Anda di halaman 1dari 19

TOKOH TOKOH DALAM DUNIA KUALITAS DAN TEORINYA A. WATLER A.

A. STEWARD Kualitas Obyektif: kualitas produk merupakan realitas obyektif tentang produk, independen dari keberadaan manusia. Kualitas Subyektif: kualitas produk relatif berdasarkan persepsi , perasaan dan sense konsumen. Pioner and visionary of modern quality control (peta-peta kendali)

ASPEK KUALITAS:

B.

KAORU ISHIKAWA Kaoru Ishikawa, ilmuwan yang banyak menyumbangkan pemikiran di bidang

manajemen kualitas ini lahir pada tahun 1915 di Tokyo, Jepang. Beliau merupakan tokoh kualitas yang telah memperkenalkan user friendly control, Fishbone cause and effect diagram, emphasised the internal customer kepada dunia. Ishikawa juga yang pertama memperkenalkan 7 (seven) quality tools: control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, and flowchart yang sering juga disebut dengan 7 alat pengendali mutu/kualitas (quality control seven tools). Diagram Fishbone dari Ishikawa menjadi satu tool yang sangat populer dan dipakai di seluruh penjuru dunia dalam mengidentifikasi faktor penyebab problem/masalah.

Alasannya sederhana. Fishbone diagram tergolong praktis, dan memandu setiap tim untuk terus berpikir menemukan penyebab utama suatu permasalahan. Diagram tulang ikan ini dikenal dengan cause and effect diagram. Kenapa Diagram Ishikawa juga disebut dengan tulang ikan?..ya memang kalau diperhatikan rangka analisis diagram Fishbone bentuknya ada kemiripan dengan ikan, dimana ada bagian kepala (sebagai effect) dan bagian tubuh ikan berupa rangka serta duri-durinya digambarkan sebagai penyebab (cause) suatu permasalahan yang timbul. Dari gambar di atas terlihat bahwa faktor penyebab problem antara lain (kemungkinan) terdiri dari : material/bahan baku, mesin, manusia dan metode/cara. Semua yang berhubungan dengan material, mesin, manusia, dan metode yang saat ini dituliskan dan dianalisa faktor mana yang terindikasi menyimpang dan berpotensi terjadi problem. Ingat,..ketika sudah ditemukan satu atau beberapa penyebab jangan puas sampai di situ, karena ada kemungkinan masih ada akar penyebab di dalamnya yang tersembunyi. Istilahnya, jangan hanya melihat yang gampang dan nampak di luar. Ishikawa mengajarkan kita untuk melihat ke dalam dengan bertanya mengapa? mengapa?dan mengapa?. Hanya dengan bertanya mengapa beberapa kali kita mampu menemukan akar permasalahan yang sesungguhnya. Penyebab sesungguhnya, bukan gejala. Dengan menerapkan diagram Fishbone ini dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar penyebab terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila masalah dan penyebab sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan penyebab dan mencari akar permasalahan sebenarnya. Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram) Disebut juga Grafik Tulang Ikan, yaitu diagram yang menunjukkan sebab akibat yang berguna untuk mencari atau menganalisa sebab-sebab timbulnya masalah sehingga memudahkan cara mengatasinya.

Penggunaan Analisis Sebab Akibat : - Untuk mengenal penyebab yang penting - Untuk memahami semua akibat dan penyebab - Untuk membandingkan prosedur kerja - Untuk menemukan pemecahan yang tepat - Untuk memecahkan hal apa yang harus diilakukan - Untuk mengembangakan proses Langkah-langkah membuat diagram Sebab Akibat : Langkah 1: Gambarlah sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada ujung sebelah kanan dan suatu kotak didepannya. Akibat atau masalah yang ingin dianalisis ditempatkan dalam kotak Langkah 2: Tulislah penyebab utama (manusia, bahan, mesin dan metoda) dalam kotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari garis panah utama. Hubungan kotak tersebut dengan garis panah yang miring ke arah garis panah utama. Kadang-kadang mungkin, atau mungkin diperlukan untuk menambahkan lebih dari empat macam penyebab utama. Langkah 3: Tulislah penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar penyebab utama, yang penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh terhadap penyebab utama. Hubungkan penyebab kecil tersebut dengan sebuah garis panah dari penyebab utama yang bersangkutan Contoh diagram sebab akibat dapat dilihat pada halaman berikut:

Gambar Diagram Sebab Akibat

Beberapa pokok yang perlu diingat adalah sebagai berikut : a) Perlu adanya partisipasi dari semua anggota gugus, dan semua anggota harus benarbenar ikut terlibat didalam menganalisis penyebabnya b) Harus diperoleh sejumlah ide (penyebab) c) Harus didorong untuk melakukan acara secara bebas d) Tidak diperkenankan untuk mengeritik e) Penyebab tersebut harus terkumpul lebih dahulu sebelum sesorang mengambil tindakan pemecahan. Seringkali semua informasi ide ditulis pada sebuah papan tulis yang besar dan disajikan untuk dipertimbangkan dalam waktu seminggu guna memberikan kesempatan kepada mereka untuk menambah beberapa penyebab yang mungkin masih ada pada diagram tersebut seperti yang terlintas dalam pemikiran mereka. f) Para anggota diminta untuk memberi tanda atau memilih penyebab yang mereka rasakan paling penting. C. DR. W. EDWARD DEMING o

Lahir di Sioux City, Iowa pada tanggal 14 Oktober 1900, Dr.W.Edwards Deming (1900-1993) dikenal sebagai Bapak pemulihan perindustrian Jepang setelah masa perang. Beliau juga dianggap banyak orang sebagai the leading quality guru di Amerika. Kemampuannya di bidang statistik digunakan selama perang dunia kedua berlangsung untuk memperbaiki kualitas bahan-bahan atau benda-benda peperangan.

Beliau diundang ke Jepang pada akhir perang dunia kedua oleh pemimpin dan engineer industri di Jepang. Mereka menanyakan waktu yang diperlukan untuk mengubah persepsi dunia saat itu mengenai Jepang yang memproduksi barang murah dan tiruan menjadi Jepang yang memproduksi barang berkualitas dan inovatif. Dr. Deming mengatakan bahwa jika Jepang mengikuti langkah dan metode yang diberikannya maka Jepang akan meraih hasilnya dalam waktu lima tahun. Beliau menjadi konsultan perbaikan perindustrian Jepang. Dalam waktu empat tahun Jepang meraih kemajuan besar sehingga Kaisar Hirohito memberikan penghargaan The Second Order of the Sacred Treasure. Ilmuwan dan engineer Jepang mengabadikan beliau melalui Deming Prize. Filosofi bisnis Dr. Deming terangkum dalam Demings 14 points. Filosofi tersebut memberikan inspirasi dan dorongan bagi perusahaan Amerika untuk berkompetisi di tingkat dunia. 14 points menciptakan transformasi industri di Amerika dan Jepang. Mengadopsi dan melaksanakan langkah 14 points menunjukkan bahwa manajemen berniat untuk serius menjalankan bisnis. 14 POIN RENCANA DEMING MENGENAI TOTAL QUALITY MANAGEMENT. Point 1: Tujuan yang Konstan Menciptakan tujuan yang konstan untuk mendapatkan improvement dari produk dan jasa sehingga produk/jasa yang dihasilkan merupakan produk/ jasa yang kompetitif, bertahan dan menyediakan lapangan pekerjaan. Satu bagian manajemen harus memperhatikan proses bisnis dengan basis kejadian hari perhari, namun juga harus ada bagian yang memperhatikan masa depan perusahaan. Hal yang terakhir membutuhkan tujuan yang konstan dan dedikasi penuh terhadap improvement. Top management sebaiknya meluangkan waktu untuk berinovasi, melakukan riset dan edukasi, secara konstan memperbaiki desain produk dan jasa. Dan memperhatikan perawatan alat-alat, perabotan dan alat bantu. Point 2: Filosofi Baru Mengadopsi filosofi baru. Kita berada dalam zaman ekonomi. Kita seharusnya tidak lagi memperbolehkan terjadinya delay, kesalahan-kesalahan, material cacat dan pekerja yang lalai . Filosofi baru Deming cukup simpel. Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi

kemarin tidak dapat ditolerir lagi hari ini. Deming menekankan bahwa hanya manajemen yang dapat melakukan sesuatu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dan adalah tugas manajemen untuk menghilangkan berbagai halangan yang dapat menghalangi pekerja bekerja dengan baik. Point 3: Hindarkan Inspeksi Massal Jangan bergantung dari inspeksi yang dilakukan. Sebaliknya, dibutuhkan bukti secara statistik bahwa kualitas yang sebenarnya terdapat di dalamnya. Problem dari inspeksi massal adalah percobaan untuk lebih mengontrol produk dibanding mengontrol proses. Dan dalam kasus apapun, inspeksi massal biasanya awal dari ketidakakuratan. Untuk jangka pendeknya, cara ini sangat lama, tidak efektif dan mahal. Point 4: Akhiri Kontrak Yang Paling Rendah Memperbaiki kualitas dari material. Jangan menilai dari harganya saja. Sebaliknya, selalulah bergantung pada ukuran kualitas yang bermakna, yang sejalan dengan harganya. Banyak permasalahan mengenai kualitas yang buruk dan produktivitas yang rendah biasanya terkait dengan material awal dan kualiltas alat dan mesin yang rendah Point 5: Perbaiki Setiap Proses Temukan masalahnya, secara konstan perbaiki sistem produksi dan jasa. Sebaiknya ada pengurangan limbah secara kontinu dan perbaikan kualitas yang terus menerus pada setiap aktivitas sehingga akan menghasilkan peningkatan produkstivitas dan pengurangan biaya. Point 6: Adakan Pelatihan Adakan pelatihan dan pendidikan mengenai metode modern yang akan digunakan untuk setiap karyawan. Metode modern pada pelatihan kerja digunakan untuk mengontrol grafik untuk menentukan apakah seorang pekerja telah dilatih secara baik dan mampu melakukan pekerjaannya dengan benar. Metode-metode statistikal harus digunakan untuk menemukan kapan pelatihan dapat selesai. Point 7: Ciptakan Kepemimpinan Buat metode pengawasan yang modern. Salah satu tujuan utama penyelia produksi adalah untuk membantu pegawai bekerja dengan lebih baik lagi. Perkembangan kualitas akan meningkatkan produktivitas secara otomatis. Manajemen perusahaan harus siap untuk mengambil langkah instinctive untuk merespon pendapat penyelia mengenai masalah-

masalah yang terjadi misalnya saja cacat yang berkelanjutan, kurangnya maintenance, dan alat yang rusak. Adalah tugas penyelia untuk membimbing pegawai yang ada di bagiannya. Point 8 : Hilangkan Rasa Takut Ketakutan adalah penghalang untuk melakukan improvement, jadi hilangkan ketakutan itu dengan melakukan komunikasi dua arah secara efektif dan mekanisme lain yang bisa menempatkan setiap orang menjadi bagian dan merasa memiliki setiap perubahan yang terjadi. Ketakutan yang biasanya muncul dalam level organisasi misalnya : takut akan perubahan, takut bahwa kita harus mempelajari cara yang lebih baik lagi untuk bekerja, takut posisi mereka akan direbut secara perlahan oleh level manajemen yang lebih tinggi. Selain itu, karyawan biasanya takut bahwa perubahan yang terjadi akan memberi pengaruh terhadap pekerjaan mereka. Point 9 : Hancurkan Semua Penghalang Hancurkan semua penghalang antara departemen dan area karyawan. Karyawan di area yang berbeda misalnya penelitian, desain, penjualan, administrasi dan produksi harus bekerja di dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang mungkin saja terjadi. Penghalang ini biasanya muncul sebagai optimisasi awal ketika masing-masing area berusaha melakukan apa yang terbaik untuk dirinya sendiri dibandingkan berusaha untuk bekerjasama dalam rangka mendapatkan hasil yang terbaik untuk organisasi secara keseluruhan. Point 10: Hilangkan Penggunaan Exhortations Hilangkan penggunaan slogan, poster dan gangguan lain untuk tekanan kerja, penuntutan zero defects dan tingkatan baru dalam produktivitas tanpa menyediakan metode yang tepat. Gangguan seperti ini hanya akan menghasilkan hubungan yang merugikan. Walaupun Deming dipandang beberapa penulis sebagai orang yang anti menggunakan slogan atau poster, dia sebenarnya juga memiliki beberapa poster yang dia pikir sangat bermanfaat. Poster yang menjelaskan kepada setiap orang apa yang dilakukan manajemen tiap bulannya (misalnya saja) adalah membeli material awal dengan kualitas yang lebih baik dari supplier yang lebih sedikit, dengan maintenance yang lebih baik, atau untuk menyediakan pelatihan yang lebih baik, atau pengawasan yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas, tidak dengan bekerja keras melainkan

dengan bekerja cerdas, hal ini akan menghasilkan sesuatu yang berbeda dalam hal peningkatan semangat juang. Pegawai nantinya akan mengerti bahwa pihak manajemen telah bertanggung jawab untuk tiap kesalahan yang terjadi dan berusaha menghilangkan rintangan yang ada. Point 11: Hilangkan Standar Kerja Numerik Menghilangkan standar kerja yang menentukan kuota numerik kekuatan kerja dan tujuantujuan numerik untuk pegawai di manajemen. Gantikan bantuan kepemimpinan, gunakan metode-metode statistik untuk perbaikan yang berkelanjutan untuk kualitas dan produktivitas.Joiner dan Scholtes menyebutkan contoh yang mendukung argumen Deming terhadap Management By Objective & Management By Result. Perusahaan elektronik biasanya mengirimkan 30 % dari hasil produksinya pada hari terakhir dari bulan yang bersangkutan. Mengapa? Hal ini dilakukan utuk memenuhi kuota pengiriman bulanan. Bagaimana caranya ? Dengan mengirimkan produk dari seluruh negara, dengan memindahkan bagian perbagian dari satu kelengkapan instrumen dan biasanya dengan membiarkan standar kualitas tidak terpenuhi.Perusahaan lain terkadang mengirimkan produk yang belum jadi. Perwakilan perusahaan yang bergerak di bidang jasa dari seluruh daerah akan berkeliling dan meng-install part-part yang belum jadi tersebut. Kuota pengiriman untuk bulan ini pun terpenuhi lagi. Keuntungan, paling tidak di atas kertas, akan melimpah. Point 12: Tumbuhkan Kebanggaan Pegawai Hilangkan penghalang yang menyusahkan pekerja honorer, dan karyawan di manajemen, yang merupakan hak mereka sebagai pekerja. Hal ini mengimplikasikan, penghilangan dari penilaian performansi dan Management By Objective. Sekali lagi tanggung jawab dari penyelia, manajer dan mandor harus diubah dari penilaian kuantitas menjadi kualitas.Deming menyatakan bahwa sistem penghargaan yang telah digunakan di banyak organisasi adalah salah satu penghalang yang membuat mereka kesulitan untuk mengembangkan budaya win-win Point 13: Adakan Program Edukasi Adakan program edukasi yang baik, yang berkaitan dengan self-improvement bagi setiap orang. Apa yang dibutuhkan organisasi tidak hanya sumber daya yang cemerlang, organisasi juga membutuhkan pegawai yang selalu berusaha untuk memperbanyak

ilmunya. Kemajuan dalam posisi yang bersaing akan memberikan awal bagi pengetahuan mereka. Point 14: Komitmen dan Tingkah Laku Top Management Terdapatnya komitmen permanen dari pihak top management untuk selalu meningkatkan kualitas dan produktivitas yang harus didefinisikan secara jelas dan struktur manajemen yang dibuat untuk mengambil tindakan yang berkelanjutan untuk selalu memelihara 13 poin yang sebelumnya telah dibahas. Deming menekankan bahwa hal ini harus dilakukan oleh pihak top management

D.

JOSEPH M. JURAN

Kualitas produk (barang atau jasa) yang cacat ( reject), adalah merupakan pemborosan atau waste karena menyebabkan biaya besar yang tidak perlu. Ya..barang reject yang masih bisa diselamatkan akan membutuhkan proses tambahan pengerjaan ulang (rework). Waktu untuk mengerjakan ulang, ongkos tenaga/pekerja bertambah dan akibat besar lainnya yang sangat merugukan, terjadinya keterlambatan pengiriman kepada pelanggan (customer) baik internal maupun eksternal. Bagaimana dengan produk reject yang tidak dapat diperbaiki dengan rework? Statusnya jelas akan masuk kategori barang rongsokan yang tidak berguna dan umumnya (kendatipun) dapat dijual dan ada yang mau membelinya, akan berharga sangat rendah jauh di bawah harga material bahan baku produk tersebut (jika kasus produknya berupa barang). Kualitas produk perlu dijaga dan dikembangkan seiring dengan tingkat daya kritis konsumen yang terus meningkat akan kualitas barang dan atau jasa. Pola-pola lama yang konvensional sudah saatnya ditinggalkan diganti dengan konsep manajemen kualitas moderen yang terus berkembang, yang dikenal dengan TQM (Total Quality Management).

Konsep Trilogi Kualitas pertama kali dikembangkan oleh Dr. Joseph M. Juran seorang ilmuwan yang banyak mengabdikan dedikasinya pada bidang manajemen kualitas dan mempunyai kontribusi penting dalam perkembangan dan kemajuan quality management khususnya di bidang industri manufaktur. Nama Joseph M. Juran layak disejajarkan dengan nama-nama tokoh manajemen kualitas dunia lainnya seperti W. Edward Deming yang terkenal dengan Demings 14 point, Philip B Crosby dengan Quality is free-nya, A.V. Feigenbaum yang mencetuskan

konsep Three steps to quality Walter A Shewart, Kaoru Ishikawa dan Genichi Taguchi, serta sederet nama populer dan para tokoh pionir manajemen kualitas yang dikenal dunia. Lahir pada 24 Desember tahun 1904 di Braila-Moldova, Dr. Joseph M. Juran mengemukakan kerisauannya akan perkembangan manajemen kualitas dunia saat itu dengan pernyataannya bahwa telah terjadi krisis kualitas. Anak dari Jakob (seorang pembuat sepatu desa ini), mempunyai pemahaman bahwa cara tradisional tidak akan mampu lagi menghadapi krisis kualitas yang terjadi. Pendapat ini tentu bisa diterima mengingat pada saat itu dunia industri masih banyak yang memakai sistem manajemen kualitas konvensional dan kondisi ini sangat mengusik pengalaman industri dan intelektualitas seorang Dr. Joseph M. Juran. Pada tahun 1986, sarjana bidang electrical engineering yang mengawali karirnya di perusahaan Western Electric ini mempublikasikan Trilogi Kualitas (The Quality Trilogy), dengan mengidentifikasi aspek ketiga dalam manajemen kualitas yakni perencanaan kualitas (quality planning). Hal ini tergolong terobosan baru saat itu, dimana manajemen kualitas pada dunia industri masih hanya mengenal dua aspek kualitas yang dikenal; pengendalian kualitas (quality control) dan perbaikan kualitas (quality improvement). Seberapa besar peranan Trilogi Kualitas dalam Manajemen Kualitas? Penerapan konsep Trilogi Kualitas menjadikan cakupan manajemen kualitas menjadi lebih luas dan kompleks. Membutuhkan keahlian dan dukungan sumber daya dalam pelaksanaannya. 1. Perencanaan Kualitas (quality planning) Penentuan segmen pasar; Pemenuhan kebutuhan konsumen; Pengembangan karakterisrtik produk sesuai dengan keinginan konsumen; Pengembangan proses yang dapat menghasilkan karakteristik produk; Transfer rencana operating forces. 2. Pengendalian Kualitas (quality control) - mengevaluasi performa produk - membandingkan antara performa aktual dan target - melakukan tindakan jika terdapat perbedaan/penyimpangan

3. Perbaikanan Kualitas (quality improvement) - mengidentifikasi proyek perbaikan (improvement) - membangun infrastruktur yang memadai - membentuk tim - melakukan pelatihan-pelatihan yang relevan > diagnosa sebab-akibat (bisa memakai diagram Fishbone-Ishikawa) > cara penanggulangan masalah > cara mencapai target sasaran Dunia akan senantiasa mengenang dan menerapkan konsep Trilogi Kualitas (The Quality Trilogy) khususnya di industri manufaktur. Dengan adanya perencanaan kualitas yang baik akan sangat bermanfaat bagi dunia industri dalam menetapkan serta membuat langkah strategis agar para konsumen terpuaskan melalui ketersediaan dan pemakaian produk yang berkualitas. Dunia pun pantas berterima kasih kepada salah seorang tokoh manajemen kualitas, Dr. Joseph M. Juran. E. ARMAND V. FEIGENBAUM Armand Vallin Feigenbaum (born 1922) is an American quality control expert and businessman. He devised the concept of Total Quality Control, later known as Total Quality Management (TQM). Feigenbaum received a bachelor's degree from Union College, and his master's degree and Ph.D. from MIT. He was Director of Manufacturing Operations at General Electric (1958-1968), and is now President and CEO of General Systems Company of Pittsfield, Massachusetts, an engineering firm that designs and installs operational systems. Feigenbaum wrote several books and served as President of the American Society for Quality (1961-1963). His contributions to the quality body of knowledge include:

"Total quality control is an effective system for integrating the quality development, quality maintenance, and quality improvement efforts of the various groups in an organization so as to enable production and service at the most economical levels which allow full customer satisfaction."

The concept of a "hidden" plantthe idea that so much extra work is performed in correcting mistakes that there is effectively a hidden plant within any factory. Accountability for quality: Because quality is everybody's job, it may become nobody's jobthe idea that quality must be actively managed and have visibility at the highest levels of management.

The concept of quality costs PHILIP B. CROSBY

F.

Produk tanpa cacat (zero defects) adalah kondisi ideal yang selalu didambakan, baik oleh pembuat barang (produk dan atau jasa) maupun pelanggan atau konsumen yang memakainya. Bagi perusahaan pabrikan, dengan zero defects maka waste (pemborosan) dapat ditekan. Sedangkan keuntungan bagi konsumen jelas. Produk (terutama yang baru dibeli/ baru) sangat menjengkelkan apabila ditemukan kerusakan yang mengakibatkan tampilan ataupun performa menjadi tidak maksimal. Intinya, cacat kualitas mempunyai efek biaya (cost) besar yang berhubungan dengannya. Di samping reputasi perusahaan atau merek (brand) akan turun, waktu, dan uang yang terbuang sia-sia. Di sisi lain progam mengurangi atau bahkan menghilangkan defect membutuhkan effort besar berupa waktu dan biaya yang tidak sedikit. Pertanyaan yang kemudian muncul: Apakah mungkin semua output produk berkualitas sempurna, tanpa cacat atau zero defects?.

Ungkapan zero defects and right first time dipromosikan pertama kali oleh seorang tokoh manajemen kualitas Philip Crosby, awal tahun 1970-an. Zero defects Philip Crosby bukanlah berarti melakukan dengan sempurna dan tanpa kesalahan. Merupakan hal yang sungguh sangat sulit atau bahkan mustahil dilakukan khususnya pada industri manufaktur dengan ratusan proses dan dengan ribuan parts atau komponen. Crosby mau menekankan bahwa tidak bisa diijinkan sejumlah kesalahan dibangun pada suatu produk atau proses dan mau mengubah perspektif orang. Tokoh yang memublikasikan Quality Is Free pada tahun 1979 ini meyakini bahwa manajemen memegang peranan utama dalam pengendalian kualitas dan para pekerja hanyalah mengikuti para manajer. Ketika terdapat kualitas produk yang jelek maka penanggungjawab utama akan hal tersebut bukanlah para worker (pekerja), para manajer harus melakukan evaluasi sebagai penanggungjawab utama kualitas. Philip Crosby menggambarkan empat hal yang mutak pada manajemen kualitas yang lebih dikenal dengan The Four Absolutes of Quality Management yang antara lain menekankan: kualitas digambarkan sebagai kesesuaian dengan persyaratan, bukan sebagai kebaikan atau kerapihan. >> Sistem untuk membangun kualitas adalah pencegahan bukan penilaian. >> Standar performa harus zero defect (nol defect). >> Pengukuran dari mutu adalah price (harga) ketidaksesuaian bukan indeks. Tidak hanya sampai di situ, Philip Crosby dengan sangat jelas dan sistematis memberikan metode pelaksanaannya yang dikenal dengan Empat belas tahapan program perbaikan kualitas. Tokoh manajemen kualitas kelahiran Virginia tahun 1926 ini memperkenalkan tahapan proses perbaikan kualitas sebagai berikut: 1. Komitmen manajemen dengan penekanan pada pencegahan defect (cacat). 2. Tim perbaikan kualitas menyusun anggota tim dari setiap departemen atau fungsi beserta semua perangkat yang diperlukan. 3. Lakukan pengukuran kualitas untuk memantau/memonitor status dan aktivitas perbaikan. 4. Biaya evaluasi kualitas oleh alat pengontrol untuk figur yang akurat.

5. Kesadaran kualitas dengan mengomunikasikan biaya/ongkos kualitas. 6. Tindakan korektif untuk menanamkan suatu kebiasaan mengidentifikasi segala permasalahan dan memperbaikinya. 7. Adanya satu komite atau panitia khusus untuk mendukung zero defects. 8. Melatih para penyelia/supervisor sedemikian sehingga semua para manajer dapat memahami program tersebut dan mampu menjelaskannya. 9. Laksanakan dan sosialisasilkan suatu hari tanpa defect. 10. Menentukan sasaran/target tim yang spesifik dan terukur. 11.Mendorong komunikasi karyawan dengan manajemen mengenai rintangan dan tantangan dalam membangun kualitas. 12. Memperkenalkan pencapaian prestasi. 13.Dewan kualitas dari para profesional kualitas memimpin informasi status dan gagasan kualitas. 14. Melakukannya lagi, peningkatan kualitas terus menerus tanpa akhir. G. SHIGEO SHINGO

Mutu menjadi sangat penting bagi suatu produk (baca: barang atau jasa). Sejarah mencatat, hanya produk yang berkualitas baik yang pada akhirnya dapat bertahan, diminati konsumen, dan meraih sukses di pasar. Sebaliknya, produk dengan kualitas rendah akan tidak mampu bertahan dan secara cepat atau perlahan akan hilang dari peredaran (ditinggalkan konsumen). Perusahaan dengan tingkat cacat (defect) produk yang tinggi jelas akan mengalami kerugian besar dan tentu akan selalu berusaha untuk

dapat mencapai kualitas proses yang sempurna tanpa adanya barang/produk yang rusak (zero defect). Walaupun dalam prakteknya, mencapai zero defect bukanlah pekerjaan mudah, namun umumnya para praktisi industri akan berusaha dengan menerapkan metode dan strategi untuk mencapainya. Produk yang inovatif dengan desain kreatif, harga ( price) yang kompetitif, jaringan penjualan yang luas, harus diimbangi juga dengan kualitas produk yang handal. Membangun kualitas di setiap proses (built in quality), merupakan salah satu upaya yang sangat efektif dalam mencapai kualitas produk yang unggul Poka yoke merupakan istilah Bahasa Jepang, namun sudah sangat populer di seluruh dunia khususnya di kalangan industri manufaktur yang nota bene sangat terkait dengan proses dan pengendalian/kontrol kualitas. Poka yoke adalah alat atau sistem yang mampu mendeteksi kondisi produk atau proses yang tidak normal. Ketika terjadi penyimpangan/kesalahan, Poka yoke akan mendeteksi, memperingatkan telah terjadinya penyimpangan tersebut. Seperti terlihat pada gambar di atas, handphone dan sim card. Untuk memudahkan konsumen memasukkan sim card pada handphone, dibuat desain body handphone dan sim card seperti ditunjukkan panah. Salah satu bagian pinggir sim card sengaja dipotong, demikian juga dengan body handphone dimana sim card diletakkan, juga sengaja ditonjolkan sedemikian, sehingga pemakai handphone akan dengan mudah memasukkan sim card dengan posisi yang benar. Coba kita bayangkan kalau sim card dan body handphone tersebut tidak didesain seperti pada gambar di atas, maka dapat dipastikan para pengguna handphone (khususnya pemula) akan sangat kesulitan dan rawan terjadi kesalahan posisi pemasangan. Tentu ini merupakan contoh yang sangat sederhana. Pada proses manufaktur di pabrik, beragam proses yang sangat sulit berpotensi lolos dari pemeriksaan pekerja yang bersangkutan. Poka yoke yang dipergunakan pun akan lebih kompleks untuk dapat mendeteksi terjadinya penyimpangan proses dan parts yang cacat (defect). Berkembang dari semangat kaizen (continuous improvement/perbaikan terus menerus), kualitas harus terus ditingkatkan. Kesalahan akibat faktor kealfaan/kelalaian manusia (human error factor) harus terus ditekan. Semua pekerja dituntut untuk berpikir kreatif bagaimana cara

mengendalikan kualitas pada setiap proses dengan sederhana, efektif, dan tentu dengan biaya murah. Konsep poka yoke diperkenalkan oleh Shigeo Shingo pada Toyota Production SystemTPS. Ini sesuai dengan prinsip Toyota yang secara terus menerus melakukan perbaikan (improvement) dan meningkatkan kualitas/mutu produknya. Kualitas harus dibangun dalam proses, bukan melalui pengerjaan ulang (rework).

Gambar Poka yoke dalam kehidupan sehari-hari Penerapan konsep poka yoke dalam kehidupan sehari-hari pun ternyata sangat banyak ditemukan. Kesalahan pemasangan akan dideteksi dan pemakai seolah diingatkan kalau telah terdapat kekeliruan/pemasangan yang tidak tepat atau terbalik. Anda pasti dapat mengenal gambar di atas bukan?. Disket penyimpan data tidak akan dapat berfungsi apabila terbalik dalam pemasangannya. Dengan poka yoke, pemakai akan diingatkan ketika terbalik dalam pemasangannya. Disket dan flash disc tidak dapat masuk sempurna ketika posisinya masih terbalik. Tentu ada sangat contoh penerapan poka yoke yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Baik yang aplikasinya sederhana, maupun yang lebih kompleks. Dalam manufaktur, manfaat penggunaan poka yoke akan lebih terlihat dengan nyata. Betapa besarnya kerugian apabila ditemui barang atau produk cacat dalam jumlah yang banyak. Konsumen akan complain dan dapat menuntut ganti rugi. Part atau produk yang diluar standar dapat menjadi pemborosan besar yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas perusahaan secara keseluruhan.

H.

GENICHI TAGUCHI Dr. Genichi Taguchi megembangkan suatu metode statistik untuk meningkatkan

kualitas/mutu produk. Metode Taguchi sering dipertimbangkan secara kontroversial dan dipertentangkan antar beberapa orang ahli ilmu statistik yang beraliran Barat. Namun banyak juga yang menerima konsep Taguchi sebagai hal yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang manajemen kualitas. Banyak faktor yang perlu diketahui dan dipertimbangkan dalam mengembangkan suatu produk baru. Metode Taguchi merupakan suatu pendekatan terstruktur untuk menentukan kombinasi terbaik dalam menghasilkan produk berupa barang atau jasa. Melalui Metode Taguchi, ilmuwan Jepang yang kesohor ke seluruh penjuru bumi ini mengembangkan suatu metodologi dengan pendekatan yang berdasarkan pada DOE (Design Of Experiments). Suatu metode untuk mengidentifikasi menurut banyaknya masukan (input) yang benar dan parameter untuk membuat suatu produk atau layanan berkualitas tinggi yang didambakan oleh pelanggan atau konsumen. Genichi Taguchi megembangkan suatu pendekatan desain dari perspektif desain yang sempurna (robust), dimana produk (barang atau jasa) harus didesain bebas dari cacat (defect) dan berkualitas tinggi. Terdapat tiga tahapan metode dalam mencapai desain sempurna dari Genichi Taguchi antara lain: >> Concept design - Suatu proses pengujian kompetisi teknologi dalam membuat/memproduksi suatu produk. - Prototipe desain dari produk yang akan dibuat dan kesesuaian dengan kebutuhan konsumen bahkan dibawah kondisi yang ideal tanpa terdapat gangguan. >> Parameter design - Memilih faktor parameter dan level optimalnya. - Mengendalikan faktor adalah manajemen variabel proses yang dapat mempengaruhi desain. - Level parameter yang optimal dapat ditentukan dan dihitung melalui eksperimental. >> Tolerance design - Menembangkan batasan spesifikasi.

- Terjadi setelah design parameter ditentukan. - Hasilnya sering mengakibatkan peningkatan biaya-biaya produksi. Metode Taguchi diperkenalkan tahun 1980 ini secara umum membandingkan pentingnya pendekatan konsep Edward Deming, SPC (Statistical Process Control) dan konsep Total Quality Control (TQC) yang saat itu berkembang di Jepang. Pendekatannya tergolong istimewa dengan menjunjung kesempurnaan desain. Aspek keunikan dari Metode Taguchi antara lain adalah, >> Definisi Genichi Taguchi mengenai kualitas >> QLF (Quality Loss Function) Taguchi. >> Konsep robust design. Jika Joseph M. Juran mendefinisikan kualitas sebagai ketepatan dan kesesuaian dalam pemakaian, Philip Crosby sebagai kepuasan pelanggan, Deming mendefinisikannya sebagai kesesuaian dengan permintaan pelanggan.

Anda mungkin juga menyukai