Anda di halaman 1dari 10

Budaya Hidup Sehat

Tugas Penjaskes

Annisa Tri Ramadhani X.3

Kata Pengantar
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Budaya Hidup Sehat", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari tentang perilaku seks dikalangan remaja. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Daftar Isi
Kata Pengantar 2 Daftar Isi... 3 Faktor Penyebab Seks Bebas 4 Penyakit Seksual 6 Cara Menghindari Perilaku Seks Bebas. 8 Data Mengenai Seks Bebas.. 10

A. Faktor Penyebab Seks Bebas


Penyebab perilaku seks bebas sangat beragam. Pemicunya bisa karena pengaruh lingkungan, sosial budaya, penghayatan keagamaan, penerapan nilai-nilai, faktor psikologis hingga faktor ekonomi. Adapun beberapa penelitian mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku seks bebas menurut Hyde (1990) yaitu: 1. Usia Makin dewasa seseorang, makin besar kemungkinan remaja untuk melakukan hubungan seks bebas. Hal ini dikarenakan pada usia ini adalah potensial aktif bagi mereka untuk melakukan perilaku seks bebas. 2. Agama Kereligiusan dan rendahnya sikap serba boleh dalam perilaku seks berjalan sejajar seiringan. Clayton & Bokemier meneliti bahwa sikap permisif terhadap hubungan seks bebas dapat dilihat dari aktivitas keagamaan dan religiusitas (Rice, 1990). 3. Pacar Remaja yang memiliki pacar lebih mungkin untuk melakukan seks bebas daripada remaja yang belum memiliki pacar. 4. Kencan yang lebih awal Remaja yang memiliki kencan lebih awal atau cepat dari remaja yang seumurannya memiliki kemungkinan untuk bersikap permisif dalam hubungan seks bebas. Untuk menjadi lebih aktif secara seksual dan untuk memiliki hubungan dengan lebih banyak pasangan daripada mereka yang mulai pacaran pada usia yang lebih lanjut. 5. Pengalaman pacaran/kencan (hubungan afeksi)
4

Individu yang menjalin hubungan afeksi/pacaran dari umur yang lebih dini, cenderung lebih permisif terhadap perilaku seks bebas begitu juga halnya dengan individu yang telah lebih banyak berpacaran dari individu yang berusia sebaya dengannya. 6. Orang tua Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukkan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak terbuka pada anak, malah cenderung membuat jarak pada anak mengenai masalah seks. 7. Teman sebaya (peers group) Remaja cenderung untuk membuat standar seksual sesuai dengan standar teman sebaya secara umum, remaja cenderung untuk menjadi lebih aktif secara seksual apabila memiliki kelompok teman sebaya yang demikian, serta apabila mereka mempercayai bahwa teman sebayanya aktif secara seksual (disamping kenyataan bahwa teman sebayanya sebenarnya memang aktif atau tidak secara seksual) pengaruh kelompok teman sebaya pada aktivitas seksual remaja terjadi melalui dua cara yang berbeda, namun saling mendukung, pertama, ketika kelompok teman sebaya aktif secara seksual, mereka menciptakan suatu standar normatif bahwa hubungan seks bebas adalah suatu yang dapat diterima, kedua, teman sebaya menyebabkan perilaku seksual satu sama lainnya secara langsung, baik melalui komunikasi diantara teman ataupun dengan pasangan seksualnya, 8. Kebebasan Kebebasan sosial dan seksual yang tinggi berkorelasi dengan sikap permisif dalam seks yang tinggi. 9. Daya tarik seksual Mereka yang merasa paling menarik secara seksual dan sosial ternyata memiliki tingkat yang paling tinggi dalam sikap permisif dalam melakukan seks bebas. 10. Standar orang tua vs standar teman Remaja yang orangtuanya konservatif dan menjadikan orangtua sebagai acuan yang utama lebih kurang kemungkinannya untuk melakukan seks bebas daripada mereka yang menjadikan teman sebaya sebagai acuan utama. 11. Ketidakhadiran ayah
5

Remaja secara khusus yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga tanpa ayah lebih mungkin untuk mencari hubungan seks bebas sebagai alat untuk menemukan afeksi dan persetujuan sosial daripada remaja yang tumbuh dengan adanya ayah.

12. Ketidakhadiran orang tua Jika ada remaja yang berperilaku seks bebas, itu hanya bebasnya pergaulan, dan mungkin penyebabnya dari faktor bimbingan dan pola asuh dari orangtua di rumah yang tidak peduli atau tidak terbuka untuk membicarakan masalah seks pada anaknya, padahal disaat ini dunia remaja semakin bebas. Pada keluarga yang berada di kota besar, sudah merupakan suatu pola kehidupan yang wajar di mana ayah dan ibu bekerja. Hal tersebut seringkali mengakibatkan kehidupan anak-anak mereka kurang mendapatkan pengawasan orang tua dan memiliki kebebasan yang terlalu besar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab perilaku seks bebas adalah dari dalam keluarga, media massa, dan dari pengaruh peers (teman sebaya).

B. Penyakit Seksual akibat Seks bebas


1. Herpes Genital : adalah infeksi

seumur hidup yang menyebabkan lecet-lecet pada alat kelamin yang biasanya datang dan pergi. Herpes, yang disebabkan oleh virus herpes simplex tipe 2. Lecet-lecet karena herpes tersebut bisa meningkatkan risiko tertular AIDS melalui luka di darah.
6

2.

Sifilis : sering dimulai dengan lecet yang tidak terasa sakit pada penis atau bagian kemaluan lain. Sifilis berkembang dalam tiga tahap yang dapat berlangsung lebih dari 30 tahun. Sifilis dapat mengundang penyakit jantung, kerusakan otak, dan kematian. Gonore : dapat menyebabkan rasa sakit saat buang air kecil dan mengeluarkan nanah setelah dua hingga sepuluh hari. Penyakit Gonore dapat berkembang menjadi artritis, lepuh-lepuh pada kulit, dan infeksi pada jantung atau otak. Gonore dapat disembuhkan dengan antibiotika.

3.

4. Klamidia : Kondisi ini mempunyai

gejala mirip gonore, walaupun bisa juga muncul tanpa gejala. Penyakit Klamidia dapat menyebabkan artritis parah dan kemandulan pada pria
5.

Jengger Ayam (Genital wart) : disebabkan oleh sejenis virus papiloma, yang terkait dengan kanker penis serta anus.

6. Hepatitis B : Penyakit ini dapat berlanjut ke

sirosis hati atau kanker hati. Setiap tahun kasus yang dilaporkan penderita Hepatitis B mencapai 200.000.
7. Kanker Prostat : Pria yang sering melakukan

seks dengan banyak wanita berisiko 2 kali lipat terkena kanker prostat.
8.

Kanker Serviks (leher rahim) : 95 persen kanker serviks disebabkan


7

oleh Human Papiloma Virus (HPV). 33 persen wanita dilaporkan punya virus HPV, yang menyebabkan adanya sakit di leher rahim. Virus ini menular lewat hubungan seksual, dan laki-laki pun bisa tertular oleh virus ini.

C. Cara menghindari perilaku seks bebas


Dewasa ini, permasalahan remaja kita merupakan persoalan yang sangat serius. Jika permasalahan remaja yang ada di negeri ini tidak dikurangi dan diselesaikan dengan cepat maka dapat menyebabkan hancurnya tatanan bangsa di masa depan. Beberapa faktor yang mendorong anak remaja usia sekolah SMP dan SMA melakukan hubungan seks di luar nikah diantaranya adalah pengaruh liberalisme atau pergaulan hidup bebas, faktor lingkungan dan faktor keluarga yang mendukung ke arah perilaku tersebut serta pengaruh dari media massa. Seks bebas adalah perilaku seks di luar hubungan pernikahan. Menurut Sigmund Freud, seks adalah naluri dasar yang sudah ada sejak manusia lahir. Sejak lahir, manusia sudah menjadi mahluk yang seksual atau memiliki libido (enerji seksual) yang mengalami perkembangan melalui fase yaitu: oral, anal, falik dan genital.

Berikut beberapa saran yang mungkin bisa dilakukan untuk mencegah prilaku seks bebas pada remaja: 1. Adanya kasih sayang, perhatian dari orang tua dalam hal apapun serta pengawasan yang tidak bersifat mengekang. Salah satu faktor terbesar yang mengakibatkan remaja kita terjerumus ke dalam prilaku seks bebas adalah kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Perilaku seks bebas pada remaja saat ini sudah cukup parah. Peranan agama dan keluarga sangat penting untuk mengantisipasi perilaku remaja tersebut. Sebagai makhluk yang mempunyai sifat egoisme yang tinggi maka remaja mempunyai pribadi yang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan di luar dirinya akibat dari rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Tanpa adanya bimbingan maka remaja dapat melakukan perilaku menyimpang. Untuk itu, diperlukan adanya keterbukaan
8

antara orang tua dan anak dengan melakukan komunikasi yang efektif. Mungkin seperti menjadi tempat curhat bagi anak-anak anda, mendukung hobi yang diinginkan selama kegiatan tersebut positif untuk dia.

2. Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi. Pada usia remaja, mereka selalu mempunyai keinginan untuk mengetahui, mencoba dan mencontoh segala hal. Seperti dari media massa dan elektronik yang membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti seperti yang ada dalam tayangan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengawasan dalam hal tersebut. Mungkin dengan mendampingi mereka saat melihat tayangan tersebut.

3. Menambah kegiatan yang positif di luar sekolah, misalnya kegiatan olahraga. Selain menjaga kesehatan tubuh, kesibukan di luar sekolah seperti olahraga dapat membuat perhatian mereka tertuju ke arah kegiatan tersebut. Sehingga, memperkecil kemungkinan bagi mereka untuk melakukan penyimpangan prilaku seks bebas. 4. Perlu dikembangkan model pembinaan remaja yang berhubungan dengan kesehatan produksi. Perlu adanya wadah untuk menampung permasalahan reproduksi remaja yang sesuai dengan kebutuhan. Informasi yang terarah baik secara formal maupun informal yang meliputi pendidikan seks, penyakit menular seksual, KB dan kegiatan lain juga dapat membantu menekan angka kejadian perilaku seks bebas di kalangan remaja. 5. Perlu adanya sikap tegas dari pemerintah dalam mengambil tindakan terhadap pelaku seks bebas. Dengan memberikan hukuman yang sesuai bagi pelaku seks bebas, diharapkan mereka tidak mengulangi perbuatan tersebut.

D. Data terbaru perilaku seks bebas dikalangan remaja


Data survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) yang diungkapkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarif pada Selasa (12/2) di Gedung Pengurus PBNU jalan Keramat Raya, Jakarta Pusat, sungguh miris. Betapa tidak, sebanyak 1 persen remaja perempuan dan 6 persen remaja laki-laki menyatakan pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Fakta seks bebas ini diperkuat dengan data Kementrian Kesehatan, dimana 35,9% remaja mempunyai teman yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah dan bahkan 6,9% responden telah melakukan hubungan seks pranikah. Kompasianers, meski menurut Sugiri di desa tingkat seks bebasnya tidak sedahsyat di perkotaan, namun trend prilaku seks pranikah di pedesaan masih dua kali lipat dibandingan dengan di perkotaan. Artinya, dalam beberapa waktu ke depan, tingkat seks pranikah di desa tak ubahnya dengan di perkotaan. Miris, tetapi itulah fakta yang terjadi di negara yang kita cintai ini. Sebaliknya, data-data tersebut tentu menyenangkan bagi mereka yang mendewa-dewakan kebebasan. Para aktivis kebebasan yang memang secara terencana dan sistematis telah berhasil merusak prilaku anakanak muda Indonesia. Anak-anak muda diajak untuk mencintai kebebasan dan membenci aturan-aturan yang ditetapkan oleh Allah swt. Taglinepegiat kebebasan adalah: menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Al-Quran, jilbab, aurat, syariat Islam, dan tauladan Rasulullah SAW telah diputarbalikan dan ditafsirkan semena-mena demi kepentingan kebebasan. Oleh aktivis-aktivis liberal,secara halus mereka menafsirkan dengan selogik mungkin, agar terlihat masuk akal. Walhasil, agama tidak boleh mengatur kehidupan dan anak-anak muda harus bebas sebebas-bebasnya.

10

Anda mungkin juga menyukai