Anda di halaman 1dari 17

Kanker Serviks (Leher Rahim) I.

Pendahuluan Kanker Serviks Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak 90% dari kanker leher rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke rahim. Jenis skuamosa merupakan jenis yang paling sering ditemukan, yaitu 90% merupakan karsinoma sel skuamosa (KSS), adenokarsinoma 5% dan jenis lain sebanyak 5%. Karsinoma skuamosa terlihat sebagai jalinan kelompok sel-sel yang berasal dari skuamosa dengan pertandukan atau tidak, dan kadang-kadang tumor itu sendiri berdiferensiasi buruk atau dari sel-sel yang disebut small cell, berbentuk kumparan atau kecil serta bulat serta mempunyai batas tumor stroma tidak jelas. Sel ini berasal dari sel basal atau reserved cell. Sedang adenokarsinoma terlihat sebagai sel-sel yang berasal dari epitel torak endoserviks, atau dari kelenjar endoserviks yang mengeluarkan mukus. II. Etiologi Kanker Serviks Sebelum terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi yang 40 diantaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Beberapa tipe HPV virus risiko rendah jarang menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat virus risiko tinggi. Baik tipe risiko tinggi maupun tipe risiko rendah dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada umumnya hanya HPV tipe risiko tinggi yang dapat memicu kanker. Virus HPV risiko tinggi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah tipe 7,16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan mungkin masih terdapat beberapa tipe yang lain. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90% kanker leher rahim disebabkan oleh tipe 16 dan 18. Yang membedakan antara HPV risiko tinggi dengan HPV risiko rendah adalah satu asam amino saja. Asam amino tersebut adalah aspartat pada HPV risiko tinggi dan glisin pada HPV risiko rendah dan
1

sedang. Dari kedua tipe ini HPV 16 sendiri menyebabkan lebih dari 50% kanker leher rahim. Seseorang yang sudah terkena infeksi HPV 16 memiliki resiko kemungkinan terkena kanker leher rahim sebesar 5%. Dinyatakan pula bahwa tidak terdapat perbedaan probabilitas terjadinya kanker serviks pada infeksi HPV-16 dan infeksi HPV-18 baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan. Akan tetapi sifat onkogenik HPV-18 lebih tinggi daripada HPV-16 yang dibuktikan pada sel kultur dimana transformasi HPV-18 adalah 5 kali lebih besar dibandingkan dengan HPV16. Selain itu, didapatkan pula bahwa respon imun pada HPV-18 dapat meningkatkan virulensi virus dimana mekanismenya belum jelas. HPV-16 berhubungan dengan skuamous cell carcinoma serviks sedangkan HPV-18 berhubungan dengan adenocarcinoma serviks. Prognosis dari adenocarcinoma kanker serviks lebih buruk dibandingkan squamous cell carcinoma. Peran infeksi HPV sebagai faktor risiko mayor kanker serviks telah mendekati kesepakatan, tanpa mengecilkan arti faktor risiko minor seperti umur, paritas, aktivitas seksual dini atau perilaku seksual, merokok, pil kontrasepsi, genetik, infeksi virus lain dan beberapa infeksi kronis lain pada serviks seperti klamidia trakomatis dan HSV-2. III. Faktor-Faktor Penyebab Kanker Serviks Penyebab utama penyakit kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV atau virus papiloma manusia) yang menyerang selsel kulit vagina. Hampir 70% kejadian kanker serviks merupakan akibat dari HPV 16 dan HPV 18. Virus ini sangat mudah berpindah dan menyebar, tidak hanya melalui cairan, tapi juga bisa berpindah melalui sentuhan kulit. Selain itu kita bisa terserang kanker serviks karena bakteri yang menyerang organ kewanitaan, atau disebut bakteri klamidia. Keberadaan penyakit kutil kelamin juga merupakan salah satu faktor pendukung menyebarnya virus HPV ini karena penyakit kutil kelamin juga disebabkan oleh virus HPV. Namun kutil kelamin disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11. Kutil kelamin adalah benjolanbenjolan yang tumbuh pada alat kelamin manusia dalam berbagai variasi bentuk. Pada wanita, kutil kelamin tumbuh pada vulva dan serviks. Sedangkan pada pria, kutil kelamin akan cenderung muncul pada penis atau skrotum dan pada beberapa kasus tertentu kutil kelamin tumbuh pada area selangkangan. Beberapa faktor yang menyebabkan kanker serviks adalah: 1. Faktor lingkungan
2

Lingkungan yang kurang bersih, contoh kloset di WC umum yang terkontaminasi virus, air sungai atau air toilet umum yang tidak terawat. Karena tentu air yang kotor itu mengandung kuman dan bakteri. 2. Faktor Usia Wanita yang berusia diatas 40 tahun lebih rentan terkena kanker serviks, semakin tua maka semakin tinggi resiko. 3. Faktor Genetik Wanita dengan variasi gen tertentu tampaknya dilindungi terhadap kanker serviks. 4. Faktor Kekebalan Tubuh Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti orang dengan HIV / AIDS memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker serviks. 5. Faktor Sosial Ekonomi Studi di beberapa negara telah mengungkapkan bahwa perempuan di daerah yang perkenomonian tertinggal memiliki resiko jauh lebih tinggi terjangkit kanker serviks, dibandingkan dengan wanita yang tinggal di daerah dengan perekonomian sedang / maju. 6. Faktor Keturunan Bila seorang ibu pernah mengalami kanker serviks dan melahirkan seorang anak, maka anak tersebut memiliki resiko terkena kanker serupa lebih tinggi daripada wanita lain. Selain faktor-faktor tersebut, terdapat beberapa kebiasaan lain sebagai penyebab kanker serviks: 1. Kebiasaan Merokok Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat mempermudah selaput lendir sel-sel tubuh terangsang atau bereaksi. Dan biasanya terjadi pada tenggorokan, paru-paru dan leher rahim. Apabila nikotin yang diserap oleh tenggorokan terlalu banyak maka akibatnya semakin besar kemungkinan tiga organ itu terkontaminasi. Mekanisme kerjanya
3

bisa secara langsung melalui aktivitas mutasi mukus serviks (cairan pada permukaan mulut rahim) pada perokok atau melalui efek imunosupresif (mengurangi daya tahan tubuh) yang muncul dari kebiasaan merokok. Tembakau pada rokok juga mengandung bahanbahan karsinogenik (penyebab kanker) baik yang dihisap sebagai rokok maupun sigaret yang dikunyah. Asap rokok sendiri menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang sangat karsinogen (penyebab kanker) dan mutagen (penyebab mutasi). Bahan yang berasal dari tembakau yang dihisap terdapat pada mukus serviks wanita perokok dan dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. Bahan-bahan tersebut juga terbukti dapat menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga dapat menyebabkan neoplasma serviks. 2. Sering Menabur Bedak Pada Vagina Butiran-butiran bedak yang menempel pada vagina dapat menyebabkan timbulnya kanker ovarium. Hal itu dapat mengakibatkan infeksi dan luka di ovarium. Kebiasaan seperti ini dianggap sesuatu yang wajar saja, demi menjaga kesegaran pada vagina. Padahal dengan kebiasaan seperti itu dapat menimbulkan kanker. 3. Berganti - ganti pasangan seksual, Aktif berhubungan seksual sejak usia dini HPV adalah penyebab kanker servis. Tipe ini hampir selalu ditularkan akibat kontak seksual dengan individu yang terinfeksi. Wanita yang memiliki banyak pasangan seksual umumnya memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi HPV, yang meningkatkan resiko mereka terjangkit kanker serviks. Seringnya melakukan hubungan intim dengan berganti pasangan, melakukan hubungan intim dengan pria yang sering berganti pasangan dan melakukan hubungan intim pada usia dini (melakukan hubungan intim pada usia <16 tahun bahkan dapat meningkatkan resiko 2x terkena kanker serviks). 4. Diet Rendah Lemak Apabila kita terlalu banyak konsumsi jenis makanan yang berlemak maka estrogen pun semakin banyak, karena lemak yang potensial memproduksi hormon estrogen. Dan apabila badan rahim
4

atau endometrium terpapar oleh hormon ini maka kemungkinan terjadi perubahan yang sangat cepat menjadi kanker. Banyak sayur dan buah yang mengandung bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat mencegah kanker. Dari beberapa penelitian ternyata defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, E, beta karotin atau retinol berhubungan dengan peningkatan resiko kanker serviks. 5. Pembersih Vagina Pada umumnya wanita sering menggunakan antiseptik untuk membersihkan daerah kewanitaan mereka. Katanya, berguna membasmi kuman pada vagina, perlu diketahui pada vagina terdapat kuman yang disebut Basillus Doderlain, penghasil asam laktat yang memang fungsinya menjaga kelembaban vagina. Antiseptik yang digunakan kadang-kadang mengandung bahan kimia yang berbahaya yang dapat menimbulkan iritasi pada leher rahim. 6. Kurangnya asupan vitamin Vitamin C merupakan vitamin yang dapat memperbaiki dan memperkuat mukosa, material dalam leher rahim. Jika kita kekurang vitamin tersebut tidak menutup kemungkinan kita akan terjangkit kanker rahim. Oleh karena itu, dianjurkan untuk memperbanyak mengkonsumsi sayuran dan vitamin C.

IV. Tanda dan Gejala Kanker Serviks Tanda dan gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan ditemukannya sel-sel abnormal di bagian bawah serviks. Sering kali kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Namun bila sudah berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala seperti pendarahan abnormal serta keputihan yang berbau busuk pada vagina, nyeri panggul, sakit saat buang air kecil, sering mengeluarkan darah yang banyak saat menstruasi, dan sakit saat berhubungan seksual. Perdarahan bercak pasca koitus atau leukorea yang bercampur darah sering merupakan tanda awal kanker serviks ulseratif. Ketidaknyamanan atau disfungsi kandung kemih atau rektum merupakan manifestasi lanjut kanker serviks. Rasa sakit, seringkali satu sisi dan menjalar ke pinggul, dapat terjadi kanker lanjut ketika ureter tersumbat

sebagian atau nervus sakralis terkena tumor. Anemia, anoreksia, dan kehilangan berat badan merupakan tanda-tanda penyakit keganasan lanjut.

V.

Keadaan Serviks Normal dan Kanker

Gambar 3. Perbedaan Keadaan Serviks Normal dan Kanker Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplasia (erosion) akibat saling desak-mendesanya kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang mengalami metaplasia fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-diskariotik). Penyakit ini diawali oleh lesi prakanker, yang disebut juga neoplasia interepitel serviks/NIS (Cervical Intraephitelial Neoplasia/CIN) dengan tingkatan NIS-I, II, III, dan KIS (karsinoma in situ). Periode dari NIS-I s.d KIS disebut periode laten atau fase prainvasif yang masih mengalami regresi spontan dengan atau tanpa pengobatan. Namun bila lesi sudah menjadi mikro invasif atau invasif, proses keganasan akan terus berlanjut. Sel-sel pada permukaan serviks kadang tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel serviks merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan prekanker, yang bisa berubah menjadi kanker.

Saat ini telah digunakan istilah yang berbeda untuk perubahan abnormal pada sel-sel di permukaan serviks, salah satu diantaranya adalah lesi skuamosa intraepitel (lesi artinya kelainan jaringan, intraepitel artinya sel-sel yang abnormal hanya ditemukan di lapisan permukaan). Perubahan pada sel-sel ini bisa dibagi ke dalam 2 kelompok: 1. Lesi tingkat rendah : merupakan perubahan dini pada ukuran, bentuk dan jumlah sel yang membentuk permukaan serviks. Beberapa lesi tingkat rendah menghilang dengan sendirinya. Tetapi yang lainnya tumbuh menjadi lebih besar dan lebih abnormal, membentuk lesi tingkat tinggi. Lesi tingkat rendah juga disebut displasia ringan atau neoplasia intraepitel servikal 1 (NIS 1). Lesi tingkat rendah paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 25-35 tahun, tetapi juga bisa terjadi pada semua kelompok umur. 2. Lesi tingkat tinggi : ditemukan sejumlah besar sel prekanker yang tampak sangat berbeda dari sel yang normal. Perubahan prekanker ini hanya terjadi pada sel di permukaan serviks. Selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, sel-sel tersebut tidak akan menjadi ganas dan tidak akan menyusup ke lapisan serviks yang lebih dalam. Lesi tingkat tinggi juga disebut displasia menengah atau displasia berat, NIS 2 atau 3, atau karsinoma in situ. Lesi tingkat tinggi paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 30-40 tahun.

VI. Tipe Kanker Serviks Klasifikasi histologik kanker serviks ada beberapa, di antaranya : 1. Skuamous carcinoma Keratinizing Large cell non keratinizing Small cell non keratinizing Verrucous
7

Sekitar 80% sampai 90% dari kanker serviks adalah karsinoma sel skuamosa. Kanker ini berkembang dalam sel-sel skuamosa yang menutupi permukaan exocervix tersebut. Di bawah mikroskop, kanker jenis ini terdiri dari sel-sel yang seperti sel-sel skuamosa. Karsinoma sel skuamosa paling sering di mana exocervix bergabung endocervix. 2. Adeno carcinoma Endocervical Endometroid (adenocanthoma) Clear cell - paramesonephric Clear cell - mesonephric Serous Intestinal Tipe kanker serviks lainnya adalah adenocarcinoma. Adenokarsinoma serviks berkembang dari sel-sel kelenjar lendir memproduksi endoserviks. 3. Mixed carcinoma Adenosquamous Mucoepidermoid Glossy cell Adenoid cystic 4. Undifferentiated carcinoma 5. Carcinoma tumor 6. Malignant melanoma 7. Maliganant non-epithelial tumors Sarcoma : mixed mullerian, leiomysarcoma, rhabdomyosarcoma Lymphoma Selain itu, terdapat jenis histopatologik kanker serviks menurut WHO pada tahun 1994:
8

1. Karsinoma Sel Skuamosa a. Dengan pertandukan b. Tanpa pertandukan c. Tipe verukosa d. Tipe kapiler e. Tipe limfoepitelioma 2. Adenokarsinoma a. b. c. d. e. Tipe musinosa Tipe mesonefrik Tipe sel jernih Tipe serosa Tipe endometrioid

3. Karsinoadenoskuamosa a. b. c. d. e. Karsinoma glassy cell Karsinoma sel kecil Karsinoma adenoid basal Tumor karsinoid Karsinoma adenoid kistik

4. Tumor Mesenkim a. Karsinoma tidak berdiferensiasi

VII.

Stadium Kanker Serviks

Secara histopatologis pertumbuhan sel kanker serviks diklasifikasikan ke dalam empat stadium, yaitu : displasia, karsinoma in situ, karsinoma mikroinvasif, karsinoma invasif. 1. Displasia Displasia adalah satu lesi di dalam epitel yang menunjukkan sel-sel atipia dari berbagai tingkat yang dapat terjadi pada epitel skuamosa dan epitel metaplastik berasaldari mukosa endoserviks. Terjadi pertumbuhan aktif disertai gangguan proses pematangan epitel serviks uteri yang dimulai pada bagian basal sampai ke lapisan superfisial. Awal perubahan dimulai di inti sel dimana rasio inti-sitoplasma bertambah, warna lebih gelap, bentuk dan besar sel mulai bervariasi, susunan tidak teratur dan mitosis aktif. Berdasarkan derajat perubahan sel individu dan lapisan sel epitel yang jelas mengalami perubahan, displasia dibagi dalam 3 derajat pertumbuhan, yaitu: dysplasia ringan, sedang, berat. a. Displasia Ringan Terjadi kekacauan polaritas yang minimal dimana inti sel selalu besar, tidak teratur, dan berwarna hitam/gelap. Mitosis kadang dapat ditemukan dan sel atipia menempati sampai sepertiga bawah ketebalan epitel. b. Displasia Sedang Derajat atip ia lebih nyata dan sel atipia menempati sampai dua pertiga ketebalan epitel. Enampuluh persen displasia ringan dan sedang akan menjadi karsinoma invasif. c. Displasia Berat Disini sel atipia sangat mencolok dan disertai kekacauan polaritas yang mencolok. Tampak sel berukuran besar dengan inti yang lebih gelap dan mitosis sangat mudah ditemukan dan hampir menempati seluruh ketebalan epitel. 2. Karsinoma In Situ Karsinoma in situ adalah satu lesi dimana seluruh epitel menunjukkan gambaran sel karsinoma. Tidak ada invasi dalam stroma di bawahnya. Tampak kekacauan polaritas yang nyata dengan sel berinti kecil hiperkromatik. Mitosis normal maupun atipik mudah ditemukan tersebar diseluruh lapisan epitel. Lesi ini sering mengikutsertakan kelenjer serviks. 3. Karsinoma Mikroinvasif
10

Pada karsinoma mikroinvasif disamping derajat pertumbuhan sel meningkat, juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stroma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis. Biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker atau ditemukan bertepatan pada pemeriksaan penyakit lain di serviks uteri. Pada pemeriksaan fisik juga tidak terlihat perubahan pada porsio. Akan tetapi dengan pemeriksaan kolposkopi dapat diprediksi adanya prakarsinoma. 4. Karsinoma Invasif Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol, besar dan bentuk sel bervariasi, inti gelap dan khromatin berkelompok tidak merata serta susunan sel makin tidak teratur. Sekelompok atau lebih sel tumor menginvasi membran basal dan tumbuh infiltratif ke dalam stroma. Kadang-kadang terlihat invasi sel tumor pada pembuluh getah bening ataupun pembuluh darah (angio invasi). Karsinoma invasif dibagi dalam tiga subtipe yaitu: a. Karsinoma Sel Skuamos dengan Keratin Sekelompok sel mengandung keratin dan biasanya jenis tumor ini tumbuh di area ektoserviks dan kurang sensitif terhadap radioterapi. b. Karsinoma Sel Skuamos tanpa Keratin Tumor tumbuh di area peralihan sel skuamos-kolumnar, dimulai dari pertumbuhan metaplasia sel skuamos. Jenis tumor ini cukup sensitif terhadap radioterapi. c. Karsinoma Sel Kecil (Small Cell Carcinoma) Pertumbuhan tumor berasal dari sel cadangan epitel di area endoserviks. Ukuran sel kecil, bentuk memanjang atau oval. Tumor ini sensitif terhadap radiasi. Pertumbuhan sel kanker seviks secara histopatologi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

11

Gambar 1. Stadium Kanker Serviks Secara Histopatologi Karsinoma invasif muncul di area bibir posterior atau anterior serviks dan biasanya meluas ketiga jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri. Kemudian meluas perkontinuitatum ke dinding vesika urinaria, rektum, ligamentum uterosakral dan organ sekitarnya. Dalam pertumbuhan karsinoma serviks invasif dikenal tiga bentuk kelainan yaitu pertumbuhan eksofitik, pertubuhan endofitik dan pertumbuhan nodul. 1. Pertumbuhan Eksofitik Bentuk bunga kol, tumbuh ke arah va gina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam parametrium. Bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan pendarahan. 2. Pertumbuhan Endofitik

12

3.

Biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progresif meluas ke forniks posterior dan anterior ataupun ke corpus uteri dan parametrium. Pertumbuhan Nodul (Tong) Biasanya dijumpai pada endoserviks yang lama kelamaan lesi berubah menjadi berbentuk ulkus. Perbedaan bentuk tidak ada hubungannya dengan jenis histopatologi, kecuali bentuk nodul yang berasal dari endoserviks dimana sebagian besar merupakan karsinoma sel kecil.

VIII.

Mekanisme Molekuler Kanker Serviks

Kanker leher rahim yang disebabkan oleh beberapa tipe human papillomavirus (HPV) beresiko tinggi seperti HPV16 dan HPV18 memiliki onkogen E6 dan E7 dimana kedua ekspresi gen ini menjadi prasyarat bagi perkembangan kanker dan pertahanan fenotip malignan. Pemusnahan kedua onkogen ini dipertimbangkan untuk diaplikasikan pada terapi molekuler kanker serviks. Protein E6 dan E7 dari HPV memodulasi protein seluler yang mengatur daur sel. 1. Protein E6 a. Berikatan dengan protein selular yang disebut E6-associated protein (E6-AP) membentuk ubiquitin ligase E3 dengan target degradasi tumor suppressor p53. Degradasi p53 mengakibatkan sel tidak mengalami apoptosis ataupun memasuki cell cycle arest pada G1/S. b. Menginduksi protein c-myc yang dapat memacu enzim telomerase yang menyebabkan sel bersifat immortal. Menstimulasi ekspresi eksogenus gen hTERT (human telomerase reverse transcriptase) yang mengkode subunit katalitik dari telomerase selain itu induksi telomerase juga terjadi melalui perantara kompleks E6-AP. 2. Protein E7 a. Mengikat bentuk aktif terhipofosforilasi dari p105Rb dan anggota-anggota famili retinoblastoma (Rb) lainnya dari protein tumor supresor mengakibatkan destabilisasi dan
13

hilangnya kompleks pRb/E2F dimana kompleks pRb/E2F berfungsi menekan transkripsi gen yang dibutuhkan untuk progresi siklus sel. Jalur p53 dan pRb saling berhubungan satu sama lain: fosforilasi p105Rb yang mengakibatkan lepasnya kompleks Rb/E2F diperantarai oleh cyclin-dependent kinase (cdk) dihambat oleh p21 yang merupakan target transkripsi dari p53. Protein E6 dan E7 juga menunjukkan ketidaktergantungannya pada aktivitas p53 dan pRb. b. Protein E7 dapat menginhibisi p21 dan p27. Sebagian besar sel kanker servik mempunyai gen p53 dan p105Rb dalam bentuk wild type. Jadi, gen pengatur pertumbuhan yang aktif dalam sel normal ini juga terdapat dalam sel kanker leher rahim. Namun, aktivitasnya dihambat oleh ekspresi protein E6 dan E7 dari HPV. Apabila ekspresi onkogen E6 dan E7 dihambat, maka protein tumor supresor p53 dan retinoblastoma aktif dan sel kanker servik mengalami senescence yang kemudian menyebabkan apoptosis.

Gambar 2. Mekanisme Molekuler Kanker Serviks


14

Genom papilomavirus bereplikasi seperti plasmid ekstrakromosomal pada lesi premalignan dan juga terintegrasi pada sebagian besar karsinoma leher rahim secara acak. Genom virus yang terintegrasi ini akan memberikan mekanisme: Ekspresi E6 dan E7 dihambat oleh E2. E2 dapat menekan ekspresi E6 dan E7 karena E2 akan berikatan pada promotor awal HVP, sehingga akan menghalangi ikatan dua faktor transkripsi esensial, TBP dan Sp1. Namun, E2 tidak diekspresikan pada viral DNA yang terintegrasi ada genom sel inang, karena gen E2 mengalami splitting dan menjadi in aktif. Akibatnya, dalam keadaan tanpa repressor, protein E6 dan E7 terekspresi dalam jumlah tinggi sehingga menyebabkan tumor suppressor protein, yaitu p53 dan p105Rb tidak aktif dan menstimulasi pertumbuhan.

IX.

Terapi Kanker Serviks Pengobatan kanker serviks tergantung pada beberapa faktor, yaitu: 1. Letak dan luas lesi. 2. Usia dan jumlah anak serta keinginan menambah jumlah anak. 3. Adanya patologi lain dalam uterus. 4. Keadaan sosial ekonomi. 5. Fasilitas Selain itu, pengobatan kanker serviks juga tergantung pada tingkatan stadium klinis. Secara umum dapat digolongkan ke dalam tiga golongan terapi yaitu: 1. Operasi Operasi dilakukan pada stadium klinis I dan II, meliputi histerektomi radikal, histerektomi ekstrafasial, dan limpadenotomi. Pada stadium klinis II dilakukan pula terapi radiasi untuk mengurangi resiko penyakit sentral yang terus berlanjut. 2. Radioterapi

15

Terapi radiasi menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara internal atau eksternal.Terapi ini dilakukan pada stadium klinis III, serta diberikan pula kemoterapi sebagai kombinasi terapi. 3. Kemoterapi Diberikan pada kanker yang telah bermetastase jauh. Umumnya diberikan pada stadium klinis IV B dan hanya bersifat paliatif.

X.

Upaya Pencegahan Kanker Serviks Upaya pencegahan kanker serviks meliputi: 1. Pencegahan Primer Pencegahan primer dilakukan dengan menghindari faktor resiko. Pencegahan dapat berupa menghindari seks terlalu dini, menghindari kebiasaan berganti-ganti pasangan seks, kebiasaan pencucian vagina, penaburan talk, tidak merokok, dan vaksinasi. Pencegahan ini juga dapat dilakukan dengan penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat mengenai penyebab dan faktor resiko terjadinya kanker serviks. Pencegahan dapat dilakukan dengan pengaturan pola makanan, memperbanyak buah dan sayuran, mengurangi makanan yang diasinkan, dibakar, atau diawetkan, mengkonsumsi makanan golongan kubis untuk melindungi tubuh dari radiasi dan menghasilkan suatu enzim yang dapat menguraikan zat beracun dalam tubuh. 2. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder dilakukan dengan deteksi dini terhadap kanker. Salah satu bentuk pencegahan sekunder adalah dengan melakukan tes paps smear secara teratur. Paps smear berguna untuk mendeteksi adanya kanker serviks pada stadium dini, khususnya pada wanita yang telah melakukan hubungan seksual. Metode ini peka terhadap pemantauan derajat perubahan pertumbuhan epitel serviks termasuk displasia dan karsinoma in situ, sehingga pertumbuhan lebih lanjut dapat dicegah. Bila ada lesi pada serviks harus dilakukan biopsi
16

karena biopsi menjadikan pemeriksaan sel-sel hasil paps smear negatif. Jika terdapat sel-sel tidak normal, segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. 3. Pencegahan Tersier Pencegahan berupa penyuluhan pada penderita kanker serviks khususnya yang telah menjalani histerektomi total. Konseling dapat dilakukan terhadap penderita stadium lanjut agar faktor psikologis tidak memperburuk keadaan.

17

Anda mungkin juga menyukai