Anda di halaman 1dari 2

SEKILAS PEMBAHASAN RIBA

Abu Afnan Nurul Azmi

Bismillaah. Alhamdulillaah. Wash sholatu was salamu 'ala Rasuulillaah. wa ba'du :

Riba merupakan salah satu dosa besar dibawah dosa kesyirikan sebagaimana terdapat dalam QS. Al Baqarah 275-280 dan dalam hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh imam Muslim. Riba ada dua bagian; riba hutang-piutang dan riba jual-beli. Yang paling penting kita ketahui adalah pengertian riba hutang-piutang karena riba jenis ini yang paling banyak tersebar dan dipraktekkan manusia bahkan sebagian kaum muslimin. Secara sederhana riba hutang-piutang adalah tambahan pengembalian atas nilai pokok hutang baik dengan harta atau jasa dan juga denda atas keterlambatan pelunasan. Dalam Islam memberi piutang kepada orang lain masuk dalam jenis akad kebajikan dan bukan akad profit, yang akan mendapatkan ganjaran pahala disisi Alloh, pemberi piutang tidaklah berhak atas piutang yang diberikan melainkan pengembalian piutang tepat waktu dan sesuai jenis dan nominal harta yang dipinjamkan. Sang pemberi piutang tidak berhak atas tambahan/keuntungan dari aktifitas memberikan pinjaman melainkan jikalau akad adalah kerja sama usaha/mudharabah (risk and profit share), memberikan pinjaman dalam bentuk transaksi barang yang dibayar secara angsuran (kredit) dan atau jikalau menambahkan pengembalian atas nilai pokok piutang adalah murni inisiatif pihak yang berhutang tanpa ada komitmen/kesepakatan/syarat didepan. Dengan demikian maka hutang-piutang dalam Islam berbasis 0%. Adapun lembag keuangan kebanyakan mengambil patokan Suku Bunga BI kemudian dijadikan landasan untuk menentukan bunga simpanan dan bunga kredit/pinjaman. Tidak syak lagi maka kebanyakan layanan pendanaan dan pembiayaan lembaga keuangan di Indonesia (disamping juga koperasi, pegadaian dan rentenir, semuanya adalah riba).

Riba diharamkan baik atas aktifitas keuangan pribadi, lembaga maupun perusahaan. Dalam transaksi riba semua pihak yang berkaitan mendapatkan dosa yang sama baik notulen, saksi, debitur maupun kreditur. (Hr. Muslim) Dosa riba yang paling ringan bagaikan berzina 36 kali atau bagaikan berzina dengan ibu kandung. Naudzubillah min dzalik. Pelaku riba wajib segera bertaubat kepada Alloh dengan taubat yang nashuha. Jikalau tidak maka banyak konskuensi negatif dan ancaman dari Alloh baik di dunia maupun di akherat kelak. Dalam interaksi keseharian maka tetap dibolehkan menerima hibah atau bertransaksi dengan pelaku praktek riba baik pemberi hibah atau pembeli produk adalah karyawan bank atau pihak lain yang sumber pendanaannya berasal dari harta riba. Yang disepakati haramkan dalam kasus ini adalah kerjasama usaha dan atau proyek bisnis yang dananya diketahui secara pasti berasal dari kredit riba dan atau kerjasama dalam pencairan kredit riba. Dan Inisatif kehati-hatian dalam hal ini sangat dikedepankan. Yang diharamkan secara ijma dan shifatnya muthlak adalah jikalau sang pembeli diketahui secara pasti dananya berasal ramparasan/curian harta orang lain semisal pencuri, perampok, koruptor dan juga diharamkan dari 3 (tiga) profesi yaitu pelacur, dukun dan penjual bangkai. Hal penting dalam dua kasus diatas adalah kita sebagai pihak yang tidak terlibat riba tidak dibebankan untuk berusaha bertanya/mengorek informasi penjual/pembeli/calon mitra bisnis kecuali jikalau tampak dengan sendirinya baik lewat pengakuan yang bersangkutan atau informasi valid dari pihak lain. Yang jelas kesuksesan dan kekayaan ada pada sumber pendapatan yang halal dan kemiskinan serta kebangkrutan bagi seorang muslim ada pada harta yang diharamkan. Wallahu alamu bish showaab, walhamdulillahi rabbil aalamiin.

Anda mungkin juga menyukai