Anda di halaman 1dari 12

PROSEDUR KERJA v Persiapan pasien Sampaikan salam (Lihat SOP Komunikasi Terapeutik) v Jelaskan tujuan dan prosedur yang

akan dilakukan v Persiapan alat: Catatan perawat Klem v Persiapan Lingkungan Jaga privasi klien dengan menutup pintu Atur pencahayaan, penerangan dan ruangan yang kondusif v Pelaksanaan: ada 2 tingkat yaitu tingkat masih dalam kateter dan tingkat bebas catheter. Tingkat masih dalam kateter: Prosedur 1 jam: Cuci tangan. Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum ,catheter di klem. Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 08.00 s.d. jam 20.00 dengan cara klem catheter dibuka. Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak diklem) dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari. Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai program tersebut berjalan lancar dan berhasil. Prosedur 2 jam: Cuci tangan. Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum, catheter di klem. Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 09.00 s.d jam 21.00 dengan cara klem catheter dibuka. Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak diklem) dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari. Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai program tersebut berjalan lancar dan berhasil. Tingkat bebas catheter prosedur ini dilaksanakan apabila prosedur 1 sudah berjalan lancar: Cuci tangan. Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam 19.00, lalu kandung kemih dikosongkan. Kemudian catheter dilepas. Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi BAK, kemudian lakukan penekanan pada area kandung kemih dan lakukan pengosongan kandung kemih setiap 2 jam dengan menggunakan urinal. Berikan minum terakhir jam 19.00, selanjutnya klien tidak boleh diberi minum sampai jam 07.00 pagi untuk menghindari klien dari basahnya urine pada malam hari. Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya dijadwalkan setiap 2 jam sekali, apabila ada rangsangan BAK sebelum 2 jam klien diharuskan menahannya Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba mengosongkan kandung kemih dengan menggunakan urinal. v Alat-alat dibereskan v Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam

v Cuci tangan (Lihat SOP Cuci Tangan) v Dokumentasikan hasil tindakan

PEMASANGAN DAN PERAWATAN KATETER 1. 1. PENGERTIAN Kateter adalah pipa untuk memasukan atau mengeluarkan cairan.kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, wofen, silk, dan silikon. Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal. Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukannya kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine. Kateterisasi urine adalah memasukan selang karet atau plastic melalui uretra ke dalam kandung kemih. Perawatan kateter adalah suatu tindakan keperawatan dalam memelihara kateter dengan antiseptik untuk membersihkan ujung uretra dan selang kateter bagian luar serta mempertahankan kepatenan posisi kateter. 1. 2. TUJUAN Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih Untuk pengumpulan spesimen urine Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan Untuk menjaga kebersihan saluran kencing Untuk mempertahankan kepatenan (fiksasi) kateter Untuk mencegah terjadinya infeksi Untuk mengendalikan infeksi 1. 3. INDIKASI 2. Diagnostik (secepatnya di lepas) 1. Mengambil sampel urine untuk kultur urine 2. Mengukur residu urine 3. Memasukan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi 4. Urodinamik 5. Monitor produksi urine atau balance cairan 6. Terapi (di lepas setelah tujuan di capai) 1. Retensi urine 2. Self intermitten kateterisasi (CIC) 3. Memasukan obat-obatan 4. Viversi urine 5. Sebagai splin 6. 4. KOMPLIKASI Komplikasi pemasangan kateter antara lain : Bacterial shock Striktur uretra

Rupture uretra Perforasi buli-buli Perdarahan Balon pecah atau tidak bias dikempeskan Komplikasi operasi : Pneumo atau hematothoraks Thrombosis vena Cedera arteri atau saraf Fistula arteriovena Chylothoraks Infeksi Emboli udara morbiditas (morbiditas 0-15%) 1. 5. MACAM-MACAM KATETER Macam-macam kateter dapat di bedakan berdasarkan : 1. Bentuk 2. Straight : lurus tanpa ada cabang Contoh : Robinson kateter Nelaton kateter 1. Coude catheter : kateter dengan ujung lengkung dan ramping Contoh : Kateter Tiemann 1. Self retaining kateter : dipakai menetap Contoh: Molecot kateter Foleey kateter 1. Ukuran Skala Cherieres (Franch) Ich atau Fr 0,33 mm Atau 1 mm = 3 Fr Contoh : Kateter 18 Fr artinya diameter luarnya 6 mm 1. Bahan Stainless Lateks (karet) Siikon Dilapisi silikon 1. Jumlah percabangan Cabang 2 Cabang 3 1. 6. PRINSIP-PRINSIP PEMASANGAN KATETER 2. Gentle 3. Sterilitas 4. Adekuat lubrication

5. Gunakan kateter ukuran kecil 1. 7. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMASANGAN KATETER Meliputi : 1. Harus menggunakan kateter yang sudah sterilisasi 2. Lebik baik gunakan alat sekali pakai. Bila memang diperlukan penggunaan ulang kateter, klien harus teknik pensterilan (kateter karet yang dapat di rebus selama 20 menit dan keringkan dalam kain bersih) 3. Jangan mendorong paksa kateter jika terjadi tahanan. Pada pria lansia, hipertrof prostat dapat menyumbat uretra secara parsial dan menghambat kemudahan masuknya kateter. Bila terjadi tahanan, beritahu dokter. 4. Plester adesik jangan pernah digunakan untuk memplester kondom kateter. Ini dapat menyebabkan konstriksi dan reduksi aliran darah ke penis. Plester Velcro/elastic dapat mengembang dengan perubahan ukuranpenis dan tidak mengurangi aliran darah. 5. Lepaskan kateter selama 30 menit setiap 24 jam untuk perawatan kulit perineal. Lihat tiap 4 jam untuk menentukan bahwa sirkulasi pada penis adekuat. 6. Kliien wanita memerlukan cermin untuk melihat areal perinealnya. 7. Bila kateter sudah pasti masuk ke dalam kandung kemih dan tidak ada urine yang keluar, tak adanya urine yang keluar harus segera dilaporkan pada dokter. 8. Wanita yang baru saja melahirkan bayi / yang baru saja mengalami pembedahan ginekologik dan klien-klien yang baru saja mengalami bedah kandung kemih, beresiko terhadap distensi kandung kemih 9. Harus diperhatikan penentuan posisi pada kemampuan 1. 8. PERAWATAN KATETER MENETAP Kateter merupakan benda asing pada uretra dan buli-buli, bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan kompllikasi serius. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk merawat kateter menetap : 1. Banyak minum, urine cukup ehingga tidak terjadi kotoran yang mengendap dalam kateter. 2. Mengosongkan urine bag secara teratur 3. Tidak mengangkat urine bag lebih tinggi dari tubuh penderita agar urine tidak mengalir kembali ke buli-buli 4. Membersihkan darah, nanah, secret periuretra dan mengolesi kateter dengan antiseptik secara berkala. 5. Ganti kateter paling tidak 2 minggu sekali. 1. 9. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN Meja/trolly yang berisi : 1. Sarung tangan steril 2. Satu duk lubang 3. Kapas sublimate 4. Pinset 5. Kateter sementara dan menetap 6. Kom

7. Jelly 8. Larutan pembersih antiseptik 9. Perlak dan alsnya 10. Bengkok 11. Baskom yang berisi air hangat 12. Waslap 13. Spuit 14. Urine bag 15. Kasa 1. 10. PERSIAPAN PERAWAT 1. Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial. 2. Cukup keterampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan tersebut 3. Usahakan jangan sampai menyinggung perasaan penderita, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati. 4. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan 1. 11. PERSIAPAN PASIEN 1. Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent 1. 12. PROSEDUR PELAKSANAAN KATETERISASI PADA WANITA 1. Ikuti protocol standar 2. Atur posisi pasien senyaman mungkin 3. Tutup ruangan atau tirai atau sampiran 4. Cuci tangan 5. Berdiri di bagian kanan tempat tidur jika anda menggunakan tangan kiri dan berdiri di sebelah kiri pasien kemudian bereskan tempat tidur pasien 6. Bantu klien pada posisi dorsal recumbent difleksikan pada lutut dan pangkal paha 7. Pasang perlak dan alasnya 8. Gunakan sarung tangan sekali pakai dan cuci area perineum dengan sabun dan air sesuai kebutuhan kemudian keringkan 9. Buka sarung tangan dan cuci tangan 10. Jika memasang kateter menetap, buka urine bag(buka kotak kateerisasi menurut petunjuk, jaga perlengkapan steril) 11. Tuangkan larutan antiseptik steril ke dalam kompartemen yang bola kapas steril 12. Buka paket yang bersih minyak pelican (jeli) 13. Pindahkan wadah specimen (penutupnya harus berada di atas) dan sisi spuit yang berisi cairan dari baki pengumpul dan susun perallatan tersebut disamping tempat steril jika diperuka 14. Pakai sarung tangan steril

15. Pasang doek steril 16. Bersihkan daerah perineal dari klitoris sampai ke anus 17. Berikan pelumas pada ujung kateter 2,5-5 cm 18. Dengan tangan dominant anda secara hati-hati regangkan labia untuk pemajanan sempurna meatus uretra. Pertahankan tangan nondominant anda pada posisi ini sepanjang prosedur 19. Dengan tangan dominan anda, ambil kapas dengan p;inset dan bersihkan area perineal, usap dari depan ke belakang, darin klitoris kea rah anus. Gunakan bola kapas bersih baru untuk setiap usapan, sepanjang dekat lipatan labia, dan pada meatus. 20. Saat memegang dengan ibu jari dan kelingking dari tangan nondominant anda, ambil ujung kateter dan letakkan diantara jari pertama dan kedua dari tangan tersebut 21. Dengan tangan dominant anda yang bebas, hubungkan spuit ke port injeksi pada ujung kateter 22. Perlahan injeksikan sejumlah total larutan. Jika pasien mengeluh nyeri tibatiba, aspirasi kembali dan dorong lagi kateter lebih jauh 23. Setelah mengembangkan balon dengan baik, gunakan tangan nondominant anda untuk menarik perlahan kateter dan merasakan tahanan 24. Hubungkan ujung kateter ke selang penampang dari system drainase 25. Fiksasi kateter ke sebelah dalam paha pasien dengan plester nonalergik. 26. Biarkan mengendur sehingga gerakan paha tidak menimbulkan tegangan pada kateter 27. Lepaskan sarung tangan dan rapikan peralatan, doek dan urine ke dalam wadah yang telah disediakan. 28. Bantu pasien ke posisi nyaman. Cuci dan keringkan area perineal sesuai kebutuhan 29. Ajarkan pasien tentang cara berbaring di tempat tidur dengan kateter: miring menghadap system drainase kateter dan selang pada tempat tidur tidak terlipat; telentang dengan kateter selang di plester di atas paha; miring menjauh dari system kateter dan selang berada diantara kaki. 30. Ingatkan pasien agar tidak menarik kateter 31. Cuci tangan 32. Dokumentasikan tindakan yang dilakukan 1. 13. PROSEDUR PELAKSANAAN KATETERISASI PADA PRIA 1. Ikuti protocol standar 2. Atur posisi pasien senyaman mungkin 3. Tutup ruangan atau tirai atau sampiran 4. Cuci tangan 5. Berdiri di bagian kanan tempat tidur jika anda menggunakan tangan kiri dan berdiri di sebelah kiri pasien kemudian bereskan tempat tidur pasien 6. Bantu klien pada posisi terlentang 7. Pasang perlak dan alasnya

8. Gunakan sarung tangan sekali pakai dan cuci area perineum dengan sabun dan air sesuai kebutuhan kemudian keringkan 9. Buka sarung tangan dan cuci tangan 10. Jika memasang kateter menetap, buka urine bag(buka kotak kateerisasi menurut petunjuk, jaga perlengkapan steril) 11. Tuangkan larutan antiseptik steril ke dalam kompartemen yang bola kapas steril 12. Buka paket yang bersih minyak pelican (jeli) 13. Pindahkan wadah specimen (penutupnya harus berada di atas) dan sisi spuit yang berisi cairan dari baki pengumpul dan susun perallatan tersebut disamping tempat steril jika diperuka 14. Pakai sarung tangan steril 15. Pasang doek steril 16. Letakan baki steril dan isinya di atas doek di sisi paha pasien atau pada atas paha 17. Ambil bola kapas atau kasa dengan larutan antiseptik. 18. Buka wadah specimen steril dengan mempertahankan bagian atasnya tetap sterik 19. Berikan pelumas pada ujung kateter 12,5-17,5 cm 20. Dengan tangan nondominant anda secara hati-hati regangkan regangkan prepusium pria yang tidak di sirkumsisi. Pegang penis pada batang tepat di bawah glens. Regangkkan meatus uretra diantara ibu jari dan jari telunjuk. Pertahankan tangan dominant anda pada posisi ini sepanjang prosedur 21. Dengan tangan dominan anda, ambil bola kapas dengan pinset dan bersihkan area penis dengan gerakan melingkar dari meatus bawah ke dasar glens. Ulangi sebanyak 2 kali dengan menggunakan bola kapas yang bersih 22. Ambil dengan tangan dominant yang telah menggunakan sarung tangan 7,510 cm kateter dari ujungnya. Pegang ujung kateter, gulung di telapak dominant anda, lalu pegang kateter dengan pinset 23. Angkat penis pada posisi tegak terhadap tubuh pasien dan terapkan traksi ringan. 24. Minta pasien untuk menghindari mengejan dengan cara menarik nafas dalam dan dengan perlahan, masukan kateter melalui meatus. 25. Masukan kateter 17,5-23 cm atau sampai urine mangalir keluar dari ujung kateter, jika terasa tertahan tarik kateter jangan paksakan mendorongnya ke dalam uretra. Jika urine tampak keluar, dorong kateter. 26. Turunnkan penis dan pegang kateter dengan kuat pada tangan nondominant. 27. Hubungkan ujung kateter ke selang penampung system drainase (urine bag). 28. Fiksasi kateter pada bagian atas paha pasien atau abdomen bawah (dengan posisi penis mengarah kearah pasien) menggunakan plester 29. Pastikan tidak terdapat obstruksi atau lipatan pada selang. Tempatkan kelebihan gulungan selang pada tempat tidur dan kencangkan pada dasar linen tempat tidur dengan klit pada set drainase / urine bag. 30. Lepaskan sarung tangan, lalu rapikan semua peralatan

31. Bantu pasien ke posisi nyaman, cuci tangan dan keringkan area perineal sesuai kebutuhan. 32. Ajarkan pasien tentang posisi yang nyaman dan tekankan pada pasien untuk tidak menarik kateter. 33. Cuci tangan 34. Dokumentasikan tindakan yang dilakukan 1. 14. SIKAP 1. Teliti 2. Ramah 3. Sopan 4. Komunikatif BLADDER TRAINNING 1. 1. PENGERTIAN Bladder training adalah salah upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kencing yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik. Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif diantara terapinonfarmakologis. 1. 2. TUJUAN Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih. Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan berbagai teknik distraksi atau tekhnik relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang, hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan dapat menahan sensasi berkemih. Tujuan yang dapat di capai dalam sumber yang lain adalah : Klien dapat mengontrol berkemih Klien dapat mengontrol buang air besar Menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lansia Menghindari isolasi social bagi klien 1. 3. INDIKASI Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urine Orang dengan pemasangan kateter yang relative lama Klien dengan inkontinentia urine 1. 4. PROGRAM LATIHAN BLADDER TRAINING Penyuluhan Memberikan pengertian kepada klien tentang tata cara latihan bladder training yang baik, manfaat yang akan di capai dan kerugian jika tidak melaksanakan bladder training dengan baik. Tahapan latihan mengontrol berkemih Beberapa tindakan yang dapat membantu klien untuk mengembalikan control kemih yaitu : Tindakan Persiapan alat : Jam Air minum dalam tempatnya

Obat diuretic jika diperlukan Persiapan pasien Jelaskan maksud dan tujuan dari tindakan tersebut Jelaskan prosedur tindakan yang harus dilakukan klien Langkah-langkah : 1. Beritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap 2-3 jam sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur dan 4 jam sekali pada malam hari. 2. Beritahu klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal untuk berkemih. 3. Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika rangsangan berkemihnya tidak dapat di tahan. 4. Klien di suruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu yang telah ditentukan 2-3 jam sekali 5. 30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan, mintalah klien untuk memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul. 6. Latihan 1 Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian memulainya kembali. Praktikan setiap kali berkemih 1. Latihan 2 Minta kllien untuk mengembil posisi duduk atau berdiri Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus 1. Latihan 3 Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan otot anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan Ulangi latihan 4 jam sekali, saat bangun tidur sealam 3 bulan 1. Latihan 4 Apabila memungkinkan, anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut di tekuk) kepada klien 1. Evaluasi Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7 kali perhari atau 3-4 jam sekali 1. Bila tindakan point 5 seperti tersebut dirasakan belim optimal atau terdapat gangguan : 1. Maka metode diatas dapat di tunjang dengan metode rangsangan dari eksternal misalnya dengan suara aliran air dan menepuk paha bagian dalam 2. Menggunakan metode untuk relaksasi guna membantu pengosongan kandung kemih secara total, misalnya dengan membaca dan menarik napas dalam. 3. Menghindari minuman yang mengandung kafein. 4. Minum obat diuretic yang telah diprogramkan atau cairan untuk meningkatkan diuretic. 2. Sikap Jaga privasi klien

Lakukan prosedur dengan teliti 1. 5. PENATALAKSANAAN Pengaturan diet dan menghidari makanan / minuman yang mempengaruhi pola berkemih (seperti kafein, alkohol) Program latihan berkemih yaitu latihan penguatan otot dasar panggul (pelvic floor exercise) latihan fungsi kandung kemih (bladder training) dan program kateterisasi intermitten. Latihan otot dasar panggul menggunakan bio feed back Latihan otot dasar panggul menggunakan vaginal weight cone therapy. Selain behavioral therapies, dikenal pula intervensi lain, yaitu perawatan dan pemanfaatan berbagai alat bantu terapi. Tindakan keperawatan Bladder training. 1. Membuat schedule menentukan waktu pelaksanaan kapan pasien mencoba untuk mengosongkan kandung kemih dengan menggunakan komodo atau toilet. 2. Berikan pasien sejumlah cairan untuk diminum pada waktu yang dijadwalkan secara teratur. (2500 ml/hari) 3. Anjurkan pasien untuk menunggu sekama 30 menit kemudian coba pasien untuk berkemih. a. Posisikan pasien dengan paha fleksi, kaki dan punggung disupport. b. Perintahkan untuk menekan atau memasage diatas area bladder atau meningkatkan tekanan abdominal dengan cara bersandar ke depan. Ini dapat membantu dalam memulai pengosongan bladder. c. Ajurkan klien untuk berkonsentrasi terhadap bak d. Anjurkan klien untuk mencoba berkemih setiap 2 jam. Interval dapat diperpanjang . Sebagai pedoman : Atur bunyi alarm jam dengan interval setiap 2 3 jam pada siang hari. Dan pada malam hari cukup 2 kali . Batasi cairan setelah jam 5 sore. 4. Anjurkan pasien untuk berkemih sesuai jadwal, catat jumlah cairan yang diminum serta urine yang keluar dan waktu berkemih. 5. Anjurkan klien untuk menahan urinnya sampai waktu bak yang telah dijadwalkan. 6. Kaji adanya tanda-tanda retensi urine. Jika diperlukan tes residu urine secara langsung dengan kateterisasi. 7. Anjurkan pasien untuk melaksanakan program latihan secara kontinue 8. Berikan penguatan pada kemampuan pasien bukan pada ketidakmampuannya.

Management pada klien inkontinensia ( tidak untuk gangguan bladder akibat gangguan neurology) 1. Bantu klien ke kamar mandi pada waktu atau jadwal yang telah ditentukan. 2. Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitasnya sendiri. Hal ini dapat mengurangi rasa bosan/frustasi. 3. Berikan jumlah cairan yang adequat

4. Hindarkan tidakan yang mendukung inkontinensia. Misalnya memakai diaper. 5. Ciptakan lingkungan yang dapat mencegah rasa bosan: - Sediakan kalender atau jam dinding untuk oreintasi waktu. - Sediakan hiasan dinding atau poster. - Sediakan telepon, radio atau televisi Anjurkan klien untuk membuat keputusan sendiri, untuk meningkatkan self esteem. - Anjurkan klien untuk melakukan tugas-tugas berarti - Manfaatkan waktu yang tersisa (missalnya membaca buku) - Menyarankan agar klien tidak di dalam kamar saja - Tingkatkan kontak sosial 6. Motivasi klien untuk melakukan ADL secara mandiri

Kegel exercise / latihan kegel. Dilakukan pada klien yang mengalami inkontinensia stress. 1. Untuk otot dinding pelvisposterior, bayangkan anda mencoba untuk menghentikan jalannya feces dan perkuat otot anal tanpa menguatkan tungkai bawahatau otot abdominal anda 2. Untuk otot dinding pelvis anterior, bayangkan anda untuk menghentikan jalannya urin, perkuat otot (belakang dan depan) selama 4 detik dan kemudian lepaskan ulangi 10 kali 4 kali sehari dalam 1 jam jika diindikasikan). 3. Intruksikan individu untuk menghentikan dan memulai aliran urine beberapa kali selama berkemih.
Inkontinensia Urine Inkontinensia urin merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi diluar keinginan. Jika inkontinesia akibat inflamasi, mungkin sifatnya hanya sementara. Namun jika karena kelainan neurologik kemungkinan besar bersifat permanen. Inciden di Amerika > 10 jt orang mengalami inkontinensia urine, yang mengenai individu dengan segala usia. Paling sering dijumpai pada lansia. Faktor resiko : usia, jenis kelamin, jumlah persalian pervaginam, infeksi saluran kemih, menopouse, pembedahan urogenital, penyakit kronis dan penggunaan berbagai obat. Gejala ruam, dekubitus, infeksi kulit dan saluran kemih dan pembatasan aktivitas merupakan konsekwensi dari inkontinensia urine. Tipe-tipe inkontinensia urine. a. Inkontinensia akibat stress, merupakan eliminasi urin diluar keinginan melalui uretra sebagai akibat dari peningkatan menadak pada tekanan intraabdomen. Tipe ini paling sering ditemukan pada wanita. Dapat disebabkan oleh cidera obstetric, lesi kolum vesika urinaria, kelainan ekstristik velvis, fistula, disfungsi destruksor, dll. Kharakteristik : keluar urine (biasanya < 50 cc) pada waktu peningkatan tekanan abdominal akibat berdiri, bersin, batuk, berlari atau mengangkat berat.

1. 2. 3. 4.

Faktor-faktor yang berhubungan: Inkomplet pengeluaran kandung kemih akibat anomaly congenital traktus urinarius. Degeneratif otot pelvis dan struktus penyangga akibat defesiensi estrogen. penigkatan tekanan intraabdominal akibat obesitas , kehamilan. kelemahan otot pelvis dan struktur penyangga akibat kelahiran anak.

b. Urge inkontinensia, terjadi bila pasien merasakan dorongan atau keinginan untuk urinasi tyetapi tidak mampu menahannya cukup lama sebelum mencapai toilet. Penyebabnya ; Disfungsi neurologis yang menggangu penghambatan kontraksi kandung kemih Gejala local iritasi karena infeksi atau tumor kandung kemih. Penurunan kapasitas blas akibat kateter pasca indwelling atau pada lansia. Kecilnya blas pada anakanak. c. Overflow incontinesia, ditandai oleh eliminasi urine yang sering dan kadang-kadang terjadi hampir terus menerus. Kandung kemih tidak dapat mengosongkan isinya secara normal dan mengalami distersi yang berlebihan. Penyebab: Kelainan neurologik (yaitu lesi medulla spinalis) atau akibat faktor-faktor penyumbat saluran keluar urin (yaitu penggunaan obat-obatan, tumor, striktur dan hyperplasia prostat. d. Inkontinesia fungsional, merupakan inkontinensia dengan fungsi saluran perkemihan utuh tetapi ada faktor lain yang menyebabkan pasien sulit untuk ke toilet dan berkemih. Misalnya pada pasien demensia Alzheimer dimana pasien sulit untuk mengidentifikasi perlunya berkemih, atau pada pasien dengan gangguan fisik. e. Inkontinensia reflek, merupakan inkontinensia tanpa dorongan sensasi berkemih atau kandung kemih penuh, disebabkan oleh kerusakan medulla spunalis. Dimana kontraksi kandung kemih tidak dihambat, reflek involunter menghasilkan berkemih spontan, sensasi penuhnya kandung kemih hilang atau berkurang. f. Bentuk-bentuk Inkontinensia urine campuran. Yang mencakup ciri-ciri inkontinensia diatas, dapat pula terjadi. Selain itu, inkontinensia urine dapat terjadi akibat interaksi banyak faktor.

Anda mungkin juga menyukai