Anda di halaman 1dari 10

BED SIDE TEACHING

ANGKA KEMATIAN IBU

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Kasihan I

Disusun Oleh : Andy Hafiz Dimas H Maya Hardiyana Hastin Nur Setyawati Suli Astuti Amelia Frischananta Farida Rahmi R 2007.031.0058 2007.031.0189 2007.031.0096 2007.031.0139 2007.031.0083 2007.031.0109

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PUSKESMAS KASIHAN I 2013

PENDAHULUAN

Angka kematian ibu, bayi dan balita saat ini menjadi wacana yang terus berkembang di masyarakat kita. Kematian ibu, bayi, dan balita merupakan masalah besar di Negara berkembang seperti Indonesia. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 diperoleh AKI di Indonesia 228 per 100.000 KH (kelahiran hidup), AKB 34 per 1000 KH, dan Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 20 per 1000 KH. Penyebab utama kematian neonatal adalah bayi berat lahir rendah (BBLR) 30,3%, dan penyebab utama kematian pada bayi adalah gangguan perinatal sebesar 34,7%. Melihat kecenderungan seperti ini, pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) untuk menurunkan AKB sebesar 23/1000 kelahiran hidup akan sulit terwujud kecuali dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya. Upaya pengendalian dan pencegahan yang paling efektif adalah dengan melakukan usaha pemeliharaan dan pengawasan antenatal sedini mungkin, persalinan yang aman, serta perawatan yang baik. Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga mengalami hal yang sama mengenai masalah kematian ibu, bayi, dan balita. Angka Kematian Balita (0-4 tahun) adalah jumlah kematian anak umur 0-4 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan kesehatan adalah menurunnya angka kematian bayi (AKB). Bayi perempuan memiliki daya tahan yang lebih besar dibandingkan dengan bayi laki-laki. Data Nasional Angka Kematian Bayi memperlihatkan penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1991, angka kematian bayi (AKB) mencapai 68 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2002-2003, angka tersebut menurun menjadi 35 kematian per 1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2007 AKB tercatat 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Target capaian MDGs secara nasional yang ditetapkan adalah 32 per 1000 kelahiran hidup dan diprediksi akan tercapai pada tahun 2015. Angka kematian bayi (AKB) di Provinsi DIY pada saat ini sebesar 19 per kelahiran hidup (SDKI, 2007). Angka tersebut jauh lebih rendah dari angka nasional saat ini maupun target nasional pada tahun 2015. Pencapaian ini tidak terlepas dari didukung cakupan layanan persalinan oleh tenaga kesehatan maupun kondisi dan status kesehatan ibu. Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi tersebut Provinsi DIY menetapkan target capaian angka kematian bayi lebih rendah dari target nasional yaitu sebesar 16 per 1000 kelahiran hidup dan diprediksi akan tercapai pada tahun 2015.

BAB I STATUS PASIEN

A. Identitas Nama Usia : Ny. SU : 32 tahun

Nama suami : Tn. E Alamat : Tirto, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul

B. Data Sekunder Paritas HPHT HPL : G3P1A1 : 27 Juli 2007 : 4 Mei 2008

Riwayat ANC : pada saat kehamilan pasien rutin melakukan ANC. Dari ANC yang dilakukan didapatkan data bahwa keluhan minimal, tekanan darah selalu dalam batas normal, kenaikan berat badan sesuai, tinggi fundus meningkat sesuai usia, letak janin preskep, denyut jantung janin terdengar mulai usia 13 minggu dan pada setiap ANC berikutnya.

Riwayat Persalinan : pada tanggal 10 Mei 2008 pukul 17.15 pasien datang ke Puskesmas merasa hamil 9 bulan dengan kenceng-kenceng yang sudah terasa walaupun masih jarang.

Kemudian pada pukul 02.00 dini hari dilakukan pemeriksaan dengan hasil: Tekanan Darah Nadi Nafas Suhu His DJJ : 120/80 mmHg

: 80x/menit : 24x/menit : 36.5 C : 3 kali dalam 10 menit, selama 30 detik, dengan kekuatan sedang : 144 kali/menit, teratur

Pemeriksaan dalam : vulva terbuka

Pukul 02.30 Tekanan Darah Nadi Nafas Suhu His DJJ : 120/80 mmHg

: 84x/menit : 24x/menit : 36.5 C : 3 kali dalam 10 menit , selama 30 detik, dengan kekuatan sedang : 144 kali/menit, teratur

Pukul 03.00 Tekanan Darah Nadi Nafas Suhu His DJJ : 120/80 mmHg

: 80x/menit : 24x/menit : 36.5 C : 3 kali dalam 10 menit , selama 30 detik, dengan kekuatan sedang : 144 kali/menit, teratur

Pukul 03.30 Tekanan Darah Nadi Nafas Suhu His DJJ : 120/80 mmHg

: 80x/menit : 24x/menit : 36.5 C : 4 kali dalam 10 menit , selama 30 detik, dengan kekuatan kuat : 144 kali/menit, teratur

Pukul 04.00 Tekanan Darah Nadi Nafas Suhu His DJJ : 120/80 mmHg

: 80x/menit : 24x/menit : 36.5 C : 3 kali dalam 10 menit , selama 30 detik, dengan kekuatan sedang : 144 kali/menit, teratur

Periksa dalam : vulva uretra tenang, pembukaan lengkap

C. Keterangan Rujukan Pasien dirujuk tanggal 11 Mei 2008 pukul 04.00 ke RS PKU Jogja karena pada saat mengejan 3x, pasien tiba-tiba mengalami sesak nafas hingga tidak sadarkan diri. Pasien jatuh dalam kondisi syok yang diikuti dengan gawat janin, kemudian dibawa ke RS PKU Jogja dengan mobil pribadi. Namun, pada saat sampai ke perempatan Gading pasien meninggal, dan diteruskan sampai RS PKU untuk memastikan dan dinyatakan bahwa pasien sudah meninggal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Angka Kematian Ibu Angka kematian ibu, bayi dan balita saat ini menjadi wacana yang terus berkembang di masyarakat kita. Dari jumlah yang ditargetkan, yaitu 102 kematian dari 100.000 kelahiran pada tahun 2015, perbandingan angka kematian ibu saat ini masih 228 jiwa tiap 100.000 kelahiran (SDKI, 2010). Angka kematian ibu di Indonesia bahkan lebih tinggi dari Vietnam. Angka kematian ibu di negara tetangga tercatat 95 per 100.000 kelahiran hidup. Negara anggota ASEAN lainnya, Malaysia tercatat 30 per 100.000 dan Singapura 9 per 100.000. Hal ini sangat memprihatinkan karena Millenium Development Goals (MDGs) menargetkan 125/100 ribu ibu melahirkan dan ditargetkan tercapai pada tahun 2015. Kematian ibu telah menunjukkan penurunan signifikan dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. Secara Nasional angka kematian ibu di Provinsi DIY juga tetap menempati salah satu yang terbaik. Meskipun demikian angka yang dicapai tersebut masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan berbagai wilayah di Asia Tenggara. Berdasarkan data dari BPS, angka kematian ibu dalam 4 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup baik. Angka terakhir yang dikeluarkan oleh BPS adalah tahun 2008, di mana angka kematian ibu di DIY berada pada angka 104/100rb kelahiran hidup, menurun dari 114/100rb kelahiran hidup pada tahun 2004. Sedangkan pada tahun 2011, jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan kabupaten/kota pada tahun 2011 mencapai 56 kasus, meningkat dibandingkan tahun 2010 sebanyak 43 kasus. Meskipun angka kematian ibu terlihat kecenderungan penurunan, namun terjadi fluktuasi dalam 3 5 tahun terakhir, bahkan berdasarkan jumlah kasusnya dilaporkan mengalami peningkatan. Target MDGs di tahun 2015 untuk angka kematian Ibu nasional adalah 102/100rb kelahiran hidup, dan untuk DIY relatif sudah mendekati target, namun masih memerlukan upaya yang keras dan konsisten dari semua pihak yang terlibat.

Pada sepanjang tahun 2012, jumlah angka kematian ibu di provinsi DIY dilaporkan mencapai 40/100rb kelahiran hidup. Angka ini terlihat menurun dibandingkan dengan angka pada tahun sebelumnya. Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa penyebab kematian ibu pada Tahun 2011 adalah Pre Eklampsia Berat (PEB) sebanyak 26,7 % (4 kasus), pendarahan sebesar 20 % (3 kasus), dan 13,3 % akibat emboli air ketuban (2 kasus), sedangkan sisanya 6 kasus disebabkan karena penyebab tidak langsung seperti DM, gangguan jiwa, stroke, kelainan jantung, dan lain-lain.

Urutan penyebab kematian ibu yang terjadi di kabupaten Bantul berdasarkan data pada tahun 2011, yang terbanyak adalah preeklamsia berat. Kemudian diikuti dengan perdarahan, dan emboli air ketuban. Kemudian stroke, diabetes melitus, gangguan jiwa, kelainan jantung, dan gangguan lain yang memiliki angka kejadian yang sama. Kabupaten Bantul pada tahun 2012 mencatat adanya 7 kematian ibu yang tersebar di beberapa kecamatan. Penyebab kematian ibu yang terjadi dilatar belakangi oleh berbagai faktor seperti penyebab pada tahun sebelumnya.

Penyebaran kasus kematian ibu di Kabupaten Bantul terjadi pada beberapa wilayah kecamatan, dengan jumlah kasus terbanyak dilaporkan terjadi di Kecamatan Jetis dan Kasihan masing-masing 3 kasus.
8

Di kecamatan Kasihan dilaporkan adanya 3 kasus kematian ibu sepanjang tahun 2011. Kejadian tersebut terjadi di desa Tamantirto sebanyak 1 kasus pada bulan Januari 2011 dan pada bulan Desember 2011 terdapat 2 kasus di desa Bangunjiwo. Namun, angka tersebut membaik pada tahun 2012, dimana pada tahun tersebut di kecamatan Kasihan jumlah angka kematian ibu adalah 0. Adapun sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung, yaitu pendarahan, infeksi, eklamsia, persalinan lama, dan abortus komplikasi abortus. Disamping itu, kematian ibu juga dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan kedudukan dan peran perempuan, faktor sosial budaya serta faktor transportasi, yang kesemuanya berpengaruh pada munculnya dua keadaan yang tidak menguntungkan, yaitu: (1) Tiga Terlambat (terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan); (2) Empat terlalu (terlalu mudah melahirkan, terlalu sering melahirkan, terlalu rapat jarak melahirkan, dan terlalu tua untuk melahirkan).

DAFTAR PUSTAKA

Profil Kesehatan Provinsi DIY. 2012 Profil Kesehatan Kabupaten Bantul. 2012 Istitarini, Ninik, dra, Apt, MPH. 2010. KEBIJAKAN PROGRAM KIA KABUPATEN BANTUL. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

10

Anda mungkin juga menyukai