Anda di halaman 1dari 25

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Penanganan pascapanen padi perlu diperhatikan dengan baik. Pemanenan, perontokan, penjemuran, dan penggilingan padi harus dilakukan dengan cara dan teknologi yang tepat, untuk menekan susut mutu dan susut jumlah. Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi padi menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan. Kapasitas giling dari seluruh penggilingan padi yang ada di suatu desa sebaiknya mencukupi baik dari segi produksi maupun penanganan

pascapanennya. Dengan demikian, usaha penggilingan padi harus dapat menjamin kelangsungannya, agar usaha pemenuhan kebutuhan akan beras dapat dilakukan secara optimal ( Anonimous,2008). Usaha jasa penggilingan padi memiliki berbagai variasi dalam pola usaha maupun peralatan yang digunakan. Secara umum sesuai dengan kondisi di lapangan, penggilingan padi yang menggunakan mesin Rice Milling Unit (RMU) biasanya memiliki kapasitas kecil dan merupakan usaha jasa murni yang hanya menerima gabah dari petani tanpa ada kerjasama dengan tengkulak atau pedagang beras. Sedangkan penggilingan padi besar biasanya menggunakan fasilitas Rice Milling Plant (RMP) yang memiliki kapasitas giling besar dan menjalin kerjasama dengan tengkulak atau pedagang beras dalam menjalankan usahanya. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan penggilingan padi kecil menggunakan RMP berkapasitas kecil dengan jumlah mesin terbatas pada satu atau dua set. Demikian juga dengan penggilingan padi besar dapat menggunakan

Universitas Sumatera Utara

beberapa buah mesin RMU dengan catatan kapasitas giling mesin keseluruhan cukup besar. Hal ini dapat terjadi karena perkembangan teknologi penggilingan padi telah memungkinkan membuat RMU dengan kapasitas yang relatif besar dan bentuk tetap kompak ( Anonimous,2008). Skala usaha industri jasa penggilingan padi ditentukan oleh besar kecilnya kapasitas giling terpasang yang dimiliki suatu penggilingan padi. Suatu penggilingan padi digolongkan sebagai penggilingan padi berskala kecil bila kapasitas penggilingannya tidak lebih dari 1500 kg beras per jam

(Departemen Pertanian, 2001). Menurut data tahun 1990-1997, yang dirilis oleh Departemen Pertanian RI (1998), lebih dari 50% penggilingan padi yang ada di Indonesia tergolong dalam penggilingan padi dengan skala kecil dan lebih dari 36% adalah rice milling unit, yang dari segi kapasitas juga termasuk penggilingan padi kecil. Dari sekitar 82 ribu unit industri jasa penggilingan padi berskala kecil ini, setiap tahunnya dihasilkan lebih dari 24 juta ton beras atau sekitar 95% dari kapasitas giling seluruh penggilingan padi di Indonesia ( Anonimous,2008). Penggilingan Padi Menengah (PPM) adalah penggilingan padi dengan kapasitas produksi 0,75-3 ton beras per jam dengan konfigurasi mesin penggilingan padi terdiri dari cleaner, husker, separator dan polisher

(C-H-S-P-P). Penggilingan padi menengah dapat melakukan 2 kali proses penyosohan atau disebut dengan penggilingan padi 2 fase. Penggilingan padi besar (PPB) adalah penggilingan padi dengan kapasitas produksi > 3 ton beras per jam dengan konfigurasi mesin penggilingan padi terdiri dari dryer, cleaner, husker, separator dan polisher (D-C-H-S-P-P-P). Penggilingan padi besar dapat

Universitas Sumatera Utara

melakukan 3 kali atau lebih proses penyosohan atau disebut dengan penggilingan padi 1 fase ( Anonimous,2007). Hasil penelitian Agus,H (2003) menyebutkan bahwa mesin penggilingan padi kecil dengan kapasitas produksin mesin sekitar 0,28 ton beras per jam, hanya mampu mengolah bahan baku gabah (GKG) sekitar 272 ton per tahun, sedangkan mesin penggilingan sedang dan besar mampu menggiling bahan baku sekitar 2.5005.000 ton GKG per tahun. Jenis penggilingan padi kecil juga menghasilkan tingkat rendemen kecil yakni hanya sekitar 56% dengan beras patahan yang banyak, sedangkan mesin penggilingan sedang dan besar tingkat rendemennya berkisar 5864% dengan beras patahan yang lebih sedikit. Uraian ini mengisyaratkan bahwa, dengan semakin meningkatnya permintaan beras yang berkualitas karena peningkatan pendapatan masyarakat dan persaingan usaha, maka untuk menjawab tantangan tersebut, maka ke depan ketersediaan penggilingan padi minimal yang berkapasitas sedang harus diupayakan ( Anonimous,2008). Mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa penggilingan padi adalah mesin pemecah kulit/sekam, (huller atau husker), mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator), mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher), mesin pengayak bertingkat (sifter), mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit karung). Bila ditinjau dari kapasitasnya, mesin-mesin penggiling padi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu rice milling unit (RMU) dan rice milling plant (RMP). Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah pada ukuran, kapasitas dan aliran bahan dalam proses penggilingan yang dilakukan. Penggilingan padi yang lengkap kadangkala dilengkapi dengan pembersih gabah

Universitas Sumatera Utara

sebelum masuk mesin pemecah kulit, dan pengumpul dedak sebagai hasil sampingan dari proses penyosohan ( Anonimous,2008). Secara umum, mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa penggilingan padi dapat dikelompokkan sebagai berikut: Mesin pemecah kulit/sekam atau pengupas kulit/sekam gabah kering giling (huller atau husker) Mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator) Mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher) Mesin pengayak bertingkat (sifter) Mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit karung) Penggilingan gabah menjadi beras sosoh, dimulai dengan pengupasan kulit gabah. Syarat utama proses pengupasan gabah adalah kadar keringnya gabah yang akan digiling. Gabah kering giling berarti gabah yang sudah kering dan siap digiling. Bila diukur dengan alat pengukur air, maka angka kekeringannya mencapai 14%-14,5% ( Hardjosentono.M, dkk, 2000). Mesin pemecah kulit/sekam gabah kering giling berfungsi untuk memecahkan dan melepaskan kulit gabah. Input bahan dari mesin ini adalah gabah kering giling (GKG), yaitu gabah dengan kadar air sekitar 14% basis basah dan outputnya berupa beras pecah kulit (BPK) yang berwarna putih kecoklatan (kusam) atau disebut juga brown rice. Mesin pemecah kulit gabah yang banyak digunakan dewasa ini adalah mesin tipe rubber roll yang prinsip kerjanya memecah kulit gabah dengan cara memberikan tenaga tarik akibat kecepatan putar yang berbeda dari dua silinder karet yang dipasang berhadapan. Persentase

Universitas Sumatera Utara

gabah terkupas, beras patah dan beras menir tergantung pada kerapatan dan kelenturan silinder karet ini. Silinder yang telah mengeras atau yang terlalu rapat satu sama lain akan meningkatkan jumlah beras patah dan beras menir, sedangkan jarak kedua silinder yang renggang akan menyebabkan persentase gabah tidak terkupas meningkat. Biasanya gabah yang tidak terkupas akan dipisahkan dari beras pecah kulit dan dimasukkan lagi ke dalam pengumpan hingga semuanya terkupas. Pekerjaan ini dilakukan menggunakan mesin lain yang disebut mesin pemisah BPK dan gabah, atau secara umum disebut pengayak (Anonimous, 2008). Mesin pemecah kulit diperlihatkan pada Gambar.1, sedangkan Gambar.2. memperlihatkan aliran gabah dalam mesin tersebut. Gabah yang diumpankan ke dalam mesin pemecah kulit biasanya tidak seluruhnya terkupas. Besar kecilnya persentase gabah tidak terkupas ini tergantung pada penyetelan mesin. Bagian yang tidak terkupas tersebut harus dipisahkan dari beras pecah kulit untuk diumpankan kembali kedalam mesin pemecah kulit. Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan mesin pemisah gabah dari beras pecah kulit, yang dapat menyatu atau terpisah dengan mesin pemecah kulit. (Anonimous, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Mesin pemecah kulit gabah tipe rubber roll

Gambar 2. Aliran bahan pada mesin pemecah kulit gabah tipe rubber roll

Selanjutnya beras pecah kulit mengalami proses penyosohan yang dilakukan menggunakan mesin penyosoh atau disebut juga mesin pemutih. Hasil

Universitas Sumatera Utara

dari proses penyosohan adalah beras putih yang siap dipasarkan atau dimasak. Mesin penyosoh yang umum digunakan di Indonesia adalah mesin tipe friksi jetpeller. Beras pecah kulit yang diumpankan ke dalam mesin ini didorong memasuki silinder dengan permukaan dalam tidak rata dan pada bagian dalamnya terdapat silinder lain yang lebih kecil dan mempunyai permukaan luar yang tidak rata serta berlubang-lubang. Beras pecah kulit akan berdesakan dan bergesekan dengan permukaan silinder yang tidak rata sehingga lapisan kulit arinya (aleuron) yang berwarna kecoklatan terkikis. Kulit ari yang terkikis ini menjadi serbuk dedak yang dapat menempel pada permukaan beras dan juga permukaan dinding silinder, sehingga dapat menurunkan kapasitas penyosohan. Oleh karena itu mesin penyosoh tipe jetpeller dilengkapi dengan hembusan udara yang kuat dari dalam silinder kecil yang berlubang-lubang, sehingga mendorong dan melepaskan serbuk dedak dari permukaan beras dan dinding silinder untuk mendapatkan beras putih yang bersih dan menjaga kapasitas giling tidak menurun. Selain itu hembusan udara ini juga berfungsi untuk menjaga suhu beras tetap rendah selama proses penyosohan sehingga penurunan mutu akibat perubahan kimia

(menyebabkan cracking pada beras) yang disebabkan oleh panas dapat dicegah. Gambar.3. memperlihatkan mesin penyosoh beras (Anonimous, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Mesin penyosoh beras pecah kulit tipe friksi jetpeller

Beras putih hasil proses penyosohan kemudian perlu dipisahkan menurut kelompok mutunya yaitu beras utuh dan beras kepala sebagai mutu terbaik, beras patah sebagai mutu kedua, dan beras menir sebagai mutu ketiga. Pemisahan dilakukan menggunakan mesin pengayak bertingkat (sifter) atau silinder pemisah (silinder separator). Ketiga macam mutu beras tadi akan dicampurkan kembali dengan perbandingan tertentu untuk menentukan harga jual sebelum beras dikemas bila akan dipasarkan. Pengemasan umumnya menggunakan karung plastik berukuran 50 kg. Penimbangan dilakukan secara manual, demikian pula penutupan karung, dapat dilakukan secara manual baik dengan atau pun tanpa bantuan alat penjahit portabel. Gambar.4 memperlihatkan cara kerja mesin pengayak beras dengan saringan bertingkat beserta hasil pemisahannya (Anonimous, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4. Mesin pengayak beras dengan saringan bertingkat dan hasil proses pemisahannya.

Landasan Teori

Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan usaha, telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan atau kesempatan tersebut dapat memberikan menfaat bila diusahakan. Kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan satu kegiatan usaha disebut dengan studi kelayakan ( Ibrahim,1997). Analisis kriteria investasi adalah mengadakan perhitungan mengenai feasible atau tidaknya usaha yang dikembangkan dilihat dari segi kriteria investasi. Analisis ini sangat diperlukan apabila usaha yang direncanakan dalam bentuk jenis kegiatan produksi, sekurang-kurangnya dilihat dari segi

Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), maupun Net Benefit Cost Ratio

Universitas Sumatera Utara

(Net B/C). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah perkiraan investasi, modal kerja, biaya operasi dan pemeliharaaan, serta perkiraan pendapatan ( Ibrahim,1997). Biaya operasional dan pemeliharaan terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable Cost). Biaya tetap (fixed cost) terdiri dari gaji karyawan tetap, bunga bank, pengembalian pokok pinjaman, penyusutan, asuransi, dan biaya tetap lainnya yang harus dapat ditetukan besarnya setiap tahun selama umur ekonomis dari usaha yang dijalankan.. Biaya tidak tetap (variable cost) biaya yang diperlukan untuk membiayai proses produsi, dimana besar dan kecilnya tergantung dari jumlah produksi ( Ibrahim,1997).

Teori Biaya (Ongkos) Produksi Biaya/Ongkos Produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor produksi dan bahan mentah yang akan digunakan untuk produksi. Biaya Produksi Jangka Pendek jangka waktu dimana sebagian faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya. Beberapa Pengertian Biaya Produksi Jangka Pendek Biaya Total (TC)

Keseluruahan biaya produksi yang dikeluarkan TC = TFC + TVC Biaya Tetap Total (TFC)

Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat diubah jumlahnya

Universitas Sumatera Utara

Biaya Variabel Total (TVC)

Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya Biaya Tetap rata-rata

AFC = TFC/Q Biaya Variabel rata-rata

AVC = TVC/Q Biaya Total rata-rata

AC = TC /Q (Murtiasih.S, 2000).

Kapasitas lapang teoritis sebuah alat adalah laju mesin dalam menampilkan fungsi seperti yang dimaksud mesin yang akan diperoleh seandainya mesin tersebut melakukan kerjanya memanfaatkan 100% waktunya, pada kecepatan maju teoritisnya dan selalu memenuhi 100% lebar kerja teoritisnya. Kapasitas lapang efektif adalah rata-rata kecepatan penggarapan yang aktual menggunakan suatu mesin, didasarkan pada waktu lapang total. Kapasitas lapang efektif biasanya dinyatakan dalam hektar per jam atau Kg per jam pada suatu mesin. Efisiensi kinerja produksi ialah suatu ukuran efektivitas fungsional suatu mesin, merupakan perhitungan kapasitas lapangan efektif dibagi dengan kapasitas teoritik dan dikalikan 100%. Dinyatakan dalam rumus :

Universitas Sumatera Utara

Ef=Ce/Ct x 100%
Keterangan : Ef = Efisiensi kinerja produksi Ce = Kapasitas Efektif Ct = Kapasitas Teoritis (Smith dan Wilkes, 1990) Kelayakan Finansial Kriteria investasi yang digunakan adalah : Net Present Value ( NPV ) Internal Rate of Return ( IRR ) Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C ) Payback Period Net present Value adalah kriteria yang digunakan intuk mengukur suatu proyek feasible atau tidak. Perhitungan Net Present Value merupakan net benefit yang telah didiskon dengan discount factor. Secara singkat rumusnya adalah :

NPV =
t =0

( Bt Ct ) (1 + i ) t

Keterangan : Bt = Penerimaan Total Ct= Biaya Total i = Interest Rate NPV > 0, usaha layak untuk dijalankan. NPV < 0, usaha tidak layak untuk dijalankan. ( Gray, dkk, 1995 ).

Universitas Sumatera Utara

The internal rate of return (IRR) merupakan parameter yang dipakai apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria layak atau tidak layak bagi suatu usaha adalah apabila IRR lebih besar dari pada tingkat suku bunga yang berlaku saat itu dilaksanakan dengan meminjam uang (biaya) dari bank pada saat nilai netto sekarang (Net Present Value, NPV = 0). Oleh karena itu untuk menghitung IRR diperlukan nilai NPV terlebih dahulu. Perkiraan IRR yang dekat didapat dengan memecahkan persamaan berikut : IRR = i1 +

NPV (i2 i1 ) NPV1 NPV2

( Gray, dkk, 1995 ). Lalu Net B/C merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah Present Value yang negatif (sebagai penyebut), secara umum rumusnya adalah:

Net B / C =

(1 + i ) Untuk Bt Ct > 0 (Bt Ct ) (1 + i ) Untuk Bt Ct < 0


t =0 n t t =0 t

(Bt Ct )

( Gray, dkk, 1995 ). Payback Period adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis payback period juga untuk mengetahui berapa lama usaha dapat mengembalikan investasi. Rumusnya adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Investasi PP = Kas Bersih PP I = Payback Period = Jumlah Investasi X 12 Bulan

KB = Jumlah Kas Bersih/tahun (Kasmir dan Jakfar, 2003).

Untuk penerimaan dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:

TR = Y . Py

Dimana: TR = Total Penerimaan Y = Produksi yang diperoleh

Py = Harga Y Perhitungan jumlah pendapatan dapat dilakukan dengan rumus sebgai berikut : Keterangan : Pd TR TC (Soekartawi, 1993). = Pendapatan (Rp) = Total Revenue (Rp) = Total Cost (Rp)

Pd = TR - TC

Universitas Sumatera Utara

Kerangka Pemikiran Usaha penggilingan padi memiliki prospek yang berkembang di masa yang akan datang. Karena penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pasca panen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Usaha jasa penggilingan padi adalah usaha yang umumnya tidak berjalan penuh sepanjang tahun, sebab gabah tidak tersedia sepanjang tahun. Kegiatan usaha jasa penggilingan padi berjalan hanya pada musim panen dan beberapa bulan setelahnya, tergantung pada besarnya hasil panen di wilayah sekitar penggilingan padi berada. Usaha penggilingan padi menghasilkan produk, yaitu beras, dedak dan menir. Beras merupakan produk utama dalam proses penggilingan gabah, sedangkan dedak dan menir merupakan produk sampingan dalam proses penggilingan padi. Dalam usaha penggilingan padi, setiap biaya yang dikeluarkan dalam proses penggilingan padi baik biaya tetap maupun variable perlu diperhitungkan. Hal ini agar mengetahui berapa tarif yang akan ditetapkan dalam setiap proses penggilingan padi serta harga jual produk. Biaya-biaya yang dikeluarkan adalah biaya tetap dan variable atau disebut biaya produksi. Dalam hal ini yang termasuk biaya produksi adalah biaya pembelian gabah, BBM (solar), tenaga kerja, oli, biaya penyusutan, biaya perlengkapan, peralatan.

Universitas Sumatera Utara

Dalam penilaian kelayakan usaha maka ada beberapa komponen yang harus dilihat yaitu biaya produksi, pendapatan serta analisis finansial (NPV,IRR,NET B/C, PP). Dengan menganalisa beberapa komponen ini, maka dapat diketahui bahwa secara finansial apakah usaha penggilingan padi di daerah penelitian layak untuk dikembangkan. Keefisienan dalam produksi harus dinilai untuk mengetahui usaha penggilingan padi sudah optimal atau belum. Kapasitas Lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritik dari mesin penggilingan padi telah sesuai atau belum. Karena ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan dari usaha penggilingan padi.

Universitas Sumatera Utara

Secara singkat dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut: Usaha Penggilingan Padi Masalah yang dihadapi

Output Produksi (Beras)

Proses Produksi/Penggilingan

Input Produksi

Penerimaan

Biaya Produksi (biaya tetap dan variable) Efisiensi Produksi


Pendapatan Usaha Penggilingan Padi

Analisis Finansial

Kelayakan Usaha

Keterangan: Pengaruh Hubungan

Gambar Skema kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis penelitian 1. Efisiensi produksi usaha penggilingan padi kapasitas 1800 Kg/jam lebih tinggi (efisien)dari kapasitas 1000 Kg/jam di daerah penelitian. 2. Biaya produksi pada usaha penggilingan padi kapasitas 1800 Kg/jam lebih tinggi dari kapasitas 1000 Kg/jam di daerah penelitian. 3. Tingkat pendapatan usaha penggilingan padi kapasitas 1800 Kg/jam lebih tinggi dari kapasitas 1000 Kg/jam di daerah penelitian. 4. Secara finansial usaha penggilingan padi di daerah penelitian layak untuk dikembangkan.

Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan di usaha penggilingan padi di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah responden ditentukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa lokasi penelitian

merupakan daerah yang cukup banyak terdapat usaha penggilingan padi untuk wilayah Deli Serdang, serta daerah ini mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mempermudah penelitian. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Data Penggilingan Padi Di Kabupaten Deli Serdang
Lokasi Kapasitas 1000 Kg/jam (6") 1800 Kg/jam (10") 1000 Kg/jam (6") 1800 Kg/jam (10") 1000 Kg/jam (6") 1800 Kg/jam (10") 1000 Kg/jam (6") 1800 Kg/jam (10") 500 Kg/jam (4") 1000 Kg/jam (6") 1800 Kg/jam (10") Jumlah 10 5

Kecamatan Sunggal

4 -

Kecamatan Pancur Batu

3 -

Kecamatan Kutalimbaru

2 3 1 4 5 4

Kecamatan Pantai Labu

Kecamatan Beringin

500 Kg/jam (4") 1000 Kg/jam Kecamatan Batang Kuis (6") Sumber PERPADI SUMUT,2009

Universitas Sumatera Utara

Metode Pengambilan Sampel Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan pertimbangan tingkat homogenitas, biaya, waktu, dan akses. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka sampel diambil dengan metode Stratified Random Sampling yaitu berdasarkan kapasitas mesin penggiling padi yaitu kapasitas 1800 kg/jam dan 1000 kg/jam. Penetapan jumlah sampel berdasarkan asumsi bahwa kondisi usaha relatif homogen karena tipe usaha relatif sama yaitu usaha penggilingan padi, dengan catatan bahwa untuk sampel pengusaha pemilik penggilingan padi dari 15 populasi diambil 6 sampel . Tabel 2. Sampel Usaha Penggilingan Padi kapasitas 1800Kg/jam (10) dan 1000 Kg/jam (6)
Usaha Penggilingan Padi di Kecamatan Sunggal, Deli Serdang Kapasitas 1800 Kg/jam (10) Kapasitas 1000 Kg/jam (6) Total

Populasi 5 10 15

Sampel 2 4 6

Metode Pengumpulan Data Data yang di peroleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer di peroleh dari wawancara langsung dengan responden dan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder di peroleh dari lembaga dan instansi terkait di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Metode Analisis Data Data yang telah dikumpulkan ditabulasi secara sederhana, kemudian dianalisis dengan menggunakan alat uji yang sesuai dengan hipotesis. Identifikasi masalah 1 (Hipotesis 1) dianalisis dengan melihat

Efisiensi kinerja yang merupakan suatu ukuran efektivitas fungsional suatu mesin,dengan rumus sebagai berikut :

Ef = Ce/Ct x
Keterangan : Ef = Efisiensi kinerja mesin Ce = Kapasitas Efektif Ct = Kapasitas Teoritis Kriteria uji : Jika Ef 80%,artinya penggunaan mesin telah bekerja secara efisien. Jika Ef < 80%, artinya penggunaan mesin belum bekerja secara efisien.

Identifikasi masalah 2 (Hipotesis 2) dianalisis dengan menggunakan analisis secara sederhana dengan menghitung total biaya dari kegiatan usaha penggilingan padi, dapat dihitung dengan rumus : Keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan TC = TFC + TVC Keterangan : TC = Total Cost (Rp) TFC = Total Fix Cost (Rp) TVC = TotalVariable Cost (Rp)

Universitas Sumatera Utara

Identifikasi masalah 3 (Hipotesis 3) diuji dengan menggunakan analisis secara sederhana dengan menghitung pendapatan dari kegiatan usaha

penggilingan padi, dapat dihitung dengan rumus: Untuk penerimaan dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:

TR = Y . Py

Dimana: TR = Total Penerimaan Y = Produksi yang diperoleh

Py = Harga Y

Pd = TR - TC
Keterangan : Pd TR TC = Pendapatan (Rp) = Total Revenue (Rp) = Total Cost (Rp)

Identifikasi masalah 4

(Hipotesis 4 ) kelayakan finansial dianalisis

dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi, Net Present Value (NPV), Net BenefitCost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP), Dapat dirumuskan sebagai berikut:

NPV =
t =0

( Bt Ct ) (1 + i ) t

Keterangan : Bt = Penerimaan Total Ct = Biaya Total i = Interest Rate

Universitas Sumatera Utara

Dengan kriteria Bila NPV 0 usaha tersebut layak untuk dilaksanakan/dikembangkan Bila NPV < 0 usaha tersebut tidak layak dilaksanakan/dikembangkan
( Bt Ct ) untuk Bt Ct > 0 t t = 0 (1 + i ) NetB / C = n (Ct Bt ) untuk Bt Ct < 0 t t = 0 (1 + i )

Dengan kriteria Bila Net B/C 1, usaha tersebut layak untuk dilaksanakan/dikembangkan Bila Net B/C < 1,usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan/ dikembangkan IRR = i1 + Dengan kriteria Bila IRR > tingkat suku bunga deposito berlaku maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan/dikembangkan Bila IRR < tingkat suku bunga deposito berlaku maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan/dikembangkan

NPV (i2 i1 ) NPV1 NPV2

Investasi PP = Kas Bersih PP I = Payback Period = Jumlah Investasi X 12 Bulan

KB = Jumlah Kas Bersih/tahun

Universitas Sumatera Utara

Identifikasi masalah 5 dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi usaha

penggilingan padi, diperoleh langsung dari pengusaha (pengelola) dan lembaga terkait (PERPADI). Identifikasi masalah 6 dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengidentifikasi upaya-upaya yang dilakukan dalam menghadapi masalah pada usaha penggilingan padi, diperoleh langsung dari pengusaha (pengelola) dan lembaga terkait (PERPADI).

Defenisi dan batasan operasional Adapun defenisi dan batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Defenisi 1. Usaha jasa penggilingan padi adalah usaha penggilingan yang mengolah gabah menjadi beras sebagai hasil utama, serta menir dan dedak. 2. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan pengusaha selama proses produksi berlangsung sampai siap untuk dipasarkan. 3. Harga jual adalah besarnya nilai penjualan beras (Rp/Kg) yang diterima pengusaha. 4. Penerimaan usaha adalah jumlah produksi dikali dengan harga jual. 5. Pendapatan bersih usaha adalah penerimaan yang diterima pengusaha dikurangi keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk usaha penggilingan.

Universitas Sumatera Utara

6. Kelayakan usaha adalah ukuran suatu usaha dapat menghasilkan keuntungan yang proporsional dengan membandingkan penerimaan dengan keseluruhan biaya. 7. Analisis finansial adalah unit usaha yang dikaji kelayakannya dianggap sebagai unit yang bersifat individual sehingga tidak perlu diperhatikan apakah punya dampak atau efek di dalam perekonomian dalam lingkup lebih luas. 8. Produksi adalah jumlah beras yang dihasilkan dalam sekali proses produksi. 9. Efisiensi kinerja adalah suatu ukuran efektivitas fungsional suatu mesin, merupakan perhitungan kapasitas lapangan efektif dibagi dengan kapasitas teoritik dan dikalikan 100 persen.

Batasan Operasional 1. 2. Waktu penelitian dilaksanakan pada Tahun 2009. Tempat penelitian adalah Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. 3. Sampel adalah usaha penggilingan padi dengan kapasitas 1000Kg/jam (6) dan 1800Kg/jam(10).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai