BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman industri yang ada di Indonesia telah banyak melakukan suatu inovasi-inovasi baru dalam proses produksinya. Salah satunya yaitu industri pembuatan tahu di PT. Tahu Cibuluh milik pak Ismail. Secara umum tahu terbuat dari bahan baku kedelai, dimana Negara Indonesia merupakan salah satu penghasil kedelai, namun kedelai yang dihasilkan tidak dapat mencukupi kebutuhan industri tahu yang ada sebagai bahan baku, selain itu kedelai yang dihasilkan di Indonesia kualitasnya kurang bagus untuk dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan tahu. Oleh sebab itu kebanyakan industri pembuatan tahu menggunakan kedelai impor termasuk industi PT. Tahu Cibuluh yang menggunakan bahan baku kedelai impor dari Amerika. Berdasarkan studi yang telah dilakukan, diketahui bahwa saat ini industri kecil dan menengah pembuatan tahu di Indonesia masih belum menunjukkan prestasi yang mengagumkan, baik dari segi produktivitas maupun dari segi pendapatan. Kemungkinan faktor utama penyebabnya adalah adanya
ketidakefisienan dalam setiap tahapan proses produksi. Selain itu tenaga manusia sebagai penggerak cukup besar dan melelahkan. Kegiatan kunjungan langsung ke tempat industri kecil dan menengah pembuatan tahu yang telah dilaksanakan mendorong kami selaku mahasiswa yang berorientasi penyuluh lingkungan untuk memberikan perspektif mendasar tentang konsep pendekatan Produksi Bersih untuk industri pembuatan tahu mengingat prospek pengembangan tahu dari kedelai sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri diakui sangat
menjanjikan dan tahu juga merupakan makanan yang sangat digemari oleh penduduk Indonesia sehingga prospek pemasaran sangat menjanjikan dan dapat mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Karena itu, pengembangan berbagai jenis tahu dari kedelai membutuhkan kedelai yang memiliki kualitas yang terjaga
PRODUKSI BERSIH
dengan baik dan harus dapat memenuhi akan kebutuhan bahan baku terutama dalam pembuatan tahu.
1.2
Tujuan Adapun tujuan dari kunjungan langsung ke pabrik pembuatan tahu di PT.
Tahu Cibuluh yang berlokasi di Dasa Cibuluh, RT 3/RW 3 ini antara lain :
Melihat dan mengamati secara langsung kegiatan produksi industri kecil (skala menengah) di industri PT. Tahu Cibuluh
Mempelajari setiap aspek yang diamati baik itu pola pikir pekerja, sistem produksi, dan kondisi lingkungan sekitar industri PT. Tahu Cibuluh
Memunculkan kreatifitas akan adanya inovasi-inovasi baru terutama yang berkaitan dengan konsep Cleaner Production untuk Pengembangan Industri Kecil Menengah
1.3
Manfaat
Sebagai modal dasar pembelajaran dan gambaran kerja secara nyata sebagai penyuluh industri kecil menengah ke depan.
Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah diperoleh untuk diterapkan di lapangan.
Dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi terhadap industri kecil menengah (PT. Tahu Cibuluh) berupa sentuhan teknologi/inovasi baru untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi sesuai konsep Produksi Bersih.
Industri yang terkait (PT. Tahu Cibuluh) dapat menerapkan konsep Produksi Bersih dalam setiap aspek produksinya.
PRODUKSI BERSIH
2.1
Produksi Bersih Produksi Bersih merupakan tindakan efisiensi pemakaian bahan baku, air
dan energi, dan pencegahan pencemaran, dengan sasaran peningkatan produktivitas dan minimisasi timbulan limbah. Istilah Pencegahan Pencemaran seringkali digunakan untuk maksud yang sama dengan istilah Produksi Bersih. Demikian pula halnya dengan Eco-efficiency yang menekankan pendekatan bisnis yang memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan. Pola pendekatan produksi bersih bersifat preventif atau pencegahan timbulnya pencemar, dengan melihat bagaimana suatu proses produksi dijalankan dan bagaimana daur hidup suatu produk. Pengelolaan pencemaran dimulai dengan melihat sumber timbulan limbah mulai dari bahan baku, proses produksi, produk dan transportasi sampai ke konsumen dan produk menjadi limbah. Pendekatan pengelolaan lingkungan dengan penerapan konsep produksi bersih melalui peningkatan efisiensi merupakan pola pendekatan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan daya saing. Produksi bersih (clean production) salah satu pendekatan merancang ulang industri yang bertujuan mencapai cara cara pengurangan produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, menciptakan produk-produk dan limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologi. Produksi bersih merupakan salah satu pengolaan lingkungan yang dilaksanakan secara sukarela (voluntary) karena penerapannya tidak wajib. Namun, strategi produksi bersih mempunyai arti yang sangat luas karena di dalamnya termasuk upaya pencegahan dan perusakan lingkungan melalui pilihan jenis proses yang akrap lingkungan, analisis daur hidup produk, dan teknologi bersih. Menurut UNEP, Produksi Bersih adalah strategi pencegahan dampak lingkungan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses, produk,
PRODUKSI BERSIH
jasa untuk meningkatkan efisiensi secara keseluruhan dan mengurangi risiko terhadap manusia maupun lingkungan (UNEP, 1994). Produksi Bersih, menurut Kementerian Lingkungan Hidup, didefinisikan sebagai strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimisasi risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan (KLH,2003). Dari pengertian mengenai Produksi Bersih maka terdapat kata kunci yang dipakai untuk pengelolaan lingkungan yaitu : pencegahan pencemaran, proses, produk, jasa, peningkatan efisiensi, minimisasi risiko. Dengan demikian maka perlu perubahan sikap, manajemen yang bertanggung-jawab pada lingkungan dan evaluasi teknologi yang dipilih. Pada proses industri, produksi bersih berarti meningkatkan efisiensi pemakaian bahan baku, energi, mencegah atau mengganti penggunaan bahanbahan berbahaya dan beracun, mengurangi jumlah dan tingkat racun semua emisi dan limbah sebelum meninggalkan proses. Pada produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan selama daur hidup produk, mulai dari pengambilan bahan baku sampai kepembuangan akhir setelah produk tersebut tidak digunakan. Produksi bersih pada sektor jasa adalah memadukan pertimbangan lingkungan ke dalam perancangan dan layanan jasa. Penerapan Produksi Bersih sangat luas mulai dari kegiatan pengambilan bahan termasuk pertambangan, proses produksi, pertanian, perikanan, pariwisata, perhubungan, konservasi energi, rumah sakit, rumah makan, perhotelan, sampai pada sistem informasi.
PRODUKSI BERSIH
2.2
Pola Pendekatan Produksi Bersih Pola pendekatan produksi bersih dalam pencegahan dan pengolahan
limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999). Adapun prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam Kebijakan Nasional Produksi Bersih (KLH, 2003) dituangkan dalam 5R (Rethink,Reuse,Reduction, Recovery and Recycle) yang akan kami jelaskan pada Bab Hasil dan Pembahasan. Strategi untuk menghilangkan limbah atau mengurangi limbah sebelum terjadi (preventive strategy), lebih baik dari pada strategi pengolahan limbah atau pembuangan limbah yang telah ditimbulkan (treatment strategy). Kombinasi kedua strategy tersebut sesuai dengan skala prioritas pelaksanaan produksi bersih adalah sebagai berikut: a) Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulan limbah langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk. b) Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiaran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi : Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha a) Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulan limbah pada sumbernya. b) Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang
memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.
PRODUKSI BERSIH
c) Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuakn fisika,kimia dan biologi. d) Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil bahan-bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika,kimia dan biologi.
Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau 5R, namun perlu ditekankan bahwa strategi utama perlu difokuskan pada Pencegahan dan Pengurangan (1E1R) atau 2R pertama. Bila strategi 1E1R atau 2R pertama masih menimbulkan pencemar atau limbah, baru kemudian melakukan strategi 3R berikutnya (reuse, recycle,dan recovery) sebagai suatu strategi tingkatan pengelolaan limbah.
2.3
Kendala dalam Penerapan Produksi Bersih Pengembangan pelaksanaan dan penerapan produksi bersih intinya adalah
a) Kendala Ekonomi: Timbul bila kalangan usaha tidak merasa akan mendapatkan keuntungan dalam penerapan produksi bersih. Sekecil apapun penerapan konsep produksi bersih, bila tidak menguntungkan bagi perusahaan maka akan sulit bagi manajemen untuk membuat keputusan tentang penerapan konsep produksi bersih. Contoh hambatan: Biaya tambahan peralatan Besarnya modal/investasi dibandingkan kontrol pencemaran secara konvensional sekaligus penerapan produksi bersih.
PRODUKSI BERSIH
Penerapan sistem baru ada kemungkinan tidak sesuai dengan yang diharapkan atau malah menyebabkan gangguan Tidak memungkinkan tambahan peralatan, terbatasnya ruang kerja/produksi
c) Kendala Sumber Daya Manusia : Kurangnya dukungan dari pihak manajemen puncak Keengganan untuk berubah baik secara individu maupun organisasi Lemahnya komunikasi intern tentang proses produksi yang baik Pelaksanaan manajemen organisasi perusahaan yang kurang fleksibel Birokrasi yang sulit, terutama dalam pengumpulan data primer Kurangnya dokumentasi dan penyebaran informasi Perlunya pelatihan tentang produksi bersih
Tingkatan terakhir dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan pembuangan limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan : a. Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih telah dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu untuk dilakukan pengolahan agar buangan memenuhi baku mutu lingkungan. b. Disposal (pembuangan) limbah bagi limbah yang telah diolah. Beberapa limbah yang termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun perlu dilakukan penanganan khusus. Tingkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep produksi bersih dan pengolahan limbah sampai dengan pembuangan (Weston dan Stuckey, 1994). Penekanan dilakukan pada pencegahan atau minimisasi timbulan limbah, dan pengolahan maupun penimbunan merupakan upaya terakhir yang dilakukan bila upaya dengan pendekatan produksi bersih tidak mungkin untuk diterapkan.
PRODUKSI BERSIH
2.4
Industri Tahu Tahu merupakan salah satu makanan ringan yang menjadi kegemaran
masyarakat Indonesia. Tahu dikenal sebagai lauk nasi baik dalam wujud tahu goreng, kripik tahu, atau pun dibuat sayur. Berbagai daerah di pulau Jawa memiliki industri tahu yang khas atas daerah mereka masing masing. Daerah daerah yang dikenal menghasikan tahu diantaranya adalah Kediri (tahu kuning), tahu semedang dari Jawa Barat, dan Malang (Jawa Timur) juga patut di perhitungkan mengingat setiap desa didaerah tersebut memiliki industri tahu. Menurut Deperindak (kini Kementrian Perdagangan yang telah memisah dari Kementrian Perindustrian). Industri tahu termasuk dalam kolompok aneka industri dengan komoditi industi makanan. Selain itu menurut Pengolaan Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengacu pada International Standard Industrial
Classification (ISIC) industri tahu ini termasuk dalam industri rumah tangga (jumlah tenaga kerja 1 4 orang), industri kecil (tenaga kerja 5 19 orang), atau industri sedang (tenaga kerjanya berkisar antara 20 99 orang). Berdasarkan bahan mentahnya industri tahu termasuk industri agraris, kemudian berdasarkan lokasi unit usahanya tergolong industri yang dapat didirika disembarang tempat (dimana saja). Dilihat dari hasil produksinya industri tahu tergolong industri ringan. Menurut penggolongan industri berdasarkan yang mengusahakannya, industri tahu tergolong industri rakyat, sedangkan menurut penggolongan industri berdasarkan pasarnya, industri tahu termasuk industri lokal (non basic industry).
Wajan penggorengan Wadah hasil penggorengan Mesin penggilingan Jerigen Ember Pisau Wadah pengukusan Wadah penggumpalan Wadah pengepresan Kain untuk saringan
PRODUKSI BERSIH
b. Bahan Bahan baku : Kacang kedelai Bahan penolong : Air, garam dan bibit penggumpal
1. Kedelai yang telah terpilih kemudian direndam selama beberapa jam dalam air. 2. Kedelai hasil perendaman dicuci kembali untuk memisahkan kulit arinya. 3. Kedelai digiling sampai halus,lalu dikukus selama beberapa menit. 4. Hasil pengukusan diperoleh bubur kedelai yang kemudian disaring degan menggunakan kain (biasanya kain mori kasar). 5. Kemudian filtratnya yang dikenal sebagai bubur tahu (susu kedelai) dilakukan penggumpalan dengan senyawa asam asetat atau bibit penggupal. 6. Bubur tahu tersebut dilakukan pengepresan hingga diperoleh tahu yang jadi. 7. Tahu tersebut kemudian dipotong dengan ukuran tertentu sesuai dengan keinginanan.
PRODUKSI BERSIH
10
3.2
Teknik Observasi Langsung Dalam penyusunan makalah ini, selain menggunakan teknik wawancara
langsung kepada pemilik dan pekerja di industri, kami juga melakukan teknik observasi langsung yaitu pengamatan pada proses produksi dan pabrik. Dimana pada metode ini kami melakukan pencarian Hot Spot industri dengan melihat lihat keadaan sekitar dan mengambil beberapa gambar pada lokasi yang kami anggap hot spot pada saat pengamatan.
3.3
Tempat / Waktu Pengambilan Data Setiap pengambilan data pasti memiliki tempat dan waktu, oleh karena itu
kami juga memilih waktu-waktu untuk mengambil data yang diperlukan dari pihak industri. Agar waktu dan tempat yang digunakan efektif maka kami memilih tempat dan waktu sebagai berikut:
PRODUKSI BERSIH
11
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Waktu Sabtu 17 Maret 2012 Rabu 28 Maret 2012 Jumat 30 Maret 2012 Rabu 14 April 2012 Sabtu, 7 April 2012 Rabu 11 April 2012
Keterangan Awal Peninjauan Mengambil Data Awal Industri Mengambil data kekelurahan setempat Melihat kondisi industri secara umum Melihat seluruh proses kegiatan industri Melihat Tempat/Lokasi pembuangan limbah
3.4
Bahan dan Alat Pengambilan Data Dalam proses pengambilan data pasti akan membutuhkan alat serta bahan
yang digunakan untuk mempermudah proses pengambilan data yang diinginkan, begitu juga kami sangat membutuhkan bahan dan alat bantu untuk mengambil data yang diperlukan dari pihak industri untuk penyusunan makalah produksi bersih ini. Adapun bahan dan alat yang dibutuhkan dalam proses pengambilan data adalah sebagai berikut : 1. Buku tulis 2. Pulpen 3. Kalkulator 4. Handphone 5. Komputer/ Laptop 6. Kamera 7. Kendaraan 8. Surat pengantar
3.5
Cara Kerja Pengambilan Data Dalam setiap proses pengambilan data pasti akan membutuhkan cara-cara
yang digunakan oleh setiap individu atau kelompok untuk mempermudah mendapatkan data-data yang diinginkan dan dibutuhkan, setiap
individu/kelompok mempunyai caranya sendiri dalam pengambilan data. Begitu juga dengan kelompok kami, kami mempunyai cara-cara tersendiri dan cara kerja
PRODUKSI BERSIH
12
yang kami gunakan dalam proses pengambilan data dari pihak industri ada beberapa cara yaitu sebagai berikut: 1. Melakukan wawancara langsung dengan pemilik industri. 2. Melakukan wawancara langsung dengan para karyawan di pabrik Tahu Cibuluh 3. Melihat secara langsung kegiatan dan keadaan disekitar pabrik 4. Melakukan wawancara langsung dengan pihak pemerintah setempat/ kelurahan setempat
PRODUKSI BERSIH
13
Langkah PREMA
PRODUKSI BERSIH
14
4.1.1
Penemuan Fakta Merupakan suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan fakta kualitatif berdasarkan Daftar Periksa Mengidentifikasi Hotspot Berdasarkan daftar periksa
Hotspot Bahan Baku dan Proses Produksi A. Penyimpanan Bahan Baku Kedelai dan Proses Perendaman a) Keselamatan Kerja Lantai licin disekitar ember ember penyimpanan kedelai yang direndam akibat air yang tumpah dari proses tersebut akan menyebabkan kecelakaan kerja jika para pekerja tidak berhati hati pada saat melakukan proses di lokasi tersebut atau lalu lalang di tempat tersebut. Pada industri ini penyimpanan bahan baku langsung disimpan pada ember perendaman sehingga terkadang airnya tumpah dan membuat genangan air dlantai yang berlubang. Hal ini sangat berbahaya untuk keselamatan kerja.
Air tergenang pada lantai
Solusi : Lakukan pembersihan selokan minimal setiap selesai produksi Hati-hati memindahkan kedele dari satu wadah ke wadah lainnya Usahakan air pencucian tidak sampai meluap
PRODUKSI BERSIH
15
b)
Kerugian Finansial Pada tahap ini banyak terjadi ceceran kedelai sehingga akan mengurangi
keuntungan karena bahan kedelai yang seharusnya masuk dalam bahan baku dan proses selanjutnya yang nantinya akan menjadi produk harus terbuang karena tercecer dilantai dan tergenang di air yang kotor.
Isi kedelai terlalu penuh sehingga akan menyebabkan terjadinya tumpahan
Ceceran Kedelai
Gambar 2. Penyimpanan Kedelai
Solusi : Tidak mengisi ember penampung terlalu penuh Hati-hati memindahkan kedele dari satu wadah ke wadah lainnya
c.
Kerugian Waktu pekerja Susunan ember penyimpanan yang tidak rapi dan tidak beraturan
menyebabkan para pekerja susah untuk lalu lalang dan melakukan kegiatan produksi di daerah tersebut karena tempat penyimpanan tersebut merupakan jalur keluar masuk dari proses produksi. Tata letak yang seperti itu akan menghambat proses pekerjaan sehingga akan merugikan waktu kerja para pekerja.
PRODUKSI BERSIH
16
Solusi : Melakukan pembersihan selokan minimal setelah selesai produksi Melakukan penataan ember yang sudah digunakan dengan rapi Mengatur tata letak pabrik baik agar tidak menggagu proses produksi
B. Proses Penggilingan a) Kerugian financial Masalah ceceran kedelai pada proses perendaman hampir sama karena tempat prosesnya sama serta penampung bubur tahu yang telah digiling ditampung lagi dengan ember yang sama sehingga ceceran sama dengan proses perendaman. Sehingga karena hal ini terus terjadi pada saat proses perendaman dan penggilingan maka kerugian finansial pun tidak bisa dihindarkan karena akan terjadi ceceran terus menerus.
Ceceran kedelai
PRODUKSI BERSIH
17
Ceceran kedelai
Solusi :
Gambar 5. Penampung Penggiling
Tidak mengisi kedelai terlalu penuh lainnya mesin Tidak mengisi kedelai terlalu penuh kedalam penampung pada Hati-hati memindahkan kedelai dari satu wadah ke wadah
b) Efisiensi waktu Industri tahu cibuluh ini menggunakan mesin penggiling yang sudah tua sehingga proses penggilingan relatif lama yang menyebabkan proses produksi harus menunggu sampai bubur tahu ukuran satu ember selesai digiling sehingga efesiensi waktu kurang dan pekerjaan menjadi lambat, hal itu juga akan mempengaruhi finansial diakhir proses.
PRODUKSI BERSIH
18
Mesin tua
Solusi : Melakukan perawatan mesin secara berkala/melakukan penggantian mesin yang memiliki efesiensi yang lebih baik Adanya pekerja yang selalu menjaga dan mengontrol ember penampung bubur tahu Tidak mengisi kedele terlalu penuh kedalam penampung pada mesin.
c) Menggangu Kesehatan Penggunan mesin penggiling yang sudah tua pada proses penggilingan kedelai untuk membuat bubur tahu menyebabkan kerja yang lambat, selain itu banyak dihasilkan polusi karena efisiensi mesin sudah kurang baik dan banyak bagian bagian yang sudah tidak bekerja dengan baik. Selain itu mesin penggiling yang sudah tua mengeluarkan suara yang bising sehingga menyebabkan kebisingan di ruang produksi. Dua hal ini yang akan menyebabkan terganggunya kesehatan para pekerja yaitu kebisingan dan polusi yang dihasilkan oleh mesin penggiling yang sudah tua.
C. Proses Perebusan a) Keselamatan kerja Para pekerja masih tidak memperdulikan keselamatan kerja mereka pada bubur tahu yang direbus dengan uap ketel sangat panas sehingga dapat
PRODUKSI BERSIH
19
menyebabkan tangan melepuh. Dapat dilihat pada gambar bahwa salah satu pekerja mengambil bubur tahu panas tidak menggunakan sarung tangan. Padahal jika nanti terjadi kecelakaan akan menghambat proses produksi dan berpengaruh pada hasil produksi.
Tidak menggunakan sarung tangan
Lantai kotor
Gambar 7. Perebusan
Solusi : Membuat jadwal kebersihan industri Menggunakan APD yang sesuai seperti sarung tangan karet dengan tidak mengganggu kenyamanan kerja
b) Mengganggu Kesehatan Minuman para pekerja diletakkan disebelah perebusan dimana perebusan menghasilkan uap yang nanti uapnya masuk kedalam minuman selain itu debu di ruang produksi dapat terbawa dengan uap dan masuk ke dalam gelas minuman pekerja
Solusi : Tidak menyimpan makanan ditengahtengah ruang produksi Pekerja harus bekerja dengan rapi dan hatihati
Minuman terbuka Ceceran bubu tahu
PRODUKSI BERSIH
20
D. Proses Penyaringan
Tali pengikat sangat tipis rawan putus jika beban terlalu berat Tidak menggunakan APD Kain penyaring sudah berlubang
Pada proses penyaringan bubur tahu yang panas setelah direbus para pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) padahal hal tersebut dapat menyebabkan kecelakaan kerja karena bisa saja pada proses penyaringan terkena bubur tahu. Kain bagian bawah dari kawat penyaring sudah berlubang sehingga penyaringan tidak terlalu maksimal dalam menyaring bubur tahu sehingga terkadang ada ampas yang ikut terbawa, hal itu akan menyebabkan kualitas tahu menurun. Tali pengikat kain saringan sangat tipis sehingga rawan untuk putus jika beban dari bubur tahu terlalu berat karena biasanya bubur tahu yang disaring sekaligus merupakan bubur tahu dari satu kali proses perebusan. Solusi : Mengganti tali pengikat dan kain penyaring dengan tali dan kain yang lebih ideal Menggunakan APD yang sesuai sperti sarung tangan karet dengan tidak mengganggu kenyamanan kerja
PRODUKSI BERSIH
21
E. Proses Penggumpalan
Pekerja tidak menggunakan pakaian Tidak rapi
Solusi : Pemilik industri memberikan instruksi agar para pekerja menggunakan pakaian ketika bekerja Membuat jadwal kebersihan industri Pekerja harus bekerja dengan rapi dan hati-hati
a) Pengurangan Kualitas produk Pada proses penggumpalan para pekerja kebanyakan tidak menggunakan pakaian, hal ini mungkin dikarenakan proses yang menguras keringat karena temperature yang panas oleh adanya uap perebusan. Tetapi hal ini bias berdampak tidak baik untuk produk karena dengan tidak menggunakan pakaian bisa saja keringat jatuh kedalam bak dan hal tersebut akan mengurangi nilai kebersihan produk dan akan menurunkan kualitas produk.
PRODUKSI BERSIH
22
Solusi : Membuat jadwal kebersihan industri Pekerja harus bekerja dengan rapi dan hati-hati Pemilik industri memberikan instruksi agar para pekerja menggunakan pakaian ketika bekerja
b) Keselamatan Kerja Tidak menggunakan pakaian pada proses penggumpalan juga dapat menyebabkan kecelakaan kerja seperti iritasi akibat terkena air cuka atau biang cuka pada saat proses penambahan air cuka atau biang cuka kedalam bak karena pasti ada ceceran atau terciprat pada saat penambahan. Iritasi ini bisa terjadi disebabkan oleh sifat dari cuka atau asam asetat yang bersifat iritasi atau korosif walaupun dalam keadaan encer. Sehingga jika para pekerja tidak menggunakan pakaian saat bekerja pada proses ini, tidak menutup kemungkinan akan terciprat biang cuka atau air cuka kebagian badan yang tidak tertutup pakaian. Jika sudah terkena dengan air cuka, bagian kulit badan akan gatal gatal akibat iritasi dan nantinya akan mengganggu proses kerja dan berujung pada hasil produksi. c) Ceceran Produk Hasil gumpalan dari proses penggumpalan terkadang banyak yang menempel pada dinding bak sehingga banyak yang tidak masuk kedalam produk. hal ini akan mengurangi hasil produk.
PRODUKSI BERSIH
23
F. Proses Pengepresan
Tidak rapi
Kaki kayu yang terendam lama lama akan rapuh dan rawan untuk patah
Gambar 15. Pencetakan Tahu
PRODUKSI BERSIH
24
Pada proses pengepresan dan pencetakan ini biasanya dihasilkan ceceran pada saat memindahkan sari tahu dari bak penggumpalan kedalam pencetakan sehingga mengurangi hasil produksi. Selain itu daerah tempat pengepresan dan pencetakan ini sangatlah kotor dan bau hal ini disebabkan karena air pengepresan yang keluar dari cetakan tidak langsung disalurkan pada pipa pembuang tetapi air yang keluar langsung jatuh kelantai yang berlubang dan tergenang sehingga timbul bau yang tidak sedap akibat pembusukan air tahu yang didiamkan lama. Solusi : Membuat jadwal kebersihan industri Menggunakan APD yang sesuai seperti sarung tangan karet dengan tidak mengganggu kenyamanan kerja Pemilik industri memberikan instruksi agar para pekerja menggunakan pakaian ketika bekerja Adanya pemeriksaan peralatan produksi yang digunakan secara berkala Memaksimalkan fungsi selokan yang sudah dibuat
G. Proses Penirisan
Genangan air
PRODUKSI BERSIH
25
Pada proses penirisan ini, tahu yang sudah dicetak ditaruh pada rak rak yang sudah tersedia, dimana rak penyimpanan tahu ini sangat kotor dan berdebu, hal ini dapat menyebabkan tahu terkena debu dan akhirnya kotor. Selain itu pada tempat rak tahu ini sangat banyak air tergenang di bawahnya dimana air ini berasal sebagian dari tirisan tahu dan sumber air dalam pabrik yang meluap. Dikawatirkan ketika ada pekerja yang lewat untuk mengambil tahu dari rak akan terpeleset atau tercelup pada lubang lantai dan jatuh. Lokasi rak ini sangatlah tidak rapi terbukti dimana mana banyak karung bekas ampas dan air kotor yang tergenang sehingga merusak estetika. Solusi : Membuat jadwal kebersihan industri Pekerja harus bekerja dengan rapi dan hati-hati Memaksimalkan fungsi selokan yang sudah dibuat
H. Proses Pemotongan
Tidak menggunakan APD
PRODUKSI BERSIH
26
Proses pemotongan tahu sangat banyak dihasilkan siwilan tiga cepon atau potongan tahu yang tidak sesuai ukuran yang akan dipasarkan. Hal ini dapat disebabkan oleh wadah cetakan tahu melebihi ukuran tahu yang akan dipotong sehingga biasanya bagian pinggir tahu akan berlebih dan menjadi siwilan 3cepon. Selain itu pekerja masih saja tidak menggunakan pakaian padahal tidak menutup kemungkinan ada keringat yang jatuh keatas potongan tahu dan akan merusak tahu. Solusi : Pemilik industri memberikan instruksi agar para pekerja menggunakan pakaian ketika bekerja Menyesuaikan ukuran cetakan tahu agar sesuai dengan yang diinginkan
I. Proses Penggorengan secara terus menerus sehingga kualitas tahu yang dihasilkan tidak terlal sehat Pada proses penggorengan ini para pekerja kebanyakan tidak menggunakan APD, padahal proses penggorengan ini memiliki potensi bahaya yang besar karena berhubungan dengan minyak panas dan jika sampai terciprat pada bagian kulit yang tidak terlindungi akan menyebabkan kulit melepuh dan nantinya akan mengganggu proses dan produk. Selain itu penggorengan ini dilakukan dengan menggunakan minyak goreng sisa dan ditambah secara terus menerus sehingga kualitas tahu yang dihasilkan tidak sehat.
PRODUKSI BERSIH
27
Solusi : Pemilik industri memberikan instruksi agar para pekerja menggunakan pakaian ketika bekerja Menggunakan APD yang sesuai seperti sarung tangan karet dengan tidak mengganggu kenyamanan kerja Adanya pemantauan terhadap kondisi minyak goreng yang digunakan
PRODUKSI BERSIH
28
J. Proses pembungkusan
Proses pembungkusan dilakukan di tempat yang terbuka sehingga tidak menutup kemungkinan ada debu yang menempel pada tahu karena atiupan angin. Selain itu pembungkusan dilakukan langsung dengan tangan tanpa menggunakan ADP.
Solusi : Tempat maupun alas tempat pembungkusan dilakukan ditempat yang lebih bersih Menggunakan sarung tangan seperti plastik ketika melakukan pengemasan tahu.
PRODUKSI BERSIH
29
Tumpukan jerigen kosong yang tertumpuk berlebihan akan dapat menyebabkan kecelakaan kerja
PRODUKSI BERSIH
30
Solusi yang ditawarkan : Tidak menyimpan makanan atau makan di ruang produksi Mengadakan jadwal pembersihan tempat kerja minimal sebulan sekali secara rutin dan bersama-sama Berhati-hati dalam melaksanakan setiap proses produksi yang dilakukan Melakukan penataan ruang produksi dengan rapi Mengusahakan penyimpanan atau penumpukan barang tidak melebihi kapasitas.
Merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui secara kuantitatif nilai uang yang hilang akibat inefisiensi Pembuatan diagram alir berdasarkan proses dengan memperhatikan input, produk antara dan Non Product Output (NPO)
PRODUKSI BERSIH
31
PRODUKSI BERSIH
32
PRODUKSI BERSIH
33
PRODUKSI BERSIH
34
PRODUKSI BERSIH
35
PRODUKSI BERSIH
36
PRODUKSI BERSIH
37
B. Perhitungan Produk dan Non Product Output (NPO) PT. Tahu Cibuluh Tahun 2012
PRODUKSI BERSIH
38
PRODUKSI BERSIH
39
PRODUKSI BERSIH
40
PRODUKSI BERSIH
41
PRODUKSI BERSIH
42
PRODUKSI BERSIH
43
Ceceran kedelai
Bubur Tahu
Ceceran Kedelai
Ceceran Kedelai
PRODUKSI BERSIH
44
Ketidaktauan dan Tidak adanya keasadaran pemilik industri Disosiallisasikan keuntungan dari siwilan 3 cepon dan cetakan diusahakan memiliki ukuran yang sesuai dengan tahu yang dipotong
Tidak memikirkan keuntungan yang didapatkan jika tidak ada ciwilan 3 cepon
Sudah sejak pertama melakukan pemotongan seperti itu Malas memodifikasi cetakan
b.Kayu Bakar
Para pekerja diberi waktu untuk istirahat Kurang waktu istirahat Pekerja lelah ingin cepat istirahat
PRODUKSI BERSIH
45
c. Air
Air
Sumber air langsung dari mata air dan sumur milik sendiri tidak dari PAM Pekerja diberi pengarahan untuk hemat menggunakan air Melakukan penghematan dalam penggunaan air Tidak menggunakan air untuk kegiatan yang kurang penting Pekerja belum memahami penghematan penggunaan air bisa menghemat listrik Air gratis hanya membayar listrik saja
PRODUKSI BERSIH
46
Manfaat Tujuan Mengetahui kebutuhan baku produktivitas pembuatan tahu bahan dan Langkah Yang diambil Membuat pembukuan dan melakukan pencatatan Investasi yang diperlukan Ekonomi Buku 5 @ Rp. 2000 = Rp. 10.000 Bolpoint 4 @ Rp. 1.500 = Rp. 6.000 Sub total =Rp. 16.000 Lingkungan
Prioritas K3 Organisasi Mudah mengetahui produktivitas kerja setiap harinya dan memudahkan memonitoring Tinggi
Penanggung jawab
PRODUKSI BERSIH
47
Proses mengurangi
Perendaman kapasitas
Mengurangi cecran dari 0,25% menjadi 0.10 % biaya NPO yang dapat dikurangi RP.2.359.600 Rp.943.840 dari menjadi sehingga
Tinggi
Pak selaku
Omoq
3 hari
pengerajin 2
menyebabkan kedelai
dan bau
keuntungan yang didapat sebanyak /tahun Proses penggilingan mesin 1 lembar seng ukuran (1 x1 m) = Rp. 10.000 Selang 1 m = Rp. 8.000 Kawat behel 1 gulung = Rp. 10.000 Sub total = Rp. 28.000 Dapat ceceran mengurangi dari 0,5% Rp.1.415.760
semakin
Tinggi
Pak selaku
omoq
3 hari
Memodifikasi penggiling
menjadi 0,25% dengan biaya NPO yang dapat dikurangi dalam setahun yaitu : Rp.5.606.990,19 menjadi Rp.2.807.034,14 sehingga keuntungan Rp.2.799.362/tahun diperoleh
pengerajin 2
dan bau
semakin
PRODUKSI BERSIH
48
Tinggi
Pak selaku
Pian
1 mnggu
pengerajin 3
potongan tahu
ukuran dari 1 % menjadi tidak ada siwilan 3 cepon dengan biaya NPO yang dapat berkurang yaitu : Rp. 9.983.111/tahun
dan bau
semakin
Merapikan gudang bahan bakar serta mengganti karung penyimpan yang rusak dan hati hati dalam penambahan bakar kedalam tungku pembakaran agar tidak tumpah
Tinggi
3 hari
cecerannya disekitar
tertata rapi
pembakaran dan ruang produksi menjadi lebih berkurang. sehingga ada biaya berkurang meningkatkan keunungan. NPO yang dan
PRODUKSI BERSIH
49
Mengganti
keran
yang Keran 2 @ Rp. 5000 = Rp. 10.000 Lem keran 1 gulung = Rp. 5.000 Sub total Rp. 15.000
Mengurangi
biaya
tinggi
5 hari
PRODUKSI BERSIH
50
4.1.5. Penerapan
Langkah Penerapan Produksi Bersih di Industri PT. Tahu Cibuluh Dari fakta-fakta yang telah disebutkan di atas terlihat banyak sekali
kondisi-kondisi yang seharusnya tidak terjadi dan harus dirubah. Oleh karena itu, dalam merubah kondisi yang ada maka diperlukan menetapkan prinsip-prinsip penerapan produksi bersih agar tercipta efesiensi kerja sehingga produksi semakin meningkat, lingkungan kerja menjadi nyaman dan pekerja menjadi sehat serta sejahtera. Adapun prinsip produksi bersih yang harus diterapkan antara lain penerapan prinsip 5R sebagai berikut : a. RE-THINK Rething merupakan suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan seperti ketika akan beroprasi. Adapun implikasi dari re-think yang dapat dilakukan di Industri PT. Tahu Cibuluh ini antara lain : Adanya perubahan dalam pola pikir pemilik industri untuk meningkatkan produksi agar tidak hanya berorientasi pada untung sekali produksi saja tetapi berkesinambungan. Upaya mengurangi nilai NPO dalam penerapan produksi bersih dapat merubah pemikiran produksi yang berorientasi pada keuntungan yang didapatkan dari segi ekonomi, lingkungan, dan oraganisasi.
PRODUKSI BERSIH
51
b. Reuse (Memakai kembali); Penggunaan kembali karung karung bahan bakar untuk ampas tahu. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
c. Reduce (Mengurangi); Sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang dipergunakan contohnya pemborosan air dan bahan bakar. Mengurangi penggunaan minyak goreng berkali kali pakai. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
d. Recycle (Mendaur ulang); Pemanfaatan limbah cair dari produksi tahu secara efektif untuk pengolahan biogas yang dapat meningkatkan keuntungan dan mengurangi pencemaran kelingkungan.
e. Replace ( Mengganti); Mengganti barang barang yang sudah perlu diganti dan dapat mencemari lingkungan serta penurunan produktivitas kerja seperti mesin penggilingan, saringan tahu. Di dalam mendukung program PREMA diperlukan, ada yang namanya manajemen Good House Keeping. Good House Keeping yaitu Sejumlah langkah praktis berdasarkan akal sehat yang segera dapat diambil oleh perusahaan dan atas inisiatif perusahaan sendiri untuk meningkatkan operasi perusahaan, dan menyempurnakan prosedur organisasional dan keselamatan tempat kerja, dan Good Huse keeping juga merupakan sarana manajemen untuk pengelolaan biaya, pengelolaan lingkungan hidup dan perubahan organisasional.
PRODUKSI BERSIH
52
Adapun kelebihan yang bisa kita dapatkan dalam menerapkan Good Housekeeping ini antara lain, Good Housekeeping ini sangat sesuai untuk IKM karena penerapan manajemen Good Housekeeping ini mudah dan gampang serta bisa diterapkan secara langsung di dalam proses industri, biaya yang diperlukan untuk menerapkan Good housekeeping ini juga tidak mahal. Good Housekeeping ini dapat diimplementasikan pada berbagai jenis perusahaan serta dapat diimplementasikan pada berbagai skala perusahaan.
Ketika kita menerapkan Good Housekeeping, kita juga dapat berfokus pada tiga keuntungan yaitu win-win-win. Win-win-win adalah keuntungan yang dapat dilihat dari dibidang lingkungan, organisasi serta yang paling penting yaitu keuntungan dibidang ekonomi. Adapun langkah-langkah sederhana yang bisa kita lakukan dalam menerapkan manajemen Good House-keeping ini antara lain, rasionalisasi pemakaian masukan bahan baku, air, dan enerji, sehingga mengurangi kerugian masukan bahan berharga dan karenanya mengurangi biaya operasional, kemudian mengurangi volume dan/atau toksisitas limbah, limbah air, dan emisi yang berkaitan dengan produksi, kemudian menggunakan kembali dan/atau mendaur ulang masukan primer dan bahan kemasan secara maksimal. Memperbaiki kondisi kerja dan keselamatan kerja dalam perusahaan , mengadakan perbaikan operasional, kemudian adanya tata cara perhitungan biaya serta adanya pembuatan penjadwalan terhadap produksi. Didalam menerapkan produksi bersih kita perlu melakukan beberapa perubahan dari berbagai aspek antara lain: Perubahan material input Bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang masuk atau digunakan dalam proses produksi, sehingga dapat juga menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi
PRODUKSI BERSIH
53
Perubahan teknologis Mencakup modifikasi proses dan peralatan yangdilakukan untuk mengurangi limbah dan emisi, perubahan teknologi dapat dimulai dari yang sederhana dalam waktu yang singkat dan biaya yang murah sampai yang memerlukan infestasi tinggi dll.
Perubahan produk Meliputi substitusi produk, konservasi produk, dan perubahan komposisi produk
terkandung dalam limbah, baik untuk digunakan kembali pada proses awal atau sebagai material input dalam proses yang lalu. Teknologi bersih untuk mengurangi limbah dengan cara : Perubahan bahan baku dengan nilai produksi tinggi dan menghasilkan limbah lebih rendah Memperbaiki teknologi produksi yang lebih efisien (proses, alat, tata letak, otomatisasi peralatan, kondisi proses) Perubahan produk yang sedikit menghasilkan limbah Daur ulang limbah
Berikut beberapa kiat praktis dalam menerapkan Proses Produksi bersih di suatu Industri Kecil dan Menengah seperti: Kurangi pemakaian kemasan Pilih bahan yg dapat dipakai kembali (botol gallon aqua)
PRODUKSI BERSIH
54
Rawat dan reparasi perawatan Pakai kembali tas, kemasan,dll, yang telah digunakan Pinjam/sewa alat yang jarang digunakan Jual/sumbangkan barang yang habis pakai, tetapi masih bermanfaat Pilih barang yang kemasannya dapat dipakai kembali Pilih produk dengan kemasan daur ulang Jadikan sampah sebagai kompos Sosialisasikan konsep pakai (use), pakai kembali (reuse) dan daur ulang (recycle) Kreatif menggunakan kembali barang bekas
Jika penerapan langkah perbaikan dan metode- metode produksi bersih diatas dilakukan maka akan dapat diperoleh keuntungan yang besar jika dihitung dalam 1 tahun. Seperti langkah perbaikan yang diatas dengan pengurangan ceceran pasda saat proses perendaman, penggilingan dan peniadaan siwilan 3 cepon saja dalam satu tahun diperoleh keuntungan sebesar Rp. 14.198.392,86 dari biaya NPO yang seharusnya terbuang percuma. Apalagi untuk menerapkan produksi bersih pada penggunaan air dan bahan bakar pada proses produksi maka akan lebih meningkatkan keuntungan dalam setahunnya. Keuntungan dalam menerapkan produksi bersih seperti yang sudah dijelaskan pada prema diatas selain keuntungan nilai ekonomi sebesar Rp. 14.198.392,86 Yang diperoleh ,maka akan diperoleh pula manfaat lingkungan dan organisasi didalam proses produksi seperti untuk kelingkungan kita dapa mengurangi terbentuknya limbah , contoh 1. ceceran kita mengurangi limbah padat yang dapat menyebabkan timbulan bau dan merusak estetika kebersihan. Contoh 2. Jika
PRODUKSI BERSIH
55
kita mengurangi pemborosan penggunaan air ketika proses produksi maka kita sudah mengurangi pembentukan limbah cair yang dibuang kelingkungan. Untuk system organisasinya kita bisa mendapatkan keuntungan lebih kearah manajemen dalam roses produksi yang nantinya akan meningkatkan produktivitas kerja dan hasil produksi.
PRODUKSI BERSIH
56
PRODUKSI BERSIH
57
PRODUKSI BERSIH
58
PRODUKSI BERSIH
59
B. Perhitungan Produk dan Non Product Output (NPO) PT. Tahu Cibuluh Tahun 2012 Setelah Penerapan Produksi Bersih
PRODUKSI BERSIH
60
PRODUKSI BERSIH
61
PRODUKSI BERSIH
62
PRODUKSI BERSIH
63
PRODUKSI BERSIH
64
PRODUKSI BERSIH
65
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pada observasi yang telah kami lakukan pada industri PT. Tahu Cibuluh ini terdapat banyak sekali kekurangan-kekurangan seperti kondisi-kondisi yang seharusnya tidak terjadi malah banyak terjadi kemudian hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan malah sering dilakukan. Oleh karena itu, dalam merubah kondisi yang ada maka diperlukan untuk menerapkan prinsip-prinsip, serta manajemenmanajemen dalam produksi bersih agar tercipta efesiensi kerja sehingga produksi semakin meningkat, lingkungan kerja menjadi nyaman, pekerja menjadi sehat serta timbul kesejahteraan baik bagi pekerja maupun bagi semua yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan Industri tersebut . 6.2 Saran Adapun beberapa saran yang ingin kami coba berikan untuk PT. Tahu Cibuluh ini antara lain : Diharapkan terutama kepada pemilik PT. Tahu Cibuluh agar segera mengaplikasikan prinsip-prinsip serta manajemen-manejemen dalam penerapan Produksi Bersih yang telah dibahas dalam makalah ini dan mengarahkan para pekerjanya. Untuk para pekerja diharapkan bisa memiliki kesadaran akan pentingnya kesehatan dalam bekerja.
PRODUKSI BERSIH
66