Anda di halaman 1dari 24

WAJIB SIMPAN RAHASIA dr.

JIMS FERDINAN

Rahasia :
Sesuatu yang harus dijaga agar jangan sampai diketahui oleh orang lain. Masalah moral, Etik dan Hukum

Rahasia medis : milik pasien.


Sesuai dengan Sumpah Hippocrates (469-399 SM) yang berbunyi : I will respect the secrets which are confided in me, even after the patient has died (Saya akan menghormati rahasia-rahasia yang dipercayakan kepada saya, bahkan sampai sesudah pasien meninggal).

Menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 10 Th. 1966, rahasia medis : Segala sesuatu yang diketahui pada waktu atau selama melakukan pekerjaan di lapangan kedokteran.

Wila Chandrawila Supriadi :


Suatu norma yang secara traditional dianggap sebagai norma dasar yang melindungi hubungan dokter (petugas pelayan kesehatan) dengan pasien.

Soeraryo Darsono :
Segala sesuatu yang oleh pasien secara sadar disampaikan kepada dokter, atau segala sesuatu yang oleh tenaga kesehatan (medis) diketahui sewaktu mengobati, merawat pasien, dan segala sesuatu yang tercatat dalam rekam medis.

RAHASIA JABATAN BEDA DENGAN RAHASIA PEKERJAAN (PROFESI)


Rahasia jabatan bukan berdasarkan azas kepercayaan, diwajibkan bagi pejabat negara. Sedangkan rahasia pekerjaan, berdasarkan azas kepercayan, bersifat swasta/ pribadi/ profesi.

Rahasia medis :
Rahasia profesi kedokteran (bidang kesehatan) baru dapat berlangsung bila ada kerelaan pasien untuk mengungkapkan keadaan dirinya, termasuk hal-hal yang amat pribadi. Meliputi tindakan anamnesis (wawancara/ bahkan hal sifatnya pribadi), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan Laboratorium (bahkan diagnosa dan prognosa).

Tradisi profesi kedokteran (dokter, dokter gigi, bidan, perawat, laboraturium) harus menghargai kerahasiaan pribadi tersebut dan mencantumkannya dalam kode etik kedokteran.
Karena ada hubungan berdasarkan azas kepercayaan.

Rahasia medis harus dijaga oleh semua tenaga kesehatan baik medik maupun nonmedik, yaitu: Semua tenaga kesehatan dan kedokteran, Semua mahasiswa kedokteran, Semua murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan atau perawatan Orang-orang yang ditetapkan oleh menteri kesehatan misalnya pegawai tata usaha, atau pegawai yang mengurusi rekam medik.
Peraturan Pemerintah No. 10 Th. 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran tanggal 21 Mei 1966.

Rahasia medis yang tergolong kedalam hak Asasi (hak atas privacy yang merupakan induk dari segala hak pribadi).
Setiap orang berhak untuk tidak dicampuri urusan pribadinya oleh orang lain tanpa persetujuannya (yang tidak dikehendaki dan tidak atas persetujuannya).

Pasal 53 UU Kesehatan RI Th. 1992 menyatakan : Bahwa rahasia kedokteran merupakan hak pasien yang wajib dihormati.

Pelanggaran terhadap rahasia medis KUHP pasal 322 yang berbunyi :


Barang siapa yang dengan sengaja membocorkan suatu rahasia yang atas dasar jabatan atau profesi yang wajib disimpannya, baik berdasarkan yang dahulu maupun yang sekarang dijabatnya, diancam dengan hukuman setinggi-tingginya sembilan bulan.

Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka ia hanya dapat dituntut atas dasar pengaduan.

Ganti kerugian yang diderita pasien sebagai akibat pengungkapan rahasia kedokteran, dapat digugat berdasarkan pasal 1365 KUH Perdata.

Menteri Kesehatan menegaskan :


Berdasarkan pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 10 Th. 1966, akan tetap melakukan tindakan administratif bila diketahui dan terbukti terjadi pembongkaran rahasia medis pasien meskipun pasien memaafkan dan tidak mengadukan dokter kepada yang berwajib.

Rahasia kedokteran yang dibocorkan jika menyangkut kepentingan negara dan dibocorkan kepada negara lain, misalnya tentang kesehatan presiden. KUHP pasal 112 : Dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.

Pasien dapat menggunakan wewenang untuk melepaskan haknya dengan memberikan izin mengungkapkan rahasianya, misalnya demi kepentingan dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Walaupun demikian, berusaha sedapat mungkin agar identitas pasien tidak sampai diketahui. Ini termasuk kode etik penelitian dan pendidikan kedokteran.

Di Indonesia rahasia pasien dilindungi oleh Peraturan Pemerintah No. 26 Th. 1960 melalui lafal Sumpah Dokter, yang berbunyi : Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter,

HAK MENOLAK MENYIMPAN RAHASIA MEDIS


Wajib simpan rahasia kedokteran ini tidak berlaku mutlak, kecuali pada kasus tertentu (sesuai dengan aturan berlaku dan etika profesi): Undang-Undang No. 1 tentang Karantina Laut. Undang-Undang No. 2 tentang Karantina Udara. Undang-Undang No. 6 tentang Wabah Penyakit Menular. Instruksi Menteri Kesehatan RI No. 72/ Menkes/ Inst/ II/ 1988 tentang Kewajiban melaporkan penderita dengan gejala AIDS.

HAK MENOLAK MEMBONGKAR RAHASIA MEDIS PASIEN DI PENGADILAN DAN MENGUNDURKAN DIRI JADI SAKSI AHLI Bila tidak mau membocorkan rahasia medis pasiennya (dengan alasan saudara/ sedarah/ org tua dan istri atau suami bersangkutan).

Diatur oleh KUHAP pasal 170 (akan tetapi kewenangan keputusan dari pertimbangan permohonan ada ditangan hakim). Dalam beberapa kasus hakim dapat menolak pengunduran diri tersebut.

HAK MENOLAK BERBICARA DI PENGADILAN TENTANG RAHASIA MEDIS PASIEN


KUH Perdata pasal 1909. KUH Pidana pasal 322. KUHAP pasal 170. Profesi medis itu sendiri, dalam rangka pelaksanaan mewajibkan profesi medis untuk menyimpan rahasia pasien.

KEWAJIBAN MEMBONGKAR RAHASIA MEDIS PASIEN DI PENGADILAN


Pasal 224 KUHP : Barangsiapa yang secara sah dipanggil sebagai saksi, saksi ahli atau sebagai penterjemah tidak memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi dihukum : Dalam perkara pidana dengan hukuman penjara paling lama 9 bulan. Di dalam perkara lainnya dengan hukuman penjara paling lama 6 bulan.

KEWAJIBAN DAN HAK MEMBONGKAR RAHASIA MEDIS DI DEPAN UMUM (dengan tata cara etika profesi yang baik dan benar) Terpaksa membuka rahasia karena sesuatu hal (ancaman/ teror/ pertimbangan keselamatan umum/ tekanan dari atasan atau penguasa) yang walaupun tidak dibolehkan oleh hukum, tetapi tidak dipidana karena adanya dasar-dasar menghapus pidana (straf uitsluiting-sgronden), menurut Undang-Undang, antara lain dalam pasal 48, 50 dan 51 KUHP.

HAK DAN KEWAJIBAN MEMBERIKAN DATA PASIEN (BUKAN RAHASIA MEDIS) : Data pasien (rekam medis) boleh diberikan pada badan pendataan yang ditunjuk pemerintah atau pasien (keluarga pasien) dengan mengkopi data-data rekam medis (setelah dinilai/ disaring Terlebih dahulu rahasia penting di dalamnya menurut penilaian pihak medis). Tetapi rahasia medis yang lebih menekankan segi kerahasiannya (akan hal yang sifatnya lebih detail dan pribadi atau penjelasan dari data tersebut).

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai