Anda di halaman 1dari 4

radioaktivitas

Partikel Beta merupakan suatu partikel subatomik yang terlempar dari inti atom
yang tidak stabil - beta. Partikel tersebut ekuivalen dengan elektron dan memiliki
muatan listrik negatif tunggal -e ( -1,6 x 10-19 C ) dan memiliki massa yang sangat
kecil ( 0.00055 atomic mass unit ) atau hanya berkisar 1/2000 dari massa neutron
atau proton. Perbedaannya adalah partikel beta berasal dari inti sedangkan elektron
berasal dari luar inti. Kecepatan dari partikel beta adalah beragam bergantung pada
energi yang dimiliki oleh tiap - tiap partikel. Karena pertimbangan - pertimbangan
teoritis tidak memperkenankan eksistensi independen dan dari elektron intra nuklir,
maka dipostulatkan bahwa partikel terbentuk pada saat pemancaran oleh
transformasi suatu neutron menjadi sebuah proton dan sebuah elektron sesuai
dengan persamaan

01n -------->11H + -10e

Transformasi tersebut memperlihatkan bahwa penurunan beta terjadi diantara


isotop - isotop yang memiliki kelebihan jumlah neutron. Sehingga neutron yang
berlebih tersebut bertransformasi menjadi proton dan elektron seperti yang telah
dijelaskan diatas, proton yang dihasilkan dari transformasi tersebut akan tetap
berada pada inti, sedangkan elektron yang dihasilkan akan terlempar dengan energi
yang tinggi. Proses ini akan mengakibatkan jumlah neutron dari suatu atom
tersebut berkurang satu sedangkan jumlah protonnya bertambah satu. Karena
jumlah proton dari suatu atom menentukan unsur, maka transformasi neutron
menjadi proton tersebut akan merubah radionuklida tersebut menjadi unsur yang
lain. Seperti contoh transformasi fosfor radioaktif yang menjadi sulfur stabil yang
sesuai dengan persamaan :

15 32P -------->16 32S + -1 0e + 1,71 MeV


Dapat diperhatikan bahwa - seperti yang telah dijelaskan, selama transformasi beta
terdapat satu muatan negatif yang hilang, dan karena massa partikel beta jauh
lebih kecil daripada 1 amu (atomic mass unit ), maka inti anakan akan memiliki
nomer atom yang lebih besar 1 amu daripada nomer atom induk, sedangkan nomer
massa akan tetap 32 amu. Energi transformasi dalam contoh ini sebesar 1,71 MeV
merupakan energi yang setara dengan selisih massa antara inti 32P dan jumlah inti
32S ditambah dengan partikel Beta. Energi ini muncul sebagai energi kinetik dari
partikel beta tersebut.

Eksperimen terhadap peluruhan beta mengungkapkan bahwa partikel beta


dipancarkan dengan suatu distribusi yang kontinu yang berkisar dari nol hingga nilai
yang diharapkan secara teoritis yang didasarkan pada pertimbangan -
pertimbangan energi - massa untuk transisi beta khusus , bukan mono-energitik
seperti halnya partikel alfa. Anomali lain adalah fakta bahwa nuclear recoil tidak
berada pada arah yang berlawanan dengan momentum elektron. Terjadinya
pancaran partikel lain adalah penjelasan yang paling mungkin untuk menjelaskan
tingkah laku ini, tetapi eksperimen tidak menemukan sebuah bukti berupa massa
dan muatan lain dari peristiwa ini. Fakta ini nampaknya menyimpang dari hukum -
hukum kekekalan energi dan massa. Untuk menghindari penyimpangan ini, pada
tahun 1930, Pauli mengusulkan suatu hipotesa tentang keberadaan suatu partikel
yang disebut dengan neutrino yang menyertai partikel beta yang energinya sama
dengan selisih antara energi kinetik yang menyertai partikel beta dan energi
maksimum dari distribusi spektrum, neutrino - seperti yang didalilkan haruslah tidak
bermuatan dan memiliki massa yang tak berhingga kecilnya, sehingga dengan
karakteristik ini maka partikel ini akan sangat sulit dideteksi. Namun demikian
pembuktian akan keberadaan partikel ini secara eksperimental barulah tercapai
pada tahun 1950. Sehingga persamaan transformasi beta harus dimodifikasi
menjadi

01n -------->11H + -10e + ν

dengan ν adalah neutrino


Fosfor-32, seperti halnya pemancar beta yang lain yang meliputi H-3, C-14, Y-90,
tidak memancarkan sinar gamma (disebut sebagai pemancar beta murni). Lawan
dari pemancar beta murni adalah pemancar beta - gamma (partikel beta (dengan
seketika) diikuti oleh pemancaran sinar gamma) dalam hal ini Inti anakan setelah
terjadi pemancaran sinar beta akan tertinggal dalam keadaan teraktivasi, dan
keumdian energi aktivasi tersebut dilepaskan melalui pemacaran sinar gamma.
Salah satu contoh isotop pemancar beta-gamma adalah Hg-203

Daya tembus partikel beta untuk menembus jaringan bergantung pada energi yang
dimiliki partikel tersebut, sehingga radiasi partikel beta juga merupakan bahaya
radiasi eksternal jika memiliki energi diatas 200 keV sehingga tingkat bahaya
haruslah dievaluasi untuk setiap kasus. Sinar - sinar beta yang energinya kurang
dari 200 keV tidak dianggap sebagai bahaya radiasi eksternal karena memiliki daya
tembus yang sangat terbatas seperti halnya S-35 dan C-14. Namun yang perlu
diperhatikan adalah bahwa sinar - sinar beta akan memicu sinar-X Bremsstrahlung
yang berdaya tembus tinggi jika dihentikan melalu shielding yang tidak dirancang
sebagaimana mestinya dan langkah - langkah pencegahan yang sesuai tidak
dilakukan.

Penyinaran langsung dari partikel beta adalah berbahaya karane emisi dari
pemancar beta yang kuat bisa memanaskan atau bahkan membakar kulit. Namun
masuknya pemancar beta melalui penghirupan dari udara menjadi perhatian yang
serius karena partikel beta langsung dipancarkan ke dalam jaringan hidup sehingga
bisa menyebabkan bahaya di tingkat molekuler yang dapat mengganggu fungsi sel.
Karena partikel beta begitu kecil dan memiliki muatan yang lebih kecil daripada
partikel alfa maka partikel beta secara umum akan menembus masuk ke dalam
jaringan, sehingga terjadi kerusakan sel yang lebih parah.

Radionuklida pemancar beta terdapat di alam dan juga merupakan buatan manusia.
Seperti halnya Potassium - 40 dan Carbon-14 yang merupakan pemancar beta
lemah yang ditemukan secara alami dalam tubuh kita. Pemancar beta digunakan
untuk medical imaging, diagnosa, dan prosedur perawatan (seperti mata dan
kanker tulang), yakni technetium-99m, phosphorus-32, and iodine-131. Stronsium-
90 adalah bahan yang paling sering digunakan untuk menghasilkan partikel beta.
Partikel beta juga digunakan dalam quality control untuk menguji ketebalan suatu
item seperti kertas yang datang melalui sebuah system of rollers. Beberapa radiasi
beta diserap ketika melewati produk. Jika produk yang dibuat terlalu tebal atau
terlalu tipis maka radiasi dengan jumlah berbeda akan diserap. Sebuah program
computer akan memantau kualitas dari kertas yang diproduksi tersebut
berdasarkan jumlah radiasi yang diteruskan melalui kertas tersebut, sehingga
program komputer tersebut memindahkan rollers untuk mengubah ketebalan sesuai
dengan kualitas yang telah ditentukan sebelumnya.

Namun bagaimanapun, pada akhirnya Penggunaan pemancar beta haruslah


memerlukan sebuah perhatian khusus dari hal manfaat dan juga potensi dampak
yang merugikan.

Anda mungkin juga menyukai