2.1 Laju Reaksi Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk dalam suatu satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Untuk mengukur laju reaksi kimia, perlulah menganalisis secara langsung maupun tak langsung banyaknya produk yang terbentuk atau banyaknya pereaksi yang tersisa setelah penggal-penggal waktu yang sesuai. Karena laju reaksi dipengaruhi oleh perubahan temperatur, perlulah dijaga agar campuran reaksi itu temperaturnya konstan. Metode untuk menentukan konsentrasi pereaksi ataupun produk bermacam-macam menurut jenis reaksi yang diselidiki dan keadaan fisika dari komponen reaksi (Keenan, dkk., 1986).
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi 2.2.1 Sifat Dasar Pereaksi Zat-zat berbeda secara nyata dalam lajunya mereka mengalami perubahan kimia. Natrium bereaksi sangat cepat dengan air pada temperatur kamar, tetapi bereaksi lebih lambat dengan metil alkohol dan etil alkohol. Masing-masing reaksi tersebut bersifat serta merta, artinya perubahan energi bebasnya bernilai negatif. Selisih kereaktifannya dapat diterangkan dengan perbedaan struktur yang berlainan dari atom dan molekul bahan yang bereaksi. Jika suatu reaksi melibatkan dua spesi molekul dengan atom yang sudah terikat oleh ikatan kovalen yang kuat, tabrakan antara molekul-molekul ini tidak memiliki energi yang cukup untuk memutuskan ikatan molekulnya, sehingga menjadi sulit bereaksi atau kurang reaktif (Keenan, dkk., 1986).
2.2.2 Temperatur Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur. Kenaikan laju reaksi ini dapat diterangkan sebagian sebagai lebih cepatnya molekul-molekul
bergerak kian kemari pada temperatur yang lebih tinggi dan karenanya molekul tersebut lebih sering bertabrakan satu sama lain. Pada temperatur yang ditinggikan, persentase tabrakan yang mengakibatkan reaksi kimia akan lebih besar, karena semakin banyak molekul yang memiliki kecepatan lebih besar dan karenanya memiliki energi cukup untuk bereaksi (Keenan, dkk., 1986).
2.2.3 Hadirnya Suatu Katalis Katalis adalah suatu zat yang meningkatkan kecepatan suatu reaksi kimia tanpa mengalami perubahan kimia yang permanen pada zat itu sendiri. Proses ini disebut katalisis. Katalis dapat mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu cara berikut: 1. Pembentukan Senyawa Antara (Katalisis Homogen), yaitu penggunaan katalis yang dapat bereaksi baik dengan molekul yang miskin energi maupun molekul yang kaya energi untuk membentuk suatu senyawa antara yang kemudian bereaksi membentuk zat yang diinginkan. 2. Metode Adsorpsi (Katalisis Heterogen), adalah suatu keadaan dimana gaya gaya tarik antara molekul zat padat dan molekul gas atau cairan yang teradsorpsi mengakibatkan molekul yang teradsorpsi menjadi aktif secara kimiawi. Ini menyebabkan reaksi antara molekul A dan B yang berlangsung pada permukaan zat padat lebih cepat daripada jika katalis itu tidak ada (Keenan, dkk., 1986).
2.2.4 Konsentrasi Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Oleh karena itu konsentrasi pereaksi tentu saja dapat mempengaruhi kecepatan dalam reaksi (Keenan, dkk., 1986).
2.2.5 Pengadukan Pengadukan mempengaruhi laju reaksi dari suatu reaksi yang dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Semakin cepat kecepatan stirrer, maka laju reaksi juga akan meningkat (Davis, dkk., 2003).
Gambar 2.1 Grafik Pengaruh Pengadukan dengan Laju Reaksi (Davis, dkk., 2003)
2.3 Kinetika Reaksi Homogen Kinetika kimia adalah bagian dari kimia fisika yang mempelajari tentang kecepatan reaksi-reaksi kimia dan mekanisme reaksi-reaksi tersebut. Termodinamika kimia mempelajari hubungan tenaga antara pereaksi dan hasil-hasil reaksi, tidak mempelajari bagaimana reaksi-reaksi tersebut berlangsung dan dengan kecepatan berapa kesetimbangan untuk reaksi kimia ini dicapai. Hal terakhir ini dipelajari dalam kinetika kimia, sehingga kinetika kimia merupakan pelengkap bagi termodinamika kimia. Tidak semua reaksi kimia dapat dipelajari secara kinetik. Reaksi-reaksi yang berjalan sangat cepat seperti reaksi-reaksi ion atau pembakaran dan reaksi-reaksi yang berjalan sangat lambat seperti pengkaratan, tidak dapat dipelajari secara kinetik. Diantara kedua jenis ini, banyak reaksi-reaksi yang kecepatannya dapat diukur. Kecepatan reaksi ialah kecepatan perubahan konsentrasi pereaksi terhadap waktu, jadi dC/dt. Tanda minus menunjukkan bahwa konsentrasi berkurang bila waktu berubah. Menurut hukum kegiatan massa, kecepatan reaksi pada temperatur tetap, berbanding lurus dengan konsentrasi pengikut-pengikutnya dan masing-masing berpangkat sebanyak molekul dalam persamaan reaksi (Sukardjo, 1997). Untuk reaksi : n1A + n2B + n3C hasil-hasil at C t kC C C
(Sukardjo, 1997).
Laju didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi per satuan waktu. Umumnya laju reaksi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi, dan dapat dinyatakan sebagai : Laju atau Laju f (C1, C2, Ci) k f (C1, C2,.Ci)
Dimana k adalah konstanta laju, juga disebut konstanta laju spesifik atau konstanta kecepatan, C1, C2, a alah ko s trasi ari r akta -reaktan dan produkproduk. sebagai contoh dalam hal reaksi umum (Dogra, dkk., 1990).
2.4 Orde Suatu Reaksi Kimia Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksperimen (dari) konsentrasi dalam persamaan laju. Jika suatu reaksi kimia berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari hanya satu pereaksi, maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Reaksi orde pertama dapat ditulis dalam persamaan dibawah ini. Laju = k[A] Jika laju reaksi itu berbanding lurus dengan pangkat dua suatu pereaksi, maka reaksi itu disebut reaksi orde kedua. Laju = k[A]2 Suatu reaksi disebut juga sebagai reaksi orde kedua apabila laju reaksi berbanding lurus dengan dengan pangkat satu konsentrasi dari dua pereaksi. Laju = k[A][B] Suatu reaksi dapat berorde ketiga atau mungkin lebih tinggi lagi, tetapi hal hal semacam itu sangat jarang terjadi. Suatu reaksi dapat tak bergantung pada konsentrasi suatu pereaksi Pa a r aksi A + B C, jika ko s trasi B ti ak menaikkan laju reaksi, maka reaksi itu disebut orde nol terhadap B, sehingga reaksi tersebut menjadi reaksi orde pertama yang dapat ditulis sebagai berikut : Laju = k[A][B]0 = k[A] (Keenan, dkk., 1986).
2.5 Reaktor Batch Reaktor batch digunakan dalam skala operasi kecil, untuk mencoba proses baru yang belum sepenuhnya dikembangkan, untuk produksi produk mahal dan
untuk proses yang sulit dikonversi oleh operasi kontinu. Reaktor dapat diisi dari lubang pada sisi atas. Reaktor batch memiliki kelebihan yaitu dapat memberikan nilai konversi yang tinggi, yang dapat diperoleh dengan membiarkan reaktan berada dalam reaktor dalam jangka waktu yang lama. Kekurangannya adalah biaya yang mahal untuk setiap batch, produk yang dihasilkan dapat bervariasi dari batch yang satu dengan batch yang lainnya, dan tidak efektif untuk produksi skala besar (Fogler, 2006). 2.5 Aplikasi Kecepatan Reaksi Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Reaksi pada Reaksi Hidrolisis Lignoselulosa dari Tongkol Jagung dengan Asam Encer pada Kondisi Non-isotermal Penggunaan biomassa sebagai sumber energi ini tidak akan menyebabkan terjadinya emisi netto CO2 karena karbon yang keluar sebagai CO2 tersebut berasal dari CO2 udara yang berubah menjadi biomassa. Pencampuran bioetanol dengan bensin dapat menaikkan angka oktan pada bahan bakar itu. Keuntungan lain penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar adalah makin kecilnya emisi gas berbahaya hasil pembakaran daripada penggunaan bensin sebagai bahan bakar. Lignoselulosa merupakan komponen tanaman yang bisa menjadi sumber bahan organik terbarukan. Lignoselulosa terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan beberapa bahan ekstraktif lain. Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman. Kandungan selulosa pada dinding sel tanaman sekitar 35-50 % dari massa kering tanaman, sedangkan jumlah hemiselulosa biasanya antara 15-30 % dari massa kering tanaman. Lignoselulosa dapat ditemukan diantaranya pada; daun, ranting, sekam padi, grajen kayu, dan tongkol jagung. Terdapat 3 tahapan penting proses pembuatan etanol dari ligoselulosa, yaitu hidrolisis lignoselulosa menjadi gula, fermentasi gula menjadi etanol dan pemurnian etanol. Hidrolisis merupakan langkah awal yang sangat penting untuk memperoleh larutan gula yang selanjutnya dapat difermentasi menjadi etanol. Penelitian ini berfokus pada hidrolisis tongkol jagung dengan asam encer menjadi gula dengan tujuan utama mempelajari pengaruh suhu terhadap kecepatan hidrolisis. Menurut Badger, terdapat dua jenis hidrolisis yang dapat dijalankan, yaitu hidrolisis enzim dan hidrolisis kimiawi. Bahan kimia yang dapat dipakai untuk
memecah rantai polimer pada selulosa dan hemiselulosa adalah larutan asam, baik itu larutan asam pekat ataupun larutan asam encer. Larutan asam yang dapat digunakan ialah asam sulfat dan asam klorida. Larutan asam pekat sudah lama dipakai untuk hidrolisis ini. Hasil monomer gula yang didapat sangat tinggi sehingga etanol yang dihasilkan juga banyak, meskipun penggunaan asam pekat pada proses ini menyebabkan terjadinya korosi pada bahan material yang dipakai. Bahan konstruksi untuk peralatan dengan asam pekat menjadi spesial dan mahal, seperti keramik atau material dilapisi dengan karbon (Damayanti, dkk., 2011).
Mulai dihidupka n Dimasukkan 300 g lignoselulosa ke dalam reaktor Ditambahkan larutan asam sulfat (H2SO4) 0,18 N Reaktor ditutup dan pemanas serta motor penggoncang dinyalakan Diambil sampel sebanyak 6 ml setiap 5 menit sampai 35 menit setelah suhu 413 K Dianalisis dengan metode Fehling Ditentukan konstanta kecepatan reaksi Selesai
Gambar 2.2 Flowchart Pengolahan Air Limbah Tekstil (Damayanti, dkk., 2011)