit) yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.1 Luka lecet serut adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.1 Luka lecet tekan disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah jaringan yang lentur, maka bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk yang khas misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan dan sebagainya.Gambaran luka lecet tekan yang ditemukan pada mayat adalah daerah kulit yang kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca mati.1 Luka lecet geser disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus gantung atau jerat serta pada korban pecut. Luka lecet geser yang terjadi semasa hidup mungkin sulit dibedakan dari luka lecet geser yang terjadi segera pasca mati.1

13

Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulit. Luka ini mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka. Kekerasan tumpul yang cukup kuat dapat menyebabkan patah tulang. Bila terdapat lebih dari satu garis patah tulang yang saling bersinggungan maka garis patah yang terjadi belakangan akan berhenti pada garis patah yang telah terjadi sebelumnya.1 Patah tulang jenis impresi terjadi akibat kekerasan benda tumpul pada tulang dengan luas persinggungan yang kecil dan dapat memberikan gambaran bentuk benda penyebabnya.1 Fraktur Calvaria Sifat atap otak terdiri dari tulang melengkung dan tebalnya kurang lebih sama, ada bagian-bagian yang lemah, yaitu : Sutura Os temporalis BENTUK FRAKTURA : Fracture Linear Fracture Compositum Fracture Berbentuk (depressed Fracture ) Ring Fracture.2

Fraktur Basis Cranii Gejala yang ditemukan keluar darah dari hidung, mulut, telinga, Brill Haematoma . Sifat basis cranii posisi kurang lebih mendatar, Terdiri dari tulangtulang yang tebalnya tidak sama, tulangnya tipis dan mudah patah, berlubang-lubang.

14

Laserasi cerebri ( robek otak ) Kerusakan jaringan otak (white and grey mater) disertai robeknya ARRACHNOID. Terdapat 2 macam : 1. Direct Laceration (Coup) 2. Countre Coup Laceration2 Tekanan positif dan negatif Tengkorak dapat dianggap sebagai kotak yang tertutup dengan tekanan dalamnya yang tidak boleh berubah-ubah. Tekanan intrakranial itu merupakan jumlah total dari tekanan volume jaringan otak, volumme cairan serebrospinal dan volume darah intrakranial. Tekanan intrakranial yang merupakan suatu konstante (hukum Monroe-Kellie) itu, pada waktu-waktu tertentu mengalami lonjakan karena peningkatan volume salah satu unsur tersebut di atas itu.3 Misalnya, pada terjadinya edema serebri, tekanan intrakranial meninggi. Dengan mengurangnya volume darah intrakranial dan cairan serebrospinal, tekanan intrakranial bisa kembali pada tekanan intrakranial yang semula. Proses yang meninggikan tekanan intrakranial dan mekanisme korektifnya, kedua-duanya memakan waktu. Pada trauma kapitis, lonjakan tekanan intrakranial terjadi dalam milidetik, sehingga mekanisme kompensasi untuk menurunkan tekanan intrakranial belum sempat bekerja. Maka, pada trauma kapitis bisa terdapat tekanan positif dan negatif setempat. Keadaan ini dijumpai pada trauma kapitis yang mengakibatkan indentasi yaitu dampak yang menjadi cekung sejenak untuk menjadi rata kembali seperti keadaan semula. Kemudian, tempat yang cekung itu bergoyang naik turun (osilasi) tiga empat kali untuk selanjutnya menjadi rata kembali seperti pada keadaan sehat semula Osilasi indentasi itu menimbulkan pada daerah di bawah tempat yang tertampar, tekanan positif yang berselingan dengan tekanan negatif. Tekanan positif mengakibatkan kompresi terhadap jaringan otak, sedangkan tekanan negatif bisa menyedot udara dari darah atau cairan serebrospinal, sehingga terjadi gelembung-

15

gelembung udara yang mengakibatkan terjadinya lubang-lubang (kavitasi) pada jaringan otak.3 Akselerasi dan de-akselerasi Gerakan cepat yang terjadi secara mendadak dinamakan akselerasi. Penghentian akselerasi secara mendadak dinamakan de-akselerasi. Pada trauma kapitis, terdapat akselerasi dan de-akselerasi kepala. Kepala yang jatuh mengalami akselerasi. Dan de-akselerasi terjadi pada waktu kepala terbanting pada tanah atau lantai.3

Gambar 1. .( dikutip dari kepustakaan 3) Otak dilihat dari samping kanan. Tampak di situ lokasi-lokasi lesi kontusio yang sering terjadi. Ketiga garis paralel menunjuk kepada kemungkinan sumasi dari tekanan positif dan negatif akibat akselerasi, de-akselerasi dan penggeseran segenap otak. Panah-panah menunjuk kepada lokasi gaya rotatorik pada bagian-bagian olak yang kurangkuat terfiksasi

16

Pada waktu akselerasi berlangsung, terjadi 2 kejadian, yaitu (1) akselerasi tengkorak ke arah dampak dan (2) penggeseran otak ke arah yang berlawanan dengan arah dampak primer. Penggeseran otak merupakan hasil akselerasi tengkorak dan kelembaman otak. Apabila akselerasi kepala disebabkan oleh pukulan pada oksiput (gambar 1), maka pada tempat di bawah dampak terdapat (a) tekanan positif akibat indentasi ditambah dengan (b) tekanan positif yang dihasilkan oleh akselerasi tengkorak ke arah dampak dan penggeseran otak ke arah yang berlawanan. Sementara itu, di seberang tempat dampak terdapat (a) tekanan negatif akibat akselerasi kepala yang ketika itu juga akan ditiadakan oleh (b) tekanan positif yang diakibatkan oleh penggeseran seluruh otak. Maka dari itu, pada trauma kapitis, dengan dampak pada oksiput, gaya kompresi di bawah dampak adalah cukup besar untuk menimbulkan lesi. Lesi tersebut bisa berupa perdarahan pada permukaan otak yang berbentuk titiktitik besar dan kecil, tanpa kerusakan pada duramater, dan dinamakan lesi kontusio. Lesi kontusio di bawah dampak disebut lesi kontusio "coup" di seberang dampak tidak terdapat gaya kompresi.3 Apabila badan jatuh ke belakang dan oksiput terdampar pada lantai, maka pada tempat dampak (seketika terjadi de-akselerasi), didapati keadaan sebagai berikut: tekanan negatif selama kepala berakselerasi dan tekanan positif seketika terjadi de-akselerasi. Sehingga pada sisi dampak itu tidak terdapat gaya kompresi. Tetapi pada tempat di seberang dampak terdapat tekanan positif akibat akselerasi kepala ditambah dengan tekanan positif akibat penggeseran otak karena kelembaman. Sumasi dari kedua tekanan positif itu bisa merupakan gaya kompresi yang destruktif, sehingga timbul lesi kontusio "contrecoup".3 Akselerasi linear dan rotatorik Akselerasi kepala dan penggeseran otak yang bersangkutan, sebagaimana dibahas di atas bersifat linear. Maka dari itu lesi-lesi yang bisa terjadi dinamakannya juga lesi kontusio "coup" dan "contrecoup".3

17

Kepala yang berada di ujung leher, tentu saja tidak selalu mengalami akselerasi linear pada waktu terdampar atau jatuh. Bahkan akselerasi yang seringkali dialami oleh kepala akibat trauma kapitis ialah akselerasi rotarik.3 Bagaimana caranya tekanan positif akibat akselerasi, deakselerasi dan penggeseran otak bersumasi, pada akselerasi rotatorik adalah sukar untuk dijelaskan secara terinci. Tetapi faktanya ialah, bahwa akibat akselerasi linear dan rotatorik terdapat lesi kontusio "coup", "contrecoup" dan "intermediate". Yang disebut lesi kontusio "intermediate" ialah lesi yang berada di antara lesi kontusio "coup" dan "contrecoup".3 Lesi kontusio sering terjadi pada tempat-tempat sebagaimana terlukis pada gambar 1. Di situ dapat dipelajari, bahwa gaya destruktif yang berkembang karena dampak, akselerasi kepala, serta penggeseran otak, menimbulkan lesi kontusio pada tempat-tempat yang tidak mempunyai fiksasi kuat dan pada tempat-tempat yang menggeresek seperti pada tepi ala magna sfenoid, krista gali, falks serebri dan tepi tentorium. Penggeseran otak pada akselerasi dan de-akselerasi linear serta rotatorik, bisa menarik dan memutuskan vena-vena yang menjembatani selaput araknoidea dan dura. Karena itu, perdarahan subdural akan timbul. Vena-vena tersebut dinamakan "bridging veins". Kebanyakan dari pembuluh darah tersebut berada di daerah sekitar fisura Sylvii dan pada kedua belah sisi sinus sagitalis superior.3 Cedera kontra lateral terjadi bila tekanan negatif yang terjadi minima! 1 ata (atmosfir absolut). Kontusio biasanya terjadi bila ada kekerasan paling tidak sebesar 250 g gaya gravitasi (1 g = 9,81 m/detik2), sedangkan komosio kira-kira 60-100 g.1 Pada cedera kepala, tulang tengkorak yang tidak terlindunq oleh kulit hanya mampu menahan benturan sampai 40 pound/inch , tetapi bila terlindung oleh kulit maka dapat menahan sampai 425.900 pound/inch2. Selain kelainan pada kulit kepala dan patah tulang tengkorak, cedera kepala dapat pula mengakibatkan perdarahan

18

dalam rongga tengkorak berupa perdarahan epidural, subdural dan subarakhnoid, kerusakan selaput otak dan jaringan otak.3 Kontusio serebri Sebagaimana telah diuraikan di atas, lesi kontusio bisa terjadi tanpa adanya dampak yang berat. yang penting untuk terjadinya lesi kontusio ialah adanya akselerasi kepala, yang seketika itu juga menimbulkan penggeseran otak serta pengembangan gaya kompresi yang destruktif. Akselerasi yang kuat berarti pula hiperekstensi kepala. Karena itu otak membentang batang otak terlampau kuat, sehingga menimbulkan blokade reversibel terhadap lintasan asendens retikularis difus. Akibat blokade itu otak tidak mendapat "input" aferen dan karena itu kesadaran hilang selama blokade reversibel berlangsung. autoregulasi pembuluh darah serebral terganggu, sehingga terdapat vasoparalisis. Tekanan darah menjadi rendah dan nadi menjadi lambat, atau menjadi cepat dan lemah. Juga karena pusat vegetatif ikut terlibat, maka rasa mual, muntah dan gangguan pernafasan bisa timbul.3 Kompresi batang otak Perdarahan, pembengkakan dan penimbunan cairan memiliki efek yang sama yang ditimbulkan oleh pertumbuhan massa dalam tengkorak. Karena tengkorak tidak dapat bertambah luas, maka peningkatan tekanan bisa merusak atau menghancurkan jaringan otak. Karena posisinya di dalam tengkorak, maka tekanan cenderung mendorong otak ke bawah. Otak sebelah atas bisa terdorong ke dalam lobang yang menghubungkan otak dengan batang otak, keadaan ini disebut herniasi. Herniasi bisa mendorong otak kecil dan batang otak melalui lubang di dasar tengkurak (foramen magnum) ke dalam medulla spinalis. Hal ini bisa berakibat fatal karena batang otak mengendalikan fungsi vital (denyut jantung dan pernapasan). Herniasi batang otak sering disertai perdarahan pada pons. Lesi ini sering terjadi pada garis tengah dan paramedian. Walaupun patogenesisnya sering menjadi perbahasan,

19

lesi ini sering mengakibatkan kekakuan pada arteri basilar yang menyebabkan nekrosis dan perdarahan.(4,5) Edema cerebri Tanda-tandanya : Permukaan gyri menjadi lebih rata Sulci menjadi lebih dangkal Otak bertambah berat Ventrikel-ventrikel mengecil Karena adanya kompresi maka terjadi bekas cetakan Foramen Magnum pada Cerebellum bagian bawah Mikroskopis terdapat timbunan cairan intra cellular,peri cellular, dan peri vascular2

Commotio cerebri (gegar otak) Gangguan fungsi otak akibat trauma kepala, tanpa dapat ditentukan kelainan anatomisnya pada otak. Gegar otak merupakan pengertian klinis dengan gejala : Pingsan : sebentar s/d 15 menit Muntah Amnesia Pusing kepala Tidak ada kelainan neurologi2 Perdarahan epidural sering terjadi pada usia dewasa sampai usia pertengahan, dan sering dijumpai pada kekerasan benda tumpul di daerah pelipis (kurang lebih 50%) dan belakang kepala (ID-15%), akibat garis patah yang melewati sulcus arteria meningea, tetapi perdarahan epidural tidak selaiu disertai patah tulang. Akibat trauma kapitis tengkorak bisa retak. Fraktur yang paling ringan, ialah fraktur linear. Jika gaya destruktifnya lebih kuat, bisa timbul fraktur yang berupa bintang (stelatum), atau

20

fraktur imprest yang dengan kepingan tulangnya menusuk ke dalam ataupun fraktur yang merobek duramater dan sekaligus melukai jaringan otak (laserasio). Pembuluh darah yang berada di bawah fraktur tulang tengkorak bisa ikut terluka sehingga menimbulkan perdarahan. Apabila tidak terjadi fraktur, pembuluh darah bisa pecah juga karena gaya kompresi yang timbul akibat dampak. Lebih-lebih jika tidak terdapat fraktur tengkorak, perdarahan epidural akan cepat menimbulkan gejalagejala. Sesuai dengan sifat dari tengkorak yang merupakan kotak tertutup, maka perdarahan epidural tanpa fraktur, menyebabkan tekanan intrakranial yang akan cepat meningkat. Jika ada fraktur, maka darah bisa keluar dan membentuk hematom subperiostal (sefalhematom) dan sifat tengkorak bagaikan kotak tertutup sudah tidak berlaku lagi. Juga tergantung pada arteri atau vena yang pecah maka penimbunan darah ekstravasal bisa terjadi secara cepat atau pelahan-lahan. Pada perdarahan epidural akibat pecahnya arteri dengan atau tanpa fraktur linear ataupun stelata, manifestasi neurologik akan terjadi beberapa jam setelah trauma kapitis. Gejala-gejala yang timbul akibat perdarahan epidural menyusun sindrom kompresi serebral traumatik akut. Gejala yang sangat menonjol ialah kesadaran yang menurun secara progresif. Pupil pada sisi perdarahan pertama-tama sempit, tetapi kemudian menjadi lebar dan tidak bereaksi terhadap penyinaran cahaya. Inilah tanda bahwa herniasi tentorial sudah menjadi kenyataan. Gejala-gejala respirasi yang bisa timbul berikutnya, mencerminkan tahap-tahap disfungsi batang otak rostrokaudal.1,3 Perdarahan subdural terjadi karena robeknya sinus, vena jembatan (bridging vein), arteri basilaris atau berasal dari perdarahan subarakhnoid. karena tarikan ketika terjadi penggeseran rotatorik pada otak. Perdarahan subdural paling sering terjadi pada permukaan lateral dan atas hemisferium dan sebagian di daerah temporal, sesuai dengan distribusi "bridging veins". Karena perdarahan subdural sering disebabkan oleh perdarahan vena, maka darah yang terkumpul berjumlah hanya 100 sampai 200 cc saja. Perdarahan vena biasanya berhenti karena tamponade hematom sendiri. Setelah 5 sampai 7 hari hematom mulai mengadakan reorganizes yang akan

21

terselesaikan dalam 10 sampai 20 hari. Darah yang diserap meninggalkan jaringan yang kaya dengan pembuluh darah. Di situ bisa timbul lagi perdarahan-perdarahan kecil, yang menimbulkan hiperosmolalitas hematom subdural dan dengan demikian bisa terulang lagi timbulnya perdarahan kecil-kecil dan pembentukan suatu kantong subdural yang penuh dengan cairan dan sisa darah (higroma).1,3 Perdarahan subarakhnoid biasanya berasal dari fokus kontusio laserasi jaringan otak. Perlu diingat bahwa perdarahan ini juga bisa terjadi spontan pada sengatan matahari (heat stroke), leukemia, tumor, keracunan CO dan penyakit infeksi tertentu.1

22

C. PEMBAHASAN 1. Pada pemeriksaan luar didapatkan, lebam mayat pada daerah tengkuk, pinggang dan kedua punggung kaki, Dalam ilmu tanatologi lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Tidak hilangnya lebam mayat pada saat itu dikarenakan telah terjadi perembesan darah akibat rusaknya pembuluh darah ke dalam jaringan di sekitar pembuluh darah tersebut. Kaku mayat sukar dilawan. Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam postmortal dan mencapai puncaknya setelah 10-12 jam post-mortal, keadaan ini akan menetap selama 12 jam dan setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang sesuai urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot-otot wajah, leher, dada, perut, dan tungkai, setelah 48 jam terjadi relaksasi kembali. Menurut Szebt -Gyorgyi di dalam pembentukan kaku mayat peranan ATP adalah sangat penting. Seperti diketahui bahwa serabut otot dibentuk dua jenis protein, yaitu aktin dan miosin, yang bersama-sama dengan ATP membentuk suatu massa yang lentur dan dapat berkontraksi. Bila kadar ATP menurun, maka akan terjadi perubahan pada aktin-miosin, dimana sifat lentur dan kemampuan untuk berkontraksi menghilang; sehingga otot yang bersangkutan akan menjadi kaku dan tidak dapat berkontraksi. Oleh karena kadar glikogen yang terdapat pada setiap otot itu berbeda beda, sehingga sewaktu terjadinya pemecahan glikogen menjadi asam laktat dan energi pada saat terjadinya kematian somatis, dimana energi tersebut digunakan untuk sintesa ATP, akan menyebabkan perbedaan ATP dalam setiap otot. Keadaan tersebut dapat menerangkan mengapa kaku mayat akan mulai tampak pada serabut otot yang jaringan otot yang jumlah serabut ototnya sedikit, keadaan ini juga yang menerangkan mengapa

23

kematian karena infeksi, konvulsi kelelahan fisik serta keadaan suhu keliling yang tinggi akan menyebabkan cepat terbentuknya kaku mayat. Terdapa tanda tanda pembusukan. Pembusukan suatu keadaan dimana bahan-bahan organik tubuh mengalami dekomposisi baik yang disebabkan oleh karena adanya aktifitas bakteri atau akibat autolisis. Autolysis adalah pelunakkan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril. Autolisis timbul akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan oleh sel pasca mati dan hanya dapat dicegah oleh pembekuan jaringan. Stelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup didalam tubuh segera masuk kejaringan. Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk bertumbuh. Sebagian besar bakteri berasal dari usus dan yang terutama adalah Clostridium welchii. Pada proses pembusukan ini terbentuk gas gas`alkana, H2S dan HCN, serta asam amino dan asam lemak. Pembusukan tampak 24 jam setelah mati berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah yang secara bertahap akan menyebar keseluruh perut dan dada, bau busukpun mulai tercium. Selanjutnya kulit ari akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan kemerahan berbau busuk. Selanjutnya pembentukan gas dalam tubuh dimulai di dalam lambung dan usus kemudian didaerah skrotum dan payudara. Selanjutnya rambut menjadi mudah dicabut dan kuku mudah terlepas. Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata, yaitu kira-kira 36-48 jam pasca kematian. Kesimpulan : Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan waktu kematian korban adalah diatas 24 jam sebelum dilakukan Autopsi. 2. Mata kanan dan kiri, kelopak mata tertutup,Penonjolan bola mata tidak ada. Selaput bening (kornea) keruh dan selaput putih (sklera) keruh. Pembahasan : Kelopak mata tidak tertutup dikarenakan pada saat kematian mata korban tidak dirapatkan sehingga telah terjadi kaku pada otot palpebra

24

superior. Pengeringan dari kornea yang akan menyebabkan kekeruhan akan tampak beberapa menit setelah kematian. Jika mata tetap dalam keadaan terbuka, kekeruhan pada kornea secara keseluruhan dan tampak jelas dalam waktu 10-20 jam setelah kematian. Tetap terbukanya mata juga akan menyebabkan perubahan pada sklera, dimana tampak sebagai daerah segi tiga yang berwarna coklat dengan alas pada tepi kornea dan puncaknya menghadap kesudut mata sebelah dalam. Perubahan pada sklera tersebut dikenal dengan nama: taches noires sclerotiques. Kekeruhan yang menyeluruh pada kornea yang terjadi 1012 jam setelah kematian tersebut tidak dapat dihilangkan dengan air, lain halnya dengan kekeruhan yang segera terjadi setelah kematian. Tekanan intraokuler akan menurun, hal ini akan menyebabkan distorsi pada teleng mata bila bola mata ditekan. Ukuran diameter pupil tidak mempunyai korelasi dengan penyebab kematian, diameter teleng mata berkisar antara 2 mm-9mm, dengan rata-rata sekitar 4-5 mm. Pada pemeriksaan dengan ophthalmoskop, dapat dilihat perubahan yang terjadi pada retina. Dalam 2 jam pertama setelah kematian, retina tampak pucat dan daerah sekitar fundus akan tampak kuning, demikian pula pada daerah sekitar makula. Sekitar 6 jam batas fundus menjadi tidak jelas, dan tampak gambaran segmentasi pada pembuluh darah, dengan latar belakang yang berwarna kelabu kekuningan; gambaran ini akan mencapai keseluruhan tepi retina sekitar 710 jam. Kesimpulan : Kekeruhan pada mata dapat digunakan untuk menentukan waktu kematian selain dari lebam mayat, kaku mayat, dan pembusukan, berdasarkan data di atas maka disimpulkan kematian telah terjadi 12 36 jam sebelum dilakukan pemeriksaan mayat Autopsi. 3. Terdapat lima luka lecet yaitu pada pipi kanan,sudut bubir kiri,di bawah kelopak mata kanan dan pada tungkai bawah kiri

25

Pembahasan: Luka lecet tekan disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah jaringan yang lentur, maka bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan identifikasi benda penyebab. Kesimpulan : berdasarkan data di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa luka di akibatkan oleh benda tumpul. 4. Ditemukan Pada kulit kepala bagian dalam terdapat resapan darah. Selaput otak keras terdapat bekuan darah di daerah parietal kanan, bekuan darah yang mengisi alur otak (girus) pada daerah occipital kanan dan temporal kanan dan kiri. Pembahasan : Perdarahan di bawah kulit (subgaleal hemoragik ) adalah pendarahan dalam ruang potensial antara tengkorak periosteum dan

aponeurosis Galea kulit kepala. resapan darah pada tulang menandakan adanya perdarahan pada bagian atas tulang dan terkumpul pada lokasi trauma, sehingga menimbulkan resapan pada tulang. Perdarahan pada selaput otak keras ( epidural hematom ) sering dijumpai tumpul di daerah pelipis (kurang lebih 50%) dan belakang kepala (ID-15%), akibat garis patah yang melewati sulcus arteria meningea, tetapi perdarahan epidural tidak selaiu disertai patah tulang. Akibat trauma kapitis tengkorak bisa retak. Fraktur yang paling ringan, ialah fraktur linear. Jika gaya destruktifnya lebih kuat, bisa timbul fraktur yang berupa bintang (stelatum), atau fraktur imprest yang dengan kepingan tulangnya menusuk ke dalam ataupun fraktur yang merobek duramater dan sekaligus melukai jaringan otak (laserasio). Pembuluh darah yang berada di bawah fraktur tulang tengkorak bisa ikut terluka sehingga menimbulkan perdarahan.Jika ada fraktur, maka darah bisa keluar dan membentuk hematom subperiostal (sefalhematom) dan sifat tengkorak bagaikan kotak tertutup sudah tidak berlaku lagi. Juga tergantung pada arteri atau vena yang pecah maka penimbunan darah ekstravasal bisa terjadi secara cepat atau pelahan-lahan.
26

Perdarahan dibawah lapisan selaput otak keras (subdural hematom ) terjadi karena robeknya sinus, vena jembatan (bridging vein), arteri basilaris atau berasal dari perdarahan subarakhnoid. karena tarikan ketika terjadi penggeseran rotatorik pada otak. Perdarahan subdural paling sering terjadi pada permukaan lateral dan atas hemisferium dan sebagian di daerah temporal, sesuai dengan distribusi "bridging veins". Karena perdarahan subdural sering disebabkan oleh perdarahan vena, maka darah yang terkumpul berjumlah hanya 100 sampai 200 cc saja. Perdarahan pada selaput otak lunak ( subaracnoid hematom ) Perdarahan subarakhnoid biasanya berasal dari fokus kontusio laserasi jaringan otak. Perlu diingat bahwa perdarahan ini juga bisa terjadi spontan pada sengatan matahari (heat stroke), leukemia, tumor, keracunan CO dan penyakit infeksi tertentu. Dalam cavitas subarachnoidea terdapat liquor cerebrospinalis, yang berperan sehingga terjadi kondisi seperti di atas pada kasus ini di dapatkan perdarahan pada bagian belakang, depan, dan atas. Tengkorak dapat dianggap sebagai kotak yang tertutup dengan tekanan dalamnya yang tidak boleh berubah-ubah. Tekanan intrakranial itu merupakan jumlah total dari tekanan volume jaringan otak, volumme cairan serebrospinal dan volume darah intrakranial. Tekanan intrakranial yang merupakan suatu konstante (hukum Monroe-Kellie) itu, pada waktu-waktu tertentu mengalami lonjakan karena peningkatan volume salah satu unsur tersebut di atas itu.3 Misalnya, pada terjadinya edema serebri, tekanan intrakranial meninggi. Dengan mengurangnya volume darah intrakranial dan cairan serebrospinal, tekanan intrakranial bisa kembali pada tekanan intrakranial yang semula. Proses yang meninggikan tekanan intrakranial dan mekanisme korektifnya, kedua-duanya memakan waktu. Pada trauma kapitis, lonjakan tekanan intrakranial terjadi dalam milidetik, sehingga mekanisme kompensasi

27

untuk menurunkan tekanan intrakranial belum sempat bekerja. Maka, pada trauma kapitis bisa terdapat tekanan positif dan negatif setempat. Keadaan ini dijumpai pada trauma kapitis yang mengakibatkan indentasi yaitu dampak yang menjadi cekung sejenak untuk menjadi rata kembali seperti keadaan semula. Kemudian, tempat yang cekung itu bergoyang naik turun (osilasi) tiga empat kali untuk selanjutnya menjadi rata kembali seperti pada keadaan sehat semula Osilasi indentasi itu menimbulkan pada daerah di bawah tempat yang tertampar, tekanan positif yang berselingan dengan tekanan negatif. Tekanan positif mengakibatkan kompresi terhadap jaringan otak, sedangkan tekanan negatif bisa menyedot udara dari darah atau cairan serebrospinal, sehingga terjadi gelembung-gelembung udara yang mengakibatkan terjadinya lubanglubang (kavitasi) pada jaringan otak. Berdasarkan teori 1. Direct laserasi (coup), 2. Counter coup laserasi, intermediate coup. Gerakan cepat yang terjadi secara mendadak dinamakan akselerasi. Penghentian akselerasi secara mendadak dinamakan de-akselerasi. Pada trauma kapitis, terdapat akselerasi dan de-akselerasi kepala. Kepala yang jatuh mengalami akselerasi. Dan de-akselerasi terjadi pada waktu kepala terbanting pada tanah atau lantai Pada waktu akselerasi berlangsung, terjadi 2 kejadian, yaitu (1) akselerasi tengkorak ke arah dampak dan (2) penggeseran otak ke arah yang berlawanan dengan arah dampak primer. Penggeseran otak merupakan hasil akselerasi tengkorak dan kelembaman otak. Apabila akselerasi kepala disebabkan oleh pukulan pada oksiput maka pada tempat di bawah dampak terdapat (a) tekanan positif akibat indentasi ditambah dengan (b) tekanan positif yang dihasilkan oleh akselerasi tengkorak ke arah dampak dan penggeseran otak ke arah yang berlawanan. Sementara itu, di seberang tempat dampak terdapat (a) tekanan negatif akibat akselerasi kepala yang ketika itu juga akan ditiadakan oleh (b) tekanan positif yang diakibatkan oleh penggeseran seluruh otak. Maka dari itu, pada trauma kapitis, dengan dampak

28

pada oksiput, gaya kompresi di bawah dampak adalah cukup besar untuk menimbulkan lesi. Lesi tersebut bisa berupa perdarahan pada permukaan otak yang berbentuk titik-titik besar dan kecil, tanpa kerusakan pada duramater, dan dinamakan lesi kontusio. Lesi kontusio di bawah dampak disebut lesi kontusio "coup" di seberang dampak tidak terdapat gaya kompresi. Apabila badan jatuh ke belakang dan oksiput terdampar pada lantai, maka pada tempat dampak (seketika terjadi de-akselerasi), didapati keadaan sebagai berikut: tekanan negatif selama kepala berakselerasi dan tekanan positif seketika terjadi de-akselerasi. Sehingga pada sisi dampak itu tidak terdapat gaya kompresi. Tetapi pada tempat di seberang dampak terdapat tekanan positif akibat akselerasi kepala ditambah dengan tekanan positif akibat penggeseran otak karena kelembaman. Sumasi dari kedua tekanan positif itu bisa merupakan gaya kompresi yang destruktif, sehingga timbul lesi kontusio "contrecoup". Lesi kontusio sering terjadi pada tempat-tempat sebagaimana terlukis pada gambar. Di situ dapat dipelajari, bahwa gaya destruktif yang berkembang karena dampak, akselerasi kepala, serta penggeseran otak, menimbulkan lesi kontusio pada tempat-tempat yang tidak mempunyai fiksasi kuat dan pada tempat-tempat yang menggeresek seperti pada tepi ala magna sfenoid, krista gali, falks serebri dan tepi tentorium. Penggeseran otak pada akselerasi dan de-akselerasi linear serta rotatorik, bisa menarik dan memutuskan vena-vena yang menjembatani selaput araknoidea dan dura. Karena itu, perdarahan subdural akan timbul. Vena-vena tersebut dinamakan "bridging veins". Kebanyakan dari pembuluh darah tersebut berada di daerah sekitar fisura Sylvii dan pada kedua belah sisi sinus sagitalis superior. Cedera kontra lateral terjadi bila tekanan negatif yang terjadi minimal 1 ata (atmosfir absolut). Kontusio biasanya terjadi bila ada kekerasan paling tidak

29

sebesar 250 g gaya gravitasi (1 g = 9,81 m/detik2), sedangkan komosio kirakira 60-100 g. Kesimpulan : dari gambaran luka pada kulit kepala bagian dalam ditemukan resapan darah yang merupakan bukti trauma tumpul dengan ditemukanya epidural hemoragik, subarachnoid hematom pada lesi, kontralateral lesi, dan antara lesi , menjelaskan terjadi kekuatan negatif minimal 1 ata ( atmosfir absolut ), dan kekerasan paling tidak sebesar 250 g gaya gravitasi ( 1 g = 9,81 m/detik2 ). 5. Ditemukan alur otak menyempit Pembahasan : Gambaran patologis awal dari udem otak adalah pendataran dari permukaan girus dan penyempitan sulcus. Perdarahan, pembengkakan dan penimbunan cairan memiliki efek yang sama yang ditimbulkan oleh pertumbuhan massa dalam tengkorak. Karena tengkorak tidak dapat bertambah luas, maka peningkatan tekanan bisa merusak atau menghancurkan jaringan otak. Karena posisinya di dalam tengkorak, maka tekanan cenderung mendorong otak ke bawah. Otak sebelah atas bisa terdorong ke dalam lobang yang menghubungkan otak dengan batang otak, keadaan ini disebut herniasi. Herniasi bisa mendorong otak kecil dan batang otak melalui lubang di dasar tengkurak (foramen magnum) ke dalam medulla spinalis. Hal ini bisa berakibat fatal karena batang otak mengendalikan fungsi vital (denyut jantung dan pernapasan). Kesimpulan : berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa korban meninggal disebabkan kegagalan pernapasan yang disebabkan penekanan pusat pernapasan.

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim penyusun Bagian kedokteran Forensik Universitas Indonesia. Traumatologi Forensik. Dalam : Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertaman, Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1997, hal 37 42. 2. Mardjono M, Sidhasta P. Mekanisme Trauma Susunan Saraf. Dalam : Neurologi Klinis dasar, Jakarta : Penerbit Dian Rakyat ; 2008, hal 248-60. 3. Aprianto H, Luka Akibat Benda Tumpul. ( Slide ). Ilmu Kedokteran Forensik. 2008, hal 1-20. 4. Harsono, Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. Gajah Mada University Press, 2003 5. Blunt Trauma [online]. 2008 [4 April 2010]. Available :

http://www.wikipedia.com

31

Anda mungkin juga menyukai