Anda di halaman 1dari 34

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan
merupakan hakikat hidup dan kehidupan.Manusia pada hakikatnya adalah
makhluk Allah yang dibekali dengan berbagai kelebihan, di antaranya
kemampuan berfikir, kemampuan berperasaan, kemampuan mencari kebenaran.
Kemampuan-kemampuan tersebut tidak akan berkembang apabila manusia tidak
mendapatkan pendidikan. Allah SWT dengan jelas memerintahkan kita untuk
IQRO dalam surat Al-Alaq yang merupakan Kalamullah pertama pada
Rasulullah SAW. Iqro di sini tidak bisa diartikan secara sempit sebagai bacalah,
tetapi dalam arti luas agar manusia menggunakan dan mengembangkan
kemampuan-kemampuan yang telah Allah SWT berikan sebagai khalifah fil ardl.
Sehingga pendidikan merupakan sarana untuk melaksanakan dan perwujudan
tugas manusia sebagai utusan Allah di bumi ini.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap
manusia dimuka bumi ini.Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan
manusia.Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan
pendidikan.Pendidikan diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan
menjadi mendidik. Mendidik berarti memlihara atau memberi latihan mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa hal yang
berhubungan dengan pendidikan.
Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 BAB I
Pasal 1 ayat 1 bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia sera
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha
manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada
2

hakikatnya pendidikan adalah usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu
sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.
Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek didik. Subjek-subjek itu tidak harus
selalu manusia, tetapi dapat berupa media atau alat-alat pendidikan. Sehingga
pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek didik guna
mencapai tujuan pendidikan.Menurut wadah yang menyelenggarakan pendidikan,
pendidikan dapat dibedakan menjadi pendidikan formal, informal dan nonformal.
Pendidikan formal adalah segala bentuk pendidikan atau pelatihan yang
diberikan secara terorganisasi dan berjenjang, baik bersifat umum maupun bersifat
khusus. Contohnya adalah pendidikan SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi
negeri ataupun swasta. Pendidikan Informal dalah jenis pendidikan atau pelatihan
yang terdapat di dalam keluarga atau masyarakat yang diselenggarakan tanpa ada
organisasi tertentu (bukan organisasi).Pendidkan nonformal adalah segala bentuk
pendidikan yan diberikan secara terorganisasi tetapi diluar wadah pendidikan
formal.
Pada dasarnya setiap kegiatan yang dilakukan akan menimbulkan dua
macam dampak yang saling bertentangan. Kedua dampak itu adalah dampak
positif dan dampak negatif. Dampak positif adalah segala sesuatu yang merupakan
harapan dari pelaksanaan kegiatan tersebut, dengan kata lain dapat disebut
sebagai Tujuan. Sedangkan dampak negatif adalah segala sesuatu yang bukan
merupakan harapan dalam pelaksanaan kegitan tersebut, sehingga dapat disebut
sebagai hambatan atau masalah yang ditimbulkan.
Istilah permasalahan pendidikan diterjemahkan dari bahasa inggris yaitu
problem. Masalah adalah segala sesuatu yang harus diselesaikan atau
dipecahkan. Sedangkan kata permasalahan berarti sesuatu yang dimasalahkan atau
hal yang dimasalahkan. Jadi Permasalahan pendidikan adalah segala-sesuatu hal
yang merupakan masalah dalam pelaksanaaan kegiatan pendidikan.
Proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas saat ini belum
mendukung pencapaian hasil belajar. Pembelajaran disekolah-sekolah terutama
mata pelajaran matematika masih dominan menggunakan metode ceramahyang
berpusat pada guru. Metode tersebut diakui berhasil dalam kompetisi menghafal
3

sejumlah informasi tapi gagal dalam menyiapkan siswa memiliki kemampuan
kritis, apresiatif, kreatif, dan inovatif untuk mampu bersaing dan hidup kompetitif.
Pada dasarnya pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara
pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Begitu
kompleksnya unsur-unsur dalam matematika, dari banyaknya definisi,
penggunaan simbol-simbol yang bervariasi dan rumus-rumus yang beraneka
macam, menuntut siswa untuk lebih memusatkan pikiran agar dapat menguasai
semua konsep dalam matematika tersebut. Setiap orang mempunyai kemampuan
yang berbeda-beda dalam memahami dan mengerti serta dapat menganalisis
dengan baik unsur-unsur yang ada di dalam rumus-rumus matematika. Banyaknya
rumus-rumus yang harus dikuasai oleh seorang siswa dalam mempelajari setiap
cabang matematika, pada saat yang sama siswa juga harus menguasai rumus-
rumus sebelumnya, sehingga tidak heran jika banyak siswa yang mengeluh ketika
belajar matamatika.
Materi yang banyak menggunakan rumus-rumus adalah materi yang
berkaitan dengan geometri dan pengukuran salah satunya yaitu bangun ruang sisi
datar. Umumnya siswa-siswa kurang terampil dalam menyelesaikan masalah-
masalah yang berhubungan dengan bangun ruang sisi datar. Mereka mengalami
kesulitan jika diberikan suatu masalah yang berbeda dengan soal-soal latihan yang
diberikan guru.
Selama ini dalam proses pembelajaran matamatika yang berhubungan
dengan rumus diberikan secara tertulis. Untuk penggunaannya siswa mengerjakan
soal-soal latihan yang berhubungan dengan rumus yang telah diberikan tersebut.
Sementara untuk mempelajari materi terutama yang berhubungan dengan rumus-
rumus diperlukan pemahaman terhadap suatu konsep yang kuat, karena kesulitan
akan dialami siswa ketika latihan soal yang diberikan agak berbeda sedikit dari
contoh dan latihan yang sudah diberikan.
Situasi inilah yang ditemukan oleh peneliti ketika mewawancarai salah
satu guru yang mengajar di SMP N 5 Batudaa Pantai. Guru mengalami kendala
dalam mengajarkan mata pelajaran matematika karena siswa hanya terbiasa
mengerjakan soal yang sesuai dengan contoh yang diberikan oleh guru. Siswa
4

tidak dapat mengembangkan pola pikir mereka sendiri. Hal ini dikarenakan
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru di SMP Negeri 5 Biluhu Timur
adalah pembelajaran langsung. Keterampilan siswa selama pembelajaran dengan
pembelajaran langsung belum memuaskan karena pembelajaran berlangsung satu
arah saja. Guru tidak mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa
tidak memahami konsep materi yang diajarkan. Guru cenderung prosedural dan
pembelajaran cenderung ditujukan pada pencapaian target materi serta lebih
menekankan pada hasil belajar. Siswa belajar sesuai dengan contoh yang
diberikan guru menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam mengaitkan
pelajaran matematika baik antar konsep, dan keterkaitan dengan kehidupan sehari-
hari.
Menyingkapi permasalahan diatas, maka peneliti berkesimpulan bahwa
dalam pembelajaran matematika dibutuhkan metode pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya
sendiri.Salah satu dari metode tersebut adalah metode inquiri. Metode inquiri
merupakan suatu metode dimana guru memberikan suatu permasalahan dan
mengarahkan siswa dalam menemukan pemecahannya. Dengan penggunaan
metode inquiri ini siswa akan lebih aktif dalam proses belajarnya
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta keterlibatannya secara
langsung.
Berdasarkan uraian maka dipandang perlu mengadakan penelitian
dengan judul: Pengaruh Metode Pembelajaran Inquiri terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat di
identifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut
1. Kegiatan belajar yang dilakukan guru masih monoton, metode yang digunakan
guru kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
pengetahuan yang dimilikinya
5

2. Siswa kurang terampil dalam menyelesaikan masalah-masalah yang
berhubungan dengan bangun ruang sisi datar
3. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, maka masalah dalam
penilitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada perbedaan hasil belajar
matematika siswa yang diajarkan dengan metode pembelajaran inquiri dan dengan
menggunakan pembelajaran konvensional pada materi bangun ruang sisi datar?

1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa antara siswa
yang diajarkan dengan metode pembelajaran inquiri dan pembelajaran
konvensional pada materi bangun ruang sisi datar.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi guru
Memberikan masukan yang bermanfaat bagi guru tentang metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi sekolah
Menjadi bahan informasi dan masukan kepada pihak sekolah untuk
meningkatkan model, metode dan metode yang tepat dalam prses
pembelajaran.
3. Bagi peneliti lain
Menjadi bahan masukan dan rujukan untuk menggunakan metode
pembelajaran ini dengan melihat dari sisi keefektifan metode
pembelajaran tersebut.


6

BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Hakekat Belajar Matematika
Matematika merupakan salah satu jenis dari enam materi ilmu.Keenam jenis
materi ilmu tersebut menurut Dimyati adalah matematika, fisika, biologi,
psikologi, ilmu-ilmu sosial dan linguistik. Dengan istilah yang berbeda, keenam
materi ilmu tersebut dikonotasikan sebagai
a. Ide abstrak
b. Benda fisik
c. Jasad hidup
d. Gejala rohani
e. Peristiwa sosial
f. Proses tanda
Dikarenakan kedudukan matematika sebagai salah satu jenis materi ilmu, maka
matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dipelajari di lembaga
pendidikan.
Sampai sekarang, studi mengenai sifat alamiah matematika memunculkan
tiga mazhab yang dikenal dengan nama silogisme, formalisme, dan
intuitionisme.Selain tiga aliran mazhab tersebut, belakangan berkembang aliran
kontruktivisme.Aliran kontruktivisme memandang bahwa untuk belajar
matematika, yang dipentingkan adalah bagaimana membentuk pengertian pada
anak. Ini berarti bahwa belajar matematika penekanannya adalah pada proses anak
belajar, sedangkan guru berfungsi sebagai fasilitator. Dalam pandangan
kontruktivisme orang mempelajari matematika senantiasa membentuk pengertian
sendiri. Menurut Atkinston, orang yang belajar tidak hanya meniru atau
mencerminkan apa yang diajarkan atau dibaca, melainkan menciptakan pengertian
sendiri. Sejalan dengan pemikiran Atkinson, Bourne mengemukakan bahwa aliran
konstruktivisme dalam matematika penekanannya pada knowing how, yaitu
belajar dipandang sebagai orang yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu
7

pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berbeda
dengan pengertian knowing that yang dianut oleh kaum absolutism, dimana siswa
dipandang sebagai orang yang pasif dan seenaknya dapat diisi informasi dari
tindakan hingga tujuan.
Kitcher lebih menfokuskan perhatiaannya pada komponen dalam kegiatan
matematika. Kitcher mengklaim bahwa matematika terdiri atas komponen-
komponen: (1) bahasa yang dijalankan oleh para matematikawan, (2) pernyataan
yang digunakan oleh para matematikawan, (3) pertanyaan penting hingga kini
belum terpecahkan, (4) alasan yang digunakan untuk menjelaskan peenyataan dan
(5) ide matematika itu sendiri.
Berdasarkan pembahasan tentang konstruktivisme dalam matematika
tampaklah bahwa siswa yang belajar harus berperan secara aktif membentuk
pengetahuan atau pengertian matematika. Jadi, bukan hanya menerima secara
pasif dari guru.Dalam kaitan ini menurut pandangan konstruktivisme, anak yang
belajar matematika dianggap sebagai subjek yang memiliki potensi untuk
dikembangkan sesuai dengn penalaran sendiri.Sebab anak sejak lahir
menggunakan penalaran berkembang seiring dengan pertumbuhan dirinya.Hal
tersebutlah yang mendasari pemikiran pentingnya penyusunan kurikulum
matematika disekolah, dimana isinya disesuaikan dengan berbagai teori dan
karakteristik anak yang mempelajarinya.
Matematika adalah sebagai suaatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir,
berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-
unsurnya logika dan intuisi, analisi dan konstruksi, generalitas dan individualitas,
serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmetika, aljabar, geometri dan
analisis.Nesher mengonsepsikan karakteristik matematika terletak pada
kekhususannya dalam mengomunikasikan ide matematika melalui bahasa
numerik.Dengan bahasa numerik, memungkinkan seseorang dapat melakukan
pengukuran secara kuantitatif.Sedangkan sifat kekuantitatifan dari matematika
tersebut, dapat memberikan kemudahan bagi seseorang dalam menyingkapi suatu
masalah.Itulah sebabnya matematika selalu memberikan jawaban yang bersifat
eksak dalam memecahkan masalah.
8

Hakekat belajar matematika adalah suatu aktivitas mental untuk
memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian
diterapkannya pada situasi nyata. Schoenfeld (1985) mendefinisikan bahwa
belajar matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam
membuatan keputusan untuk memecahkan masalah. Matematika melibatkan
pengamatan, penyelidikan, dan keterkaitannya dengan fenomena fisik dan
sosial.Berkaitan dengan hal ini, maka belajar matematika merupakan suatu
kegiatan yang berkenaan dengan penyeleksian himpunan-himpunan dari unsur
matematika yang sederhana dan merupakan himpunan-himpunan baru, yang
selanjutnya membentuk himpunan-himpunan baru yang lebih rumit.Demikian
seterusnya, sehingga dalam belajar matematika harus dilakukan secara hirarkis.
Dengan kata lain, harus didasrkan pada tahap belajar yang lebih rendah.
Dikarenakan matematika sebagai suatu ilmu yang tersusun menurut
struktur, maka sajian matematika hendaknya dilakukan dengan cara yang
sistematis, teratur, dan logis sesuai perkembangan intelektual anak. Dengan cara
penyajian seperti ini, siswa belajar akan siap menerima pelajaran dilihat dari segi
perkembangan intelektualnya. Itulah sebabnya sajian matemaatika yang diberikan
kepada siswa berbeda-beda sesuai jenjang pendidikan dan perkembangan
intelektuan anak.Dalam hal ini siswa pada pendidikan dasar, sajiannya bersifat
konkret, dan semakin tinggi jenjang pendidikan siswa maka sajian matematika
semakin abstrak.

2.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tingkah laku siswa setelah melakukan kegiatan
belajar melalui proses belajar mengajar.hasil belajar dapat diukur dan dinilai
melalui penilaian dalam pembelajaran, yang dilaksanakan oleh guru mata
pelajaran.dengan demikian dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai siswa setelah melakukuan kegiatan belajar.
Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang
berasal dari dalam dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal).Prestasi
belajar yang dicapai pada hakekatnya merupakan hasil belajar dan interaksi
9

berbagai faktor. Oleh karena itu seorang guru perlu mengenal faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam rangka membantu siswa
mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya.
Menurut Setyosari, (1997:11)Hasil belajar adalah suatu hasil intreksi dari
informasi apa yang dihadapi dan bagaimana siswa memprosesnya yang
didasarkan pada makna yang ditanggkap dan pengetahuan pribadi siswa yang
telah ada.
Selanjutnya Dimyanti,dan mudjiono (1997:11) mengemukakan bahwa
Hasil belajar adalah kegiatan belajar mengajar yang menghendaki tercapainya
tujuan pengajaran dimana hasil belajar ditandai dengan skala nilai.
Karena itu, hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang tejadi dalam
kegiatan baik dikelas,disekolah,maupun diluar sekolah.apa yang dialami siswa
dalam proses pembelajaran merupakan kumpulan pengalaman yang diperolehnya,
pengalaman tersebut turut dipengaruhi pula oleh beberapa faktor seperti kualitas
interaksi antar siswa.Hasil belajar yang diperoleh siswa dapat digolongkan kepada
hasil penguasaan sesaat dan juga penguasaan yang bersifat berkelanjutan harus
dilakukan terus menerus dalam hampir setiap kegiatan mengajar.Hasil belajar atau
prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah
melakuakan kegiatan belajar.Oleh karna itu prestasi belajar bukan ukuran, tetapi
dapat diukur setelah melakukan kegiatan belajar.Keberhasilan seseorang dalam
mengikuti program pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar seseorang
tersebut.
Dari klarifikasi hasil belajar yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa dapat dikategorikan dalam beberapa tingkatan ranah
kognitif yang meliputi pengetahuan,pemahaman,aplikasi,sintesis dan evaluasi.
Diharapkan tujuan pembelajaran ini dapat miningkatkan kemampuan
berpikir dan pemecahan masalah peserta didik yang pada akhirnya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia



10

2.1.3 Metode Pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan.
Dalam kegiatan belajar terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, ketika
guru menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas. Bahan pelajaran yang
guru berikan itu akan kurang memberikan dorongan (motivasi) kepada siswa bila
penyampaiannya menggunakan metode yang kurang tepat. Di sinilah kehadiran
metode menempati posisi penting dalam penyampaian bahan pelajaran.
Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode
justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pengajaran.
Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan
oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan
kondisi siswa yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang
sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Karena itu,
metode adalah suatu cara yang memiliki nilai metodes dalam kegiatan belajar
mengajar. Nilai metodesnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya
kegiatan belajar mengajar (Djamarah & Zain, 2002: 86)
Sanjaya (2009: 147) mengemukakan bahwa metode adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Hal yang
senada juga diungkapkan oleh Roestiyah (dalam Djamarah & Zain, 2002: 84),
metode adalah metode pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
Jadi metode pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu cara yang
digunakan guru dalam pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang optimal. Pemilihan metode yang tepat sesuai dengan bahan pelajaran dapat
membuat suasana pembelajaran yang bergairah dan dapat mengaktifkan siswa di
kelas.
Dari pembahasan di atas maka Dzamarah dan Zain (2002: 82-85)
mengemukakan kedudukan metode dalam pengajaran yaitu, (1) metode sebagai
alat motivasi ekstrinsik, (2) metode sebagai metode pengajaran dan (3) metode
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sebagai motivasi ekstrinsik, metode berfungsi
11

sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
Metode sebagai metode pengajaran juga sebagai alat untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.

2.1.4. Metode pembelajaran inquiri
a. Konsep dasar Metode Pembelajaran Inquiri
Metode pembelajaran inquiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berfikir ini sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab guru dan siswa.
Metode inquiri ialah metode mengajar yang paling mirip dengan metode
penemuan. Beberapa perbedaannya terletak pada: mengajar dengan penemuan
biasanya dilakukan dengan ekspositori dalam kelompok, namun belajar dengan
metode inquiri dapat dilakukan melalui ekspositori, kelompok dan sendirian.
Metode pembelajaran inquiri berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia
lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri
pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam dan sekelilingnya
merupakan kodrat manusia sejak ia lahir kedunia. Sejak kecil manusia memiliki
keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera pengecap, pendengaran,
penglihatan, dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia
secara terus-menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya.
Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala
didasari oleh keingintahuan itu. Dalam rangka itulah metode inquiri
dikembangkan.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama metode pembelajaran inquiri:
Pertama, metode inquiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan, artinya metode inquiri menempatkan siswa
sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan
sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
12

Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian,
metode pembelajaran inquiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiri adalah
pengembangan kemampuan berfikir secara sistimatis, logis, dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Dengan demikian, dalam metode pembelajaran inquiri tidak berbentuk fakta atau
konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana
mereka dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal; namun
sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala
ia bisa menguasai materi pelajaran.
Seperti yang dapat disimak dari proses pembelajaran, tujuan utama
pembelajaran melalui metode inquiri adalah menolong siswa untuk dapat
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa
ingin tahu mereka.
Metode pembelajaran inquiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran
yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian,
sebab dalam metode ini siswa memegang peran yang dominan dalam proses
pembelajaran.
Metode pembelajaran inquiri akan efektif manakala:
Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu
permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam metode inquiri
penguasan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi
yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.
1. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep
yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
13

2. Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap
sesuatu.
3. Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
kemauan dan kemampuan berfikir. Metode inquiri akan kurang berhasil
diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
4. jika jumlah siswa yag belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan
oleh guru.
5. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang
berpusat pada siswa.

b. Prinsip-Prinsip Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiri
Metode pembelajaran inquiri merupakan metode yang menekankan kepada
pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut
piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social
experience, dan equilibration.
Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan
anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh,
pertumbuhan otak, dan pertumbuhan sistem saraf. Pertumbuhan otak merupakan
salah satu aspek yang berpengaruh terhadap kemampuan berpikir (intelektual)
anak. Otak biasa dikatakan sebagai pusat atau sentral perkembangan dan fungsi
kemanusiaan. Menurut Sigelman dan Shaffer (Sitti Nafisah Ibnu 2007: ), otak
terdiri dari 100 miliar sel saraf (neuron) dan setiap sel saraf itu rata-rata memiliki
sekitar 3000 koneksi (hubungan) dengan sel-sel saraf lainnya. Neuron terdiri dari
inti sel (nucleus) dan sel bodi yang berfungsi sebagai penyalur aktivitas dari sel
saraf yang satu ke sel saraf yang lainnya.
Physical experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu
terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Aksi atau tindakan fisik
yang dilakukan individu memungkinkan dapat mengembangkan aktivitas daya
pikir. Gerakan-gerakan fisik yang dilakukan pada akhirnya akan bisa ditransfer
menjadi gagasan-gagasan atau ide-ide. Oleh karena itu, proses belajar yang murni
14

tak akan terjadi tanpa adanya pengalaman-pengalaman. Bagi Piaget, aksi atau
tindakan adalah komponen dasar pengalaman.
Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain.
Melalui pengalaman sosial, anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan
atau mendengarkan pandangan orang lain, tetapi juga akan menumbuhkan
kesadaran bahwa ada aturan lain disamping aturannya sendiri. Ada dua aspek
yang dapat membantu perkembangan intelektual. Pertama, pengalaman sosial
akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa. Kedua, melalui pengalaman
sosial anak akan mengurangi egocentric-nya. Pengalaman semacam ini sangat
bermanfaat untuk mengembangkan konsep mental seperti misalnya kerendahan
hati, toleransi, kejujuran etika, moral dan lain sebagainya.
Equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada
dengan pengetahuan baru yan
c. Langkah Pelaksanaan Metode pembelajaran inquiri
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
inquiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1). Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa
siap melaksanakan pelajaran, dimana guru merangsang dan mengajak siswa untuk
berfikir memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan
orientasi ini adalah:
+ Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa.
+ Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan. Pada tahap ini jelaskan langkah-langkah inquiri serta tujuan
setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan
merumuskan kesimpulan.
+ Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam
rangka memberikan motivasi belajar siswa.

15

2) Merumuskan masalah.
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan
yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk berfikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki
dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada
jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses
mencari jawaban itulah yang penting dalam metode inquiri, oleh sebab itu melalui
proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai
upaya mengembangkan mental melalui proses berfikir. Dengan demikian, teka-
teki yang menjadi masalah dalam berinquiri adalah teka-teki yang mengandung
konsep yang jelas dan harus dicari dan ditemukan.
3) Merumuskan hipotesis.
Hipotesis adalah jawaban yang sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Potensi
berfikir dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-
ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat
membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong
untuk berfikir lebih lanjut. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak pada setiap anak adalah dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan
jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan, kemungkinan,
jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
4) Mengumpulkan data.
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang dalam metode pembelajaran inquiri, mengumpulkan
data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan
intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang
kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam
tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
16

5) Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa
atas jawaban yang diberikan.Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang
diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh
data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
6). Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat
sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Jerome Bruner seorang ahli ilmu jiwa dan pelopor pendekatan discovery ,
berpendapat bahwa pemecahan masalah melalui penemuan sendiri dapat
memanfaatkan metode inquiri yang memungkinkan seseorang memecahkan
masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Nilai sentral yang
terkandung di dalamnya yaitu keterbukaan hati dan ketekunan penyelusuran
individual siswa dalam pemecahan masalah yang terkandung dalam proses belajar
mengajar, .
Tujuan metode inquiri tiada lain adalah agar siswa tahu dan belajar metode ilmiah
dengan inquiri dan bisa mentransfernya kedalam situasi yang lain Metode ini
selalu bermula dengan peristiwa yang penuh teka-teki. Suchman percaya bahwa
seseorang yang dihadapkan pada situasi yang penuh teka-teki, senantiasa
dirangsang untuk memecahkannya. Dalam rangka memahami suasana teka-teki
tersebut, siswa harus meningkatkan kompleksitas pemikirannya dan mengerti
sebaik-baiknya cara menghubungkan data yang terkandung dalam konsep dan
bagaimana menerapkan dalam konsep-konsep tersebut melalui identifikasi prinsip
sebab- akibat. Dengan metode inquiri ini diharapkan siswa mampu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya.
Metode inquiri ini terdiri atas 4 tahap :
17

1. Guru merangsang siswa diantaranya dengan pertanyaan, masalah, permainan,
dan teka-teki.
2. Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menemukan
prosedur, mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan
untuk memecahkan pertanyaan, masalah, permainan, dan teka-teki.
3. Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inquiri yang baru
dilaksanakan.
4. Siswa menganalisis metode inquiri dan prosedur yang ditemukan untuk
dijadikan metode umum dapat diterapkannya ke situasi lain.
d. Kelebihan Metode Inquiri
Adapun kelebihan dari metode inquiri antara lain:
1. Membantu siswa meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan
keterampilannya dengan proses keterlibatannya secara langsung. Dengan
kata lain siswa berkesempatan belajar bagaimana belajar sepatutnya;
2. Merupakan keunikan personal yang mendorong kelahiran daya ungkap
tersendiri;
3. Menciptakan semacam sensasi pada yang bersangkutan;
4. Memungkinkan siswa belajar dan bekerja selaras dengan
kemampuannya;Memberikan kesempatan bagi siswa dan guru
berpartisipasi secara aktif
untuk bersama-sama memecahkan masalah dengan tuntas.
e. Kekurangan metode inquri adalah :
Adapun kekurangan dari metode inquiri
1. Mungkin membingungkan siswa yang lamban (slow- learner) sebab
penemuan selalu dimonopoli oleh orang yang pintar
2. Kurang efisien untuk kelas yang jumlah siswanya terlalu besar
3. Tidak menguntungkan pada proses berpikir kreatif karena konsep yang
hendak dipecahkan senantiasa dipersiapkan guru sebelumnya.
2.1.5 Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi datar
Bangun ruang sisi datar dalam penelitian ini dibatasi pada materi kubus dan
balok.
18

B
1. Unsur-Unsur Kubus dan Balok
a. Unsur-Unsur pada kubus
Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah persegi yang
kongruen dan setiap tiga rusuk yang bertemu disatu titik, saling tegak lurus.

H G
E F

D C
A B
Bidang (membatasi bagian bawah kubus)
Rusuk (garis perpotongan bidang depan dengan bidang alas)\

Kubus diberi nama menurut bidang alas dan bidang atasnya. Kubus
ABCD.EFGH dengan bidang alas ABCD dan bidang atas EFGH. Semua bidang
kubus berbentuk persegi.
Pada gambar diatas perhatikan rusuk AB, rusuk DC, rusuk EF dan rusuk
HG. Keempat rusuk tersebut tidak saling berpotongan dan tidak akan pernah
berpotongan walaupun diperpanjang, karena jarak antara rusuk-rusuk tersebut
tetap. Rusuk-rusuk yang demikian merupakan rusuk-rusuk yang saling sejajar.
1) Diagonal Bidang dan Diagonal Ruang
H G
E F


D C


Karena garis AC dan BE terletak dibidang kubus maka AC dan BE disebut
diagonal bidang. Selanjutnya jika dibuat garis yang menghubungkan titik H dan
titik B maka garis tersebut yaitu HB menghubungkan dua titik sudut yang saling
Kubus memiliki bidang yang membatasi bagian
dalam dan bagianluar yang di sebut bidang sisi
atau sisi kubus yang selanjutnya disebut
bidang.Bidang-bidang pada kubus berpotongan
atau bertemu pada suatu garis yang di sebut
rusuk.
Perhatikan gambar disamping jika dibuat
garis AC dan BE maka garis tersebut
menghubungkan dua titik sudut yang saling
berhadapan sehingga garis AC dan BE
disebut diagonal. A
19

berhadapan dan terletak pada ruang kubus maka diagonal HB disebut diagonal
ruang. Misal diagonal ruang yang lain yaitu CE, dalam gambar seolah-olah
diagonal ruang itu lebih panjang dari diagonal ruang HB. Padahal kedua diagonal
ruang itu sama panjang. Diagonal-diagonal ruang suatu kubus sama panjang.

2) Bidang Diagonal
H G
E F


D C
A B

Bidang diagonal BDHF dibentuk oleh dua rusuk yang berhadapan, sama panjang
dan sejajar, yaitu rusuk BF dan DH. Bidang diagonal BDHF berbentuk persegi
panjang.

b. Unsur-Unsur pada Balok
Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh tiga pasang persegi panjang,
dimana sepasang-sepasang persegi panjang tersebut saling sejajar dan kongruen.
H G
E F


D C
A B

Balok memiliki 12 rusuk yang dapat dibagi menjadi 3 kelompok. Setiap
kelompok terdiri dari 4 rusuk yang sejajar dan sama panjang. Ukuran balok
ditentukan oleh 3 rusuk yang masing-masing mewakili kelompok-kelompok rusuk
itu.
Kubus ABCD.EFGH dapat disekat oleh suatu
bidang, misal bidang BDHF.Maka bidang
tersebut merupakan bidang diagonal.
20

Ukuran rusuk dinamakan panjang, lebar dan tinggi.Seperti halnya pada
kubus, dalam balokpun dikenal istilah sisi, rusuk, titik sudut, diagonal sisi dan
diagonal ruang balok.

2. Kerangka Kubus dan balok
a. Kerangka Kubus








b. Kerangka Balok




Balok memiliki rusuk sepanjang p sebanyak 4 buah, sepanjang l sebanyak 4
buah dan sepanjang t sebanyak 4 buah. Oleh karena itu, panjang seluruh rusuk
balok dirumuskan :
Panjang seluruh rusuk balok = (4 x p) + (4 x l) + (4 x t)
= 4 x (p + l + t)

3. Jaring-Jaring Kubus dan Balok
a. Jaring-jaring kubus
Jika suatu bangun ruang diiris pada beberapa rusuknya, kemudian
direbahkan sehingga terjadi bangun datar, maka bangun datar tersebut
disebut jaring-jaring. Gambar di bawah adalah model kubus ABCD.EFGH
Untuk membuat kerangka kubus, panjang bahan yang
diperlukan sama dengan panjang seluruh rusuk kubus
karena kubus memiliki 12 rusuk yang sama panjang
maka panjang seluruh rusuk kubus dengan
panjang rusuk r adalah 12 x r

Demikian pula untuk membuat kerangka balok
yang berukuran p x l x t, bahan yang diperlukan
sama dengan panjang seluruh rusuk balok.
21

yang terbuat dari kertas. Jika kubus itu diiris sepanjang rusuk AE, EH, HD,
EF, FB, HG dan GC kemudian direbahkan diatas bidang datar maka bangun
datar seperti gambar di bawah disebut jaring-jaring kubus. Jika rusuk-rusuk
yang diiris berbeda maka akan diperoleh jaring-jaring kubus yang berbeda
pula.





Jaring-jaring pada kubus merupakan rangkaian 6 buah persegi, yang jika
dilipat-lipat menurut garis persekutuan dua persegi dapat membentuk kubus
dan tidak ada bidang yang rangkap (ganda). Dengan demikian tidak semua
rangkaian persegi merupakan jaring-jaring kubus.

b. Jaring-jaring balok
Model balok kertas pada gambar di bawah ini diiris beberapa rusuknya,
kemudian direbahkan maka terjadilah jaring-jaring balok. Jika rusuk-rusuk yang
diiris berbeda maka akan membentuk jaring-jaring balok yang berbeda pula.




Jaring-jaring balok yang terbentuk







22

4. Luas Permukaan Kubus dan Balok
Luas permukaan kubus atau balok adalah jumlah luas seluruh permukaan
(bidang) bangun ruang tersebut. Dengan demikian untuk menentukan luas
permukaan kubus atau balok, perlu diketahui hal-hal berikut :
banyak bidang pada kubus atau balok
bentuk dari masing-masing bidang
kemudian digunakan sebagai rumus bangun datar, yaitu luas persegi dan luas
persegi panjang.
a. Luas Permukaan Kubus


s

s
s

Untuk kubus dengan panjang rusuk-rusuknya s, maka :
Luas Permukaan Kubus = 6 x s
2
= 6 s
2

b. Luas Permukaan Balok

t
l
p


Luas bidang alas dan atas = 2 x ( px l ) = 2 pl
Luas bidang depan dan belakang = 2 x ( p x t ) = 2 pt
Luas bidang kiri dan kanan = 2 x ( l x t ) = 2 lt
Jadi luas permukaan balok = 2 pl + 2 pt + 2 lt
= 2 ( pl + pt + lt )
Untuk setiap balok yang berukuran panjang = p, lebar = l dan tinggi t, maka :
Kubus dengan panjang rusuk s
Karena kubus memiliki 6 buah bidang persegi
maka :
Luas permukaan kubus = 6 x luas persegi
= 6 x ( s x s )
= 6 s
2

Gambar di samping menunjukkan balok yang
berukuran panjang p, lebar l dan tinggi t.
Karena bidang-bidang pada balok berbentuk
persegi panjang, maka :
23

Luas Permukaan Balok = 2 ( pl+ pt + lt )

5. Volume Kubus dan Balok
a. Volume Kubus
Kubus adalah bangun ruang yang memiliki banyak keistimewaan. Volume
kubus yang panjang rusuk-rusuknya 1 cm adalah 1 cm
3
. Kubus yang demikian
dinamakan kubus satuan (lihat Gbr.1).


s

s
s

b. Volume Balok
Untuk menentukan volum balok perhatikan gambar berikut!



Dengan menggunakan model kubus satuan dapat diketahui volum balok.
1) Gambar 1 menunjukkan balok dengan panjang = 3 satuan, lebar = 2 satuan
dan tinggi = 2 satuan. Jadi, volume balok tersebut = 3 x 2 x 2 = 12 satuan
volum.
2) Gambar 2 menunjukkan balok dengan panjang = 4 satuan, lebar = 2 satuan
dan tinggi = 3 satuan. Jadi, volume balok tersebut = 4 x 2 x 3 = 24 satuan
volum.
Jika pada gambar di samping, kubus dengan
panjang rusuk-rusuknya s satuan dan volumenya
V, maka volume kubus dapat dirumuskan sebagai
berikut.
V = s x s x s atau V = s
3


24

Bila p, l, t dan V berturut-turut menyatakan banyaknya satuan panjang,
banyaknya satuan lebar dan banyaknya satuan tinggi serta banyaknya satuan
volum, maka untuk volum balok (lihat Gbr.3) berlaku rumus sebagai berikut.
V = p x l x t

2.2 Kerangka Berpikir
Metode inquiri adalah metode yang mampu menggiring peserta didik
untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiri mengandung
proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah,
merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisa data, menarik kesimpulan. Peranan utama guru dalam menciptakan
kondisi inquiri adalah motivatir, fasilitator, penanya,, administrator, manager dan
rewarder yang dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka
pada diri siswa. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama.
Selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode inquiri, guru dapat
mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa mengajukan pertanyaan-
pertanyaan mereka sendiri, yang dapat bersifat open-ended, memberi peluang
siswa untuk mengarahkan penyelidikan mereka sendiri dan menemukan jawaban-
jawaban yang mungkin dari mereka sendiri, dan mengantar pada lebih banyak
pertanyaan lain. Selain itu guru belajar untuk selalu menggigit lidahnya, artinya
mengekang diri agar tidak memberikan terlalu banyak petunjuk, pertanyaan, dan
jawaban, karena hal itu akan merebut kesempatan siswa untuk belajar.
Inquiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami.
Karena itu inquiri menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka
dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses
pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.
Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif,
analitis , dan kritis. Akibatnya pencapaian hasil belajar matematika siswa menjadi
lebih baik.
Pada pembelajaran konvensional awalnya membuat siswa lebih tenang
karena pusat kendali berada ditangan guru. Siswa duduk memperhatikan guru
25

menerangkan materi pelajaran. Hal ini menyebabkan guru kurang memahami
keadaan siswa, karena siswa yang sudah paham dan yang belum paham hanya
diam saja. Siswa yang belum paham biasanya tidak berani atau malu untuk
bertanya secara langsung kepada guru. Siswa juga merasa bosan dengan
pembelajaran yang monoton sehingga lebih suka bercerita dengan temannya dari
pada memperhatikan penjelasan dari guru. Akibatnya pencapaian hasil belajar
matematika siswa kurang memuaskan.
Berdasarkan uraian di atas maka diduga bahwa hasil belajar siswa yang
diajar dengan metode pembelajaran inquiri lebih tinggi dari pada hasil belajar
siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

2.3. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hasil belajar siswa yang diajar
dengan menggunakan metode pembelajaran inquiri lebih tinggi dari hasil belajar
siswa yang diajar dengan metode pembelajaran konvensional .











26

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Sehubungan dengan kepentingan penelitian, maka peneliti mengambil
tempat di SMP Negeri 5 Biluhu Timur. Penelitian ini akan dilaksanakan pada
semester genap tahun ajaran 2011/2012.

3.2 Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan desain sebagai berikut
Kelas Perlakuan Post Test
Eksperimen
X O
1
Kontrol
- O
2


Keterangan :
O
1
adalah tes akhir (post test) untuk kelas yang diajarkan denganmetode
pembelajaran inquiri
O
2
adalah tes akhir (post test) untuk kelas yang diajarkan dengan
pembelajaran konvensional
X adalah Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inquiri

3.3 Variabel Penelitian
Berdasarkan desain penelitian ini maka variabel dalam penelitian ini terdiri
dari (1) Variabel bebas adalah perlakuan. Untuk kelas eksperimen
pembelajarannya diberikan perlakuan penggunaan metode pembelajaran inquiri
dan kelas kontrol diberikan perlakuan berupa pembelajaran konvensional. (2)
Variabel terikat adalah hasil belajar pada materi kubus dan balok pada siswa kelas
VIII SMP Negeri 5 Biluhu Timur.

3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
27

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 5
Biluhu Timur yang tersebar di tiga kelas dengan jumlah rata-rata setiap kelas
terdiri atas 26-27 orang. Total populasi berjumlah 78 orang.
3.4.2 Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik cluster random sampling. Cluster random sampling adalah teknik
penentuan sampel secara acak berkelompok. Dalam Cluster random sampling
yang menjadi unit sampling adalah kelompok, bukan unsur sampling itu sendiri
(Sukandarrumidi, 2006: 63). Dalam teknis pelaksanaannya, pengacakan dan
pemilihan sampel dilakukan dengan mengacak kelas-kelas dalam populasi yang
dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, dari tiga kelas yang ada diacak dan
diambil satu kelas yang akan mendapatkan perlakuan diperoleh kelas VIII. Tahap
kedua, dari satu kelas ini akan dibagi menjadi dua kelompok dan akan dipilih lagi
secara random kelompok yang akan mendapatkan perlakuan penerapan metode
pembelajaran inquiri dan kelompok yang tidak dikenai perlakuan metode
pembelajaran inquiri.

3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa
pada materi kubus dan balok. Data tersebut diperoleh setelah kedua kelompok
mendapat perlakuan. Instrumen yang digunakan berbentuk tes essay. Instrumen
tes meliputi soal pemecahan masalah matematika.

Hasil Belajar Matematika
a. Definisi Konseptual
Hasil belajar matematika adalah keterampilan atau kemampuan siswa yang
diperoleh setelah mengikuti proses belajar dalam kurun waktu tertentu. Hasil
belajar tersebut ditunjukan oleh kemampuan siswa dalam menyelesaikan atau
memecahkan masalah/soal matematika pada materi bangun kubus dan balok
berdasarkan ranah kognitif C
1
sampai C
3
yang meliputi: (1) pengetahuan (ingatan),
(2) pemahaman, (3) penerapan.
28

b. Definisi Operasional
Hasil belajar matematika adalah total skor kemampuan matematika siswa
yang diperoleh melalui tes terhadap sejumlah pertanyaan dalam memecahkan dan
menyelesaikan masalah matematika pada materi kubus dan balok berdasarkan
ranah kognitif C
1
sampai C
3
yang meliputi: (1) pengetahuan (ingatan), (2)
pemahaman, (3) penerapan. Tes hasil belajar disusun berdasarkan indikator-
indikator pada standar kompetensi yang mengacu pada KTSP.
c. Kisi-Kisi I nstrumen Tes Hasil Belajar Matematika
Kisi-kisi instrument tes hasil belajar matematika ditunjukan pada table 3.1
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
NoNNoN Materi
Nomor Butir Soal Soal
Jumlah
C
1
C
2
C
3
1
Sifat-sifat kubus dan balok serta
bagian-bagiannya.
1 - - 1
2 Kerangka dan jaring- jaring kubus 2 3 - 2
3 Luas permukaan kubus dan balok - - 4 1
4 Volum kubus dan balok - - 5 1
J U M L A H
5

Kisikisi tersebut ini disajikan dengan tujuan untuk memberikan informasi
mengenai sebaran butirbutir menurut dimensi dan indikatorindikator.

d. Kalibrasi Instrumen Hasil Belajar Matematika
Tes hasil belajar matematika yang proses pengembangan diawali dengan
menyusun kisi-kisi dilanjutkan dengan penyusunan butir soal yang berjumlah 5
butir soal. Tes hasil belajar matematika berisi materi kelas VIII tentang bangun
ruang sisi datar. Sebelum instrumen ini digunakan, tes di uji validitas konstruknya
dengan mengkonsultasikan tes yang telah dibuat kepada para ahli (judgment
expert) minimal tiga orang yang dianggap kompeten untuk mendapatkan penilaian
yang profesional (professional judgement).Dengan langkah ini diharapkan
29

validitas isi (content validity) tes menjadi baik. Setelah pengujian konstruk dari
ahli selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen yang telah
disetujui para ahli dicobakan pada sampel dimana populasi diambil.
- Validitas Butir Instrumen
Validitas butir dihitung dengan cara mengkorelasikan skor butir dengan skor
total (item-total correlation). Untuk menguji tingkat validitas digunakan uji yang
dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan korelasi product moment dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

}
) (
}{
) (
{
) )( (
2
2
2
2
N
Y
Y
N
X
X
N
Y X
XY
r
xy




=


(Arikunto, 2006: 27)
Interprestasi besarnya r
xy
(koefisien korelasi atau koefisien validitas berdasarkan
patokan menurut Arikunto, (2006 : 75) adalah sebagai berikut.
0,80 < r
xy
s 1,00 :validitas sangat tinggi
0,60 < r
xy
s 0,80 :validitas tinggi
0,40 < r
xy
s 0,60 :validitas sedang
0,20 < r
xy
s 0,40 :validitas rendah
0,00 < r
xy
s 0,20 :tidak valid

- Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan suatu instrumen
dapat dipercaya untuk digunakan sebgai alat pengumpul data. Untuk jenis data
interval/ essay pengujian reliabilitas dengan menggunakan teknik Alfa Cronbach.
Adapun rumus rumus koeefisien reliabilitas Alfa Cronbach:
(
(

=

2
1
2
11
1
1
o
o
b
k
k
r
(Arikunto, 2006 : 196)
Dimana :
r
11
= Relabilitas Tes
k = Banyaknya Butir Soal

2
b
o = Jumlah Varians Butir
30


2
1
o = Varians Total

Sedangkan untuk mencari varians total dan varians butir menggunakan
rumus varians sebagai berikut :
( )
N
N
X
X
b

=
2
2
2
o
( )
N
N
Y
Y

=
2
2
2
1
o
(Arikunto, 2006 : 184)

Dimana:
X = Butir Soal
Y = Total Butir Soal

Koefisien reliabilitas tes dinyatakan jika tes yang digunakan untuk
menentukan perbedaan rerata skor dua kelompok siswa maka koefisien
reliabilitas dianggap memuaskan.


3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua macam statistik
yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik
deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan
hasil belajar siswa dalam besaran statistik yaitu rata-rata, median, modus, standar
deviasi, tabel distribusi frekwensi dan divisualisakikan dalam bentuk histogram
(Sugiyono, 2009: 207-208).
Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Menurut Sugiyono (2009: 209) statistik inferensial adalah teknik statistik yang
digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasinya diberlakukan untuk
populasi. Analisis inferensial yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji-
31

t. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk statistik uji ini adalah data berbasis
interval atau rasio yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal.
1. Uji Homogenitas Varians
Pengujian homogenitas varians bertujuan untuk menguji apakah varians
kedua kelompok yang diteliti homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians
menggunakan uji-F, dengan rumus:
2
2
2
1
S
S
F =
Hipotesis yang diuji adalah:
H
0
:
1
2
=
2
2

H
1
:
1
2

2
2


Kriteria pengujian adalah terima hipotesis H
0
jika
) 1 , 1 (
2
1 ) 1 ( ) 1 )( 1 (
2 1
2 1


< <
n n
n n
F F F
o
o
. Untuk taraf nyata , dimana
) , ( n m
F
|
didapat dari
daftar distribusi F dengan peluang , dk pembilang = m dan dk penyebut = n.
Dalam hal lainnya H
0
ditolak.
2. Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data
penelitian yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji
normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors (Sudjana, 2002:466) dengan
prosedur analisis sebagai berikut :
a. Pengamatan X
1
, X
2
, X
3
, ... , X
n
dijadikan angka baku Z
1
, Z
2
, Z
3
, ... , Z
n
dengan
rumus :
S
X X
Z
i
i

=
Dimana:
X = Rata rata sampel yang diperoleh dengan rumus:
n
X
X
i
=
S = Standar Deviasi yang diperoleh dengan rumus:
( ) ( )
( ) 1
2 2

=

i i
i i i
n n
X X n
S
32

b. Untuk setiap angka baku yang diperoleh dengan menggunakan daftar
distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang ( ) ( )
i i
X Z P Z F s =
c. Dihitung proporsi Z
1
, Z
2
, Z
3
, ... , Z
n
yang lebih kecil atau sama dengan Z
i
jika
proporsi ini dinyatakan dengan S(Z
i
) maka :
( )
n
Z Z Z Z Z banyaknya
Z S
i n
i
s
=
, ... , , ,
3 2 1

d. Dihitung selisih F(Z
i
) S(Z
i
) kemudian menyatakan dalam harga mutlak.
e. Diambil harga yang terbesar di antara harga-harga mutlaknya selisih tersebut.
Harga tersebut dinamakan L
0.

f. Data berdistribusi normal jika
daftar
L L s
0
untuk taraf nyata alpha yang dipilih.

3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dilakukan secara
statistik dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata untuk satu pihak (one
tail test) yaitu uji pihak kanan. Uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol
(H
0
) berbunyi sama dengan (=) dan hipotesis alternatif (H
a
)berbunyi lebih
besar ( > )

Uji statistik yang digunakan adalah statistik t-test dengan rumus :
2
2
2
1
2
1
2 1
n
s
n
s
x x
t
+

=


Dimana:
t = nilai hitung untuk uji t
1
x

= nilai rata-rata kelas eksperimen
2
x

= nilai rata-rata kelas kontrol
1
s = varians kelas kontrol
2
s
= varians kelas eksperimen.

n
1
= jumlah responden kelas eksperimen
n
2
= jumlah responden kelas kontrol

Kriteria pengujian :
33

Terima H
0
jika :
tabel hitung tabel
t t t < < dengan dk = n
1
-1 , pada taraf
signifikasi 05 , 0 = o , untuk harga-harga t
hitung
lainnya H
0
ditolak (Sugiyono, 2007:
138)


3.7 Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik yang akan diuji adalah:
2 1
2 1 0
:
:


>
=
a
H
H

Keterangan:
H
0
= Hipotesis nol
H
1
= Hipotesis alternatif
1
= Rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan ..
2
= Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran
konvensional

















34

DAFTAR PUSTAKA

Adinawan, Cholik & Sugiyono. Matematika untuk SMP Kelas VIII 2B. Jakarta:
Erlangga
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi
Revisi VI). Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. Starategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Katili, Nancy. 2009. Bahan Ajar Strategi Belajar Mengajar Matematika.
Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo
Norbuko, Cholid dan Abu Achmadi.2008. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi
Aksara
Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alvabeta
Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Slameto, 1987. Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta,
Rineka Cipta.
Uno, Hamzah B, 2009. Model Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.
Wina Sanjaya, 2006. Metode Pembelajaran.Jakarta, Kencana Prenada Media
Yahoogroups.com/M.Shiddiq_al-Jawi/Permasalahan Pendidikan.com
Zuhdifirdaus.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai