Anda di halaman 1dari 21

ABSTRAK

KONTRIBUSI KOMPETENSI MANAJERIAL DAN KOMPETENSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI SE-KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh AHMAD SYAFEI Guru merupakan ujung tombak yang berada pada garis terdepan yang langsung berhadapan dengan siswa melalui kegiatan pembelajaran dikelas maupun diluar kelas. Mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru, dalam penelitian ini faktor yang dianalisis adalah kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kota Bandar Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dengan jumlah sampel 161 orang. Pengujian hipotesis menggunakan analisis korelasi product moment dan analisis regresi berganda untuk mengetahui kontribusi variabel independen terhadap variabel dependent pada tingkat kepercayaan 95 % ( = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Kompetensi manajerial kepala sekolah memberikan kontribusi yang positif terhadap kinerja guru SMP Negeri Kota Bandar Lampung sebesar 23.2 %. (2) Kompetensi supervisi kepala sekolah memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMP Negeri Kota Bandar Lampung sebesar 79.9 %. (3) Secara bersama-sama kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMP Negeri Kota Bandar Lampung sebesar 80.3 % Kata kunci : Kompetensi Manajerial dan Supervisi Kepala Sekolah, Kinerja Guru.

ABSTRACT

THE CONTRIBUTION OF HEADMASTERS MANAGERIAL AND SUPERVISION COMPETENCE TO TEACHERS JOB OF JUNIOR HIGH SCHOOL IN BANDARLAMPUNG By AHMAD SYAFEI Teacher is the first man in the first line who directly faced with the student by means of education activity in or out of the class. Quality of good education become a parameter to know about the success of teachers job. There are many factors which influence the teachers job, in this research criticism two of them, there are managerial and supervision competence. The purpose of this research is to know about the contribution of headmasters managerial and supervision competence to teachers job of junior high school in Bandarlampung. This is a quantitative research with the correlational approvement. Data accumulation tehnique doing by give some quesioner for 161 people as sample of the research. Experiment of the hypothesist using product moment correlation and double regretion analysis to know about contribution of independent variable to dependent variable on 95 % believe degree ( = 0,05). Results of the research show us if : (1) Managerial competence of headmaster give positive contribution to teachers job of junior high school in Bandarlampung about 23.2 %. (2) Supervision competence of headmaster give positive and significant contribution to teachers job of junior high school in Bandarlampung about 79.9 %. (3) The headmasters managerial and supervision competence give positive and significant contribution to teachers job of junior high school in Bandarlampung about 80.3 %. Keywords : Headmasters Managerial and Supervision Competence, Teachers Job.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persoalan pendidikan dasar dan menengah di Indonesia dewasa ini sangat komplek. Permasalahan yang besar antara lain menyangkut soal mutu pendidikan, pemerataan pendidikan, dan manajemen pendidikan. Terkait dengan mutu pendidikan adalah masalah mengenai kurikulum, proses pembelajaran, evaluasi, buku ajar, mutu guru, sarana dan prasarana pendidikan. Persoalan pemerataan pendidikan adalah masih banyaknya anak umur sekolah yang tidak dapat menikmati pendidikan formal di sekolah. Sedangkan persoalan manajemen menyangkut segala macam pengaturan pendidikan seperti otonomi pendidikan, birokrasi, dan transparansi agar kualitas dan pemerataan pendidikan belum terselesaikan dengan baik. Upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional oleh pemerintah khususnya melalui Kemendikbud terus menerus dilakukan dengan berbagai perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru. Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan bahwa educational change depends on what teachers do and think . Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada what teachers do and think . atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru. Jika kita amati lebih jauh tentang realita kompetensi guru saat ini agaknya masih beragam. Sudarwan Danim (2002) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai motor penggerak peningkatan kinerja guru dituntut memiliki visi, misi dan wawasan yang luas serta kemampuan profesional yang memadai dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan penyelenggaraan pendidikan. Selain itu kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan dalam membangun kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait dengan program pendidikan di sekolah. Kemampuan kepala sekolah tentunya akan turut mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugas. Salah satu indikator kinerja kepala sekolah adalah dinilai berdasarkan kompetensi dan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.

Diantara kompetensi kepala sekolah yang terkait langsung dengan kinerja guru adalah kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi. Dalam upaya meningkatkan kinerja guru, peran kepala sekolah sangat penting. Kepala sekolah mempunyai peran sebagai manajer dan supervisor pada dasarnya memberikan layanan profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kinerja guru. Kondisi pelaksanaan pembinaan oleh kepala sekolah yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi pelaksanaan administrasi sekolah, tugas rutin guru-guru, ketertiban, disiplin dan keberhasilan sekolah. Kegiatan pembinaan kepala sekolah seperti di atas tentunya akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru. Keberhasilan sekolah tidak terlepas dari tugas dan tanggung jawab serta peranan kepala sekolah. Terkait dengan beberapa persoalan kompetensi manajerial, kompetensi supervisi kepala sekolah dan kinerja guru di atas, Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung sudah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan kinerja guru SMP Kota Bandar Lampung, namun belum menunjukkan hasil yang maksimal. Salah satunya dibuktikan oleh grafik pertumbuhan kondisi mutu SMP di Bandar Lampung yang belum menunjukkan peningkatan yang berarti dari tahun ke tahun. Hasil rekapitulasi kelulusan ujian nasional dari tahun 2005/2006 sampai tahun 2009/2010 selalu mengalami fluktuatif. Dari 31 SMPN di kota Bandar Lampung, baru 25% sekolah yang prosentase kelulusannya 100% dan konsisten dalam prestasi, selebihnya berkisar antara 70% sampai 80% bahkan ada SMPN yang prosentase kelulusannya kurang dari 60%. Selain itu data Badan Akreditasi Sekolah Kota Bandar Lampung menunjukan bahwa terdapat 16 sekolah terakreditasi A, 14 sekolah terakreditasi B dan 1 sekolah terakreditasi C. Disamping itu, dari tahun ke tahun, SMPN di Kota Bandar Lampung belum terlihat ada kemajuan yang berarti terutama bidang inovasi dan kreativitas pembelajaran. Para kepala sekolah dan guru lebih senang dengan kegiatan-kegiatan rutinitas yang tidak memerlukan tantangan, sehingga tidak ada perubahan-perubahan atau inovasi baru yang terjadi di sekolah. Melihat fenomena persekolahan di negeri kita terutama di kota Bandar Lampung, peneliti tertarik untuk meninjau secara rinci terkait dengan kinerja guru di lingkungan SMPN kota Bandar Lampung, dan berdasarkan fenomena yang ada, beberapa variabel yang menarik untuk diteliti diantaranya adalah; faktor kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, permasalahan yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut : 1.2.1 Masih adanya kepala sekolah yang kompetensi manjerialnya dalam upaya peningkatan mutu sekolah tergolong rendah. 1.2.2 Masih adanya kepala sekolah yang kompetensi supervisinya tergolong rendah dalam upaya meningkatkan kinerja guru SMP Negeri Kota Bandar Lampung. 1.2.3 Kurangnya motivasi kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran. 1.2.4 Masih kurangnya tenaga guru yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan mata pelajaran yang diampunya. 1.2.5 Persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala SMP Negeri di Kota Bandar Lampung tidak sama, sehingga memunculkan kesan positif dan negative.

1.2.6

Masih adanya kinerja guru SMP Negeri Kota Bandar Lampung dalam proses pembelajaran dikelas yang dikategorikan rendah.

1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah penelitian diatas dirumuskan masalah penelitian adalah rendahnya kinerja guru SMP Negeri Kota Bandar lampung. Dengan demikian permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.3.1 Apakah kompetensi manajerial kepala sekolah memberikan kontribusi terhadap kinerja guru SMPN Kota Bandar Lampung? 1.3.2 Apakah kompetensi supervisi kepala sekolah memberikan kontribusi terhadap kinerja guru SMPN Kota Bandar Lampung? 1.3.3 Apakah kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah secara bersama-sama memberikan kontribusi terhadap kinerja guru SMPN Kota Bandar Lampung? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang: 1.4.1 Kontribusi kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru SMPN Kota Bandar Lampung 1.4.2 Kontribusi kompetensi supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru SMPN Kota Bandar Lampung 1.4.3 Kontribusi kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru SMPN Kota Bandar Lampung 1.5 Kegunaan Penelitian Dengan diketahui gambaran dan bukti empiris dari pengaruh variabel independen (kompetensi manajerial dan supervisi kepala sekolah) terhadap variabel dependen (kinerja guru SMPN Kota Bandar Lampung) diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru SMP Negeri Kota Bandar lampung dan pada ahirnya diharapkan dapat meningkatkan mutu sekolah di Kota Bandar Lampung. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Guru 2.1.1 Pengertian Kinerja Guru Pengertian kinerja pada dasarnya sama dengan unjuk kerja. Secara etimologi kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara (2005:67) bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa kinerja merupakan suatu perbuatan

atau perilaku seseorang dalam pelaksanaan tugasnya, yang dapat diamati dan dinilai oleh orang lain. Sulistyorini (2001:62) mendefinisikan kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan. Kinerja pada hakikatnya melukiskan seberapa baik seorang pekerja menampilkan pekerjaannya atau memperlihatkan pekerjaannya. Robbins (1996) mengatakan bahwa kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A), motivasi atau motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu kinerja = f (A x M x 0). Artinya: kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan. Dengan demikian, kinerja ditentukan oleh faktor-faktor kemampuan, motivasi dan kesempatan. Kesempatan kinerja adalah tingkat-tingkat kinerja yang tinggi yang sebagian merupakan fungsi dari tiadanya rintangan-rintangan yang mengendalakan karyawan itu. Dunda (Rahman, dkk:2005) menyatakan bahwa, kinerja guru dapat dinilai dari aspek kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru yang dikenal dengan sebutan kompetensi guru.Kesemua aspek penilaian kinerja guru tersebut, harus menjadi perhatian kepala sekolah dalam menilai kinerja guru di sekolah. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan guru wajib memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Konsekuensi dari itu guru menyandang tanggung jawab mengembangkan profesionalitasnya maupun kinerjanya yang terkait erat dengan peningkatan karirnya. Peningkatan kinerja professional yang menunjang karir secara kolektif akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu guru secara nasional. Terkait dengan uraian di atas, maka kinerja guru dapat dijabarkan berdasarkan uraian tugas dan tanggung jawabnya dengan melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, untuk mengukur kinerja guru maka jabaran tugas dan tanggung jawab guru tersebut di atas dapat dijadikan indikator variabel kinerja, dengan rincian sebagai berikut: (1) perencanaan mengajar; (2) pelaksanaan pembelajaran; (3) evaluasi hasil belajar; (4) mengambangkan bahan ajar; (5) pemanfaatan media dan sumber; (6) pelaksanaan tugas bimbingan akademik pada siswa, dan (7) bekerja sama dengan seluruh warga sekolah. Sekolah Menengah Pertama (SMP) kota Bandar Lampung sebagai sebuah organisasi pendidikan memerlukan orang-orang yang memiliki kemampuan kerja dan kreativitas yang tinggi, khususnya dalam hal ini guru, dalam rangka mencapai tujuan nasional dan tujuan institusi SMP. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka hal-hal yang terkait dengan pengelolaan dan pengembangan lembaga pendidikan harus menjadi perhatian. 2.1.2 Penilaian Kinerja Penilaian adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan in-terpretasi data sebagai bahan dalam rangka pengambilan keputusan. Dengan demikian dalam setiap kegiatan penilaian ujungnya adalah pengambilan ke-putusan. Berbeda dengan penelitian

yang berujung pada pemecahan masalah. Penilaian kinerja merupakan sistem formal yang digunakan untuk menilai kinerja pengawas secara periodik yang ditentukan oleh organisasi. Hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka pengembangan pegawai, pemberian reward, perencanaan pegawai, pemberian konpensasi dan motivasi. Setiap pegawai di lingkungan organisasi mana pun sudah tentu memiliki tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya sesuai dengan deskripsi tugas yang diberikan pimpinan organisasi. Apa yang terjadi dan dikerjakan guru merupakan sebuah proses pengolahan input menjadi output tertentu. Atas dasar itu terdapat tiga komponen penilaian kinerja guru yakni: 1. Penilaian input, yaitu kemampuan atau kompetensi yang dimiliki dalam melakukan pekerjaannya. Orientasi penilaian difokuskan pada karakteristik individu sebagai objek penilaian dalam hal ini adalah komitmen guru terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Komitmen tersebut merupakan refleksi dari kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru. 2. Penilaian proses, yaitu penilaian terhadap prosedur pelaksanaan pekerjaan. Orientasi pada proses difokuskan kepada perilaku guru dalam melaksanakan tugas pokok fungsi dan dan tanggung jawabnya yakni merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran. 3. Penlaian output, yaitu penilaian terhadap hasil kerja yang dicapai dari pe-laksanaan tugas pokok, fungsi dan tanggungjawabnya. Orientasi pada output dilihat dari perubahan kinerja guru dan kualitas sekolah. Berkaitan dengan peningkatan mutu guru, pemerintah menetapkan kebijakan melalui penerbitan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Permenegpan 16/2009 akan menjadi tonggak sejarah dalam sistem reformasi mutu guru apabila proses implementasinya berjalan memenuhi strandar sebagaimana yang tertuang di dalam peraturan tersebut. Untuk menilai kinerja guru pemerintah akan mengeluarkan instrumen baru yang disebut dengan Penilaian Kinerja Guru (PKG). Penilaian Kinerja Guru (PKG) adalah serangkaian proses kegiatan menghimpun, mengolah dan menafsirkan data mengenai kemampuan guru untuk menampilkan atau melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dengan demikian PKG merupakan penilaian (Performance Appraisal) yang difokuskan pada kinerja individu, mengidentifikasi kemampuan guru dalam mendayagunakan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas. PKG memiliki dua fungsi utama yaitu (1) menilai kemampuan guru dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mendeskripsikan rofil kenrjanya (2) mengkonversikan hasil penilaian sebagai dasar perhitungan angka kredit dalam pengembangan karir. Pelaksanaan kegiatan penilaian kinerja guru (PKG) akan berlaku secara efektif mulai tahun 2013. Oleh karena itu masa persiapan pemerintah maupun guru untuk merapkannya ada waktu dua tahun sejak tahun 2010. Tujuan Kegiatan Penilaian Kinerja Guru (PKG) adalah; 1) menghimpun informasi yang akurat tentang kinerja guru; 2) menetapkan kategori kualitas kinerja berdasarkan strandar kinerja; 3) menghimpun informasi sebagai dasar peningkatan mutu pembelajran dan bimbingan; 4)

meningkatkan penjaminan peserta didik memperoleh peyalanan belajar yang berkualitas; 5) meningkatkan motivasi guru dalam rangka memperkuat komitmen untuk melaksanakan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi secara professional; 6) meningkatkan citra, harkat, martabat profesi guru, meningkatkan penghormatan dan kebanggaan terhadap guru. Hasil Penilaian Kinerja Guru (PKG) bermanfat; 1) sebagai dasar pengambilan keputusan kepala sekolah untuk mengusulkan kenaikan pangkat; 2) sebagai bahan kajian dan dasar pertimbangan dalam meningkatkan mutu kinerja guru secara berkalanjutan melalui program Pengembangan Kerprofesian Berkelanjuran (PKB); 3) sebagai dasar penyusunan kurikulum pelatihan; 4) sebagai bukti penjaminan bahwa guru memiliki motivasi kerja, kesadaran, tanggung jawab, dedikasi, loyalitas, dan komitmen pengabdian dalam rangka meningkatkan mutu peserta didik. Pelaksanaan PKG berdasarkan prinsip-prinsip berikut; 1) mengacu pada peraturan yang berlaku yaitu Permenegpan nomor 16 tahun 2009; 2) pelaksanaan harus valid, adil, transparan, dapat diverifikasi dan dapat dilaksanakan di seluruh wilayah Republik Indonesia; 3) berfungsi sebagai pengembang karir guru dan terintegrasi pada program Pengembangan Keprofesional Berkelanjutan (PKB) dan program Pengelolaan Kinerja Rendah (PKR); 4) penilaian berdasarkan kinerja yang dapat diobservasi dengan memperhatikan sampel yang valid dari pelaksanaan tugas guru sehari-hari; 5) Pelaksanaan penilaian harus memenuhi syarat valitidas, reliabelitas, dan praktis; 6) pengelola PKG wajib memahami seluruh dokumen penilaian; 7) semua guru wajib mengikuti penilaian kinerja dalam waktu yang sama untuk keperluan kenaikan jenjang jabatan/pangkat; 8) penilaian dilaksanakan secara objektif, adil, akuntabel, membangun, transparan, praktis. berorientasi pada tujuan, berkelanjutan, dan rahasia. Seluruh prinsip tersebut akan mencapai hasil yang optimal jika seluruh personal yang terlibat dalam sistem penyelenggaraan penilaian bertindak sesuai dengan standar dan yang paling utama adalah objektif. Sesuai dengan prinsip umum penilaian bahwa penilaian yang efektif harus menenuhi instrumen yang valid, penilai yang profesional, dan langkah oprasional yang akuntabel. Mudah-mudahan dengan menjalankan prinsip tersebut PKG akan berpengaruh baik terhadap peningkatan mutu pendidikan sehingga mutu pendidikan Indonesia akan semakin meningkat pula. Semoga pada tahun 2013 instrumen penilaian kinerja guru tersebut dapat terealisasi secara optimal. 2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya. Kinerja merupakan hasil bentukan dari beberapa faktor. Makmun (2001) menyatakan bahwa kinerja di pengaruhi oleh (1) Kepemimpinan; (2) Kemampuan; (3) Pendidikan dan pelatihan; (4) Kesejahteraan; (5) Tanggung jawab; (6) Lingkungan kerja; (7) Kepuasan kerja Sejumlah variabel yang mempengaruhi kinerja antara lain kondisi lingkungan yang optimal, praktek yang sungguh-sungguh sepanjang periode waktu,

motivasi tingkat tinggi, adaptasi anatomis dan psikologis, perencanaan, penggagasan dan antisipasai Dalam lingkup persekolahan peningkatan kinerja guru ditentukan oleh tingkat keberhasilan peran kepala sekolah, dalam hal ini kepala sekolah sebagai manajer dan supervisor. Sementara itu pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah diantaranya adalah membenahi kekurangan dan kelemahan dalam melaksanakan tanggung jawab yang diembannya. Sedangkan strategi yang dapat diterapkan oleh kepala sekolah diantarannya adalah menerapkan arah tindakan dan cara yang sifatnya mendasar melalui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, itu semua diharapkan untuk meningkatkan kualitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Kepala sekolah sebagai pimpinan puncak lembaga pendidikan berkewajiban memberikan arahan, bimbingan, motivasi, pembinaan, peningkatan dan pengembangan para guru dan staf tata usaha, serta menumbuhkan kreatifitas dan produktivitas yang tinggi untuk hasil yang maksimal. Dari uraian di atas memberikan pemahaman pada kita bahwa kinerja adalah sebuah proses dan hasil dan pengukuran kinerja harus berorientasi pada keduanya yakni diukur dengan melihat proses kerja yang dilakukan dan hasil kerja yang ditampilkan. Kinerja seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor internal dan eksternal. Di sekolah, kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan memberikan pengaruh terhadap kinerja gurunya, seperti yang disampaikan Menteri Pendidikan Nasional Muh. Nuh (2010); Jika kualitas kepala sekolah rata-rata, kinerja guru juga akan rata-rata dan capaian peserta didik juga rata-rata. Kepala sekolah tidak sebatas sosok panutan di lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Lebih dari itu, ia juga berperan penting dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas pendidikan. Di pundak kepala sekolah kualitas pendidikan sebuah lembaga disandangkan. Kecakapan kepala sekolah dalam mengelola (memanajerial) sekolah dan gurunya akan berdampak pada kualitas siswa dan pendidikan pada umumnya. 2.2 Kompetensi Kepala Sekolah 2.2.1 Pengertian Kompetensi Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta) kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competency) yakni kemampuan atau kecakapan. Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna, yang menurut Broke and Stone (1975) kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang nampak sangat berarti. Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, maka dalam hal ini kompetensi kepala sekolah dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seorang kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan. 2.3 Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

Kompetensi kepala sekolah yang berhubungan dengan kemampuan kepala sekolah dalam memahami sekolah sebagai sistem yang harus dipimpin dan dikelola dengan baik adalah kompetensi manajerial. Dengan kemampuan dalam mengelola ini nantinya akan dijadikan sebagai pegangan cara berfikir, cara mengelola dan cara menganalisis sekolah dengan cara berpikir seorang manajer. Kepala sekolah yang memiliki kompetensi manajerial akan menunjukkan perilaku dan mampu untuk mengidentifikasi dan mengembangkan jenis-jenis input sekolah; mengembangkan proses sekolah (proses belajar mengajar, pengkoordinasian, pengambilan keputusan, pemberdayaan, pemotivasian, pemantauan, pensupervisian, pengevaluasian dan pengakreditasian). Menurut Robert L. Katz (dalam Danim, 2010:71 menjelaskan tiga macam keterampilan manajerial yang diperlukan oleh seorang manajer dalam mengelola sumberdaya organisasi, yaitu; keterampilan konseptual (conseptual skill), keterampilan hubungan manusia (human skill), dan keterampilan teknikal (technical skill). Sesuai Keputusan Mendiknas mengenai kompetensi ini, di antaranya kepala sekolah harus mampu dan terlihat kinerjanya dalam bidang-bidang garapan manajerial sebagai berikut: (a) menyusun perencanaan sekolah/madrasah mengenai berbagai tingkatan perencanaan; (b) mengembangkan organisa-si sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan; (c) memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal; (d) mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif; (e) menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik; (f) mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal; (g)mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal; (h)mengelola hubungan sekolah/ma-drasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar dan pembiyanaan sekolah/madrasah; (i) mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan serta pengembangan kapasitas peserta didik; (j ) mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional; (k) menge-lola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, tranfaran dan efisien; (l) mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah; (m) mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah; (n) mengelola sistem infor-masi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan; (o)memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah; (p) melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanakan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjut. 2.4 Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah Supervisi dapat diterjemahkan melihat dari atas atau melihat dari kelebihan. Jadi kata supervisi searti dengan kata pengawas, tetapi pengertiannya agak berbeda dari kata mengawas sebagai controlling. Kata supervisi pada hakekatnya mengandung makna yang khusus, yaitu membantu dan turut serta dalam usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu (Brown & Bourne, 1995; Christian & Kitto, 1997; CEVE, 1995; Feltham & Dryden, 1994).

Sedangkan Sutisna (1983) mendefinisikan supervisi sebagai usaha menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan profesional para guru, seleksi dan revisi tujuantujuan pendidikan, bahan pengajaran, metode-metode mengajar, dan evaluasi pengajaran. Satori (2006) mengartikan kata supervisi dilihat dari segi etimologinya, yaitu berasal dari dua kata, yaitu kata super dan vision. Kata super mengandung arti lebih dan kata vision mengandung arti visi. Jadi kata supervisi mengandung arti visi yang lebih/visi jauh ke depan. Selanjutnya, Sagala (2000) mengartikan supervisi sebagai usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu sebagai bantuan bagi guru dalam mengajar untuk membantu siswa agar lebih baik dalam belajar . Soetjipto dan Kosasi (2004) mendefinisikan supervisi yaitu semua usaha yang dilakukan oleh supervisor untuk memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki pengajaran. Secara umum supervisi berarti upaya bantuan kepada guru agar guru dapat membantu para siswa belajar untuk menjadi lebih baik. Supervisi pengajaran pada dasarnya mengandung makna praktis yaitu bantuan profesional yang diberikan oleh kepala sekolah kepada para guru untuk meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru dalam membelajarkan siswa di kelas yang bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Sebagai pemimpin pendidikan dan pengelola sekolah tertinggi dalam lembaga pendidikan, kepala sekolah harus memiliki kompetensi supervisi. Kompetensi supervisi ini sangat strategis bagi seorang kepala sekolah khususnya dalam memahami apa tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah/madrasah. Sub-sub kompetensi supervisi mencakup: (a) merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesi-nalisme guru; (b) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; (c) menindakla-juti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, di antaranya adalah bahwa tugas dan fungsi dari supervisi ini adalah untuk memberdayakan sumber daya sekolah termasuk guru. Sebagai contoh kepala sekolah yang memiliki sub kompetensi ini adalah; melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat. Secara khusus kemampuan kepala sekolah dapat dilihat dalam: (a) memahami dan menghayati arti, tujuan dan teknik supervisi; (b) menyusun program supervisi pendidikan; (c) melaksanakan program supervisi; (d) memanfaatkan hasilhasil supervisi; (e) melaksanakan umpan balik dari hasil supervisi. 2.6 Kerangka Pemikiran Kepala sekolah sebagai manajer dalam lingkungan pendidikan di SMP Negeri Kota Bandar Lampung harus mampu dan terlihat kinerjanya dalam bidang-bidang garapan manajerial, mempunyai pandangan yang luas kedepan dan selalu mengikuti secara aktif perkembangan dunia pendidikan yang semakin maju untuk mengemban visi dan misi sekolah yang dipimpinnya. Dengan demikian kepala sekolah dituntut untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan manajerial serta menerapkan dengan baik sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja guru.

Kinerja guru dapat berupa suatu prestasi yang dicapai oleh guru setelah melaksanakan tugasnya sebagai pengajar. Selain itu kinerja guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya dalam menjalankan tugas, profesi yang diembannya serta rasa tanggung jawab moral dipundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitas didalam menjalankan tugas sebagai guru. Jelaslah bahwa kompetensi manajerial kepala sekolah sangat dominan dalam meningkatkan kinerja tenaga pengajar yang profesional disekolah, karena kepala sekolah dituntut mampu membina para pengajar agar dapat melaksanakan tugasnya dalam proses pembelajaran sehingga tujuan sekolah yang diharapkan dapat tercapai. Kepala sekolah juga memiliki tugas pokok melakukan supervisi terhadap pelaksanaan kerja guru dan staf. Tujuannya adalah untuk menjamin agar guru dan staf bekerja dengan baik serta menjaga mutu proses maupun hasil pendidikan di sekolah. Kepala sekolah sebagai supervisor dalam lingkungan pendidikan di SMP Negeri Kota Bandar Lampung hendaknya dapat memberikan bantuan yang tertuju kepada perkembangan kompetensi guru dan personel sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Bantuan tersebut dapat berupa dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru. Dengan bantuan bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran yang sesuai, dan metode mengajar yang lebih baik, serta cara penilaian yang sistematis diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran dikelas. Guru merupakan kunci keberhasilan proses pembelajaran. Dengan tugas profesionalnya, guru berfungsi membantu orang lain (peserta didik) untuk belajar dan berkembang, membantu perkembangan intelektual, personal dan sosial warga masyarakat yang memasuki sekolah. Dalam menjalankan tugasnya, kinerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain; tersedianya sarana prasarana yang memadai, adanya informasi yang baik, terjadinya komunikasi yang baik, kepemimpinan, penghasilan yang mencukupi, pekerjaan yang menantang untuk berkembang, serta rasa aman dan tenang (lingkungan) dalam bekerja. Salah satu faktor yang turut berpengaruh terhadap kinerja guru adalah kepemimpinan, dalam lingkup persekolahan maka kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan dan penanggung jawab utama (key person) di sekolah, kepala sekolah dituntut memiliki kompetensi yang optimal agar dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal. Sebagai manajer pendidikan yang profesional, kepala sekolah bertanggung jawab sepenuhnya terhadap sukses tidaknya sekolah yang dipimpinnya termasuk bertanggung jawab terhadap peningkatan kinerja gurunya. Ini berarti bahwa profesionalisme kepala sekolah menjadi suatu keharusan. Selain kompetensi manajerial, kepala sekolah dituntut untuk mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagai supervisor, yakni membina, membimbing, mengarahkan dan memberikan penilaian terhadap proses belajar mengajar yang dilakukan guru. Dari uraian di atas diduga terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru. Dengan kata lain semakin tinggi kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah maka makin tinggi pula kinerja guru.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri Kota Bandar Lampung yang berjumlah 31 sekolah. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai dengan bulan April 2011. 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif yang menggunakan metode expost facto dengan pendekatan korelasi (correlational research). Penelitian korelasi dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya, dan seberapa jauh ditemukan korelasi antara dua variabel atau lebih secara kuantitatif. Berdasarkan nilai koefisien korelasi, maka diprediksi besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Teknik analisis yang digunakan adalah korelasi dan regresi. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Sugiyono (2009:117) mendefinisikan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMPN Kota Bandar Lampung . yang berjumlah 1607 orang dari 31 SMPN yang ada di Kota Bandar Lampung. 3.3.2 Sampel Menurut Sugiyono (2009:90), Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisitik yang dimiliki oleh populasi. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Arikunto (2004:120) mengemukakan bahwa untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih Berdasarkan teori di atas, peneliti mengambil 10% dari total populasi (1607 orang) untuk dijadikan sampel penelitian. Artinya setiap SMP Negeri di Kota Bandar Lampung diambil sampel sebanyak 10 % dari jumlah guru disekolah tersebut. Untuk menentukan jumlah sampel masing -masing sekolah dengan cara claster proporsional random sampling. Sehingga diperoleh jumlah sampelnya adalah 161 orang. 3.8.1 Uji Kesahihan Instrumen (Validitas) Setelah data hasil uji coba terkumpul, data tersebut dianalisis agar dapat membedakan butir-butir yang memenuhi syarat untuk dipilih menjadi instrumen yang sesungguhnya. Analisis butir dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson:

rhitung =
Dimana :
rhitung

{n.

n( 11 ) ( 1 ) .( 1 )
2 1

( 1 )

}.{n.12 ( 1 ) 2 }

= Koefisien Korelasi = Jumlah skor item = Jumlah skor total (seluruh item) = Jumlah responden (Riduwan,2005)

X1 Y1 n

Rumus yang digunakan untuk pengolahan, pengujian, maupun analisis data untuk membuktikan tingkat validitas dilakukan dengan alat bantu Program SPSS 15.00. Butir-butir yang dinyatakan gugur, akan direvisi kembali agar dapat dipergunakan setelah terlebih dahulu dikonsultasikan dengan ahlinya dalam hal ini pembimbing. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Program SPSS 15.00 diperoleh hasil uji validasi ketiga variabel sebagai berikut: 3.8.2 Uji Kehandalan Instrumen (Reliabilitas) Uji kehandalan instrumen merupakan pengujian tingkat konsistensi instrumen itu sendiri. Instrumen yang baik harus konsisten dengan butir yang diukurnya. Keterandalan instrumen dalam penelitian ini akan dianalisis dengan teknik Alpha Cronbach dengan menggunakan bantuan sarana komputer program SPSS 15.00. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien reliabilitas instrumen untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut: No 1 2 3 Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Penelitian Instrumen Variabel Koefisien Keterangan Reliabilitas Kompetensi Manajerial (X1) 0,769 Reliabel Kompetensi Supervisi (X2) 0,768 Reliabel Kinerja Guru (Y) 0,734 Reliabel

Hasil perhitungan pada Tabel 3.4 menunjukkan bahwa ketiga instrumen variabel penelitian yang telah diuji cobakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur variabel. Reliabilitas instrumen untuk setiap variabel ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas yang tinggi (mendekati angka 1). 3.9 Teknik Analisis Data 3.9.1 Pengujian Persyaratan Analisis Sesuai dengan jenis penelitian ini, maka sebelum teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis diterapkan, terlebih dahulu data dideskripsikan dengan

mengungkapkan nilai rata-rata, standar deviasi, modus, dan median, juga disajikan daftar distribusi frekuensi, dan histogram. Selanjutnya asumsi-asumsi yang digunakan dibuktikan melalui pengujian persyaratan analisis. Pengujian persyaratan analisis dalam hal ini meliputi uji normalitas. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji normalitas KolmogorovSmirnov, dengan penghitungan bantuan komputer. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data penelitian untuk ketiga variabel yang diteliti memiliki sebaran yang normal atau tidak. 3.9.2 Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Teknik ini berpedoman pada diagram jalur sebagai alat bantu untuk menggambarkan hubungan kausal antar variabel. Dengan cara ini dapat dihitung pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Hubungan ini tercermin dalam koefisien jalur (path coefficient). Koefisien jalur adalah koefisien regresi atas skor yang telah dibakukan (Kerlinger, 2002). Tahapan analisis data dalam analisis jalur (path analysis) meliputi langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, menggambarkan model hubungan secara teoritis dalam bentuk diagram jalur yang menunjukkan hubungan kausal antar variabel penelitian. Kedua, menghitung koeficien korelasi Product Moment Pearson yang menunjukkan kekuatan hubungan antar variable penelitian menggunakan rumus sebagai berikut:

rhitung =

{n.

n( 11 ) ( 1 ) .( 1 )
2 1

( 1 )

}.{n.12 ( 1 ) 2 }

(Riduwan,2005)

Ketiga, mengidentifikasi sub struktur dan persamaan yang akan dihitung koefisien jalurnya sesuai dengan rumusan hipotesis penelitian. Keempat, menghitung koefisien jalur (path analysis) Pyx yang dapat diperoleh melalui perhitungan koefisien regresi berdasarkan skor yang telah dibakukan. Proses penghitungan menggunakan program SPSS 15.00. Kelima, menghitung koefisien determinasi untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Keenam, menghitung koefisien jalur dari faktor residu Py untuk mengetahui faktor lain di luar variabel yang dianalisis. Ketujuh, menguji hipotesis melalui pengujian statistik (Uji t dan Uji F). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Dalam penelitian ini dibahas dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas yang diteliti adalah kompetensi manajerial kepala sekolah (X 1), dan kompetensi supervisi kepala sekolah (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja guru (Y).

Subyek penelitian adalah guru SMPN Kota Bandar Lampung yang berjumlah 161 orang. Dalam mendiskripsikan data dari variabel yang diteliti terlebih dahulu disajikan hasil perhitungan statistika dasar dari masing-masing variabel. Deskripsi data ini meliputi harga rerata (mean), nilai tengah (median), nilai yang sering muncul (modus), simpangan baku (standar deviasi), skor maksimum dan minimum, dan identifikasi katagori dari masing-masing variabel. 4.2.1 Kinerja Guru (Y) Data variabel kinerja guru dikumpulkan melalui kuesioner yang berjumlah 22 buah item pernyataan. Dari perhitungan statistika dasar diperoleh angka sebagai berikut : mean 66.58, median 67, modus 67 dan standar deviasi 9.48. Sedangkan skor maksimum adalah 86 dan skor minimum 46. Berdasarkan distribusi frekuensi skor kinerja guru, maka dibuat katagori kinerja guru SMPN Kota Bandar Lampung dengan membagi kepada tiga kelompok, yaitu kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah. Berdasarkan hasil perhitungan, maka pengelompokan skor jawaban untuk variabel kinerja guru diperoleh 18.01% (29 orang) kelompok tinggi, 65% (104 orang) kelompok sedang, dan 17.39% (28 orang) Dari pengelompokan di atas dapat dipahami bahwa tingkat kinerja guru SMPN Kota Bandar Lampung pada umumnya berada pada kelompok sedang. 4.2.2 Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah (X1) Data variabel kompetensi manajerial kepala sekolah (X1), dikumpulkan melalui kuesioner. Diperoleh distribusi skor jawaban menyebar dari skor terendah 37, dan skor tertinggi 100. Berdasarkan perhitungan statistika dasar diperoleh angka sebagai berikut : mean = 66.89, median = 68, modus = 69 serta standar deviasi 10.75. Berdasarkan hasil perhitungan, maka pengelompokan skor untuk variabel kompetensi manajerial kepala sekolah diperoleh 17.4% (28 orang) kelompok tinggi, 68.32% (110 orang) kelompok sedang, dan 14.3% (23 orang) kelompok rendah. Dari sini dapat dipahami bahwa tingkat kompetensi manajerial kepala sekolah SMPN Kota Bandar Lampung menurut para guru pada umumnya berada pada kelompok sedang. 4.2.3 Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah (X2) Data variabel kompetensi supervisi kepala sekolah dikumpulkan melalui kuesioner yang berjumlah 22 butir pernyataan. Distribusi skor jawaban menyebar dari skor terendah 46 dan skor tertinggi 91. Berdasarkan perhitungan dari distribusi data didapat mean sebesar 66.41, median 67, modus 69 dan standar deviasi 9.58. Berdasarkan distribusi frekuensi skor kompetensi supervisi kepala sekolah , maka dibuat katagori kompetensi supervisi kepala sekolah kota Bandar Lampung dengan membagi kepada tiga kelompok, yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan hasil perhitungan, maka pengelompokan skor jawaban untuk variabel kompetensi supervisi kepala sekolah diperoleh 18.01 % (29 orang) kelompok tinggi, 65.84% (106 orang) kelompok sedang, dan 16.15 % (26 orang) kelompok rendah Dari sini dapat dipahami bahwa tingkat kompetensi supervisi manajerial kepala SMPN Kota Bandar Lampung masih berada pada kelompok sedang. 4.7 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan, maka pengelompokan skor untuk variabel kompetensi manajerial kepala sekolah diperoleh 17.4% (28 orang) kelompok tinggi, 68.32% (110 orang) kelompok sedang, dan 14.3% (23 orang) kelompok rendah. Dari sini dapat dipahami bahwa tingkat kompetensi manajerial kepala sekolah SMPN Kota Bandar Lampung menurut para guru pada umumnya berada pada kelompok sedang dan masih harus ditingkatkan. Berdasarkan hasil perhitungan, maka pengelompokan skor jawaban untuk variabel kompetensi supervisi kepala sekolah diperoleh 18.01 % (29 orang) kelompok tinggi, 65.84% (106 orang) kelompok sedang, dan 14.29 % (23 orang) kelompok rendah. Dari sini dapat dipahami bahwa tingkat kompetensi supervisi kepala SMPN Kota Bandar Lampung masih berada pada kelompok sedang dan masih harus ditingkatkan. Berdasarkan hasil data penelitian diperoleh tingkat koefisien korelasi yang menunjukkan kekuatan hubungan antara kompetensi manajerial dan supervisi kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru SMPN Kota Bandar Lampung sebesar 0.896 dikatagorikan hubungan yang sangat kuat. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kompetensi manajerial dan supervisi kepala sekolah maka kinerja guru cenderung tinggi. Kontribusi yang diberikan kompetensi supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru adalah 80.3%. Hasil di atas menunjukkan betapa pentingnya kedua kompetensi tersebut harus dimiliki kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja guru. BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukan sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 5.1.1 Kompetensi manajerial kepala sekolah memberikan kontribusi pada kinerja guru SMPN Kota Bandar Lampung sebesar 23.2%. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kompetensi manajerial kepala sekolah maka kinerja guru cenderung tinggi. Kompetensi supervisi kepala sekolah memberikan kontribusi pada kinerja guru SMPN Kota Bandar Lampung sebesar 79.9%. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kompetensi supervisi kepala sekolah maka kinerja guru cenderung tinggi.

5.1.2

Kompetensi manajerial dan supervisi kepala sekolah secara bersama-sama memberikan kontribusi pada kinerja guru SMPN Kota Bandar Lampung sebesar 80.3%. Hal ini berarti bahwa meningkatnya kinerja guru karena adanya kontribusi kompetensi manajerial dan supervisi kepala sekolah. 5.2 Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas diketahui bahwa variabel bebas yang diteliti baik secara terpisah atau secara bersama-sama mempunyai hubungan yang positif dan signifikan

5.1.3

dengan variabel terikatnya. Hal ini mengisyaratkan bahwa untuk meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan dengan meningkatkan kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah. 5.2.1 Meningkatkan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Persepsi guru atas kompetensi manajerial kepala sekolah adalah pandangan guru terhadap implementasi kompetensi manajerial kepala sekolah di tempat guru tersebut bertugas. Berdasarkan hasil penelitian ini persepsi guru atas kompetensi manajerial kepala sekolah memberikan sumbangan yang positif terhadap peningkatan kinerja guru. Kepala sekolah yang memiliki kompetensi manajerial akan menunjukkan perilaku dan mampu untuk mengidentifikasi dan mengembangkan jenis-jenis input sekolah, mengembangkan proses sekolah, memiliki pemahaman terhadap Standar Pelayanan Minimal (SPM), melaksanakan SPM secara tepat, serta memahami lingkungan sekolah sebagai bagian dari sistem sekolah yang bersifat terbuka. Kompetensi manajerial kepala sekolah yang baik akan membawa sikap positif pada diri guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran, karena guru merasa nyaman dan tidak ada unsur tekanan dalam melaksanakan tugasnya. Berdasarkan hal tersebut diatas kepala sekolah dituntut untuk senantiasa melakukan peningkatan kompetensi manajerial yang dimilikinya secara terus menerus dengan cara mengikuti workshop, peltihan, seminar-seminar dan lainlain, sehingga dapat melaksanakan tugasnya secara optimal. 5.2.2 Meningkatkan Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah Supervisi pengajaran pada dasarnya mengandung makna praktis yaitu bantuan profesional yang diberikan oleh kepala sekolah kepada para guru untuk meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru dalam membelajarkan siswa di kelas yang bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Sebagai pemimpin pendidikan dan pengelola sekolah tertinggi dalam lembaga pendidikan, kepala sekolah harus memiliki kompetensi supervisi yang baik. Kompetensi supervisi ini sangat strategis bagi seorang kepala sekolah khususnya dalam memahami apa tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai supervisor. Menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka, oleh sebab itu kepala sekolah harus selalu meningkatkan kompetensi supervise melalui pelatihan, workshop, seminar-seminar dan lain-lain, sehingga berdampak kepada peningkatan kinerja guru. 5.3 Saran Pada satu sisi hasil penelitian ini menunjukkan adanya kontribusi yang siginifikan dari kompetensi manajerial dan supervise kepala sekolah terhadap kinerja guru, namun di sisi lain menunjukkan pula bahwa kinerja guru SMPN kota Bandar Lampung berada

pada katagori cukup baik, berkaitan dengan temuan tersebut maka peneliti mengemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut: 5.3.1 Dinas Pendidikan Kota Bandar lampung Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung, yang membawahi SMPN se Kota Bandar Lampung hendaknya melakukan pembenahan sistem pendidikan dan pelatihan kepala sekolah yang lebih fungsional untuk menjamin dihasilkannya kualitas profesional kepala sekolah. Dilihat dari posisi dan peran kepala sekolah yang sangat stategis terhadap peningkatan mutu sekolah, kepala sekolah memerlukan kompetensi manajerial dan supervisi agar mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai EMASLIME. Oleh karena itu pendidikan dan pelatihan kepala sekolah hendaknya lebih berorientasi pada pembentukan dan pemberdayaan kemampuan manajerial dan supervisi kepala sekolah yang profesional, lingkungan kehidupan pendidikan, dinamika adaptasi yang tinggi terhadap berbagai perubahan, pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual, pengembangan dedikasi kependidikan, komitmen dan sebagainya.

5.3.2

Kepala Sekolah Kepala Sekolah sebagai pengelola dan pemimpin sekolah diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya dengan meningkatkan pengetahuan, wawasan dan ketermapilannya. Disamping itu Kepala Sekolah sebagai penentu kebijakan, hendaknya dalam merumuskan dan menetapkan kebijakannya harus dilakukan secara cerdas bukan hanya cerdas intelektual/fikir tapi juga cerdas secara emosi sehingga semua keputusannya menjadi spirit bagi seluruh warga sekolah. Kepala Sekolah harus benar-benar memahami fungsinya sebagai educator, manajer, supervisor, leader, inovator dan motivator, karena itu dalam setiap kinerjanya harus selalu melakukan self evaluation, atau perbaikan secara terus menerus. Pada akhirnya Kepala Sekolah dan seluruh warga sekolah bersama-sama membangun budaya mutu di sekolah dengan bermodalkan kompetensi kepala sekolah dan kinerja guru yang optimal.

5.3.3 Guru Agar guru selalu meningkatkan keprofesionalismenya sehingga berimplikasi terhadap produktivitas kerja. Kinerja seorang guru akan terlihat dari proses dan hasil kerja yang dilandasi dengan keikhlasan, kejujuran, kesabaran, ketrampilan, rasa tanggung jawab, kecintaan terhadap pekerjaan dan amanah yang tinggi dalam menjalankan pekerjaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Brown, A.. and Bourne, I. (1995). The Social Work Supervisor. Supervisor in Community, Day Care and Residential Settings . Buckingham: Open University Press. CEVE, (1995). Guidelines for the Endorsement of Fieldwork Supervision Courses. Edinburgh: Scottish Community Education Council Christian, C. and Kitto, J. (1997). The Theory and Practice of Supervision . London: YMCA National College. Danim, Sudarwan, 2010. Kepemimpinan Pendidikan, Kepemimpinan Jenius, Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos. Alfabeta. Bandung. Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Panduan Penilaian Praktis Kinerja Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas, Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas (2003). Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta ------(2001). SK Mendiknas No. 053/U/2001, tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. -------(2000). Rambu-rambu Penilaian Kinerja Sekolah (SLIP dan SMA), Jakarta, Dirjen Dikdasmen. -------(1994). SK Mendiknas No. 085/U/1994, tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Sekolah di Lingkungan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Hersey, Paul and Blanchard, Kenneth H. (1992), Management Organizational Behavior, Utilizing Home Resources, Englewood Cliffs, New Jersey: PrenticeHall, Inc. Makmun, Abin Syamsuddin. (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya Mangkunegara, Anwar Prabu. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Masri. S dan Effendi. (2003). Metode Penelitian Survei LP3ES: Jakarta. Mulyasa, Enco. (2003). Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya

Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Galia. Jakarta. Rahman, dkk. (2005). Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Bandung : Alqaprint Jatinangor Riduwan. (2005). Alfabeta. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur. Bandung:

Robbins. (2003). Perilaku Organisasi, Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Sagala, S. (2000). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta. Satori, Djaman. (2000). Makalah Pengembangan Kepala Sekolah. Bandung: PPS UPI --------------(2006). Supervisi Akademik dan Penjaminan Mutu dalam Pendidikan Persekolahan. Koleksi Materi Perkuliahan Supervisi Pendidikan IPA SPs Bandung: tidak diterbitkan. Soetjipto dan Kosasi, R. (2004). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Administrasil. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineke Cipta. Jakarta Sulistyiorini. (2001). Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan: 28(1) 62-70 Sutisna, O. (1983). Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa. Suyanto dan Djihad Hisyam. (2000). Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium III. Yogyakarta: Adi Cita.

Anda mungkin juga menyukai