Anda di halaman 1dari 9

FKM - UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

PEMODELAN KUANTITATIF DETERMINAN-DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI KEMATIAN PERINATAL (Studi Kasus RSUD Margono Soekarjo Purwokerto) Oleh : 1 Dwi Sarwani SR, Budi Aji
1

Staff pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Unsoed Purwokerto
ABSTRAK Angka Kematian Ibu yang selanjutnya disingkat AKI dan Angka Kamatian Perinatal yang selanjutnya disingkat AKP merupakan tolak ukur untuk menilai keberhasilan pemeriksaan kesehatan terhadap ibu hamil di suatu negara. Setiap tahun diperkirakan delapan juta bayi lahir mati atau meninggal pada bulan pertama kelahirannya. Angka kematian perinatal di Kabupaten Banyumas tahun 2005 sebesar 2,46/1000 atau ada 62 kasus. Masih tingginya angka kematian bayi dan perinatal di Kabupaten Banyumas membuat peneliti ingin mengetahui determinandeterminan apa yang menjadi penyebabnya (Studi kasus di RS Margono Soekarjo Purwokerto). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemodelan kuantitatif dalam menganalisis determinan jauh, determinan sedang dan determinan dekat yang berhubungan dengan kematian perinatal. Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan kasus kontrol. Jumlah sampel 58 kasus dan 58 kontrol. Populasi kasus adalah semua kematian perinatal di RS Margono Soekarjo sedangkan populasi kontrol adalah semua bayi lahir hidup di RS Margono Soekarjo. Variabel yang terbukti berpengaruh pada kematian perinatal : infeksi (OR= 62,7; 95% CI=7,6 517,8); umur ibu (OR= 31,0; 95% CI= 3,2 301,1); BBLR (OR= 7,8; 95% CI= 1,9 31,8); riwayat penyakit ibu (OR = 12,4; 95% CI= 2,2 70,2); ANC tidak lengkap(OR= 24,9;95% CI=2,0 309,0); penghasilan keluarga rendah (OR=6,6; 95% CI=1,2 36,5); adanya kelainan kongenital (OR=16,5; 96% CI=1,2 230,9). Ibu hamil perlu menjaga kehamilannya dan melakukan pemeriksaan secara teratur. Perlu juga melakukan pengobatan segera bila ada kelainan/penyakit pada bayi seperti infeksi, berat badan lahir rendah dan kelainan kongenital. Kata Kunci : pemodelan kuantitatif, determinan, kematian perinatal Abstract Maternal Mortality Rate (MMR) and Perinatal Death Rate (PDR) are indicators to measure performance of antenatal care for all countries. Every year about eight million perinatal death rates or die in the first month of delivery. Perinatal Death Rate in Banyumas Regency was 2,96/100 or 62 cases in 2005. High Perintal Death Rate in Banyumas Regency caused researcher interested to identify causal factors related PDR (case studi in Margono Soekarjo hospital Purwokerto). Quantitative modeling to analyze causal factors of Perintal Death RateThe study was observational research with case-control design approach. There were 58 cases and 58 control sampling. As case group was all PDR in Margono Soekarjo hospital and control group was all survive baby in Margono Soekarjo hospital. There are some significantly effects toward perinatal death rate, infection (OR= 62,7; 95% CI=7,6 517,8); mother age (OR= 31,0; 95% CI= 3,2 301,1); low birth weight (OR= 7,8; 95% CI= 1,9 31,8); mother disease (OR = 12,4; 95% CI= 2,2 70,2); incomplete ANC (OR= 24,9;95% CI=2,0 309,0); low income (OR=6,6; 95% CI=1,2 36,5) and congenital (OR=16,5; 96% CI=1,2 230,9). Continuum antenatal care and seeking for health treatment if there are any co morbidity with the baby such as infection, infection an low birth weight Key word : Quantitative model, determinant, perinatal death

PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu yang selanjutnya disingkat AKI dan Angka Kamatian Perinatal yang selanjutnya disingkat AKP merupakan tolak ukur untuk menilai keberhasilan pemeriksaan kesehatan terhadap ibu hamil di suatu negara. Setiap tahun diperkirakan delapan juta bayi lahir mati atau

Prosiding Seminar Nasional Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDGs di Indonesia 12 April 2011

39

FKM - UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

meninggal pada bulan pertama kelahirannya (WHO, 1999) dan sebagian besar dari kematian ini terjadi di negara berkembang. Dari tujuh juta bayi yang meninggal setiap tahun, kira-kira dua pertiga meninggal pada bulan pertama kehidupannya.(Hill, 1999; Nakamura, 2000) Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kematian perinatal antara lain kebiasaan merokok ibu, status anemia saat hamil, kurang pemeriksaan ANC dan bayi BBLR (Krauss, 1989; Kerem, 2003; Rochelle, 2005). Selain itu tingkat pendidikan yang rendah, pendapatan yang rendah juga mempengaruhi kematian janin (Laima, 2001). Hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 didapatkan angka kematian bayi adalah 52 per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian neonatal 25 per 1000 kelahiran hidup, dimana kematian perinatal memberikan sumbangan terhadap kematian bayi sebesar 33,5% (Litbang Depkes, 2003). Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia 2 5 kali lebih tinggi dibandingkan negara Asean lainnya serta menunjukkan penurunan yang sangat lambat (Depkes, 1997). Angka Kematian Perinatal merupakan salah satu indikator untuk menilai kualitas dan kuantitas pemeriksaan kesehatan ibu dan anak, juga dapat mengungkapkan besarnya kegagalan hasil kehamilan. AKP pada rumah sakit umum di Indonesia tahun 1990 sebanyak 64,9 per 1000 kelahiran hidup, menurun menjadi 49,1 per 1000 kelahiran hidup tahun 1994 (Pratomo, 2003). Hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2003 di ketahui penyebab utama terjadinya kematian perinatal adalah faktor bayi yaitu : asfiksia lahir (39%0, prematuritas dan BBLR (33,2%). Kelainan bawaan memberi kontribusi sebesar 4,2% dan sebab ibu yang mempengaruhi janin 5,4%. (SKRT, 2003). Sedangkan penelitian di RS Dr. Kariadi Semarang didapatkan penyebab kematian perinatal adalah prematuritas (24,3%), asfiksia (21,4%), infeksi (5,7%). (Pratomo, 2003). Angka Kematian Bayi di Kabupaten Banyumas selama 5 tahun terakhir berfluktuatif, tahun 1999 : 21,99 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2000 : 9,43 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2001 : 18,63 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2002 : 18,03 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2003 : 11,76 per 1000 kelahiran hidup (Tanjung, 2002). Dari 248 kematian bayi tahun 2003 tersebut 216 (87%) bayi adalah umur 0 7 hari (perinatal). Salah satu rumah sakit terbesar di Kabupaten Banyumas adalah Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto. Masih tingginya angka kematian bayi dan perinatal di Kabupaten Banyumas membuat peneliti ingin mengetahui determinan-determinan apa yang menjadi penyebabnya dan determinan apa yang paling besar pengaruhnya. Tujuan penelitian ini adalah membuat suatu permodelan dari determinan jauh, determinan sedang dan determinan dekat yang berhubungan dengan kematian perinatal. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol. Penelitian dilakukan dengan cara observasi retrospektif dengan tujuan untuk mengetahui determinan-determinan kematian perinatal serta mengetahui besar risiko (odds ratio). Penelitian ini akan dilakukan selama 4 (bulan) mulai Bulan April 2007 Juli 2007. Tempat penelitian adalah di RS

Prosiding Seminar Nasional Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDGs di Indonesia 12 April 2011

40

FKM - UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

Margono Soekarjo Purwokerto. Populasi kasus adalah semua kematian perinatal di RS Margono Soekarjo Purwokerto saat dilakukan penelitian sedangkan populasi kontrol adalah semua bayi lahir hidup di RS Margono Soekarjo Purwokerto. Dengan rumus minimal sampel size maka diperoleh jumlah sampel 58, perbandingan kasus dan kontrol 1 : 1 maka jumlah sampel keseluruhan 116. Variabel bebas terdiri dari pendidikan, pekerjaan, penghasilan, riwayat penyakit, umur ibu, paritas, kondisi persalinan, anemia, penolong persalinan, riwayat ANC, berat badan lahir, asfiksia, infeksi, kelainan kongenital; sedangkan variabel terikatnya adalah kematian perinatal. Analisis univariat dilakukan untuk melihat besarnya proporsi pada masing-masing variabel yang diteliti (Feinstein, 1996). Data akan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis bivariat dengan menghitung odds ratio (OR) berdasarkan tabel 2 X 2 pada tingkat kepercayaan 0,05 dan confidence interval 95%. Pemodelan kuantitatif diperoleh dengan uji regresi logistik pada analisis multivariat. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Univariat 1. Pendidikan ibu Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ibu Pendidikan ibu f % 1. Rendah 65 67,7 2. Tinggi 31 32,3 Jumlah 96 100,0 Pada variabel pendidikan ibu diketahui bahwa sebagian besar responden 65 (67,7%) berpendidikan rendah yaitu kurang dari SLTA. 2. Pekerjaan ibu Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan ibu Pekerjaan ibu 1. Tdk bekerja 2. Bekerja f 48 48 % 50,0 50,0

Jumlah 96 100,0 Pada variabel pekerjaan ibu diketahui bahwa ada 48 ibu yang bekerja (50%) dan ada 48 ibu yang tidak bekerja. 3. Umur ibu Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan umur ibu Umur ibu f % 1. Berisiko 27 28,1 2. Tdk berisiko 69 71,9 Jumlah 96 100,0 Pada variabel umur ibu diketahui bahwa sebagian besar responden 69 (71,9%) berada pada rentang usia yang tidak berisiko yaitu antara 20-35 tahun. 4. Paritas Tabel 4. Distribusi frekuensi berdasarkan paritas Paritas 1. > 3 2. 3 Jumlah

f 15 81 96

% 15,6 84,4 100,0

Prosiding Seminar Nasional Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDGs di Indonesia 12 April 2011

41

FKM - UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

Pada variabel paritas diketahui bahwa sebagian besar responden 81 (84,4%) mempunyai anak kurang dari 4. Hasil Analisis Bivariat Tabel 5. Rangkuman hasil analisi bivariat baik yang bermakna maupun tidak bermakna No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Variabel Pendidikan ibu Pekerjaan ibu Penghasilan keluarga Riwayat penyakit terdahulu Anemia Umur ibu Paritas Kondisi persalinan (abnormal) Pemeriksaan ANC Penolong persalinan dukun tdk terlatih Berat badan lahir rendah Adanya asfiksia saat lahir Penyakit infeksi saat lahir Adanya kelainan kongenital saat lahir OR 2,9 1,0 2,3 4,6 1,7 4,1 0,8 2,5 1,8 5,4 8,2 5,3 8,5 6,7 95% CI 1,2 7,2 0,4 2,2 1,0 5,2 1,7 11,8 0,6 4,3 1,5 11,2 0,2 2,5 1,0 6,0 0,5 6,8 0,6 48,6 3,0 21,9 1,1 26,0 2,6 27,6 0,7 58,0 p 0,029 1,000 0,066 0,002 0,352 0,006 1,000 0,055 0,522 0,204 0,000 0,055 0,000 0,111 Keterangan Bermakna Tidak bermakna Tidak bermakna Bermakna Tidak bermakna Bermakna Tidak bermakna Bermakna Tidak bermakna Tidak bermakna Bermakna Bermakna Bermakna Tidak bermakna

Pada Tabel 5 diketahui bahwa pendidikan ibu yang rendah mempunyai risiko ,9 kali lebih besar untuk bayinya mengalami kematian perinatal dibandingkan pendidikan ibu yang berpendidikan tinggi; adanya riwayat penyakit terdahulu mempunyai risiko 4,6 kali lebih besar untuk mengalami kematian perinatal; umur ibu < 20 dan > 35 tahun mempunyai risiko 4,1 kali lebih besar untuk bayinya mengalami kematian perinatal dibandingkan umur ibu 20-35 tahun; kondisi persalinan yang abnormal mempunyai risiko 2,5 kali lebih besar untuk terjadi kematian perinatal; berat badan lahir rendah mempunyai risiko 8,2 kali lebih besar untuk terjadi kematian perinatal; adanya asfiksia mempunyai risiko 5,3 kali lebih besar untuk terjadi kematian perinatal; dan adanya penyakit infeksi mempunyai risiko 8,5 kali lebih besar untuk terjadi kematian perinatal. HASIL PEMODELAN Hasil analisis multivariat untuk memperoleh model menunjukkan ada 7 variabel dalam model kuantitatif yaitu infeksi, umur, BBLR, riwayar penyekit ibu, ANC, penghasilan keluarga dan adanya kelainan kongenital. Hasil selengkapnya pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil analisis regresi logistik No. 1. 2. 3. Faktor risiko Infeksi (keadaan bayi saat lahir dengan infeksi) Umur (berisiko < 20 dan > 35 tahun) Berat Badan Lahir (BBLR) B 4,139 3,434 2,056 OR adjusted 62,7 31,0 7,8 95% CI 7,6 517,8 3,2 301,1 1,9 31,8 p 0,000 0,003 0,004

Prosiding Seminar Nasional Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDGs di Indonesia 12 April 2011

42

FKM - UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

4. 5. 6. 7.

Penyakit (adanya penyakit infeksi) ANC (pemeriksaan ANC tidak lengkap) Penghasilan (penghasilan keluarga rendah < UMR) Kongenital (Adanya kelainan kongenital)

2,515 3,215 1,886 2,801

12,4 24,9 6,6 16,5

2,2 70,2 2,0 309,0 1,2 36,5 1,2 230,9

0,005 0,012 0,031 0,038

Hasil analisis multivarit menghasilkan model sebagai berikut : 1 Y = ___________________ 1+e


( 0 + n Xn )

1 Y = ___________________
kelainan kongenital )

1 + e ( Constans + B infeksi +B umur ibu + B BBLR + B adanya riwayat penyakit ibu + B pemeriksaan ANC + B penghasilan + B adanya

1 Y = ___________________ 1+e
( -3,972 + 4,139 + 3,434 + 2,056 + 2,515 + 3,215 + 1,886 + 2,801 )

Y = 0,99 (99 %) Hal ini berarti bahwa jika ada seorang bayi lahir dengan adanya infeksi, dari ibu dengan umur berisiko dan mempunyai riwayat penyakit, pemeriksaan ANC tidak lengkap, dari keluarga dengan penghasilan rendah, dan mempunyai kelainan kongenital saat lahir memiliki probabilitas atau risiko mengalami kematian perintal sebesar 99%. Determinan dekat, antara dan jauh yang terbukti berpengaruh pada kematian perinatal dan masuk dalam model adalah: 1) Infeksi Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara kejadian infeksi dengan kejadian kematian perintal. Bayi yang menderita infeksi mempunyai risiko 8,5 kali lebih besar untuk terjadi kematian perinatal dibandingkan yang tidak menderita infeksi. Setelah dianalisis dalam multivariat menujukkan peningkatan nilai OR, yaitu bayi yang menderita penyakit infeksi mempunyai risiko 62,7 kali lebih besar untuk terjadi kematian perinatal dibandingkan yang tidak menderita infeksi. Penyakit infeksi pada bayi dapat terjadi saat intra uterine, selama partus dan post natal. Pada infeksi intra uterine, yang paling banyak adalah infeksi transplasenter melalui saluran darah. Sedangkan infeksi post natal dipengaruhi oleh keadaan yang ada di sekitarnya. Sumber infeksi yang utama adalah tangan yang merawat bayi, alat-alat yang berhubungan dengan cairan, alat resusitasi, alat bantu nafas dan isap lendir. Infeksi pada post natal dapat bersumber

Prosiding Seminar Nasional Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDGs di Indonesia 12 April 2011

43

FKM - UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

dari sebelum, selama dan sesudah lahir. (Wiknjosastro, 1999) Penyakit infeksi pada neonatus merupakan masalah yang gawat. Dikatakan gawat karena merupakan 10-15% sebab kematian/kesakitan pada neonatus. Infeksi pada neonatus dapat digolongkan infeksi ringan dan infeksi berat. Infeksi saluran pernapasan akut termasuk dalam kategori infeksi berat (Surodiprojdo, 1998) 2) Umur ibu Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara umur ibu dengan kematian perinatal. Umur ibu yang berisiko (<20 tahun dan > 35 tahun) mempunyai risiko 4,1 kali lebih besar untuk terjadinya kematian perinatal dibandingkan umur ibu 25-35 tahun. Setelah dimasukkan dalam analisis multivariat menunjukkan peningkatan nilai OR, yaitu umur ibu yang berisiko (<20 tahun dan > 35 tahun) mempunyai risiko 31,0 kali lebih besar untuk terjadinya kematian perinatal dibandingkan umur ibu 25-35 tahun. Prognosa kehamilan sangat ditentukan oleh usia seseorang. Umur yang terlalu muda atau kurang dari 20 tahun dan umur yang terlalu tua lebih dari 35 tahun merupakan kehamilan risiko tinggi. Hasil ini sesuai dengan penelitian Parera (1984) menemukan bahwa hubungan umur ibu dengan kematian perinatal yaitu ibu yang berumur < 20 tahun dan > 35 tahun kemungkinan terjadi kematian perinatal lebih tinggi daripada golongan umur 20 34 tahun. 3) Berat Badan Lahir Rendah Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna antara berat badan lahir dengan kejadian kematian perintal. Berat badan lahir rendah mempunyai risiko 8,2 kali lebih besar untuk terjadi kematian perinatal dibandingkan berat badan lahir normal. Hasil analisis multivariat menunjukkan penurunan nilai OR, yaitu bayi yang lahir dengan berat rendah mempunyai risiko 7,8 kali lebih besar untuk terjadi kematian perinatal dibandingkan bayi dengan berat lahir normal. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Prastiti (2003) yang menyatakan risiko kematian perinatal pada bayi BBLR di Magelang 16,3 kali dibandingkan bayi berat lahir normal. Hasil penelitian oleh Wiwoho (2005) juga menyebutkan bayi berat lahir rendah merupakan faktor risiko infeksi saluran pernapasan akut pada bayi. Bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai risiko menderita infeksi saluran pernapasan akut sebesar 3 kali dibandingkan dengan bayi lahir normal. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, bahwa akibat dari kondisi BBLR yang paling sering adalah gangguan pernapasan. Hal ini disebabkan oleh karena pada kondisi BBLR adanya kekurangan surfaktan (rasio lesitin/sfingomielin), pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung. Penyakit gangguan pernapasan yang sering diderita bayi berat lahir rendah adalah penyakit membran hielin, infeksi saluran pernapasan akut, aspirasi pnemonia,

Prosiding Seminar Nasional Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDGs di Indonesia 12 April 2011

44

FKM - UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

pernapasan periodik dan apnea yang disebabkan karena pusat pernapasan di medulla belum matur. (Saifudin, 1999) 4) Riwayat penyakit ibu Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna antara riwayat penyakit ibu dengan kejadian kematian perintal. Ibu yang mempunyai riwayat penyakit mempunyai risiko 4,6 kali lebih besar untuk terjadi kematian perinatal dibandingkan ibu yang tidak punya riwayat penyakit. Hasil analisis multivariat menunjukkan peningkatan nilai OR, yaitu ibu yang mempunyai riwayat penyakit mempunyai risiko 12,4 kali lebih besar untuk terjadi kematian perinatal dibandingkan ibu yang tidak punya riwayat penyakit. Kesehatan ibu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kematian perintal. Proses kehamilan akan merangsang terjadinya kelainan pada sistem saluran nifas, dimana pembesaran rahim menyebabkan kenaikan diafragma. Sebagai akibat perubahan ini maka akan terjadi hiperventilasi normal pada kehamilan. Pada akhir masa kehamilan pemakaian oksigen akan meningkat 15 25% di atas kebutuhan normal pada saat tidak hamil. Salah satu penyakit paru-paru yang sering dijumpai pada kehamilan adalah asma bronchiale . 5) Pemeriksaan ANC Hasil analisis multivariat menunjukkan ada pengaruh pemeriksaan ANC dengan kematian perinatal, yaitu ibu yang tidak melakukan pemeriksaan ANC secara lengkap mempunyai risiko 24,9 kali lebih besar untuk terjadi kematian perinatal dibandingkan ibu yang melakukan pemeriksaan ANC secara teratur. Dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara lengkap seorang ibu hamil akan terpantau status kesehatannya, dan bila ada gangguan kesehatan dapat diatasi sedini mungkin sehingga tidak berakibat buruk pada janinnya. 6) Penghasilan keluarga rendah Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa keluarga dengan penghasilan rendah (kurang dari UMR Banyumas) mempunyai risiko 6,6 kali lebih besar untuk terjadi kematian perinatal dibandingkan keluarga dengan penghasilan yang tinggi. Secara statistik menunjukkan ada hubungan antara penghasilan keluarga dengan kematian perinatal (p=0,031). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wiwoho (2005) yang menyebutkan ada hubungan penghasilan keluarga dengan penyakit ISPA pada bayi. Penghasilan keluarga yang rendah erat kaitannya dengan kesakitan karena penyakit dan kematian. Ekonomi keluarga merupakan faktor mendasar yang akan mempengaruhi segala aspek kehidupan. Tingkat ekonomi terkait langsung dengan daya beli keluarga, baik daya beli terhadap makanan yang adekuat, juga daya beli terhadap pelayanan kesehatan yang lebih baik. Sehingga hal ini mempengaruhi pola asuh terhadap kelangsungan hidup anak dari ancaman penyakit.

Prosiding Seminar Nasional Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDGs di Indonesia 12 April 2011

45

FKM - UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

Krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia berdampak pada peningkatan penduduk miskin disertai dengan menurunnya kemampuan menyediakan lingkungan yang sehat, mendorong jumlah balita yang rentan terhadap serangan penyakit. 7) Kelainan Kongenital Hasil analisis multivariat menunjukkan ada pengaruh adanya kelainan kongenital dengan kematian perintal. Bayi yang lahir menderita kelainan kongenital mempunyai risiko 16,5 kali lebih besar untuk terjadi kematian perintal. Kelainan kongenital merupakan penyebab dari terjadinya abortus, lahir mati dan kematian setelah lahir. Dengan adanya kelainan itu menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin tidak maksimal sehingga bisa menyebabkan kematian. Determinan yang tidak berpengaruh pada kematian perintal di RS Margono Soekarjo Purwokerto adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu, anemia, paritas, kondisi persalinan, penolong persalinan dan asfiksia. SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa dari hasil pemodelan diketahui jika ada seorang bayi lahir dengan adanya infeksi, dari ibu dengan umur berisiko dan mempunyai riwayat penyakit, pemeriksaan ANC tidak lengkap, dari keluarga dengan penghasilan rendah, dan mempunyai kelainan kongenital saat lahir memiliki probabilitas atau risiko mengalami kematian perintal sebesar 99%, Determinan jauh yang terbukti berpengaruh pada kematian perinatal adalah penghasilan rendah (OR = 6,6; 95% CI= 1,2 36,5), Determinan antara yang terbukti berpengaruh pada kematian perintal adalah adanya riwayat penyakit ibu (OR = 12,4; 95% CI= 2,2 70,2), umur ibu berisiko < 20 tahun dan >35 tahun (OR = 31,0; 95% CI= 3,2 301,1) dan pemeriksaan ANC yang tidak lengkap (OR = 24,9; 95% CI= 2,0 309,0) dan Determinan dekat yang terbukti berpengaruh pada kematian perinatal adalah adanya BBLR (OR= 7,8; 95% CI=1,9 31,8), adanya infeksi (OR = 62,7; 95% CI= 7,6 517,8) dan adanya kelainan kongenital (OR = 16,6; 95% CI= 1,2 36,5) dan determinan yang tidak terbukti berpengaruh terhadap kematian perinatal adalah determinan jauh : pendidikan ibu dan pekerjaan ibu; determinan antara : anemia, paritas, kondisi persalinan, penolong persalinan dan determinan dekat : asfiksia. Penelitian ini menyarankan 1. Bagi ibu hamil perlu menjaga kehamilannya dengan upayaupaya kesehatan misalnya pemeriksaan kehamilan secara teratur sehingga ibu hamil tidak termasuk golongan ibu hamil yang berisiko, Jika ibu melahirkan mengalami kelainan misalnya bayi mengalami kelainan seperti infeksi, BBLR dan kelainan kongenital harus segera melakukan pengobatan di sarana kesehatan sehingga risiko kematian perinatal dapat dikurangi. Saran bagi Dinas Kesehatan adalah perlunya peningkatan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) pada ibu hamil tentang upaya-upaya kesehatan saat kehamilan, persalinan dan masa nifas, perlunya upaya peningkatan kualitas pelayanan dan peralatan sehingga bayi dengan asfiksia, infeksi dan BBLR bisa ditangani sehingga tidak

Prosiding Seminar Nasional Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDGs di Indonesia 12 April 2011

46

FKM - UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

meninggal dan perlunya pembuatan pemetaan ibu hamil yang mempunyai risiko dan selalu melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap ibu hamil risiko tinggi. DAFTAR PUSTAKA WHO/UNFA/UNICEF/WB, 1999, Reduction of Maternal Mortality A Joint WHO/UNFA/UNICEF/World Bank Statement, Geneva. Rochelle. T, 2005. Validity of Maternal and Perinatal Risk Factors Reported on Fetal Death Certificates. American Journal of Public Heath Vol 95, No. 11. Hill. K, 2003. Reducting Perintal and Neonatal Mortality. Child Health Research Project Spesial Report, Vol 3 No. 1. Report of meeting, Baltimore, May 10-12, 1999 (Dikutip dari Buletin Penelitian Kesehatan Vol.31 No. 3 2003) Nakamura. Y, 2000. Maternal and Child Health Program in Japan, Health and Development Service. Japan Journal of Epidemiology Vol 8 No. 10. Laima. M , 2001. Socio-Economic, Demographic and Obstetric Risk Factors for Late Fetal Death of Unknown Etiology in Lithuania. Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica Volume 80 : 321. Pratomo J, 2003. Kematian Ibu dan Kematian Perinatal pada Kasus Rujukan Obsteri di RUP Dr. Kariadi Semarang. Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri Genekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. Tanjung M.T. 2002. Kematian Perintal di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan Selama 5 tahun. Nusantara 35 (2) : 51-55. Feinstein, Alvan R, 1996. Multivariable Analysis An Introduction, Yale University Press, London. Wiwoho, S. 2005. Bayi Berat Lahir Rendah sebagai Salah Satu faktor Risiko Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Bayi, Tesis, Program Pasca Sarjana Undip (tidak dipublikasikan) Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadhi T. 1999. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Edisi III. Cet 5. Jakarta. Prastiti R, 2003. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kematian perinatal di Kabupaten Banyumas. Tesis, Program Pasca Sarjana Undip. (tidak dipublikasikan) Surodiprodjo S.1998. Infeksi dalam Periode Neonatal dalam : Kumpulan Makalah Penataran Bidang Perinatologi, RSDK. Semarang. Sarwani D , Rahardjo S, Nurlela S. 2006. Beberapa Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (Studi Kasus di RS Margono Soekardjo Purwokerto (laporan penelitian) Istiarti, Tinuk. 2000. Menanti Buah Hati Kaitan antara Kemiskinan dan Kesehatan, Media Pressindo Yogyakarta. Hivre and Ganatra. 1994. Determinant of Low Birth Weight; a Community Based Prospective Cohort Study, Indian Pediatric, Vol. 31 No. 10.

Prosiding Seminar Nasional Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDGs di Indonesia 12 April 2011

47

Anda mungkin juga menyukai