PKN Baru Kelompok 12
PKN Baru Kelompok 12
Oleh : 1. 2. 3. Wahidaturrahmah Suriansyah Hikmah Shandylia Fitriah Handayani (122774201) (122774233) (122774211)
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya, Kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila serta untuk membantu mahasiswa lain memahami memahami paradigma pembangunan bangsa dan juga watak dan jati diri bangsa Indonesia. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini, dan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dalam pembuatan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat.
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. DAFTAR ISI............................................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... A. B. C. LATAR BELAKANG ........................................................................................ RUMUSAN MASALAH .................................................................................... TUJUAN ..............................................................................................................
i ii 1 1 1 1 2
iii iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah/filsafah negara dan ideologi negara. Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan dan mengatur penyelenggaraan negara. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara sesuai dengan pembukaan UUD 1945. Pancasila dalam pengertian ini sering disebut sebagai pandangan hidup/ pegangan hidup/ pedoman hidup/ petunjuk hidup. Dalam hai ini, Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup atau perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain,Pancasila digunakan sebagai petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan masyarakat di segala bidang. Semua tingkah laku dan perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pancaran dari semua sila Pancasila. Dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila, apapun yang diperoleh manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan akan sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang bertujuan untuk melaksanakan pembangunan nasional.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian paradigma ? 2. Apa pengertian pancasila sebagai paradigma pembangunan bangsa indonesia ? 3. Bagaimana pembangunan watak dan jatidiri bangsa ?
C. Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila serta untuk memahami paradigma pembangunan bangsa dan juga watak dan jati diri bangsa Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Paradigma
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (Depdikbud 1990) istilah paradigm memiliki beberapa pengertian yaitu : (1) Daftar dari semua pembentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata tersebut. (2) Model dalam teori ilmu pengetahuan. (3) Kerangka berpikir. Dalam konteks ini pengertian paradigm adalh pengertian kedua dan ketiga, khususnya yang ketiga yaitu kerangka berpikir. (syahrial Syarbaini, 2004, 163) Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi. Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan. Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Pembangunan memerlukan sebuah paradigma yaitu sebuah kerangka berpikir atau sebuah model atau patron mengenai hal-hal yang sangat essensial dilakukan. Dengan demikian pembangunan yang sedang digalakkan ini memerlukan suatu paradigma yaitu Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional.
demokratis, artinya melibatkan masyarakat sebagai tujuan dari pembangunan untuk mengambil keputusan apa yang menjadi kebutuhannya, Pembangunan itu penciptaan taraf minimum keadilan sosial, sehingga tidak terjadi kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang terjadi bukan semata-mata karena kemalasan individu tetapi karena struktur sosial yang tidak adil. Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi: bidang politik, ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan ,dan agama
3.
Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan (sila IV Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-asas moral daripada silasila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan. Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral. Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa Pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya dapat dilihat secara berurutan-terbalik. Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya, agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari; Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam pengambilan keputusan; Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep mempertahankan persatuan; Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang adil dan beradab; Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan (keadilan-keberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut perlu direkonstruksi kedalam pewujudan masyarakat-warga (civil society) yang mencakup masyarakat tradisional (berbagai asal etnik, agama, dan golongan), masyarakat industrial, dan masyarakat purna industrial. Dengan demikian, nilai-nilai sosial politik yang dijadikan moral baru masyarakat informasi adalah: nilai toleransi, nilai transparansi hukum dan kelembagaan, nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata), bermoral berdasarkan konsensus.
5.
Sistem politik Negara harus berdasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan. Oleh karenanya, sistem politik yang berlaku dalam negara harus mampu mewujudkan sistem yang menjamin tegaknya HAM. Para penyelenggara negara beserta elit politik harus senantiasa memegang budi pekerti kemanusiaan, serta memegang teguh cita-cita moral rakyat Indonesia. Memposisikan rakyat Indonesia sebagai subjek dalam kehidupan politik dan tidak hanya sekedar menjadikannya sebagai objek politik penguasa semata. Mewujudkan tujuan Negara demi meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia.
Mencerdaskan rakyat dan memahami politik, tidak hanya menjadikan rakyat sebagai sarana mencapai tujuan pribadi ataupun golongan. Amanah dalam menjalankan amanat rakyat.
Ekonomi Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis berperanan memaksakan pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau meningkatkan kepastian hukum.
Hukum tertulis seperti UUDtermasuk perubahannya, demikian juga UU dan peraturan perundang-undangan lainnya, harus mengacu pada dasar negara (sila sila Pancasila dasar negara). Dalam kaitannya dengan Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum, hukum (baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis) yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila: (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, substansi hukum yang dikembangkan harus merupakan perwujudan atau penjabaran sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya, substansi produk hukum merupakan karakter produk hukum responsif (untuk kepentingan rakyat dan merupakan perwujuan aspirasi rakyat).
Salah satu Negara tujuan Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan negara Indonesia. Ini berarti bahwa tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh pejabat negara, tetapi juga rakyat Indonesia secara keseluruhan. Sistem untuk pertahanan dasar, dan bahwa Keamanan adalah untuk melibatkan semua bagian dari bangsa. Pengembangan sistem yang disebut Indonesia pertahanan dan sistem keamanan dan keamanan rakyat dalam pertahanan total (Sishankamrata). Pertahanan sistem yang bersifat universal, bahwa semua warga negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya, serta sebelumnya dikembangkan oleh pemerintah dan menyampaikan terintegrasi, efisien, dan untuk melanjutkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keamanan untuk membela bangsa dari semua ancaman. Pertahanan implementasi sistem didasarkan pada kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara dan berbasis kepercayaan dalam kekuatan mereka sendiri.Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, di mana pemerintahan dari rakyat memiliki (orang-orang) memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam hal pertahanan nasional dan pertahanan negara. Pancasila paradigma pembangunan,
pertahanan dan keamanan nasional, Indonesiaberdasarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2002 tentang pertahanan negara. Undang-undang mengatakan bahwa awal pertahanan negara dengan filosofi dan ideologi Indonesia untuk menjamin integritas dan pemeliharaan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan basis. UUD 1945.
Dalam beberapa tahap dan kesempatan masyarakat Indonesia yang sejak semula bercirikan majemuk banyak kita temukan upaya masyarakat yang mencoba untuk membina kerunan antar masayarakat. Lahirnya lembaga-lembaga kehidupan sosial budaya seperti Pela di Maluku, Mapalus di Sulawesi Utara, Rumah Bentang di Kalimantan Tengah dan Marga di Tapanuli, Sumatera Utara, merupakan bukti-bukti kerukunan umat beragama dalam masyarakat. Ke depan, guna memperkokoh kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia yang saat ini sedang diuji kiranya perlu membangun dialog horizontal dan dialog Vertikal. Dialog Horizontal adalah interaksi antar manusia yang dilandasi dialog untuk mencapai saling pengertian, pengakuan akan eksistensi manusia, dan pengakuan akan sifat dasar manusia yang indeterminis dan interdependen. Identitas indeterminis adalah sikap dasar manusia yang menyebutkan bahwa posisi manusia berada pada kemanusiaannya. Artinya, posisi manusia yang bukan sebagai benda mekanik, melainkan sebagai manusia yang berkal budi, yang kreatif, yang berbudaya.
persatuan dan kesatuan bangsa yang akan sanggup menegakan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI (Sila Ketiga). Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai puncakpuncak kebudayaan, sebagai kerangka-acuan-bersama, bagi kebudayaan kebudayaan di daerah: (1) Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun sukubangsa ataupun golongan sosial dan komuniti setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (2) Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap warganegara Indonesia tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan, kedaerahan, maupun golongannya; (3) Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad masyarakat majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa yang berdaulat; (4) Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang mendahulukan kepentingan perorangan; (5) Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutserta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
KEDAULATAN RAKYAT Kedaulatan rakyat ditujukan untuk mengganti sistem-sistem sebelumnya seperti feodalisme dan kolonialisme. Kedaulatan rakyat, dimana rakyatlah yang memegang kekuasaan tertinggi, bukan para raja atau pemilik modal. Untuk itu, perlunya penegakkan hukum untuk menjamin keadilan sosial, bukan hukum atau peraturan yang memiliki 'standar ganda' dalam pelaksanaannya, tidak hanya efektif untuk rakyat kecil tapi bisa toleran bagi orang-orang dalam lingkar kekuasaan dan para pemodal. Bangsa dan negara yang Pancasilais adalah bangsa yang mampu mengambil keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama, bukan kepentingan pribadi atau golongan. Hal ini tertuang dalam butir-butir pengamalan Pancasila sila keempat, yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
PERSATUAN Persatuan adalah kondisi yang sangat penting terjalin guna menumbuhkan sikap nasionalisme yang ditekankan oleh Soekarno yaitu sosionasionalisme, dimana nasionalisme yang tidak hanya sekedar mencintai tanah air dan bangsanya saja, tapi lebih mendasarkan diri kepada kecintaannya untuk memperjuangkan rakyat kecil. Indonesia adalah negara kepulauan yang dihuni oleh beragam suku, ethnik yang harus dipersatukan dalam satu kesadaran berbangsa. Lebih lanjut, pernah juga Soekarno mengungkapkan "nasionalismeku adalah perikemanusiaanku" yang juga memberi perbedaan secara tegas antara nasionalisme yang harus ada di Indonesia dengan nasionalisme bangsa Eropa. Menurut Soekarno nasionalisme Eropa telah memunculkan kolonialisme dan imperialisme yang menghisap, sedang nasionalisme Indonesia itu harus berdasarkan kegotong royongan dan kesetaraan (egalitarian). Sebagaimana yang tertuang dalam pengamalan Sila Ketiga, yaitu Persatuan Indonesia yang selain menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika, namun juga berkeadilan sosial. Bangsa yang mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
BANGSA YANG BERMARTABAT DAN BERWIBAWA Sebagaimana cita-cita Indonesia untuk membetuk negara yang aman dan tertib untuk mencapai kesejahteraan nasional. Maka, yang diperlukan adalah bangsa yang bermartabat dan berwibawa.Kewibawaan negara meredup tatkala hukum peraturan perundang-undangan mulai dapat dinegosiasi, yang terjadi adalah berlakunya hukum rimba: yang kuat yang menang. Hal ini tentu tidak akan terjadi jika setiap individu memahami dan menerapkan pengamalan Sila Kedua, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Dimana kita berani membela kebenaran dan keadilan atas dasar nilai-nilai kemanusiaan. Sadar bahwa bangsa kita adalah bangsa yang mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. BERMORAL DAN BERKARAKTER KETUHANAN YANG MAHA ESA Sikap yang paling penting dan tidak boleh ditinggalkan adalah moral dan karakter yang Berketuhanan Yang Maha Esa.Sikap yang berlandaskan sila pertama ini merupakan dasar dari segala benteng dan filter bangsa. Sadar bahwa apa yang kita lakukan di dunia ini selalu dalam pengawasan-Nya dan akan dimintai pertanggung-jawabannya kelak. Bukan hanya di dunia, tetapi di akhirat. Keadilan tertinggi yang tak mungkin dapat dimanipulasi. Jika setiap individu memiliki kesadaran penuh akan hal ini, maka tidak akan ada lagi korupsi, kecurangan, kebohongan, konspirasi, eksplorasi dan perusakan lingkungan, serta banyak hal lain yang merugikan orang lain dan alam semesta. Dengan sikap ini pula, kita membentengi diri untuk tidak terbawa arus globalisasi dan multikultural yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan dan jati diri kebangsaan. Sebagai umat Islam, saya berpegang pada Al-Quran dan Al-Hadist bahwa saya diciptakan di bumi ini sebagai khalifah yang diamanahi untuk menjaga alam semesta dan menjalankan hubungan baik kepada Tuhan dan sesama manusia.
yang tersurat dan tersirat dalam pembukaan UUD45, akan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Untuk itu, sekali lagi peran KEMENDIKNAS dalam gerakan membangun karakter dan jati diri bangsa, melalui sistem pendidikan berbasis kompetensi adalah mutlak sangat-sangat menentukan.Dalam bahasa politik secara popular karakter anak-anak bangsa ini sering kita sebut karakter bangsa. Jati diri bangsa merupakan nilai luhur budaya bangsa yang oleh para pendiri bangsa dirumuskan sebagai Pancasila. Sebagai nilai luhur budaya bangsa, nilai-nilai Pancasila harus teraktualisasikan dan menjiwai perilaku segenap anak bangsa pada kesehariannya dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Teraktualisasikannya nilai-nilai Pancasila dalam keseharian kehidupan anak bangsa tidak mungkin hanya dilakukan melalui : diajarkan, diceramahkan, ditatarkan bahkan di indoktrinasikan sekalipun. Nilai-nilai tersebut harus dibudayakan melalui pembiasaan-pembiasaan dengan menggunakan berbagai jalur, baik jalur keluarga, jalur masyarakat dan terutama jalur persekolahan. Strategi yang ditempuh adalah dengan membangun jati diri dan karakter pribadi anak bangsa secara bottom up, dibarengi ketauladanan secara top down, dengan menggunakan Pancasila sebagai perangkat nilainya. Jati diri bangsa juga mengandung pengertian sebagai identitas bangsa yang berfungsi sebagai penanda keberadaan, pencerminan kondisi dan pembeda dengan bangsa lain. Dalam pengertiannya sebagai identitas bangsa, jati diri bangsa mencakup Pancasila, UUD45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Keempatnya merupakan empat pilar bagi bangsa dan negara kita yang harus kita jaga keberadaannya. Dalam perkembangan selanjutnya kita mengharapkan Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia menjadi IKON bagi bangsa kita, sebagaimana kata BUSHIDO bagi orang Jepang yang terpacu semangatnya bila mendengar kata tersebut.
3. Meningkatkan kesadaran nasional dan budaya nasional khusunya pemahaman tentang bahasa nasional, sejarah perjuangan nasional, ideology Negara Pancasila serta Kewarganegaraan. 4. Mengembangkan potensi pendidikan formal, maupun non-formal,dan informal dalam menanamkan nilai nilai kepribadian bangsa secara berkesinambungan dari satu generasi ke generasi yang berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.gudangmateri.com/2010/04/makalah-pancasila-sebagai-paradigma.html http://www.scribd.com/doc/18184016/Pancasila-Sebagai-Sumber-Nilai-Dan-Paradigma-Pembangunan http://ayya3.blogspot.com/2008/12/bab-i-pendahuluan-1.html http://www.empatpilarkebangsaan.web.id/pancasila-sebagai-paradigma Tim Dosen Pendidikan Pancasila, 2011, Modul Pendidikan Pancasila, Surabaya. Unesa University Press