Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA DAN IMPLIKASI PADA PENDIDIKAN


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan Dosen Pengampu: Padmi Dyah Yulianti

Disusun oleh : 1. 2. 3. 4. Evana Aisatuz Zahroh Puspita Widyastuti Estin Agisara Rizalenty Chiptyono Yoga Prakoso (11310026) (11310063) (11310272) (11310122)

Kelas: 4 I

PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IKIP PGRI SEMARANG

2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan sosial khususnya remaja semakin meningkat. Perhatian remaja mulai tertuju pada pergaulan di dalam masyarakat dan mereka membutuhkan pemahaman tentang norma kehidupan yang kompleks. Masa remaja adalah masa dimana seseorang mulai mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain dan menjalin persahabatan. Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap, nilai-nilai, dan kepribadiannya. Perkembangan yang cukup rawan pada remaja adalah sikap comformity yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat, pikiran, nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan, dan lain-lainnya. Pada umumnya Perkembangan sosial remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kondisi keluarga, kematangan anak, dan sebagainya yang tentunya memberikan dampak positif maupun negatif.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa perkembangan sosial remaja itu ? 2. Bagaimana perkembangan sosial remaja itu ? 3. Apakah faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial ? 4. Apa Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja ? 5. Apa upaya- upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan ?

1.2 Tujuan 1. Mengetahui pengertian perkembangan sosial remaja 2. Memahami perkembangan sosial remaja 3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial 4. Mengetahui karakteristik Perkembangan Sosial Remaja 5. Mengetahui upaya- upaya pengembangan hubungan sosial remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan

BAB II PEMBAHASAN

2.1.1. Pengertian Hubungan Sosial Hubungan sosial diartikan sebagai bagaimana individu bereaksi terhadap orang orang disekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu pada diri individu (Soepartowo, 2007 : 113). Dalam
Kehidupan sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi

intelektual dan emosional. Menurut Simanjuntak (dalam Soepartowo, 2007 : 113), paling tidak ada tiga tempat penting dalam perkembangan hubungan sosial individu, dimulai dari rumah, teman sebaya, dan sekolah. Seseorang remaja dapat mengalami sikap hubungan sosial yang bersifat tertutup sehubungan dengan masalah yang di alami remaja. Keadaan atau peristiwa ini oleh Erik Erickson (dalam Lefton, 1982: 281) dinyatakan bahwa anak telah dapat mengalami krisis identitas. Proses pembentukan identitas diri dan konsep diri seseorang adalah sesuatu yang kompleks. Konsep diri anak tidak hanya terbentuk dari bagaimana anak percaya tentang keberadaan dirinya sendiri, tetapi juga terbentuk dari bagaimana orang lain percaya tentang keberadaan dirinya.

2.1.2. Pengertian Perkembangan Sosial Remaja Pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan

antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Manusia tumbuh dan berkembang pada masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah dan jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangan itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi sosial merupakan proses sosialisasi yang mendudukkan anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi. Bersosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial. Pada masa remaja, interaksi dan pengenalan atau pergaulan dengan teman sebaya menjadi sangat penting dan pada akhirnya pergaulan sesama manusia merupakan suatu kebutuhan.

Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok, baik kelompok kecil

maupun kelompok besar. Dalam menetapkan pilihan kelompok yang diikuti, didasari oleh berbagai pertimbangan, seperti moral, sosial ekonomi, minat dan kesamaan bakat, dan kemampuan. Baik didalam kelompok kecil maupun kelompok besar, masalah yang umum di hadapi oleh remaja dan paling rumit adalah faktor penyesuain diri. Di dalam kelompok besar akan terjadi persaingan yang berat, masing-masing individu bersaing untuk tampil menonjol, memperlihatkan akunya. Oleh karena itu, sering terjadi perpecahan dalam kelompok tersebut yang disebabkan oleh menonjolnya kepentingan pribadi setiap orang. Tetapi sebaliknya di dalam kelompok itu terbentuk suatu persatuan yang kokoh, yang diikat oleh norma kelompok yang telah disepakati.

2.1.3. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja Perkembangan sosial mengikuti suatu pola, yaitu suatu urutan perilaku sosial yang teratur, dan pola ini sama pada anak di dalam suatu kelompok budaya. Meskipun ada perbedaan tingkatan usia individu dalam sosialisasi, perbedaan itu sendiri kecil. Hal ini disebabkan oleh : pertama, pola perkembangan fisik dan mental sama pada semua anak, meskipun ada perbedaan sedikit yang disebabkan oleh kecerdasan, kesehatan, dan sejumlah faktor lain nya. Akibatnya anak siap menguasai tugas perkembangan pada umur yang hampir sama. Kedua, dalam suatu kelompok budaya, tekanan dan harapan sosial menimbulkan pengalaman belajar yang sama pada semua anak. Masa remaja merupakan masa yang cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Bukan hanya bergaul dengan berbagai kelompok umur, remaja menghadapi berbagai macam lingkungan,. Dengan demikian, remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Pergaulan dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan

sesama remaja, juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup. Anak dapat mengalami krisis identitas. Proses pembentukan identitas diri dan konsep diri seseorang adalah sesuatu yang kompleks. Konsep diri anak tidak hanya terbentuk dari bagaimana anak percaya tentang keberadaan dirinya sendiri, tetapi juga terbentuk dari bagaimana orang lain percaya tentang keberadaan dirinya. Masa remaja terjadi masa krisis, masa pencarian jati diri. Penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok-kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil. Kelompok merupakan kumpulan dari individu-individu yang mempunyai kesamaan sikap, ide, cita-cita minat, hobby dan lain-lain. Menurut Johnson, kelompok adalah dua atau lebih individu yang saling berinteraksi secara langsung, masing-masing peduli dengan hubungannya dalam sebuah grup , masing-masing peduli dengan orang lain yang menjadi anggota grup, dan masing-masing peduli dengan ketergantungan positif mereka sehingga mereka dapat berusaha mencapai tujuan bersama. Dalam lingkungan sekitar, terdapat beberapa kelompok yang mempunyai arah, tujuan dan cita-cita yang berbeda.Adanya beberapa kelompok disekitar individu membuat individu bisa bergabung dalam lebih dari satu kelompok dengan berbagai alasan. Vaughan (2005), mengemukakan beberapa alasan individu menjadi anggota suatu kelompok: Proksimitas Individu cenderung bergabung dengan individu lain yang berdekatan. Misalnya, mahasiswa-mahasiswa yang tempat tinggalnya sama akan berkelompok setidaknya untuk pulang bersama. Kesamaan sikap, minat dan keyakinan Indvidu-individu yang punya minat atau keyakinan yang sama cenderung berkelopok. Misalnya kelompok mahasiswa muslim yang mendirikan organisasi berlatar belakang agama.

Saling tergantung untuk mencapai suatu tujuan tertentu Adanya tujuan bersama beberapa individu bergabung dalam satu kelompok. Milsanya para mahasiswa yang ingin supaya harga BBM diturunkan akan bergabung dalam demonstrasi menentang keputusan pemerintah menaikkan BBM. Dukungan timbal balik yang positif Dukungan timbal balik yang positif (mutual positive support) dan kemikmatan berafiliasi merupakan salah satu penyebab mengapa individu membentuk kelompok.Kelompok bisa memberikan dukungan yang positif kepada individu serta membuat individu merasa memiliki afiliasi.Hal ini dapat menghindarkan individu dari rasa kesepian. Misalnya, seorang mahasiswa yang tidak masuk kuliah akan memperoleh informasi tentang tugas dari teman sekelompoknya. Dukungan emosional Kelompok juga bisa memberi dukungan emosional untuk para anggotanya. Misalnya seorang mahasiswa diputuskan oleh pacarnya akan dihibur oleh teman-teman sekelompoknya dan bisa sejenak melupakan masalahnya dengan berjalan-jalan bersama teman-temannya. Identitas sosial Keanggotaan individu di dalam kelompok membuat individu memiliki identitas. Individu tahu siapa dirinya karena ia anggota suatu kelompok. Kelompok memberikan identitas terbaru bagi individu dengan memberikan nilai-nilai yang berbeda dengan kelompok lainnya. 2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial a. Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam

keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Sejumlah studi telah membuktikan, bahwa hubungan pribadi di lingkungan keluarga mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan sosial anak. Ukuran keluarga misalnya, tidak hanya mempengaruhi penalaman sosial awal, tetapi juga meninggalkan bekas pada sikap sosial dan pola perilaku. Sebagai contoh, anak tunggal yang sering mendapat perlakuan yag berlebih dari orang tuanya, akibatnya mereka mengharapkan perlakuan yang sama dari orang luar dan kecewa jika mereka tidak mendapatkannya. Harapan orang tua memotivasi anak untuk belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial dan begitu juga cara mendidik anak yang digunakan oleh orang tua sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak, utamanya pada tahun awal kehidupan. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang demokratis, biasanya akan melakukan penyesuaian yang paling baik. Mereka aktif secara sosial dan mudah bergaul. b. Kematangan Fisik dan Psikis Bersosialisasi merupakan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu

mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik, sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik. c. Status Sosial Ekonomi Keluarga Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu, ia anak siapa. Secara tidak langsung dalam pergaulan kehidupan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.

d. Pendidikan Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberi warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat.dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah). Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan pada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antar bangsa. Etik pergaulan dan pendidikan moral diajarkan secara terprogram dengan tujuan untuk membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ketika anak anak memasuki sekolah, guru mulai memasukkan pengruh terhadap sosialisasi mereka, meskipun pengaruh teman sebaya biasanya lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh guru dan orang tua. Studi tentang perbedaan antara pengaruh teman sebaya dengan pengaruh teman orang tua terhadap keputusan anak pada berbagai tingkatan umur anak, jika nasihat yang diberikan oleh keduanya berbeda, maka anak cenderung lebuh terpengaruh oleh teman sebaya ( Soeparworo, 2007 : 119 ) e. Kapasitas Mental : Emosi, dan Intelegensi Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa.Perkembangan emosi berpengaruh sekali terhadap perkembangsn sosial anak. Anak yang berberkemampuan itelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuann berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami ornag lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tingggi.

f. Masyarakat Sejak anak mulai sekolah, anak memasuki usia gang , yaitu usia yang pada saat itu kesadaran sosial berkembang pesat. Disamping membantu anak- anak menjadi pribadi yang mampu bermasyarkat, sebaliknya kehidupan gang menopang perkembangan kualitas perilaku sosial tertentu yang tidak baik, seperti sombong, kenakalan, dan sebagainya yang kadangkadang meresahkan orang tua, guru, dan masyarakat. Penerimaan dan penghargaan secara baik masyarakat terhadap diri anak, lebih- lebih terhadap peserta didik, mendasari adanya perkembangan sosial yang sehat, citra diri yang positif dan juga rasa percaya diri yang baik dan sebaliknya. 2.1.5. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dan teori-teori yang menyebabkan sikap krirtis terhadap situasi dan orang lain. Pengaruh egosentris sering terlihat pada pemikiran remaja, yaitu : 1. Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri tanpa memikirkan akibat jauh dan kesulitan-kesulitan praktis. 2. Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri belum disertai pendapat orang lain. Pencerminan sifat egois dapat menyebabkan dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sifat ego semakin kecil sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang semakin baik dan matang. Dengan dimulainya masa puber, timbullah perubahan pada sikap sosial, kemunduran minat terhadap aktivitas kelompok, dan kecenderungan untuk menyendiri. Pada masa puber kemajuan dan kecepatan dan perubahan meningkat, serta sikap dan perilaku sosial semakin meningkat ke arah antisosial. Fase ini sering disebut fase negatif atau periode ketidakseimbangan , sehingga pada masa puber, anak- anak dengan sengaja melakukan kebalikan dari apa yang diharapkan masyarakat terhadap mereka.

2.1.6. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Sosial. Bergaul dengan sesama manusia (sosialisasi) dilakukan oleh setiap orang, baik secara individual maupun kelompok. Dilihat dari berbagai aspek, terdapat perbedaan individual manusia, yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya. Sesuai dengan teori komprehensif tentang perkembangan sosial yang dikembangkan oleh Erickson, maka di dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya manusia menempuh langkah yang berlainan satu sama lain. Dalam teori Erickson dinyatakan bahwa manusia (anak) dalam kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai dengan minat, kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok-kelompok sosial yang beranekaragam. Setelah individu memperluas jangkauannya masuk kedalam masyarakat , pola sikap dan perilakunya semakin berkembang karena lingkungan pergaulan dalam masyarakat semakin banyak dan bervariasi, seperti teman sekolah, guru, dan orang lain yang ada di dalam masyarkat. Dengan demikian sikap anak pun dari hari ke hari semakin berubah. Perubahan sikap dan perilaku tersebut merupakan pengalaman baru bagi individu, yang diperoleh melaui : meniru seseorang , mengkombinasikan pengalamandan pengalaman khusus dengan kadar emosional yang mendalam. Dengan demikian perkembangan sosial antara individu yang satu dengan individu yang lainnya bisa berbeda- beda karena bervariasi nya lingkungan tempat tinggal memberikan pengalaman yang berbeda.

2.1.7. Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsangan terhadap mereka ke arah perilaku yang bermanfaat dan dapat diterima khalayak. Kelompok olahraga, koperasi, kesenian, dan semacamnya di bawah asuhan para pendidik di sekolah atau para tokoh masyarakat di dalam kehidupan msyarakat perlu banyak dibentuk. Khusus di dalam sekolah perlu sering diadakan kegiatan bakti sosial, bakti karya, dan kelompok-kelompok

belajar di bawah asuhan para guru pembimbing kegiatan ini hendaknya dikembangluaskan. Untuk mengembangkan hubungan sosial anak, ada beberapa upaya yang perlu dilakukan, diantaranya : 1. Hubungan sosial dengan keluarga ( orang tua ) Jika anak- anak mempunyai hubungan sosial yang harmonis dengan anggota keluarga, mereka akan dapat menikmati sepenuhnya hubungan sosial dengan orang orang diluar rumah, mengembangkan sikap baik terhadap orang lain, dan belajar berfungsi secara sukses didalam kelompok teman sebaya. Implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan, keluarga hendaknya dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan anak, sehingga anal- anak memperoleh pengalaman sosial awal yang baik. 2. Hubungan dengan sekolah Sekolah adalah salah satu lingkingan anak untuk berinteraksi. Dalam lingkungan kelas, murid mempunyai banyak kesempatan untuk melakukan interaksi sosial. Faktor penting pengaruh guru terhadap perkembangan sosial anak adalah pola perilaku sosial anak diperoleh melalui imitasi melalui model yang berwibawa. Konsekuensinya, guru mengakui pentingnya tinhkah laku mereka sebagai sumber informasi untuk murid. 3. Hubungan dengan masyarakat Hubungan dengan masyarakat, utamanya dengan teman sebaya. Dalam hal ini teman sebaya memainkan peranan yang vital dalam perkembangan psikologi anak dan remaja, khususnya perkembangan sosialnya. Implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan adalah : ( 1 ) Memberi kesempatan penuh kepada mereka untuk sosialisai sehingga mereka dapat belajar bermasyarkat dengan orang lain ; ( 2 ) Menumbuhkan motifasi anak untuk belajar sosialisasi yang dapat memberikan kepuasan dan kesenangan dalam aktivitas sosial, sebab dengan kepuasan dan kesenangan melalui hubungan denga orang lain mereka akan cenderung untuk mengulanginya ; (3 ) Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada mereka tentang beberapa pola perilaku yang penting bagi penyesuaian sosial yang baik. Dalam hal demikian, teladan tokoh dan pemuka masyarakat amatlah penting.

2.1.8. Ciri Khas Perkembangan Sosial Remaja. Perkembangan sosial pada masa puber dapat dilihat dari dua ciri khas yaitu mulai terbentuknya kelompok teman sebaya, baik dengan janis kelamin yang sama atau dengan jenis kelamin yang berbeda dan mulai memisahkan diri dari orang tua. 1. Kelompok teman sebaya Percepatan perkembangan pada masa puber berhubungan dengan pemasakan seksual yang akhirnya mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial.Sebelum memasuki masa remaja biasanya anak sudah mampu menjalin hubungan yang erat dengan teman sebaya.Seiring dengan itu juga timbul kelompok anak-anak untuk bermain bersama atau membuat rencana bersama. Sifat yang khas dari kelompok anak yang belum pubertas adalah behwa kelompok tadi terdiri dari jenis kelamin yang sama. Persamaan sex ini membantu timbulnya identitas jenis kelamin dan yang berhubungan dengan perasaan identifikasi yang mempersiapkan pengalaman identitasnya.Sedangkan pada masa puber, anak sudah mulai berani untuk melakukan kegiatan dengan lawan jenisnya dalam berbagai kegiatan. 2. Melepas dari Orang Tua Tuntutan anak untuk memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebaya merupakan suatu reaksi terhadap suatu intern anak muda.Sesudah mulainya pubertas timbul suatu diskrepansi yang besar antara kedewasaan jasmaniah dengan ikatan sosial pada orang tua.Dalam keadaan seperti ini banyak pertentangan-pertentangan antara remaja awal dengan orang tua, yaitu perbedaan standar perilaku, merasa menjadi korban, perilaku yang kurang matang, masalah palang pintu, dan metode disiplin.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Sedangkan Hubungan sosial diartikan sebagai bagaimana individu bereaksi terhadap orang orang disekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu pada diri individu. Hubungan sosial individu telah dimulai sejak individu lahir, yaitu saat anak berada di tengah- tengah keluarganya. Jika anak- anak mempunyai hubungan sosial yang harmonis dengan anggota keluarga, mereka akan dapat menikmati sepenuhnya hubungan sosial dengan orang orang diluar rumah, mengembangkan sikap baik terhadap orang lain, dan belajar berfungsi secara sukses didalam kelompok teman sebaya. Pengalaman sosial awal diluar rumah yang diperoleh anak dengan meningkatnya usia. Sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak. Pengaruh negatif akan mendorong anak untuk bersikap dan berperilaku tidak sosial dan sebaliknya. Perkembangan sosial mengikuti suatu pola, yaitu suatu urutan perilaku sosial yang teratur, dan pola ini sama pada anak di dalam suatu kelompok budaya. Meskipun ada perbedaan tingkatan usia individu dalam sosialisasi, perbedaan itu sendiri kecil. Hal ini disebabkan oleh : pertama, pola perkembangan fisik dan mental sama pada semua anak, meskipun ada perbedaan sedikit yang disebabkan oleh kecerdasan, kesehatan, dan sejumlah faktor lain nya. Akibatnya anak siap menguasai tugas perkembangan pada umur yang hampir sama. Kedua, dalam suatu kelompok budaya, tekanan dan harapan sosial menimbulkan pengalaman belajar yang sama pada semua anak. Nilai positif dalam kehidupan kelompok adalah tiap anggota kelompok belajar berorganisasi, memilih pemimpin, dan mematuhi aturan kelompok.

3.2 Saran Hendaknya para remaja mampu mamahami makna dan karakteristik perkembangan sosial remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi dan pengaruh terhadap tingkah laku, serta mengupayakan pengembangan hubungan sosial remaja serta mengimplikasikannya dengan baik terutama terhadap pendidikan.

Daftar Pustaka

Soeparwoto. 2007. Psikologi Perkembangan. Semarang : UPT MKK UNNES. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2011. Teori- Teori Psikologi Sosial.Jakarta : Raja Grafindo Persada. Gunawan, Ary H. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakata : Rineka cipta. Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Anda mungkin juga menyukai