Anda di halaman 1dari 35

1

PARIWISATA BALI

Ditulis dari berbagai sumber


Oleh:

ARRUM CHYNTIA YULIYANTI

Palangka Raya, Februari 2009


2

A. SEJARAH PARIWISATA BALI

Kalau pada zaman Romawi orang melakukan perjalanan wisata


karena kebutuhan praktis, dambaan ingin tahu dan dorongan
keagamaan, maka pada zaman Hindu di Nusantara/Indonesia
khususnya di Bali telah terjadi pula perjalanan wisata karena dorongan
keagamaan.

Perjalanan Rsi Markandiya sekitar abad 8 dari Jawa ke Bali, telah


melakukan perjalanan wisata dengan membawa misi-misi keagaman.
Demikian pula Empu Kuturan yang mengembangkan konsep Tri Sakti di
Bali datang sekitar abad 11 kemudian Dang Hyang Nirartha (Pedanda
Sakti Wawu Rawuh) pada abad ke 16 datang ke Bali sebagai misi
keagamaan dengan titik berat pada konsep Upacara.

Perjalanan wisata internasional di Bali telah dimulai pada permulaan


abad 20 dimana sebelumnya bahwa Bali diketemukan oleh orang
Belanda tahun 1579 yaitu oleh ekspedisi (Cornellis de Houtman) dalam
perjalanannya mengelilingi dunia untuk mencari rempah-rempah lalu
sampai di Indonesia. Dari Pulau Jawa misi tersebut berlayar menuju ke
Timur dan dari kejauhan terlihatlah sebuah pulau yang merimbun.
Dikiranya pulau tersebut menghasilkan rempah-rempah. Setelah
mereka mendarat, mereka tidak menemukan rempah-rempah.

Hanya sebuah kehidupan dengan kebudayaannya yang menurut


pandangan mereka sangat unik, tidak pernah dijumpai di tempat lain
yang dikunjungi selama mereka mengelilingi dunia, alamnya sangat
indah dan mempunyai magnet/daya tarik tersendiri. Pulau ini oleh
penduduknya dinamakan Bali. Inilah yang mereka laporkan kepada
Raja Belanda pada waktu itu.
3

Kemudian pada tahun 1920 mulailah wisatawan dari Eropa datang


ke Bali. Hal ini terjadi berkat dari kapal-kapal dagang Belanda yaitu
KPM (Koninklijke Paketcart Maatsckapy) yang dalam usahanya mencari
rempah-rempah ke Indonesia dan juga agar kapal-kapal tersebut
mendapat penumpang dalam perjalanannya ke Indonesia lalu mereka
memperkenalkan Bali di Eropa sebagai (the Island of God).

Dari para wisatawan Eropa yang mengunjungi Bali terdapat pula


para seniman, baik seniman sastra, seniman lukis maupun seniman
tari. Dalam kunjungan berikutnya banyak para seniman tersebut yang
menulis tentang Bali seperti :

a) Seniman Sastra
• Dr Gregor Krause adalah orang Jerman yang dikirim ke Wetherisnds
East Idies (Indonesia) bertugas di Bali pada tahun 1921 yang
ditugaskan untuk membuat tulisan-tulisan dan foto-foto mengenai
tata kehidupan masyarakat Bali. Bukunya telah menyebar ke seluruh
Dunia pada tahun 1920 yang bersangkutan tinggal di Bangli.
• Miguel Covarrubias dengan bukunya the Island of Bali tahun 1930.
• Magaret Mead.
• Collin Mc Phee.
• Jone Bello.
• Mrs Menc (Ni Ketut Tantri) dengan bukunya Revolt In Paradise.
• Roelof Goris dengan bukunya Prasasti Bali menetap di Bali tahun
1928.
• Lovis Conperus (1863-1923) dengan bukunya Easwords (Melawat ke
Timur) memuji tentang Bali terutama Kintamani.

b) Seniman Lukis
• R. Bonet mendirikan museum Ratna Warta.
• Walter Spies bersama Tjokorde mendirikan yayasan Pita Maha.
Disamping dikenal sebagai pelukis ia juga mengarang buku dengan
judul Dance dan Drama in Bali. Pertama kali ke Bali tahun 1925.
• Arie Smith yang membentuk aliran young artist Le Mayeur orang
Belgia mengambil istri di Bali tinggal di Sanur tahun 1930 dengan
4

Museum Le Mayeur di Bali 5. Mario Blanco orang Spanyol juga


seorang pelukis beristrikan orang Bali dan menetap di Ubud.

Banyak lagi seniman baik asing maupun Nusantara disamping


menetap, mengambil obyek baik lukisan maupun tulisan mengenai Bali.
Dan tulisan-tulisan mengenai Bali mulai tahun 1920 sudah menyebar
keseluruh Eropa dan Amerika.

Para Wisatawan asing yang sudah pernah ke Bali lalu menceritakan


pengalaman kunjungannya selama di Bali kepada teman-temannya.
Penyebaran informasi mengenai Bali baik karena tulisan-tulisan tentang
Bali maupun cerita dari mulut ke mulut menyebabkan Bali dikenal di
manca negara. Bahkan sampai saat ini nama Bali masih lebih dikenal
umum dibandingkan dengan nama Indonesia di mancanegara.

Untuk mengantisipasi hal tersebut maka penyebaran informasi


mengenai daerah tujuan wisata (DTW). Bali selalu mengutamakan nama
Indonesia, baik itu penyebaran informasi melalui brosur-brosur maupun
pada pameran-pameran yang diadakan di negara asing. Sehingga dengan
demikian diharapkan nama Indonesia lebih dikenal dan dipahami bahwa
Bali adalah salah satu propinsi yang ada di Indonesia dan merupakan
bagian dari Indonesia, bukan sebaliknya.

Untuk menampung kedatangan wisatawan asing ke Bali maka pada


tahun 1930 didirikanlah hotel yang pertama di Bali yaitu Bali Hotel yang
terletak di jantung kota Denpasar, disamping itu juga ada sebuah
pesanggrahan yang terletak di kawasan wisata Kintamani. Pesanggrahan
sangat strategis untuk dapat melihat pemandangan alam Kintamani yang
unik dan mempunyai daya tarik tersendiri di mata wisatawan, bahkan
pesanggrahan tersebut sangat strategis untuk menyaksikan saat Gunung
Batur meletus maupun mengeluarkan asap.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, saat Gunung Batur


meletus banyak roh-roh halus menyebar di sekitar Kintamani, karena itu
masyarakat setempat membuat upacara agar ketentraman Desa
terpelihara.

Pada saat Gunung Batur meletus pada tahun1994 yang lalu kawasan
Kintamani makin banyak dikunjungi wisatawan yang ingin menyaksikan
5

atraksi kegiatan Gunung Batur. Dan masyarakat setempat pun kebagian


rezeki dari kunjungan tersebut.

Nama Bali makin terkenal setelah pada tahun 1932 rombongan Legong
Peliatan melanglang buana ke Eropa dan Amerika atas prakarsa orang-
orang asing dan pada tahun berikutnya makin banyak saja seni tari Bali
yang diajak melanglang buana ke mancanegara. Selama pementasan
selalu pertunjukan tersebut mendapat acungan jempol.

Makin terkenalnya nama Bali di mancanegara, kunjungan wisatawan


asing makin banyak datang ke Bali. Berbagai julukan diberikan kepada Bali
antara lain : The Island of Gods, The Island of Paradise, The Island of
Thousand Temples, The Morning of The World oleh Pandit Jawahral Nehru,
The Last Paradise on Earth dan lain sebagainya.

Kesemarakan Pariwisata Bali pernah terhenti karena meletusnya Perang


Dunia I tahun 1939-1941 dan Perang Dunia II tahun 1942-1945 dan
dilanjutkan dengan Revolusi Kemerdekaan RI tahun 1942-1949.

Baru pada tahun 1956 kepariwisataan di Bali dirintis kembali. Pada


tahun 1963 didirikan Hotel Bali Beach (Grand Bali Beach sekarang) dan
diresmikan pada bulan November 1966. Hotel Bali Beach (Grand Bali
Beach) mempunyai sejarah tersendiri dimana merupakan satu-satunya
hotel berlantai 9 (sembilan) tingginya lebih dari 15 meter.

Hotel ini dibangun sebelum ada ketentuan bahwa bangunan di Bali


maksimal tingginya 15 meter, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur
Kdh. Tk. I Bali tanggal 22 November 1971 Nomor 13/Perbang.
1614/II/a/1971. Isinya antara lain bahwa bangunan di Daerah Bali
tingginya maksimal setinggi pohon kelapa atau 15 meter.

Hotel Bali Beach dibangun atas biaya dari rampasan perang Jepang.
Hotel tersebut pernah terbakar pada tanggal 20 Januari 1993, pada saat
hotel tersebut terbakar terjadi keanehan yaitu kamar nomor 327, satu-
satunya kamar yang tidak terbakar sama sekali.

Setelah Hotel Bali Beach diresmikan pada bulan November 1966 maka
bulan Agustus 1969 diresmikan Pelabuhan Udara Ngurah Rai sebagai
pelabuhan internasional. Kepariwisataan di Bali dilaksanakan secara lebih
intensif, teratur dan terencana yaitu ketika dimulai dicanangkan Pelita I
pada April 1969.
6

B. TEMPAT-TEMPAT PARIWISATA DI BALI

Tempat-tempat pariwisata di Bali yang cukup terkenal antara lain:


7

N Nama Tempat N Nama Tempat


o o
1 Besakih 12 Tenganan
2 Pantai Kuta 13 Pantai Sanur
3 Sangeh 14 Pura Taman Ayun
4 Tanah Lot 15 Tanjung Benoa
5 Pura Luhur Uluwatu 16 Tari Barong di Batubulan
6 Pantai Labua 17 Goa Gajah
7 Jimbaran 18 Pasar Sukowati
8 Pura Goa Lawah 19 Kintamani
9 Nusa Dua 20 Taman Reptil
10 Ubud 21 Safari Onta
11 Garuda Wisnu Kencana 22 Mandala Wisata

 Besakih
Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak di Desa
Besakih, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia.
Komplek Pura Besakih terdiri dari 18 Pura dan 1 Pura Utama. Pura
Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali.
Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura
Besakih, Pura Penataran Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak
bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan
merupakan pusat dan semua pura yang ada di Besakih. Di Pura
Penataran Agung terdapat 3 arca utama Tri Murti Brahma, Wisnu dan
Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara
dan Dewa Pelebur.
Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekedar menjadi
tempat ibadah terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya memiliki
keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung. Sebuah
gunung tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai arwah serta alam
para Dewata. Sehingga tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung
Agung dibuat bangunan suci Pura Besakih yang bermakna filosofis.
Makna filosofis yang terkadung di Pura Besakih dalam
perkembangannya mengandung unsur-unsur kebudayaan yang
meliputi:
1. Sistem pengetahuan

2. Peralatan hidup dan teknologi

3. Organisasi sosial kemasyarakatan


8

4. Mata pencaharian hidup

5. Sistem bahasa

6. Religi dan upacara

7. Kesenian

Ketujuh unsur kebudayaan itu diwujudkan dalam wujud budaya ide,


wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Hal ini sudah
muncul baik pada masa pra-Hindu maupun masa Hindu yang sudah
mengalami perkembangan melalui tahap mitis, tahap ontologi dan
tahap fungsional.
Pura Besakih sebagai objek penelitian berkaitan dengan kehidupan
sosial budaya masyarakat yang berada di Kabupaten Karangasem
Provinsi Bali. Berdasarkan hasil sebuah penelitian, bangunan fisik Pura
Besakih telah mengalami perkembangan dari kebudayaan pra-hindu
dengan bukti peninggalan menhir, punden berundak-undak, arca, yang
berkembang menjadi bangunan berupa meru, pelinggih, gedong,
maupun padmasana sebagai hasil kebudayaan masa Hindu.
Latar belakang keberadaan bangunan fisik Pura Besakih di lereng
Gunung Agung adalah sebagai tempat ibadah untuk menyembah Dewa
yang dikonsepsikan gunung tersebut sebagai istana Dewa tertinggi.
Pada tahapan fungsional manusia Bali menemukan jati dirinya
sebagai manusia homo religius dan mempunyai budaya yang bersifat
sosial religius, bahwa kebudayaan yang menyangkut aktivitas kegiatan
selalu dihubungkan dengan ajaran Agama Hindu.
Dalam budaya masyarakat Hindu Bali, ternyata makna Pura Besakih
diidentifikasi sebagai bagian dari perkembangan budaya sosial
masyarakat Bali dari mulai pra-Hindu yang banyak dipengaruhi oleh
perubahan unsur-unsur budaya yang berkembang, sehingga
mempengaruhi perubahan wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas,
dan wujud budaya material. Perubahan tersebut berkaitan dengan
ajaran Tattwa yang menyangkut tentang konsep ketuhanan, ajaran
Tata-susila yang mengatur bagaimana umat Hindu dalam bertingka
laku, dan ajaran Upacara merupakan pengaturan dalam melakukan
aktivitas ritual persembahan dari umat kepada TuhanNya, sehingga
ketiga ajaran tersebut merupakan satu kesatuan dalam ajaran Agama
Hindu di Bali.
9

Peta Bekasih Global

Keterangan Peta:

1. Pura Pesimpangan

Dari Pura Dalem Puri ke timur dan membelok


lagi ke selatan yaitu di sebelah timur jalan raya, di
tempat yang agak terpencil, terletak Pura
Pesimpangan. Piodalannya pada hari Anggara
Keliwon Julungwangi, pura ini merupakan tempat pesimpangan (singgah)
sejenak bila kemBali melelasti dari Segara Kelotok Klungkung.

2. Pura Dalem Puri

Pura ini terletak paling selatan dari Pura Penataran Agung, yaitu di sebelah
barat sungai. Untuk mencapainya kita harus berjalan kaki kira-kira 300 meter
ke utara dan kemudian membelok ke barat di suatu tempat yang agak
terpencil. Di pura ini distanakan Bhatari Durga yang dahulu dinamai Pura
Dalem Kedewatan. Para umat Hindu yang telah selesai mengadakan Upakara
Pitra Yadnya yaitu ngaben dan Memukur atau Ngeroras biasanya ke pura ini,
Mendak Nuntun Sang Pitara untuk distanakan di Sanggah atau Pemerajan
masing-masing. Di sekitar Pura Dalem Puri terdapat suatu tanah lapang yang
agak luas yang dinamai Tegal Penangsaran dilengkapi sebuah Pelinggih Tugu
kecil di sebelah timur pura. Piodalan di pura ini pada hari Buda Keliwon Ugu,
sedang setiap tahun pada sasih Kepitu penanggal 1, 3 atau 5 diselenggarakan
upakara Yadnya Ngusaba Kepitu. Di dalam pura inilah menurut suatu cerita,
Sri Jayakasunu menerima pewarah-warah atau sabda dari bhatari Durga
tentang Upacara Eka Dasa Rudra, Tawur Kesanga, Galungan, Kuningan dan
lain - lainnya, yaitu setelah Sri Mayadenawa dihancurkan karena tindakannya
menghalang-halangi masyarakat melakukan ibadah agamanya ke Pura
Besakih.
10

3. Pura Manik Mas

Pura ini merupakan Kahyangan Dewi Pertiwi atau disebut juga Sang Hyang
Giriputri (Saktinya Siwa). Piodalannya pada hari Saniscara Keliwon Wariga
(Tumpek Uduh). Di tempat ini seharusnya umat sembahyang dengan
mempersembahkan aturan sepatutnya sebelum ia akan ke Pura Penataran
Agung Besakih. Maksudnya agar baik jasmani dan rohani disucikan secara
niskala sebelum akan menyelenggarakan sesuatu upakara Yadnya baik di Pura
Penataran Agung maupun di pura pura sekitarnya. Diceriterakan oleh orang-
orang tua, bahwa di masa-masa yang lalu yaitu waktu zaman Dalem atau Raja
beliau biasanya ke Besakih dengan menunggang kuda, diiringi oleh
masyarakat. Di sebelah selatan Pura Manik Mas beliau turun, kemudian
bersama-sama muspa (sembahyang) di Pura Manik Mas. Selanjutnya barulah
beliau menuju ke Pura Penataran Agung Besakih dengan berjalan kaki. Hal ini
dilakukan karena wilayah antara Pura Manik Mas sampai ke puncak disebut
Telajakan Pura Besakih yaitu Soring Ambal-ambal dan Luhuring Ambal-ambal.
Oleh karenanya pula baik sekali bila mulai sekarang dirintis jalan agar setiap
orang yang akan sembahyang ke Pura Penataran Agung Besakih, terlebih
dahulu turun dan sembahyang di Pura Manik Mas, dan kemudian barulah
setelah itu berjalan kaki ke Pura Penataran Agung sehingga keagungan dan
kemuliaan Pura Besakih ini akan semakin dapat dirasakan serta diresapi.

4. Pura Bangun Sakti

Letaknya disebelah timur jalan raya, di mana distanakan Triantabhoga


yaitu Hyang Naga Basukih, Hyang Naga Sesa dan Hyang NagaTaksaka.
Piodalannya pada hari Buda Pon Watugunung. Di samping itu setiap waktu
tertentu diselenggarakan aci Pengangon dan Ngusaba Posya pada hari Tilem
sasih keenem. Di pura inilah konon Danghyang Manik Angkeran di hidupkan
kemBali setelah beberapa lamanya wafat akibat kesalahannya kepada Hyang
Naga Basukih.

5. Pura Ulun Kulkul

Di sebelah barat jalan terletak Pura Ulun Kulkul di mana Hyang Mahadewa
distanakan. Sebuah kulkul (kentongan besar) terdapat di pura ini dan
dipandang sebagai kulkul yang paling utama dan mulia dari pada semua
kulkul yang ada di Bali. Di zaman dahulu setiap desa atau banjar membuat
kulkul, kulkul itu harus dipelaspas dan dimohonkan tirta di Pura Ulun Kulkul,
agar atas asung wara nugraha Hyang Widhi Wasa, kulkul itu mempunyai
11

taksu, yaitu ditaati oleh krama desa atau krama pemaksan pura yang akan
memakai kulkul tersebut. Adapun piodalan di pura ini jatuh pada hari
Saniscara Keliwon Kuningan atau tepat pada hari Raya Kuningan, sedang pada
setiap hari tilem ketiga diadakan upakara aci Pengurip Bumi dan pada setiap
hari tilem kaulu menghaturkan aci sarin tahun. Aci Pengurip Bumi
dimaksudkan untuk memohon agar semua tanam-tanaman baik di sawah
maupun di ladang menjadi subur dan sebagian kecil dari hasil pertanian itu
kemudian dipersembahkan yang dinamakan aci sarin tahun. Jika ada Upakara-
upakara Yadnya di Pura ini dan di Pura Penataran Agung, maka semua
bangunan Pelinggih yang terdapat di dalamnya harus dihias dengan
pengangge-pengangge sarwa jenar atau hiasan serba kuning.

6. Pura Merajan Selonding

Di sebelah utara Pure Ulun Kulkul dan agak masuk ke barat dan jalan raya
terdapat Pure Merajan Selonding. Dahulu kala pura ini adalah Merajan dari
Dalem Kesari Warmadewa yang diperkirakan pernah mempunyai istana di
Besakih dengan nama Bumi Kuripan. Raja Purana Besakih dalam bentuk lontar
yang sering disebut Prasasti Bredah disimpan di pura ini, demikian pula
seperangkat gamelan kuno yang bernama Selonding. Dalam Lontar Catur
Muni-Muni yaitu yang menceriterakan tentang asal mulanya ada tabuh
gamelan di Bali, dikatakan bahwa Bhagawan Narada mengajarkan para
pertapa menabuh gamelan dengan gamelan Selonding. Sementara itu dalam
Markandeya Purana ditegaskan bahwa Sang Yogi Markandeya juga memakai
nama Hyang Naradatapa. Apakah yang dimaksud dengan Bhagawan Narada
ini Sang Yogi Markandeya dan gamelan yang dipakainya itu gamelan selonding
yang tersimpan di pura ini, masih perlu diadakan penelitian lebih lanjut oleh
para ahli. Piodalan di pura merajan Selonding pada hari Wraspati Keliwon
Warigadian.

7. Pura Goa

Ke utara dari Pura Manik Mas di sebelah timur jalan raya terletak Pura Gua
di mana Hyang Naga Basuki diistanakan. Di sebelah timur Pura ini terdapat
sebuah sungai dan pada tebingnya ada sebuah gua besar, tetapi sekarang gua
tersebut sudah tertimbun runtuhan tanah longsor. Dalam ceritera tentang
perjalanan Dang Hyang Sidimantra ke Besakih, diceriterakan bahwa di gua
inilah beliau setiap hari-hari tertentu mempersembahkan haturan kepada
Hyang Naga Basuki berupa empahan (susu), madu dan telur. Juga di tempat ini
Dang Hyang Manik Angkeran memotong ekor Naga Basuki, sehingga Dang
Hyang Manik Angkeran dipanggang sampai meninggal, tetapi kemudian
dihidupkan lagi setelah Dang Hyang Sidimantra (Ayah dan Dang Hyang Manik
12

Angkeran) dapat memasang kemBali ekor Naga Basuki yang terpotong itu.
Menurut ceritera rakyat, dahulu kala gua itu tembus sampai ke Gua Lawah
Klungkung, sehingga pernah terjadi pada waktu ada sabungan ayam di Gua
Lawah, salah seekor ayam sabungan itu lari masuk ke Gua Lawah kemudian
dikejar terus oleh pemiliknya dan akhirnya ia keluar di gua Besakih. Pada
permukaan gua sekarang ini sudah diperbaiki sehingga memungkinkan orang
duduk untuk sembahyang atau semadi. Piodalan di pura Gua pada hari Buda
Wage Kelawu atau Buda Cemeng Kelawu.

8. Pura Banua
Pura Banua Kawan terletak di sebelah timur jalan raya yaitu di timur parkir
kendaraan menghadap ke selatan. Di sini diistanakan Batari Sri dan hari
piodalannya jatuh pada hari Sukra Umanis Kelawu. dahulunya di sebelah timur
pura ini agak ke selatan terdapat sebuah lumbung padi untuk tempat
menyimpan sebagian dari padi hasil sawah druwe Pura Besakih. Sekarang
lumbung ini sudah tidak ada dan akan diusahakan untuk dibangun kemBali.
Dengan adanya lumbung ini diharapkan sebagai sarana permohonan untuk
penginih-inih, artinya segala yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pangan dapatlah dipenuhi, meskipun sederhana tetapi cukup.

9. Pura Merajan Kanginan

Letaknya di sebelah timur Banua Kawan, yaitu di ujung timur di tepi sebuah
sungai menghadap ke selatan. Di sini distanakan Bhatara rambut Sedana dan
terdapat pelinggih untuk memulyakan Empu Bradah dan Bhatara Indra.
Adapun piodalannya jatuh pada hari Saniscara Keliwon Kerulut atau tumpek
Kerulut. Menurut ceritera-ceritera yang pernah didengar oleh para orang-orang
tua di Besakih, konon Pura ini bekas merajan dan Danghyang Manik Angkeran
sewaktu beliau menjadi pertapa di Besakih.

10. Pura Hyang Haluh (Jenggala)

Dari Pura Banua Kawan ke barat melalui jalan setapak agak jauh ke dalam
dan kemudian membelok ke utara akan kita dapati Pura Jenggala di atas
sebuah bukit kecil. Menurut masyarakat setempat pura ini sering juga disebut
Pura Hyang Haluh dan difungsikan sebagai Kahyangan Prajapati. Hal ini bisa
dimengerti karena agak ke selatan dari Pura Jenggala terdapat tanah kuburan
yang disebut Setra Agung. Di pura ini terdapat beberapa patung batu yang
agak kuno menyerupai seorang resi, garuda dan lain lainnya, yang sakral dan
dibuatkan pelinggih-pelinggih. Banyak sekali ceritera rakyat yang dihubungkan
13

dengan pura ini, ada yang mengatakan bekas pertapaan Dyah Kulputih, ada
yang mengatakan Kahyangan Melanting dan ada pula yang memperkirakan
semacam Pura Alas Angker.

11. Pura Basukihan

Di kaki Pura Penataran Agung Besakih yaitu di sebelah kanan kalau kita
akan menaiki tangga Pura Penataran Agung, terdapat sebuah pura yang
pelinggih induknya berupa meru tumpang pitu (tingkat tujuh). Pura ini bernama
Pura Basukihan di tempat mana menurut perkiraan para sulinggih, Danghyang
Markandeya menanam Pedagingan Pancadatu (lima jenis logam dengan
kelengkapan upakaranya). Pura Basukihan, Pura Penataran Agung dan Pura
Dalem Puri adalah induk dari Kahyangan Tiga di desa-desa yaitu pura Puseh,
pura Desa dan pura Dalem. Dari kelengkapan palinggih-palinggih yang
terdapat di masing-masing pura itu, demikian pula sastra-sastra agama yang
ada hubungannya dengan tata cara membangun suatu pura, nampak bahwa
pura Basukihan itu adalah pura Puseh Jagat, Pura Penataran Agung berfungsi
sebagai pura Desa Jagat dan Pura Dalem Puri sebagai pura Dalem Jagat.
Dengan demikian Pura Basukihan, Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Puri
adalah pusat dan semua pura Puseh, pura Desa dan pura Dalem yang terletak
di manapun, sehingga pura Besakih secara keseluruhan adalah pura
Penyungsung Jagat. Adapun yang distanakan di pura ini ialah Hyang Naga
Basuki. Hari Piodalannya jatuh pada hari Buda Wage Kelawu atau Budha
Cemeng Kelawu.

12. Pura Penataran Agung

Di sebelah utara Pura Basukihan dinamai Pura Penataran Agung. Di antara


semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih. maka Pura
Penataran Agung ini adalah yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan
pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua
pura yang ada di Besakih. Dalam Raja Purana Besakih dikatakan bahwa Pura
Penataran Agung Besakih adalah tempat Pesamuaning Batara Kabeh.

13. Pura Batu Madeg

Untuk mencapai Pura Batu Madeg ini kita berjalan kaki keutara disebelah
Barat Suci dan kemudian membelok sedikit ke Barat. Pura ini cukup luas di
mana di dalamnya banyak terdapat palinggih-palinggih dan meru. Palinggih
14

pokok adalah stana Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Hyang
Wisnu berupa meru tumpang 11. Upakara Yadnya atau Pangaci di pura Batu
Madeg terdiri dari piodalan pada hari Soma Umanis Tolu, Ngusabha Warigadian
pada hari penanggal 5 sasih kelima dan Benaung Bayu pada hari tilem sasih
kelima.

Palinggih-palinggih di Pura Batu Madeg antara lain:


• Bebaturan linggih Bhatara Batudinding.
• Gedong Palinggih Bhatara Pujungsari.
• Bebaturan tempat memuja Bhatara Gajah Waktera. Di masa-masa yang
lalu yaitu pada waktu perjuangan merebut kemerdekaan, konon para
pejuang banyak yang bersemadhi di palinggih ini.
• Meru tumpang 11 Palinggih Bhatara Manik Bungkah.
• Meru tumpang 11 Palinggih Bhatara Bagus Babotoh.
• Meru tumpang II Palinggih Bhatara Sakti Batu Madeg (Hyang Wisnu).
• Bebaturan Palinggih I Ratu Kelabangapit, tempat masyarakat memohon
keselamatan bila akan membuat empelan (bendungan besar) dan
memohon agar sawah-sawahnya tidak mengalami kekurangan air.
• Meru tumpang 9 Palinggih Bhatara Manik Buncing.
• Meru tumpang 9 Palinggih Bhatara Manik Angkeran yang dimuliakan oleh
para prati sentananya dan sekarang dikenal dengan sebutan Pinatih,
sulang dan Wayabya, di samping oleh Masyarakat umat Hindu umumnya.
• Bale Tegeh Palinggih Lingga.
• Bale Pesamuhan Agung tempat pemujaan umum ke hadapan Sang Hyang
Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagi Hyang Wisnu.
• Bebaturan Pelinggih Bhatara Sanghyang Batur.
• Gedong Palinggih Sanghyang Kumpi Batur.
• Enam buah Bale Pelik diantaranya terdapat tempat pemujaan pada Dukuh
Suladri di Bale Pelik bagian Timur.
• Bangunan-Bangunan Bale Pegat, Bale Gong, Bale Pewedaan, dan Candi
bentar.

Bila terdapat karya-karya agung di pura Besakih demikian pula pengaci di


pura Batu madeg, maka semua palinggih-palinggih yang terdapat di Pura ini
dihias dengan pengangge-pengangge Palinggih seperti ider-ider, Lelontek,
Pedapa dan lain-lainnya dengan warna serba hitam.

14. Pura Batu Kiduling Kreteg

Dari Pura Penataran Agung ke timur melewati jalan setapak di sebelah


menyebelah pura-pura Pedharman dan pada ujung timur terdapat Pura
15

Kiduling Kreteg, yaitu di sebelah Timur sungai melalui sebuah jembatan. Luas
Pura ini demikian pula jumlah palinggih-palinggihnya hampir sama dengan
Pura Batu Madeg, di mana pelinggih pokoknya Meru tumpang 11 kahyangan
Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Hyang Brahma. Di
dalam lontar-lontar Pura ini kadang-kadang dinamai Pura Dangin Kreteg dan
kadang Pura Kiduling Kreteg, mungkin karena tempatnya seolah-olah berada di
sebelah timur jembatan dan seolah-olah di sebelah selatan jembatan kalau kita
sedang berada di Pura Penataran Agung. Ini bisa dimengerti karena Pura
Besakih sesungguhnya tidak sepenuhnya menghadap ke Selatan tetapi agak
miring kearah Barat berhadapan dengan Pura Luhur Uluwatu di desa Pecatu
Kabupaten Badung. Ini pulalah sebabnya Pura Luwur Uluwatu dan Pura Besakih
Hyang Hyangning Segara Ukir atau Hyang Hyangning Segara Gunung dalam
arti Pura Luhur Uluwatu berfungsi Predana dan Pura Besakih Purusa.

Adapun bangunan-bangunan pelinggih yang terdapat di Pura Kiduling


Kreteg antara lain:

• Bale Pesambiyangan.
• Meru tumpang 11 Pelinggih Hyang Brahma, yang oleh umum disebut
Bhatara Agung Sakti.
• Meru Tumpang 7 Pelinggih Bhatara Bayu, yang oleh umum disebut I Ratu
Bagus Bayusan.
• Meru tumpang 5 Palinggih Ida Ratu Bagus Swa.
• Meru tumpang I I Palinggih Ida Ratu Bagus Cili.
• Meru tumpang 5 Palinggih Ida Ratu Bagus Soha.
• Meru tumpang 3 Palinggih Ida Ratu Sihi.
• Meru tumpang 3 Palinggih Dewa-Dewi.
• Bale Pesamuan Agung.
• Bale Agung.
• Bale Pegat.
• BalePawedaan.
• Bebaturan.
• Bale Tegeh.
• Bebaturan.
• Panggungan.
• Bale Gambang.
• Bale Gong.
• Candi Bentar.

Piodalannya jatuh pada Anggara Wage Dungulan atau Penampahan


Galungan, sedang Aci Panyebab Brahma diselenggarakan setahun sekali pada
hari purnama sasih Kaenem. Aci Panyebab Brahma adalah untuk memohon
agar padi di sawah tidak merana dan hangus kekeringan. Dalam karya-karya di
pura Kiduling Kreteg, semua penganggen pelinggih berwarna merah.
16

15. Pura Gelap

Dari jalan setapak di sebelah timur Pura Penataran Agung ke utara


(jalannya agak menanjak kira-kira 5 menit perjalanan), terdapat Pura Gelap di
ketinggian. Pelinggih pokok berupa Meru tumpang 3 di sana distanakan Hyang
Iswara, di samping sebuah Padma, Palinggih Ciwa Lingga, Bebaturan Sapta
Petala, Bale Pewedaan dan Bale Gong. Piodalan di Pura Gelap jatuh pada hari
Soma Keliwon Wariga dan Aci Pengenteg Jagat pada setiap hari Purnama sasih
Karo.

Di sinilah pura tempat umat maturan dan memohon kedamain pikiran dan
kesejahteraan hidup sesuai dengan makna pengacinya yang disebut Aci
Pengenteg Jagat. Pada waktu karya-karya di Pura Besakih semua pengangge-
pengangge di Pura ini berwama serba putih.

16. Pura Pengubengan

Pura Pengubengan ini letaknya ke utara dari Pura Penataran Agung melalui
jalan setapak kira-kira 30 menit perjalanan. Di sini terdapat pelinggih pokok
meru tumpang 11 di samping bale gong, bale Pelik, Piyasan, Candi Bentar dan
tembok penyengker. Di sinilah pelinggih Pesamuhan Bhatara Kabeh sebelum
Bhatara Turun Kabeh di Penataran Agung. Di antara pura-pura lainnya yang
ada di Besakih, letak Pura Pengubengan ini yang tertinggi. Jika masyarakat
bermaksud mempersembahkan aturannya kepuncak Gunung Agung akan
tetapi tidak mampu karena tingginya, maka cukup aturan itu dipersembahkan
di Pura Pengubengan ini. Sama halnya dengan dan Pura Peninjoan, dari
sinipun pemandangan alam kelihatan indah sekali, akan tetapi Pura Penataran
Agung tidak nampak. Sesungguhnya baik sekali apabila pada hari-hari
tertentu (Rerainan) kita dapat pedek tangkil serta mempersembahkan aturan
di Pura Peninjoan dan Pura Pengubengan secara berombongan, karena di
samping hal-hal berkunjung ke Pura Pura itu termasuk Yadya yang disebut
Tirtha Yatra, juga kita mengetahui secara langsung pura-pura itu. Piodalan di
Pura Pengubengan jatuh pada hari Budha Wage Kelawu.

17. Pura Batu Tirtha


17

Tempatnya tidak begitu jauh dan Pura Pengubengan yaitu disebelah


timurnya kira-kira 10 menit perjalanan. Di sini terdapat sumber tirtha atau air
suci yang dipergunakan bila ada karya-karya agung di Pura Besakih ataupun
karya-karya agung di desa-desa pekraman, demikian pula di sanggar-sanggar
pemujaan umat seperti di sanggah maupun merajan. Piodalan di pura Tirtha
jatuh pada hari Budha Wage Kelawu.

18. Pura Batu Peninjoan

Letak Pura ini agak kebarat-laut dari Pura Batu Madeg, melalui jalan
setapak, menuruni lembah dan menyelusuri pinggir sungai kering tegalan
penduduk. Perjalanan kurang lebih atarara 15 sampai 25 menit dan kita akan
sampai di Pura Peninjoan disebuah bukit kecil. Di sana terdapat sebuah Meru
tumpang 9. Dari tempat inilah konon Empu Kuturan meninjau wilayah Desa
Besakih yang sekarang menjadi tempat pelinggih-pelinggih di Pura Penataran
Agung dan sekitarnya, sewaktu beliau merencanakan pembanguan dan
memperluas Pura Besakih ini yang di masa yang lalu tidak sebanyak yang kita
saksikan sekarang. Di tempat inilah Empu Kuturan menjalankan tapa yoga
samadhi bila beliau ke Besakih. Ajaran-ajarannya tentang tata cara
membangun pura, membuat pelinggih meru, kahyangan tiga, Asta Kosala
Kosali dan lain-lainnya sampai sekarang masih dipraktekkan oleh segenap
lapisan masyarakat Hindu. Setelah beliau wafat beliau tidak lagi disebut Empu
Kuturan, tetapi Bhatara Empu Kuturan, karena beliau dipandang sebagai
Awatara atau Dewa Kemanungsan tidak ternilai besar jasanya dalam
menuntun masyarakat Umat Hindu dan untuknya distanakan di Meru tumpang
9 di Pura Peninjoan ini, selain di tempat-tempat lain seperti di Silayukti
(Padangbai - Karangasem). Dari Pura Peninjoan, semua pelinggih di Pura
Penataran Agung dapat dilihat dengan jelas, demikian pula pantai dan daratan
pulau Bali di sebelah selatan kelihatan indah sekali. Selain dari meru tumpang
9, pura ini juga dilengkapi dengan dua buah Bale Pelik dan Piyasan. Piodalan
di Pura Peninjoan pada hari Wraspati Wage Tolu.

 Candi Dasa
Candi Dasa, adalah sebuah tempat peristirahatan atau resor di
pantai, yang terletak di kabupaten Karangasem Bali. Daerah ini
jaraknya kurang lebih 90 km di sebelah timur laut Denpasar, ibukota
Bali. Dari Candi Dasa untuk menuju Tenganan, jaraknya hanya kira-kira
10 km.
18

Candi Dasa terletak di Teluk Amuk yang merupakan salah satu


tempat terkenal untuk menyelam. Pulau-pulau kecil di Teluk Amuk (Gili
Tepekong, Gili Biaha, Gili Mimpang) menawarkan pengalaman
menyelam yang menakjubkan. Namun, para pemandu penyelaman
disana harus memperingatkan para penyelam yang dipandunya untuk
sangat berhati-hati karena arus tempat penyelaman yang sangat kuat
dan seringkali tak bisa diperkirakan kehadirannya. Efek mesin cuci (the
washing machine effect) dapat dengan mudah membuat panik para
penyelam. Oleh karena hal ini beberapa lokasi dinyatakan sebagai
tempat yang berbahaya untuk penyelam pemula.

 Pantai Kuta
Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di
sebelah selatan Denpasar, ibu kota Bali, Indonesia. Kuta terletak di
kabupaten Badung. Daerah ini merupakan sebuah destinasi turis
mancanegara yang sangat termasyhur. Di Kuta sendiri banyak terdapat
pertokoan, restoran dan tempat permandian serta menjemur diri. Pantai
Kuta sering pula disebut sebagai Sunset Beach atau pantai matahari
terbenam sebagai lawan dari pantai Sanur. Lapangan Udara I Gusti
Ngurah Rai terletak tidak jauh dari Kuta. Pantai dengan pasir berwarna
putih ini terletak sebuah desa bernama Desa Kuta. Desa Kuta mulai
menjadi tempat tujuan wisata yang menarik di Indonesia sejak
didirikannya banyak hotel-hotel baru. Selain keindahan alam yang
dapat dinikmati di desa ini, satu kali dalam setahun diadakan upacara
Sasak di desa ini. Ini adalah upacara Bau Nyale. Dalam upacara ini para
pelaut mencari cacing Nyale di laut.

Menurut legenda, dahulunya ada seorang putri, bernama Putri


Mandalika, yang sangat cantik, banyak pangeran dan pemuda yang
ingin menikah dengannya. Karena ia tidak dapat mengambil keputusan,
maka ia terjun ke air laut. Ia berjanji sebelumnya bahwa ia akan datang
19

kemBali satu kali dalam setahun. Rambutnya yang panjang kemudian


menjadi cacing Nyale tersebut.

Pantai Kuta di
sore hari

 Sangeh
Sangeh adalah sebuah tempat pariwisata di pulau Bali yang terletak
di sebelah utara Ubud, kabupaten Gianyar.
Sangeh terkenal karena ini merupakan sebuah desa di mana
monyet-monyet (beruk) berkeliaran dengan bebas di sebuah bukit
bernama Bukit Sari. Di sana ada pula sebuah pura yang bernama Pura
Bukit Sari. Monyet di sini berkuasa dan
konon memiliki tiga wilayah kerajaan.
Menurut legenda setempat Bukit Sari
dan monyet ini berada di sana ketika
Hanoman, sebuah tokoh dalam
wiracarita Ramayana, mengangkat
gunung Mahameru. Beberapa bagian
gunung ini jatuh di sana dan sejak saat itu monyet berkuasa di sana.

Seekor kera di
Sangeh
20

 Tanah Lot
Tanah Lot adalah sebuah objek wisata di Bali, Indonesia. Di sini ada
dua pura yang terletak di di atas batu besar. Satu terletak di atas
bongkahan batu dan satunya
terletak di atas tebing mirip
dengan Pura Uluwatu. Pura
Tanah Lot ini merupakan
bagian dari pura Sad
Kahyangan, yaitu pura-pura
yang merupakan sendi-sendi
pulau Bali. Pura Tanah Lot
merupakan pura laut tempat
pemujaan dewa-dewa
penjaga laut.

Tanah Lot

Terletak di desa Beraban atau 13 km sebelah barat Tabanan, Pura


Tanah Lot hampir selalu ditawarkan oleh setiap pemandu wisata di Bali
untuk dikunjungi. Tempat yang asik tuk memotret sunset ini (sambil
duduk2 dan minum kelapa muda) memiliki keunikan antara lain lokasi
pura yang berada diatas bukit batu besar pinggir laut. Pada saat air
surut dan tingginya tidak lebih dari selutut, kita masih bisa nyebrang
menuju tempat itu.
Menurut sebuah sumber tersebutlah legenda dari kisah perjalanan
pendeta asal Jawa Timur bernama Dang Hyang Nirartha yang tengah
menuju ke timur untuk menyebarkan ajaran Hindu. Sampai pada suatu
saat, Dang Hyang Nirartha tiba di salah satu pantai dengan pulau kecil
ditengah lautnya dengan tanah parangan dan bebatuan keras di
bawahnya. Di tempat itulah sang pendeta beristirahat dan tak lama
kemudian datang para nelayan membawa sesembahan untuknya.
21

Kemudian di tempat itu Dang Hyang Nirartha menyampaikan ajaran


agamanya dan menyarankan masyarakat sekitar tuk membangun
tempat suci di pulau tempatnya menginap. Sepeninggal sang pendeta,
masyarakat membangun tempat suci di atas pulau dengan nama Pura
Luhur Tanah Lot yang artiya tanah di tengah laut.
Ternyata tidak semua orang boleh masuk ke dalam pura tersebut.
Para wisatawan hanya diperbolehkan melongok dari bawah pura. Hanya
orang2 tertentu yang hendak bersembahyang atau melakukan kegiatan
keagamaan yang diperkenankan masuk ke dalam pura. Terkait dengan
konsep triangga (penggambaran tubuh manusia dari kepala, badan
hingga kaki), pura ini menjadi terkait dengan 2 tempat suci lainnya di
Tabanan, yaitu Pura Luhur Batukaru (hulu) dan Pura Puser Tasik (madya)
serta Pura Tanah Lot sebagai hilirnya. Pura hulu dan hilir ini pun
digambarkan sebagai simbolisasi lingga dan yoni, Pura Luhur Batukaru
sebagai lingga (purusa) dan Pura Tanah Lot sebagai yoni (segara).
Perpaduannya menjadi sumber kehidupan yang mensejahterakan
manusia disekitarnya

Di sebelah utara pura,


tepatnya di dalam gua
bawah tebing, terdapat
ular yang dikeramatkan.
Ular pipih beracun
berwarna hitam kuning ini
dipercaya sebagai
selendang Dang Hyang
Nirartha yang terlepas
saat sedang bertapa dan
hingga kini menjadi
penjaga pura. Di tempat
ini pula terdapat sumber air tawar bernama Tirta Pabersihan (biasa
digunakan sebagai sarana memohon kesucian).
Tanah Lot

 Pura Luhur Uluwatu


Di ujung paling barat semenanjung Bukit, terdapat sebuah Pura Sad
Kahyangan sebagai penyangga salah satu darl 9 arah mata angin yakni
22

Pura Luhur Uluwatu. Pura ini dibangun,


bertengger persis di atas batu karang
yang menjorok ke laut dengan
pemandangan yang luar biasa indahnya,
terlebih-lebih tatkala Surya mulai redup
menurun di ufuk barat.
Pura Uluwatu pertama-tama dipakai
sebagai tempat untuk memuja seorang
pendeta suci yang datang pada abad ke 11, bernama Empu Kuturan.
Beliaulah yang menurunkan ajaran Desa Adat dengan segala peraturan
tata tertibnya. Pura tersebut berikutnya juga
dipakai untuk pemujaan Pendeta suci
berikutnya Dang Hyang Nirartha, yang
datang ke Bali di akhir tahun 1550 dan
mengakhiri perjalanan sucinya dengan
Moksah/Ngeluhur di tempat ini. Selanjutnya
dengan kata itu dipakai melengkapi nama
Pura yakni Pura Luhur Uluwatu. Pantai di
bawah Pura Uluwatu yaitu Pantai Pecatu
sering kali digunakan sebagai tempat untuk
olahraga surfing. Seringkali even even internasional untuk olahraga ini.
Ombak pantai pecatu sangat bagus dijadikan sebagai tempat untuk
surfing disamping keindahan alamnya yang mempesona.

 Pantai Labua
Pantai ini terletak beberapa km disebelah
utara Pura Uluwatu menghadap ke Samudra
Indonesia. Dari tempat parkir, pengunjung
harus berjalan kaki melalui lorong batu karang
sepanjang 60 meter dan sampai di sebuah
pantai yang indah Labuan Sait". Pantai ini
berpasir putih dan bersih, serta tenang
sehingga sangat cocok untuk rekreasi, santai
dan mandi sinar mentari serta tentu saja
sangat cocok pula untuk berselancar.
Para nelayan setempat juga menyediakan jukung sewaan bagi
mereka yang ingin berkeliling melihat keindahan alam yang masih
23

alami di semenanjung bukit bagian selatan. Sebagai tempat pariwisata,


di tempat ini juga sudah ada beberapa kedai minum dan restauran.

 Jimbaran

Jimbaran adalah sebuah pantai di Kabupaten Badung, Bali,


Indonesia. Letaknya di sebelah selatan pulau Bali, sekitar 10 menit dari
Bandara Internasional Ngurah Rai. Di Jimbaran terdapat restoran-
restoran makanan laut (seafood) dan juga hotel-hotel internasional.
Jimbaran dulunya merupakan kampung nelayan.
Pada 1 Oktober 2005, serangkaian ledakan terjadi di kawasan ini
dalam peristiwa Bom Bali 2005.

 Pura Goa Lawah


Dari ribuan jumlah pura di Bali, beberapa di antaranya berstatus
Pura Khayangan Jagat. Salah satunya Pura Goa Lawah. Pura ini berdiri di
wilayah pertemuan antara pantai dan perbukitan dengan sebuah goa
yang dihuni beribu-ribu kelelawar.
Pura Goa Lawah merupakan
suatu kawasan yang suci dan
indah. Di situ ada perpaduan
antara laut dan gunung (lingga-
yoni). Seperti namanya, di pura
ini terdapat goa yang dihuni
ribuan kelelawar. Gemuruh riuh
suara kelelawar tiada henti,
pagi, siang apalagi malam.
Sekejap puluhan, ratusan
bahkan ribuan ekor terbang.
Sebentar lagi datang, bergantungan, bergelayutan, berdesak-desakkan
di dinding-dinding karang goa. Terdengar begitu riuh bagaikan nyanyian
alam yang abadi sepanjang masa. Belum lagi munculnya ular duwe,
lelawah (kelelawar) putih, kuning dan brumbun, menambah suasana
makin mistik di Pura yang berada di Desa Pesinggahan, Dawan,
Klungkung itu. Sementara di mulut goa terdapat beberapa palinggih
stana para Dewa. Di pelatarannya, juga berdiri kokoh beberapa meru
dan sthana lainnya.
24

Lokasinya sekitar 20 km di sebelah timur kota Semarapura,


Klungkung atau kurang lebih 59 km dari kota Denpasar. Umat Hindu
silih berganti menghaturkan bhakti dengan berbagai tujuan. Terutama
ketika berlangsung piodalan/pujawali yang dilaksanakan setiap enam
bulan sekali (210 hari) yakni pada Anggara Kasih Medangsia. Upacara
nyejer selam 3 hari dengan penanggung jawab, pengempon pura yakni
Krama Desa Pakraman Pesinggahan. Di samping juga dilaksanakan aci
penyabran yang dilakukan secara rutin pada hari-hari suci seperti
Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon, Pagerwesi, Saraswati, Siwaratri dan
lainnya. Begitu juga dengan umat Hindu dari seluruh pelosok Bali,
setiap harinya ada saja yang menggelar upacara
meajar-ajar atau nyegara-gunung.

 Nusa Dua
Nusa Dua, adalah sebuah tanjung yang terletak di selatan pulau Bali.
Jaraknya kurang lebih 40
kilometer dari ibukota
Denpasar.

Di daerah yang terdiri


dari batu-batu karang
gamping ini, banyak
terdapat tempat wisata,
seperti pantai Jimbaran dan
Garuda Wisnu Kencana.
 Ubud
Ubud adalah sebuah tempat peristirahatan di daerah kabupaten
Gianyar, pulau Bali, Indonesia.
Ubud terutama terkenal di antara para wisatawan mancanegara
karena lokasi ini terletak di antara sawah dan hutan yang terletak di
antara jurang-jurang gunung yang membuat alam sangat indah. Selain
itu Ubud dikenal karena seni dan budaya yang berkembang sangat
25

pesat dan maju. Denyut nadi kehidupan masyarakat Ubud tidak bisa
dilepaskan dari kesenian. Di sini banyak pula terdapat galeri-galeri seni,
serta arena pertunjukan musik dan tari yang digelar setiap malam
secara bergantian di segala penjuru desa.
Sudah sejak tahun 1930-an, Ubud terkenal di antara wisatawan
barat. Kala itu pelukis Jerman; Walter Spies dan pelukis Belanda; Rudolf
Bonnet menetap di sana. Mereka dibantu oleh Cokorda Gede Agung
Sukawati, dari Puri Agung Ubud. Sekarang karya mereka bisa dilihat di
Museum Puri Lukisan, Ubud.

Upacara Adat di Ubud


26

 Garuda Wisnu Kencana

Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (bahasa Inggris: Garuda


Wisnu Kencana Cultural Park), disingkat GWK, adalah sebuah taman
wisata di bagian selatan pulau Bali. Taman wisata ini terletak di tanjung
Nusa Dua, Kabupaten Badung, kira-kira 40 kilometer di sebelah selatan
Denpasar, ibu kota provinsi Bali. Di areal taman budaya ini,
direncanakan akan didirikan sebuah landmark atau maskot Bali, yakni
patung berukuran raksasa Dewa Wisnu yang sedang menunggangi
tunggangannya, Garuda, setinggi 12 meter. Area Taman Budaya Garuda
Wisnu Kencana berada di ketinggian 146 meter di atas permukaan
tanah atau 263 meter di atas permukaan laut.

Patung Garuda Wisnu Kencana berlokasi di Bukit Unggasan -


Jimbaran, Bali. Patung ini merupakan karya pematung terkenal Bali, I
Nyoman Nuarta. Monumen ini dikembangkan sebagai taman budaya
dan menjadi ikon bagi pariwisata Bali dan Indonesia.
Patung tersebut berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu
adalah Dewa Pemelihara (Sthiti), mengendarai burung Garuda. Tokoh
Garuda dapat dilihat di kisah Garuda & Kerajaannya yang berkisah
mengenai rasa bakti dan pengorbanan burung Garuda untuk
menyelamatkan ibunya dari perbudakan yang akhirnya dilindungi oleh
Dewa Wisnu.
Patung ini diproyeksikan untuk mengikat tata ruang dengan jarak
pandang sampai dengan 20 km sehingga dapat terlihat dari Kuta,
Sanur, Nusa Dua hingga Tanah Lot. Patung Garuda Wisnu Kencana ini
merupakan simbol dari misi penyelamatan lingkungan dan dunia.
Patung ini terbuat dari campuran tembaga dan baja seberat 4.000 ton,
dengan tinggi 75 meter dan lebar 60 meter.

Di sini banyak terdapat galeri dan sebuah patung Wisnu dan Garuda
yang amat besar. Konon patung ini lebih tinggi dari Statue of Liberty di
New York City.
Taman wisata GWK bisa dituju dengan kendaraan umum dari pantai
Kuta.
27

 Tenganan
Tenganan, adalah sebuah desa tradisional di pulau Bali. Desa ini
terletak di kabupaten Karangasem di sebelah
timur pulau Bali. Desa Tenganan merupakan
salah satu desa Bali Aga, yaitu penduduk Bali
asli yang tidak terlalu banyak mendapat
pengaruh luar. Di desa ini pengunjung bisa
menyaksikan bangunan-bangunan desa dan
pengrajin-pengrajin muda yang menggambar
lontar-lontar. Tenganan adalah desa yang mempunyai keunikan sendiri
diBali, desa yang terletak cukup terpencil dan terletak di Kabupaten
Karangasem. Untuk mencapai desa ini melalui jalan darat dan berjarak
sekitar 60km dari pusat kota Denpasar, Bali. Desa ini sangatlah
tradisional karena dapat bertahan dari arus perubahan jaman yang
sangat cepat dari teknologi.

Walaupun sarana dan prasarana seperti listrik dll masuk ke Desa


Tenganan ini, tetapi rumah dan adat tetap dipertahankan seperti
aslinya yang tetap eksotik. Ini dikarenakan Masyarakat Tenganan
mempunyai peraturan adat desa yang sangat kuat, yang mereka sebut
dengan awig-awig yang sudah mereka tulis sejak abad 11 dan sudah
diperbaharui pada Tahun 1842. Desa tenganan mempunyai luas area
sekitar 1.500 hektar, ketika tempat wisata – wisata yang lain diBali
28

berkembang pesat seperti Pantai Kuta, Pantai Amed, yang sangat


meriah dengan kehadiran Hotel, Pantai, Café, dan kehidupan
malamnya.
Desa Tenganan tetap saja berdiri kokoh tidak
peduli dengan perubahan jaman dengan
tetap bertahan dengan tiga balai desanya
yang kusam dan rumah adat yang berderet
yang sama persis satu dengan lainnya. Dan
tidak hanya itu didesa ini keturunan juga
dipertahankan dengan perkawinan antar
sesama warga desa. Oleh karena itu Desa Tenganan tetap tradisional
dan eksotik, walaupun Masyarakat Tenganan menerima masukan dari
dunia luar tetapi tetap saja tidak akan cepat berubah, karena peraturan
desa adat /awig-awig mempunyai peranan yang sangat penting
terhadap masyarakat Desa Tenganan.

Untuk memasuki desa Tenganan sangatlah unik,


sebelum masuk ke area Desa Tenganan. Kita akan
melalui sebuah loket, disitu kita tidak diharuskan
membayar. Memang karena tidak ada tiket/karcis
yang dijual, tapi kita memberikan sumbangan
sukarela berapa saja seikhlas kita ke petugas
dibangunan kayu yang semipermanen, sebelum
masuk wisatawan harus melalui gerbang yang
cukup sempit yang hanya cukup dilewati oleh satu
orang. Penghasilan penduduk Desa Tenganan juga tidak jelas berapa
pendapatannya, karena disana masih menggunakan sistem barter
diantara warganya.disana banyak tanaman, sawah, kerbau yang bebas
berkeliaran dipekarangan mereka.

Untuk mendongkrak potensi wisata mereka,


Penduduk Desa Tenganan banyak yang menjual
hasil kerajinan tangannya ke turis. Artshop juga
dapat kita lihat begitu kaki kita melangkah
kepintu masuk, mereka menjual banyak
kerajinan. Seperti Anyaman bambu, ukir-ukiran,
lukisan mini yang diukir diatas daun lontar yang sudah dibakar, dan
yang paling terkenal adalah kain geringsing. Kain ini sangatlah unik
karena dengan sekilas memandang kita dapat langsung mengetahui
29

kalau kain tersebut memang buatan tangan. Kain ini termasuk mahal,
dan hanya diproduksi di desa tenganan saja. Waktu pengerjaannya pun
memerlukan waktu yang cukup lama, karena karena warna – warna
yang terdapat dikain gringsing ini berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
memerlukan perlakuan khusus. Walaupun banyak wisatawan yang
semakin lama semakin banyak untuk datang didesa ini, namun sayang
belanja suvenir mereka masih kurang. Ungkap I Made pelukis lukisan
mini diatas daun lontar.

Berada di desa ini kita merasakan suasana yang aman dan damai,
para penduduk desanya yang sangat ramah dan bersahabat. Kita dapat
berkeliling areal desa tersebut dan
menyaksikan aktivitas mereka sehari hari.
Saat yang paling tepat kita berada disana
pada saat sore hari, karena pada sore hari
biasanya mereka penduduk desa Tenganan
sudah melakukan aktivitasnya. Dan
berkumpul didepan rumahnya masing-
masing, dan tak ayal mereka keluar dan berkumpul bersama para
penduduk yang lain. Dan pada saat ini kita dapat menyaksikan dan
melihat tingkah laku dan adat budaya tradisional mereka yang amat
kental.

 Pantai Sanur
Pantai Sanur adalah
sebuah tempat
pelancongan pariwisata
yang terkenal di pulau Bali.
Tempat ini letaknya adalah
persis di sebelah timur kota
Denpasar, ibukota Bali.
Sanur berada di kabupaten
Badung. Pantai Sanur
terutama adalah lokasi untuk berselancar (surfing). Terutama ombak
pantai Sanur sudah termasyhur di antara para wisatawan
mancanegara. Tak jauh lepas Pantai Sanur terdapat juga lokasi wisata
30

selam dan snorkeling. Oleh karena kondisinya yang ramah, lokasi selam
ini dapat digunakan oleh para penyelam dari semua tingkatan keahlian.
Pantai Sanur juga dikenal sebagai Sunrise beach (pantai matahari
terbit) sebagai lawan dari Pantai Kuta.

 Pura Taman Ayun

Pura Taman Ayun adalah satu-satunya komplek pura yg memiliki


struktur bangunan khas Bali yaitu berbentuk meru atau atap yang
bertingkat-tingkat dan juga dikelilingi oleh telaga. Dibangun pada abad
ke XVI oleh Raja Mengwi. Raja yang berkuasa pada saat itu bernama
Badak Agung. Beliau adalah seorang figur yang sangat bakti kepada
Tuhan. Maka dari itu, beliau mendirikan sebuah tempat pemujaan
dengan beberapa bangunan pura sebagai penyawangan (simbol)
daripada 9 pura utama yang ada di Bali, seperti Pura Besakih, Pura
Uluwatu, Pura Batur, Pura Ulundanu, dll. Dengan lokasi yang ada disatu
areal, Beliau berharap rakyat kerajaan tidak usah jauh2 jika ingin
melakukan persembahyangan.

Taman Ayun berasal dari kata Taman=Kebun dan Ayun=indah/cantik.


Jadi Taman Ayun adalah sebuah taman atau kebun yang indah dan
cantik, yang pada jaman dahulu dipakai oleh keluarga kerajaan utk
berpelesir. Disamping sebagai tempat pemujaan, Taman Ayun juga
dipakai sebagai areal berkumpulnya para anggota kerajaan.
31

Harga tiket di Taman


Ayun adalah Rp.3000.-
/pax. Para pengunjung
bisa menikmati areal
sekeliling pura dari
ketinggian
dengan
menaiki bale
kulkul yang
ada di
sebelah kiri
pintu gerbang. Keindahan dan kesakralan Pura Taman
Ayun Kabupaten Badung, Bali, membuat UNESCO ingin menjadikannya
sebagai salah satu "warisan budaya dunia" (The World Heritage).

 Tanjung Benoa
Tanjung Benoa yang terletak di ujung timur "sepatu" pulau Bali,
merupakan salah satu tujuan wisata air yang cukup lengkap. Berbagai
sarana olahraga air disediakan disini
seperti, banana boat, snorkling, flying
fish, parasailing dan jetski. Uniknya
olahraga surfing yang banyak
dijumpai di pantai-pantai lain dari
pulau Bali, justru tidak tersedia di
objek wisata ini, hal ini dikarenakan
ombak yang ada dilokasi wisata ini
cenderung tenang, sehingga kurang
cocok untuk olah raga surfing.
Selain olahraga air, pengunjung
juga bisa mengunjungi pulau penyu yang berjarak kurang lebih 30
menit perjalan dengan menggunakan perahu yang bisa disewa dilokasi.
Pulau penyu merupakan tempat pengembangbiakan berbagai spesies
penyu yang hampir punah. Dilokasi ini pengunjung bisa melihat
langsung dan bertanya-tanya seputar hal proses pengembang biakan
penyu. Penyu-penyu yang ada dipisahkan diberbagai tempat
berdasarkan ukuran tubuhnya. Ada yang masih berukuran jari hingga
yang cukup besar dengan berat hingga puluhan kilo. Di pulau ini juga
32

terdapat berbagai binatang lain seperti ular dan kelelawar burung


langka yang dimungkinkan bagi pengunjung untuk memegang sekedar
mengambil gambar/foto. Satu paket dengan perjalanan ke Pulau Penyu,
pengunjung juga bisa melihat objek wisata bawah laut. Perahu yang
digunakan, telah didesain sedemikian rupa sehingga pada bagian dasar
tengah perahu telah dipasang kaca yang
memungkinkan bagi pengunjung untuk
melihat dasar laut yang dangkal tanpa perlu
berbasah ria.
Dari dalam perahu pengunjung bisa melihat
ikan-ikan khas air laut yang kaya akan warna
di bagian tubuhnya. Agar ikan-ikan tersebut
mau berkumpul pengemudi kapal menebarkan
roti tawar kelaut sebagai pancingan. Tidak butuh waktu lama untuk
menunggu ikan tersebut untuk datang, namun jenis ikan yang datang
kurang bervariasi sehingga kurang menarik untuk dinikmati.

 Tari Barong di Batubulan


Barong adalah karakter dalam mitologi Bali. Ia
adalah raja dari roh-roh serta melambangkan
kebaikan. Ia merupakan musuh Rangda dalam
mitologi Bali. Banas Pati Rajah adalah roh yang
mendampingi seorang anak dalam hidupnya. Banas
Pati Rajah dipercayai sebagai roh yang
menggerakkan Barong. Sebagai roh pelindung,
Barong sering ditampilkan sebagai seekor singa.
Tarian tradisional di Bali yang menggambarkan
pertempuran antara Barong dan Rangda sangatlah
terkenal dan sering diperlihatkan sebagai atraksi
wisata.
Barong singa adalah salah satu dari lima bentuk Barong. Di pulau
Bali setiap bagian pulau Bali mempunyai roh pelindung untuk tanah dan
hutannya masing-masing. Setiap Barong dari setiap region
digambarkan sebagai hewan yang berbeda. Ada babi hutan, harimau,
ular atau naga, dan singa. Bentuk Barong sebagai singa sangatlah
populer dan berasal dari Gianyar. Di sini terletak Ubud, yang
merupakan tempat pariwisata yang terkenal. Dalam Calonarong atau
33

tari-tarian Bali, Barong menggunakan ilmu gaibnya untuk mengalahkan


Rangda.

 Goa Gajah
Goa Gajah terletak di desa Beduli, kecamatan Blahbatuh, kabupaten
Gianyar, jarak dari Denpasar kurang lebih 26 km, sangat mudah
dicapai.

Disana ada kios-kios kesenian dan rumah


makan. Pura ini dikelilingi oleh persawahan dengan
keindahan sungai Petanu. Berada pada jalur
denpasar Tampaksiring Danau Batur Kintamani.
Dikitarnya terdapat tempat-tempat bersejarah
seperti yeh Pulu, Samuan Tiga, gedong Arca, Arjuna
Bertapa, Kebo Edan, Pusering Jagat, Penataran
Sasih dan lain-lain.
Namun Goa Gajah belum diketahui asal-usulnya secara pasti. Nama ini
perpaduan dengan nama Pura Goa (sebutan masyarakat setempat
dengan nama kuno yang termuat dalam prasasti-prasati, yakni Ergajah
dan Lwa Gajah. Disini dulu tempatnya kaum Brahmana mangadakan
Tapa Berata, bilamana anda masuk ke dalam gua. Di kiri kanan dan di
Ujung dalam gua, anda akan melihat tempat strategis seperti tempat
untuk mengadakan yoga semadi.

 Pasar Sukowati

Pasar tradisional ini terletak di Kabupaten Gianyar dan sangat


terkenal di Bali maupun luar Bali, karena anda bisa menawar harga
barang yang anda inginkan. Barang-barang yang diperdagangkan di
pasar sukawati seperti; baju kemeja, t-shirt, sarong pantai yang
disablon dengan ukiran atau gambaran seni dari Bali, lukisan dan
barang kerajinan tangan lainnya. Bila musim rame di bulan libur
sekolah bus-bus wisata luar Bali banyak parkir disepanjang jalan Pasar
Sukowati.
34

 Kintamani

Obyek wisata dengan


pemandangaan yang indah,
danau Batur di Penelokan dan
pemandangan gunung Batur.
Turis asing dari berbagai negara
datang dan makan siang di
daerah Kintamani ini. Bagi anda
yang datang ke Bali harus
menyempatkan diri datang ke
Kintamani atau Penelokan, foto
bersama bersama keluarga atau
pacar anda tercinta. Tapi
sebelum anda mengambil poto singkirkanlah pedagang-pedagang
acung yang juga berseliweran di samping anda sambil mengacung-
acungkan dagangannya.

 Taman Reptil

Beberapa km di sebelah utara Pura Taman Ayun, persis di pinggir


jalan raya Denpasar. Bagian Utara Pulau Bali (jalan Raya Bedugul), di
Desa Werdhi Buwana, terdapat obyek wisata Taman Buaya Indonesia
Jaya. Taman ini mencakup luas sekitar 2 hektar dengan koleksinya
berbagai jenis spesies berbahaya namun jinak seperti
komodo, buaya, ular kobra, piton dan jenis kadal
lainnya Selain koleksi reptil, Taman ini juga
mempertunjukkan Tari Trance Debus yaitu
pertunjukan seorang penjinak binatang melawan
seekor buaya.

 Safari Onta
35

Terletak di Pantai Geger Sawangan, depan hotel Nikko Bali, Nusa Dua
atau sekitar 3 km ke sebelah selatan dari kawasan Bali Tourism
Development Center (BTDC) nusa Dua. Onta merupakan hewan yang
paling diandalkan untuk transportasi di daerah gurun, karena
kemampuannya yang begitu menakjubkan. Safari onta yang dikelola
oleh PT. Bali Onta Kuta Wisata ini mendatangkan hewan tersebut dari
benua Australia dengan mengambil rute safari menyusuri pesisir pantai
Geger Sawangan selama lebih kurang 1 jam. Atraksi petualangan ini
tentunya akan menjadi pengalaman yang sangat menarik dan tak
terlupakan. Tersedia fasilitas berupa antar jemput, areal parkir yang
cukup luas serta tenaga pemandu.

 Mandala Wisata

Mandala Wisata Terletak di


Sebelah Barat Pura Taman Ayun,
sekitar 19 km dari kota Denpasar.
dalamnya terdapat museum
manusa yadnya yang memuat
perjalanan ritual kehidupan
manusia Hindu di Bali. Di tempat
juga terdapat Restoran,
panggung terbuka pertunjukan
kesenian serta gallery barang
kerajinan khas Bali. Kenyamanan berwisata di objek ini lebih terasa dengan
adanya fasilitas parkir yang cukup luas serta adanya pemandu wisata.

Anda mungkin juga menyukai