Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II DOMINANSI APIKAL

Oleh :

Nurul Fitria Syabani Tyta Ajrina Rohayati Roman Bramandita Anggie Diamanta I.

B1J010025 B1J010027 B1J010031 B1J010048 B1J010141

Rombongan III Kelompok 3 Asisten : Khafid Mukti W.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2012

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II

Acara Praktikum Tujuan

: Dominansi Apikal : Untuk mengetahui pengaruh zat tumbuh IAA terhadap pertumbuhan tunas lateral.

Hasil dan Pembahasan: A. Hasil

Tabel Pengamatan ZPT KONSENTRASI IBA 0 5 10 1 2 3 4 5 6 Hari ke7 8 9 - - - - - - -

10 -

11 -

12 -

13 -

14 -

B. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan, pemberian IBA pada pucuk yang dipotong tidak memacu pertumbuhan tunas lateral. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Kusomo (1990), bahwa pemberian IBA dengan konsentrasi rendah dapat mempercepat pertumbuhan tunas lateral. Menurut Abidin (1987), Di dalam pertumbuhan tanaman terdapat adanya dominansi pertumbuhan dibagian apeks atau ujung organ, yang disebut sebagian dominansi apikal. Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Ujung batang yang dilengkapi dengan daun-daun muda merupakan sumber auksin sehingga menyebabkan keadaan dorman bagi tunas-tunas dibawahnya. Keadaan dorman ini disebabkan oleh kadar auksin yang tinggi di bagian ujung batang dan akan berdifusi kebawah sehingga menghambat pertumbuhan tunas lateral. Pertumbuhan tanaman ditandai dengan adanya dominansi pertumbuhan dibagian apeks atau ujung organ, yang disebut sebagian dominansi apikal. Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan (Dahlia, 2001). Sedangkan menurut Campbell (2003) dominansi apikal merupakan konsentrasi pertumbuhan pada ujung tunas tumbuhan, dimana kuncup terminal secara parsial menghambat pertumbuhan kuncup aksilar. Dominasi apikal menyebabkan tanaman dapat tumbuh lebih tinggi dan meningkatkan eksposur tanaman terhadap cahaya matahari. Dominasi apikal adalah suatu prinsip distribusi auksin dalam organisasi tumbuhan, dengan menekankan pertumbuhan ke arah atas (apikal) dan mengesampingkan percabangan (lateral). Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan (Dahlia, 2001). menurut Campbell (2003) dominansi apikal merupakan konsentrasi pertumbuhan pada ujung tunas tumbuhan, dimana kuncup terminal secara parsial menghambat pertumbuhan kuncup aksilar. Dominansi apikal berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan lateral. Produksi auksin oleh tunas apikal berdifusi ke arah bawah tumbuhan mengikuti gaya gravitasi serta menghambat pertumbuhan tunas lateral. Pemotongan tunas apikal beserta hormonnya akan menyebabkan tunas lateral dorman yang terletak di bawah untuk mulai tumbuh. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominasi pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian pucuk tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan tunas lateral.

Hilangnya pucuk dari tunas aksiler aktif segera mulai tumbuh sebagai tunas utama untuk menggantikan pucuk yang hilang, sehingga memungkinkan tanaman untuk bertahan hidup. Sebuah tunas utama berasal dari aktivitas meristem apikal tunas primer (SAM), yang muncul selama embriogenesis. Kuncup aksiler juga berasal dari SAM utama dalam perkembangan proses yang umumnya melibatkan dua tahap, yaitu : 1. Meristem aksilaris terbentuk dari kelompok sel meristematik, yang berasal langsung dari bagian-bagian terpisah dari primer SAM dari tunas utama. Meristem ketiak menghasilkan tunas aksiler terletak di axil dari primordia daun. 2. Setelah tunas aksiler telah selesai dikembangkan dan telah mencapai ukuran tertentu tergantung pada spesies tanaman, pertumbuhan berhenti dan tunas ketiak menjadi tidak aktif (Sato, 2009). Efek-efek bagian apikal dari pucuk terhadap orientasi dan perkembangan organorgan lateral seperti misalnya cabang, daun, rhizoma, dan stolon (Wilkins, 1989). Secara alami cabang lateral akan tumbuh pada nodus bagian bawah yang cukup jauh dari ujung batang apabila pertumbuhan batang sudah cukup, hal ini disebabkan karena semakin jauh dari ujung batang pengaruh dominansi apikal semakin berkurang. Berdasarkan kekuatan dominansi apikal, tanaman dibedakan menjadi dua yaitu dominansi apikal yang kuat seperti pada tanaman Kalanchoe dan Bryophyllum dan dominansi apikal yang lemah seperti pada Solanum tubersum dan Solanum lycopersicon. Dominansi apikal dan pembentukan cabang lateral ini dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon (Khrishnamoorthy, 1981). Mekanisme terjadinya tunas lateral yaitu adanya sintesis auksin yang terjadi pada bagian tanaman yang sedang mengalami pertumbuhan atau pada bagian meristematis, terutama pada ujung batang. Auksin yang disintesisi pada ujung batang ini akan ditransport secara basipetal ke bagian batang yang lebih bawah. Hal ini menyebabakan terakumulasinya auksin pada ketiak daun di bawahnya yang berakibat inisiasi pembentukan tunas lateral pada ketiak daun terhambat atau terjadi dormansi tunas lateral, karena inisiasi pembentukan tunas lateral mensyaratkan konsentrasi auksin yang lebih rendah dibandingkan konsentrasi auksin optimal untuk pertumbuhan memanjang batang. Perlakuan defoliasi, sintesis auksin ditiadakan sehingga tidak terjadi transport auksin ke bawah sehingga konsentrasi auksin di ketiak daun semakin rendah. Turunnya auksin di ketiak daun akan memacu pembentukan hormon sitokinin (Taiz dan Zeiger, 1998). Menurut Wattimena (1987),

faktor dari dalam mempengaruhi terjadinya dominansi apikal adalah zat pengatur tumbuh, faktor genetik, faktor lingkungan, usia fisiologis dari tanaman itu sendiri, dan ketersediaan air. Kekurangan air dapat memacu pertumbuhan tunas lateral (Astuti dan Darmanti, 2010). Tanaman selain memproduksi auksin endogen juga memproduksi sitokinin. Sitokinin berperan antagonis dengan auksin, sitokinin disintesis di dalam akar dan bergerak secara akropettal ke arah tunas. Sitokinin menstimulasi pertumbuhan tunas lateral (Liu et al., 2011).

DAFTAR REFERENSI

Abidin, Z. 1987. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Bandung. Anonim. 2010. Role of Auxin in Apical Dominance. http://www.cirl.uq.edu.au. Astuti, Tri dan Sri Darmanti. 2010. Produksi Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa l.) yang Diperlakukan Dengan Naungan dan Volume Penyiraman Air yang Berbeda. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 11, No. 1, April 2010: 19 28. Semarang. Campbell, N. A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2003. Biologi. Edisi 5: Jilid 2. Erlangga, Jakarta. Dahlia. 2001. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan.UM Press: Malang. Katuuk, R. P. J.. 1989. Tehnik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman. Departemen P dan K: Jakarta hal : 45 -64. Liu, Yang. 2011. Auxin Inhibits the Outgrowth of Tiller Buds in Rice (Oryza sativa L.) by Downregulating OsIPT Expression and Cytokinin Biosynthesis in Nodes. AJCS 5(2):169-174 (2011). China. Krishnamoorthy, H.N. 1981. Plant Growth Substances Including Applications In Agriculture. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. New Delhi. Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Yasaguna, Bogor Sato, Sae Shimizu. 2009. AuxinCytokinin Interactions in the Control of Shoot Branching. Plant Mol Biol (2009) 69:429435. Taiz L. dan E. Zieger. 1998. Plant Physiology. Sinauer Associates Inc., Publisher. Sunderland. Massachusetts.
Wattimena, G.A. 1987. Zat Pengatur Tumbuh. PAU Bioteknologi IPB, Bogor.

Wilkins, M.B. 1989. Fisiologi Tumbuhan. Bumi Aksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai