Anda di halaman 1dari 9

GENITOGRAPHY (GENITOGRAFI)

Penatalaksanaan pemeriksaan dalam bidang radiologi konvesional terdiri atas dua yaitu, pemeriksaan non-kontras media dan menggunakan kontras media. Pemeriksaan non-kontras media meliputi ekstremitas atas, ekstremitas bawah, kepala, abdomen dan thorax. Sedangkan untuk pemeriksaan dengan menggunakan kontras media meliputi tractus digestivus, tractus urinarius, tractus biliaris dan genitalia. Salah satu dari pemeriksaan dengan menggunakan kontras media adalah genitography. Genitography merupakan prosedur terbaik untuk memberikan informasi mengenai anatomi genital bagian internal, genitography juga dapat memberikan informasi anatomi yang tidak diberikan dalam pemeriksaan lainnya (Meschan,1968:269). Menurut Troger dan Seidensticker (2008), pemeriksaan genitography dilakukan untuk melihat hubungan antara saluran kemih dan anatomi genital internal. Tujuan dilakukan pemeriksaan radiologi ini adalah mendapatkan pencitraan rahim, vagina, kandung kemih dan uretra. Berbagai metode yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan genitography diantaranya teknik flushing dan teknik kateterisasi. Teknik flushing yaitu dengan penyuntikan secara retrograde kontras media dengan tekanan sedang. Sedangkan pada teknik kateterisasi, kandung kemih diisi dengan bantuan kateter atau suprapubic puncture, dan dilakukan pengisian seperti cysto-urethrogram. Pemeriksaan ini akan memperlihatkan apakah pasien memiliki vagina dan sinus urogenital. Beberapa pemeriksaan juga memilih untuk menempatkan kateter didalam rektum. Pemeriksaan genitography sebaiknya dilakukan dengan posisi pasien true lateral (Silverman dan Kuhn,1993:1160).

Pemeriksaan genitography sangat berguna bagi anak-anak, salah satunya untuk melihat massa (tumor) yang terdapat pada tractus genitalia. Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk dari hasil proses pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi (www.deherba.com,2012). Berdasarkan

pertumbuhannya, tumor dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu tumor jinak dan tumor ganas atau yang populer dengan sebutan kanker. Anak-anak bisa terkena tumor, tetapi tumor pada anak-anak tidaklah umum. Salah satu jenis tumor yang dapat terjadi pada anak-anak adalah tumor (massa) pada introitus vagina. Tumor ini terjadi di lubang pada vagina. Kelainan ini dapat mempengaruhi kondisi fisik, psikologis dan juga akan berdampak pada psikoseksual pasien. Setiap anak yang mengidap tumor hampir mustahil untuk diketahui penyebabnya. Dari sudut pandang statistik, tumor pada anak-anak bisa terkait dengan cacat genetik penyimpangan kromosom, defisiensi (penurunan) kekebalan tubuh, infeksi virus tertentu, terpapar sinar radiasi, pengobatan yang bersifat menekan kekebalan tubuh atau bahkan akibat pengobatan anti kanker

(www.parkwaycancercentre.com,2011). Genitography adalah prosedur radiologi yang dirancang untuk menunjukkan bagian internal dari genitalia. Dalam arti pemeriksaan ini mampu memperlihatkan semua bagian genitalia dan khususnya digunakan untuk membedakannya dari pemeriksaan lainnya seperti urethrography, cystography dan vaginography yang tidak mencapai tujuan dalam pemeriksaan genitography (Kaufmann,1970:99).

Genitography adalah prosedur yang paling baik bagi anak-anak yang dicurigai memiliki kelainan interseksual atau dengan perbedaan antara genitalia eksterna dan internal. Genitography digunakan untuk melihat detail dari anatomi uretra, vagina dan juga melihat kemungkinan adanya rahim (Silverman dan Kuhn,1993:1159). Dalam pemeriksaan genitography terdapat kemungkinan klinis yang dialami diantaranya adalah interseksual atau biasa disebut juga dengan ambiguous genitalia, hipospadia, CAH dan massa. a. Interseksual (ambiguous genitalia) Kelamin ganda atau penderita interseksual yaitu suatu kelainan di mana penderita memiliki ciri-ciri genetik, anatomik dan atau fisiologik meragukan antara pria dan wanita. Gejala klinik interseksual sangat bervariasi, mulai dari tampilan sebagai wanita normal sampai pria normal, kasus yang terbanyak berupa alat kelamin luar yang meragukan. Kelompok penderita ini adalah benar-benar sakit secara fisik (genitalnya) yang berpengaruh ke kondisi psikologisnya (www.fk.undip.ac.id,2010) Penyebab penyakit interseksual sangat kompleks, terbanyak disebabkan oleh kelainan genetik seperti kelainan kromosom dan bentuk anatomi genital eksternal. Namun pengaruh lingkungan terutama penggunaan obat-obat hormonal pada masa kehamilan merupakan salah satu dugaan terjadinya kelaianan interseksual tersebut (www.fk.undip.ac.id,2010) Kelainan interseksual tidak hanya dilihat dari pola kromosom seks, anatomi genital eksternal, ekskresi urin hormonal, dan sifat gonad dengan biopsy, tetapi

peranan pemeriksaan anatomi genitalia internal juga sangat diperlukan untuk menetapkan adanya sinus urogenital atau vagina. Oleh karena itu pemeriksaan genitography sangat diperlukan dalam kasus kelainan interseksual yang merupakan sebuah prosedur sederhana namun memberikan informasi anatomi sangat penting yang tidak diberikan oleh prosedur lainnya untuk menentukan gender seseorang dengan kelainan interseksual. a. Hipospadia Hipospadia adalah suatu kondisi di mana pembukaan uretra berada pada posisi abnormal di penis. Pembukaan uretra dapat terletak di bagian bawah penis, di dekat skrotum, atau di daerah antara skrotum dan anus (www.kamuskesehatan.com) b. CAH (Congenital Adrenal Hyperplasia) Congenital Adrenal Hyperplasia (CAH) adalah suatu kelainan bawaan yang disebabkan kelainan kromosom dan gen (autosomal recessive inheritance), menyebabkan kegagalan produksi hormon oleh kortek kelenjar adrenal yang mengalami penebalan atau pertumbuhan berlebih (hiperplasia) sejak dalam kandungan (kongenital). Kelainan yang terjadi adalah tidak bekerjanya enzim 21hydroxilase sehingga mempengaruhi produksi kortisol dan aldosteron. Hal ini menyebabkan terpengaruhnya pengaturan tekanan darah, kadar gula darah, sistim kekebalan tubuh, dan kadar garam dalam tubuh (www.clanchildhealth.org,2012)

c. Massa Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan adanya pertumbuhan massa (solid/padat) atau jaringan abnormal dalam tubuh. Massa ini timbul sebagai akibat dari ketidak-seimbangan pertumbuhan dan regenerasi sel. Selain itu juga biasanya tidak berguna dan tidak diperlukan oleh tubuh. Tumor berbeda dengan kista (cairan) ataupun abses (bisul). Tumor ada 2 yaitu tumor jinak dan tumor ganas (kanker). Di Indonesia sendiri, istilah tumor lebih mengacu kepada tumor jinak (www.cancerhelps.com,2013). Gejala tumor biasanya berbentuk benjolan yang terlihat pada bagian tubuh dan tidak sakit. Bila sudah mengganggu jaringan sekitarnya, dokter dapat menyarankan operasi pengangkatan (pembedahan). Saat ini teknik pembedahan sudah berkembang pesat, bahkan melibatkan teknologi bedah laser, maupun cryosurgery (pembekuan) tumor (www.cancerhelps.com,2013). Dunia kedokteran belum mengetahui penyebab pasti seseorang dapat menderita tumor tapi secara umum dipercaya bahwa proses terbentuknya tumor berkaitan dengan 3 faktor utama yaitu faktor genetik (keturunan), karsinogenik (onkogen), dan co-karsinogen (co-onkogen). Tumor yang awalnya jinak jika tidak diobati secara benar, akan meradang dan berubah menjadi tumor ganas alias kanker

(www.deherba.com,2012) Dalam pemeriksaan genitography ini pasien dengan massa introitus vagina atau disebut juga dengan tumor introitus vagina. Introitus vagina (pembukaan vagina) berasal dari kata latin yaitu intro yang berarti kedalam dan ire yang berarti

masuk. Dalam anatomi introitus merupakan pintu masuk ke kanal atau organ berongga seperti vagina (www.medterms.com). Sehingga dapat didefinisikan bahwa tumor ini merupakan tumor yang terjadi pada pintu masuk ke kanal rongga vagina. 1. Teknik Pemeriksaan Genitography Menurut Silverman dan Kuhn (1993), genitography dilakukan dengan menggunakan kateter yang dimasukkan dari uretra hingga kandung kemih. Injeksi kontras media kedalam uretra dengan ujung kateter ditempatkan pada uretra posterior juga sering menggambarkan vagina dan serviks. Kemudian, kateter kedua dapat ditempatkan sedikit kebagian dorsal dari kateter pertama sehingga dapat masuk ke vagina yang berhubungan dengan uretra proksimal. Pada beberapa pemeriksaan dilakukan juga penempatan kateter pada rektum. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan dengan posisi pasien true lateral. Menurut Kaufmann (1970), dalam genitography sangat penting

digunakannya fluoroscopy, karena pemeriksaan dengan menggunakan blind foto tidak dapat membantu dalam memperlihatkan arah bukaan (lubang) dan pengisian kontras media. Penggunaan fluoroscopy dapat mengoptimalkan

pendokumentasian film rontgen pada saat pengisian kontras media dan akurasi posisi pasien. Terdapat dua metode yang dapat digunakan dalam memastikan pengisian rongga genital dengan menggunakan kontras media yaitu, teknik flushing (pembilasan) atau menggunakan teknik kateterisasi Menurut Emmett dan Witten (1977), tujuan genitography akan tercapai cukup dengan mengisi semua bagian genitalia interna. Tidak ada bedanya metode

apa yang digunakan asalkan tujuannya tercapai. Dalam melakukan genitography, ahli radilogi terlebih dahulu harus memeriksaan organ genitalia eksterna dengan hati-hati untuk mencari bukaan (lubang). Bukaan tersebut mungkin terjadi dimana saja pada daerah dari ujung lingga phallus hingga anus, tetapi biasanya berada didasar lingga atau perineum. Ada dua metode yang dapat digunakan dalam pengisian bahan kontras kedalam saluran genital yakni teknik flushing dan teknik kateter. a. Teknik Flushing Segel anti bocor yang diletakkan antara suntikan dan perineum diperlukan untuk keberhasilan teknik ini. Dengan menggunakkan segel untuk mencegah kebocoran memungkinkan kontras media mengalir kesemua rongga

dibandingkan dengan menggunakan kateter yang hanya mengisi salah satu rongga. Teknik flushing terbaik dapat dicapai dengan penggunaan jarum suntik yang ujungnya tumpul, dan pemasukkan jarum suntik hanya pada kulit perineum yang berlubang.

Penyuntikkan kontras media pada kondisi ini biasanya akan menghasilkan pengisian kesemua rongga.

Gambar 2.4. Pemasukan kontras media dengan teknik flushing (Kaufman, 1970) b. Teknik kateter Teknik ini dilakukan bila teknik flushing mengalami kegagalan. Bahaya dalam prosedur ini adalah ketika penempatan kateter pada salah satu rongga dan tidak pada rongga lainnya. Jika hanya satu saluran yang ditemukan lewat penelusuran menggunakan fluoroscopy, maka ujung kateter ditarik kedalam kulit dari perineum yang terdapat disekitar saluran tersebut dan kemudian disuntikkan kontras media. Jika kateter masuk kelebih dai satu saluran , maka masing-masing saluran akan disuntikkan kontras media secara bersamaan dengan menggunakan teknik flushing.

Gambar 2.5. Pemasukan kontras media dengan teknik kateter (Kaufman, 1970) SUMBER : Emmett, John.L and David.M.Witten. 1977. Clinical Urography An Atlas and Textbook of Roentgenologic Diagnosis. W.B.Saunders : Philadelphia Kaufman. 1970. Progress in Pediatric Radiology, Volume V. Yearbook : Chicago Medical Publisher Meschan, Isadore. 1968. Radiographic Positioning and Related Anatomy. W.B. sauders Company : Philadelphia Silverman, Frederic N and Jerald P. Kuhn. 1993. Caffeys Pediatric X-ray diagnostic, volume 2, ninth edition. Mosby : St. Louis Internet, (http://www.fk.undip.ac.id/artikel-lepas/kelamin-ganda-penyakit-ataupenyimpangan-gender-.html), diakses tanggal 31 Desember 2012 Internet, (http://www.clanchildhealth.org/ondex.php/overview.html), diakses tanggal 3 Januari 2013 Internet, (http://www.deherba.com/obat-tumor.html#ixzz2U2B2cSTa), diakses tanggal 22 Mei 2013 Internet,(http://parkwaycancercentre.com/Bahasa-Indonesia/bahasaindonesia/fighting-childhood-cancer.html), diakses tanggal 23 Mei2013

Anda mungkin juga menyukai