Anda di halaman 1dari 13

glukoneogenesis; dan melalui pelepasan asam lemak dari simpanan jaringan adipose apabila pasokan glukosa tidak mencukupi.

Kadar glukosa darah yang tinggi yaitu hiperglikemia dicegah oleh perubahan glukosa menjadi glikogen dan perubahan glukosa menjadi triasilgliserol di jaringan adiposa. Keseimbangan antar jaringan dalam menggunakan dan menyimpan glukosa selama puasa dan makan terutama dilakukan melalui kerja hormon homeostasis metabolik yaitu insulin dan glukagon.4

Gambar 1. Homeostasis glukosa : peran insulin, glucagon, amylin, dan GLP-1. Multihormonal model dari homeostasis glukosa (pada orang yang tidak menderita diabetes) : pada saat makan, amylin berkomunikasi lewat jalur neural (1) untuk menekan sekresi glucagon postprandial (2) dan membantu menurunkan laju pengosongan gaster. Seluruh kegiatan ini meregulasi keberadaan glukosa dalam sirkulasi (4). Pada hewan, ketergantungan jumlah amylin mengurangi nafsu makan dan berat badan (5). Selain itu, hormone inkretin seperti GLP-1, glucose-dependently yang memperkuat sekresi insulin (6), penekan sekresi glucagon (2), dan melalui jalur neural membantu memperlambat pengosongan gaster dan mengurangi nafsu makan serta berat badan (5). 15

Untuk mengatur kadar glukosa, HK-2 dapat dipengaruhi hormon seperti insulin dan second messenger cAMP.
8,9

Isoform HK-2 penting sebab reversibel dalam berikatan dengan


10,11,12

mitokondria dan merupakan kunci regulator glikolisis dan dapat bertahan dalam kanker multipel meskipun dalam keadaan sedikit prognostic indikator. Ketika berikatan dengan

mitokondria, HK-2 menggunakan ATP untuk memfosforilasi glukosa dengan efisien. Obat seperti clotrimazole dapat menginduksi pelepasan ketergantungan takaran heksokinase dari mitokondria dan menghambat glikolisis. 13 Binding site HK-2 pada membran mitokondria adalah voltage-dependent anion channel (VDAC), protein mitokondria (porin) ikut serta dalam

pertukaran metabolit untuk fosforilasi oksidatif, seperti halnya pelepasan sitokrom c selama riam intrinsic apoptosis. 14

2.1.4 Metabolisme Glukosa Metabolisme glukosa adalah hal yang penting baik dalam prekursor katabolisme dan anabolisme. Oleh karena itu, ada berbagai cara untuk mengaktivasi metabolisme glukosa. Menurut penelitian, fungsi utama dari glukosa adalah untuk membagikan energi pada tiap sel dalam bentuk ATP sebagai hasil respirasi mitokondria. Regulator mayor dari konsumsi glukosa adalah keberadaan oksigen, yang pertama kali ditemukan oleh Pasteur pada tahun 1856. Konsumsi glukosa paling tinggi terjadi pada jaringan hipoksia.6,7 Lebih dari 50% kalori dalam makanan sehari-hari di Amerika Serikat diperoleh dari kanji, sukrosa, dan laktosa. Karbohidrat makanan ini diubah menjadi glukosa, galaktosa, dan fruktosa di saluran cerna. Monosakarida diserap dari usus, masuk ke dalam darah, dan berpindah ke jaringan tempat zat tersebut dimetabolis.2 Proses fermentasi pada ragi hampir sama dengan pemecahan glikogen pada otot. Ketika otot berkontraksi pada keadaan anaerob (keadaan tanpa oksigen), yang ada hanya laktat, tidak ditemukan glikogen. Ketika oksigen ditangkap, keadaan aerob dimulai kembali dan laktat hilang. Apabila kontraksi terjadi pada kondisi aerob, penumpukan laktat tidak terjadi dan piruvat adalah produk terbesar yang dihasilkan pada proses glikolisis. Piruvat dioksidasi untuk menghasilkan CO2 dan air. Apabila oksigen dalam keadaan terbatas, reoksidasi mitokondria oleh NADH terbentuk selama pemecahan glikolisis, dan NADH dioksidasi kembali melalui proses pengubahan piruvat menjadi laktat. Hal ini memudahkan proses glikolisis. Glikolisis dapat terjadi selama kondisi anaerob, tetapi ATP yang dihasilkan hanya sedikit (per mol oksidasi glukosa). Hal ini berarti banyak glukosa yang harus melalui proses metabolisme selama proses anaerob daripada kondisi aerob. Pada ragi dan mikroorganisme lainnya, piruvat yang diproduksi pada glikolisis anaerob tidak direduksi menjadi laktat, tetapi didekarboksilasi dan direduksi menjadi ethanol.17 Persamaan secara keseluruhan pada proses glikolisis dari glukosa menjadi laktat adalah :
5,6

Glukosa + 2 ADP + 2 Pi 2 Laktat + 2 ATP + 2 H2O Semua enzim glikolisis dapat ditemukan pada sitosol. Setelah dibawa ke dalam sel, glukosa mengalami fosforilasi oleh suatu heksokinase menjadi glukosa-6-fosfat. Enzim heksokinase menggunakan ATP sebagai donor fosfat. Dalam keadaan fisiologis, fosforilasi glukosa menjadi glukosa-6-fosfat dapat dianggap sebagai proses yang irreversible. Heksokinase dihambat secara alosterik oleh glukosa-6-fosfat.18 Pada jaringan, ketersediaan glukosa untuk glikolisis (atau sintesis glukogen pada otot dan lipogenesis pada jaringan adiposa) diatur melalui transport ke sel, hal ini diregulasi oleh insulin. Hexokinase memiliki afinitas yang tinggi terhadap glukosa. Hexokinase memenuhi hepar pada keadaan normal dan bekerja pada laju yang konstan untuk memberikan glukosa-6-fosfat sesuai kebutuhan sel. Sel hepar memiliki isoenzim hexokinase, glukokinase yang memiliki Km jauh lebih banyak dibanding konsentrasi normal glukosa intraselular. Fungsi glukokinase pada hepar adalah untuk memindahkan glukosa dari darah sesaat setelah makan, memberikan glukosa-6fosfat dari kelebihan persyaratan glikolis, yang digunakan utnuk sintesis glikogen dan lipogenesis.18 Glukosa-6-fosfat merupakan komponen penting dalam persimpangan beberapa jalur metabolisme : glikolisis, glukoneogenesis, jalur fosfat pentose, glikogenesis, dan glikogenolisis. Pada glikolisis, glukosa-6-fosfat dikonversikan menjadi fruktosa-6-fosfat oleh fosfohexosa isomerase, yang melibatkan isomer aldosa-ketosa. Reaksi ini diikuti oleh fosforilasi lain, yang dikatalisasi oleh fosfofruktokinase (fosfofruktokinase-1), membentuk fruktosa 1,6-bifosfat. Reaksi fosfofruktokinase terjadi secara irreversible pada kondisi fisiologis, saling menginduksi dan mengarah pada regulasi alosterik, dan memiliki peran penting dalam meregulasi laju glikolisis. Fruktosa 1,6-bifosfat dipecah oleh aldolase (fruktosa 1,6-bifosfat aldolase) menjadi 2 triosa fosfat, gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat. Gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat terinterkonversi oleh enzim fosfotriosa isomerase.18 Glikolisis berlanjut dengan oksidasi gliseraldehid 3-fosfat menjadi 1,3-bifosfogliserat. Enzim yang mengkatalisis oksidasi ini, gliseraldehid 3-fosfat dehidrogenase, adalah NADdependent. NAD-dependent terdiri dari 4 polipeptida yang identik (monomer) membentuk tetramer. Empat grup SH terdapat pada masing-masing polipeptida, berasal dari residu sistein
5

pada rantai polipeptida. Satu dari grup SH ditemukan pada sisi aktif enzim. Substrat berkombinasi dengan SH membentuk thiohematical yang dioksidasi oleh ester thiol. Hidrogen yang hilang pada oksidasi ini ditransfer oleh NAD+. Ester tiol ini mengalami fosforilasi membentuk 1,3-bifosfogliserat, dan SH disusun kembali. Pada reaksi berikutnya, fosfat ditransfer dari 1,3-bifosfogliserat membentuk ATP (fosforilasi tingkat substrat) dan 3fosfogliserat.18 Semenjak 2 molekul triosa fosfat dibentuk per molekul glukosa selama glikolisis, 2 molekul ATP dibentuk pada tahap ini per molekul glukosa selama glikolisis. Toxisitas dari arsen adalah hasil kompetisi arsen dengan fosfat inorganic (Pi) pada reaksi di atas untuk memberi 1arseno-3-fosfogliserat, yang terhidrolisasi secara spontan ke 3-fosfogliserat tanpa membentuk ATP. 3-fosfogliserat diisomerisasi oleh 2-fosfogliserat oleh fosfogliserat mutase. 2,3bifosfogliserat (difosfogliserat DPG) merupakan intermediate pada reaksi ini.18 Reaksi berikutnya dikatalisis oleh enolase dan menyebabkan dehidrasi, membentuk fosfoenolpiruvat. Enolase dihambat oleh fluoride, dan ketika sampel darah diambil untuk dihitung kadar glukosanya, darah dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang mengandung fluoride untuk menghambat glikolisis. Enzim juga bergantung pada keberadaan Mg2+ atau Mn2+. Fosfat fosfoenolpiruvat ditransfer pada ADP oleh piruvat kinase untuk membentuk dua molekul ATP per molekul glukosa yang dioksidasi.18 Fase redoks pada jaringan ditentukan oleh dua jalur. Pada jalur anaerob, NADH tidak dapat dioksidasi kembali lewat rantai respirasi. Piruvat direduksi oleh NADH menjadi laktat, dikatalis oleh laktat dehidrogenase. Terdapat isoenzim laktat dehidrogenase jaringan spesifik yang berbeda yang memiliki gejala klinis yang meningkat. Reoksidasi NADH lewat pembentukan laktat mengkibatkan glikolisis memproses regenerasi NAD+ yang ada untuk siklus lainnya, dikatalis oleh gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase. Pada jalur aerob, piruvat dikirimkan ke mitokondria, setelah dekarboksilasi oksidatif menuju asetil ko-A dioksidasi oleh CO2 oleh siklus asam sitrat.18

Jalur utama glukosa-6-fosfat adalah oksidasi melalui jalur glikolisis yang merupakan sumber ATP untuk semua jenis sel. Sel yang tidak memiliki mitokondria tidak dapat mengoksidasi bahan bakar lain. Sel tersebut menghasilkan ATP dari glikolisis anaerobic (perubahan glukosa menjadi laktat). Sel yang memiliki mitokondria mengoksidasi glukosa menjadi CO2 dan H2O melalui glikolisis dan siklus asam trikarboksilat. Sebagian jaringan, misalnya otak, bergantung pada oksidasi glukosa menjadi CO2 dan H2O untuk penyediaan energy karena kapasitas jaringan tersebut menggunakan bahan bakar lain yang sedikit jumlahnya.2

Gambar 2. Tahapan dalam proses glikolisis. Pada tahap (a) terjadi pemakaian 2 ATP per glukosa. Pada tahap (b) terjadi splitting : dari heksosa bifosfat menjadi 2 triosa fosfat. Kemudian pada tahap (c), terjadi fase penangkapan energy : oksidasi dan fosforilasi tingkat substrat yang menghasilkan 2 ATP per triosa fosfat atau 4 ATP per glukosa.19

Jalur glukosa-6-fosfat lainnya yang penting adalah oksidasi melalui jalur pentosa fosfat yang menghasilkan NADPH. Ekuivalen reduksi pada NADPH digunakan untuk reaksi biosintetik dan untuk mencegah kerusakan oksidatif pada sel. Dalam jalur ini, glukosa mengalami dekarboksilasi oksidatid menjadi gula-5-karbon (pentosa), yang dapat masuk kembali ke jalur glikolitik. Gula-gula tersebut juga dapat digunakan untuk sintesis nukleotida.2 Glukosa-6-fosfat juga diubah menjadi UDP-glukosa yang memiliki banyak fungsi di dalam sel. Jalur utama UDP-glukosa adalah sintesis glikogen, yaitu polimer untuk menyimpan glukosa. Walaupun sebagian besar sel memiliki glikogen sebagai pemasok glukosa dalam keadaan daruratm namun simpanan terbesar adalah di otot dan hati. Glikogen otot digunakan untuk mempertahankan kadar glukosa darah selama puasa dan olahraga atau pada saat kebutuhan meningkat. UDP-glukosa juga digunakan untuk membentuk gula lain dan galaktosa. Glukosa dapat ditukar sementara terikat ke UDP. UDP-galaktosa digunakan untuk sintesis laktosa di kelenjar payudara. Di hati, UDP-glukosa dioksidasi menjadi UDP-glukuronat yang digunakan untuk mengubah bilirubin dan senyawa toksik lainnya menjadi glukuronida untuk ekskresi.2 Gula nukleotida juga digunakan untuk sintesis proteoglikan, glikoprotein, dan glikolipid. Proteoglikan adalah komponen karbohidrat yang utama pada matriks ekstrasel, tulang rawan, dan cairan extrasel (misalnya cairan sinovium sendi). Sebagian besar protein ekstrasel adalah glikoprotein, yaitu protein ekstrasel secara kovalen melekat ke karbohidrat. Untuk glikolipid dan glikoprotein membran sel, bagian karbohidrat meluas ke dalam ruang ekstrasel. 2

Gambar 3. Regulasi metabolisme glikogen oleh glukagon pada liver. Diagram outline efek glukagon pada glikogenolisis dan glicogenesis pada liver. Semua petunjuk jalur glikogenolisis dan glikogenesis

diindikasikan dengan anak panah yang terletak pada atas dan bawah diagram. GCG, glukagon,; G-1-P, glukosa-1-fosfatl G-6-P, glukosa-6-fosfat; GP, glikogen fosforilase; GPK, glikogen fosforilase kinase; GS, sintesis glikogen; GK, glukosa kinase; HK , heksosa kinase; +, dibantu glukagon; -, dihambat glukagon. 16

2.2

Protein

2.2.1 Definisi Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Tidak seperti bahan makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak), protein ini berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada sumber energi. Namun demikian apabila organisme sedang kekurangan energi, maka protein ini dapat juga di pakai sebagai sumber energi. Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang selain mengandung N, C, H, O, kadang mengandung S, P, dan Fe.20 Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur, Protein adalah sumber asam- asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula posfor, belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga.22

2.2.2 Sifat Protein Protein merupakan molekul yang sangat besar, sehingga mudah sekali mengalami perubahan bentuk fisik maupun aktivitas biologis. Banyak faktor yang menyebabkan perubahan sifat alamiah protein misalnya : panas, asam, basa, pelarut organik, pH, garam, logam berat, maupun sinar radiasi radioaktif. Perubahan sifat fisik yang mudah diamati adalah terjadinya penjendalan (menjadi tidak larut) atau pemadatan. 20 Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam air, tetapi semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti misalnya etil eter. Daya larut protein akan berkurang jika ditambahkan garam, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol, maka protein akan menggumpal. Hal ini disebabkan
9

alkohol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molekul protein. Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein, menyebabkan protein mempunyai banyak muatan dan bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun basa). Dalam larutan asam (pH rendah), gugus amino bereaksi dengan H+, sehingga protein bermuatan positif. Bila pada kondisi ini dilakukan elektrolisis, molekul protein akan bergerak kearah katoda. Dan sebaliknya, dalam larutan basa (pH tinggi) molekul protein akan bereaksi sebagai asam atau bermuatan negatif, sehingga molekul protein akan bergerak menuju anoda.22 Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai asam aminom yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptide. Asam amino yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hydrogen, oksigen, dan nitrogen : beberapa asam amino di samping itu mengandung unsur-unsur fosfor, besi, iodium, dan cobalt. Unsure nitrogen adalah unsur utama protein, karena terdapat di dalam semua protein akan tetapi tidak terdapat di dalam karbohidrat dan lemak. Unsur nitrogen merupakan 16% dari berat protein. Molekul protein lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam hal berat molekul dan keanekaragaman unit-unit asam amino yang membentuknya.23

2.2.3 Asam Amino Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen, protein mempunyai gugus NH2 pada atom karbon dari posisi gugus COOH. Rumus umum untuk asam amino ialah : RCHCOOH NH2 Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatik yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian amina pula umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik.20 Asam amino adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus karboksil (COOH) dan satu atau lebih gugus amino (NH2) yang salah satunya terletak pada atom C tepat disebelah
10

gugus karboksil (atom C alfa). Asam-asam amino bergabung melalui ikatan peptida yaitu ikatan antara gugus karboksil dari asam amino dengan gugus amino dari asam amino yang disampingnya.21

2.2.4 Jenis Protein Klasifikasi protein dapat dilakukan dengan berbagai cara : Berdasarkan bentuknya : a. Protein fibriler (skleroprotein) Protein fibriler merupakan protein yang berbentuk serabut. Protein ini tidak larut dalam pelarut-pelarut encer, baik larutan garam, asam basa ataupun alkohol. Contohnya kolagen yang terdapat pada tulang rawan, miosin pada otot, keratin pada rambut, dan fibrin pada gumpalan darah. b. Protein globuler atau steroprotein c. Protein ini adalah protein yang berbentuk bola. Protein ini larut dalam larutan garam dan asam encer, juga lebih mudah berubah di bawah pengaruh suhu, konsentrasi garam, pelarut asam dan basa dibandingkan protein fibriler. Protein ini mudah terdenaturasi, yaitu susunan molekulnya berubah diikuti dengan perubahan sifat fisik dan fisiologiknya seperti yang dialami oleh enzim dan hormon. Berdasarkan kelarutannya, protein globuler dapat dibagi dalam beberapa grup yaitu : 1. Albumin, yaitu larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas. Contohnya albumin telur, albumin serum, dan laktalbumin dalam susu. 2. Globulin, yaitu tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas, larut dalam larutan garam encer, mengendap dalam larutan garam konsentrasi tinggi. Contohnya adalah legumin dalam kacang-kacangan. 3. Glutelin, yaitu tidak larut dalam pelarut netral tetapi larut dalam asam atau basa encer. Contohnya adalah glutelin gandu, 4. Prolamin atau gliadin, yaitu larut dalam alkohol 70 80 % dan tak larut dalam air maupun alkohol absolute. Contohnya prolamin dalam gandum.

11

5. Histon, yaitu larut dalam air dan tidak larut dalam amoniak encer. Contohnya adalah histon dalam hemoglobin. 6. Protamin, yaitu protein paling sederhana dibandingkan protein-protein lainnya, tetapi lebih kompleks daripada protein dan peptida, larut dalam air dan tidak terkoagulasi oleh panasa. Contohnya salmin dalam ikan salmon.22 Berdasarkan hasil hidrolisa total suatu protein dikelompokkan sebagai berikut : a. Asam amino esensial, yaitu asam amino yang tidak dapat disintesa oleh tubuh dan harus tersedia dalam makanan yang dikonsumsi. Pada orang dewasa terdapat delapan jenis asam amino esensial : 1. Lisin 2. Leusin 3. Isoleusin 4. Valin 5. Threonin 6. Phenylalanine 7. Methionin 8. Tryptophan

Sedangkan untuk anak-anak yang sedang tumbuh, ditambahkan dua jenis lagi yaitu histidin dan arginin. b. Asam amino non esensial, yaitu asam amino yang dapat disintesa oleh tubuh, yaitu:24 1. Alanin 2. Asparagin 3. Asam aspartat 4. Asam glutamat 5. Glutamine 6. Tirosin 7. Sistein 8. Glisin 9. Serin 10. Prolin

12

2.2.5 Katabolisme Protein Degradasi dan sintesis sel protein terjadi dalam semua bentuk kehidupan. Setiap hari, manusia mengubah 1 2% dari total protein dalam tubuh, terutama protein otot. Tingginya laju degradasi protein terjadi pada jaringan penyusun struktur, misalnya jaringan uterin pada masa kehamilan, tadpole tail tissue selama metamorphosis, atau otot skeletal pada saat kelaparan. Sekitar 75% asam amino bebas digunakan kembali, sedangkan kelebihan dari nitrogen membentuk urea. Kelebihan asam amino tidak disimpan, kelebihan ini digradasi menjadi bentuk amfibolik terlebih dahulu.25

2.3

Glukoneogenesis Proses sintesis glukosa dari prekursor bukan karbohidrat, yang terjadi terutama di hati

pada keadaan puasa dinamakan glukoneogenesis. Pada keadaan kelaparan yang ekstrim, korteks ginjal juga dapat membentuk glukosa yang akan digunakan oleh medula ginjal dan sebagian glukosa akan masuk ke dalam aliran darah. Diawali dengan piruvat, sebagian besar langkah pada glukoneogenesis adalah hanya kebalikan dari reaksi pada glikolisis dan menggunakan enzim yang sama. Aliran karbon adalah dalam arah yang berlawanan.26 Terdapat tiga urutan reaksi pada glukoneogenesis yang berbeda dengan langkah padanan pada glikolisis. Ketiganya melibatkan perubahan piruvat menjadi fosfoenolpiruvat (PEP) dan reaksi yang mengeluarkan fosfat dari fruktosa 1,6-bifosfat untuk membentuk fruktosa 6-fosfat dan dari glukosa 6-fosfat untuk membentuk glukosa. Selama glukoneogenesis, serangkaian enzim mengkatalis perubahan piruvat menjadi

fosfoenolpiruvat. Reaksi yang mengeluarkan fosfat dari fruktosa 1,6 bifosfat dan dari glukosa 6-fosfat masing-masing menggunakan enzim yang berbeda dengan enzim padanan pada glikolisis. Selama glukoneogenesis, fosfat dikeluarkan oleh fosfatase yang membebaskan Pi. Prekursor glukoneogenesis adalah asam amino, laktat, dan gliserol. Reaksi glukoneogenesis menghasilkan ATP.27

2.3.1 Jalur Glukoneogenesis Piruvat mengalami karboksilasi oleh piruvat karboksilase membentuk oksaloasetat. Enzim ini memerlukan biotin, adalah katalisasi anaplerotik pada siklus asam trikarboksilat.
13

Pada glukoneogenesis, reaksi ini melengkapi lagi oksaloasetat yang digunakan untuk sintesis glukosa. Karbon dioksida yang dibebaskan oleh fosfoenolpiruvat karboksikinase (PEPCK) ditambahkan ke piruvat untuk membentuk oksaloasetat. Oksaloasetat akan mengalami dekarboksilasi oleh fosfoenolpiruvat karboksikinase menghasilkan fosfoenolpiruvat. Untuk reaksi ini, GTP merupakan sumber energi serta sumber gugus fosfat fosfoenolpiruvat. Enzimenzim yang mengkatalisis kedua langkah ini terletak di dua kompartemen yang berbeda. Piruvat karboksilase dijumpai di mitokondria manakala fosfoenolpiruvat karboksikinase terletak di sitosol atau mitokondria.28 Oksaloasetat tidak mudah menembus membran mitokondria maka dapat diubah menjadi malat atau aspartat. Perubahan oksaloasetat menjadi malat memerlukan NADH. Fosfoenolpiruvat, malat, dan aspartat dapat dipindahkan ke dalam sitosol. Setelah menembus membran mitokondria dan masuk ke dalam sitosol, terjadi perubahan kembali malat kepada oksaloasetat membebaskan NADH dan perubahan aspartat kepada oksaloasetat. Di sitosol, oksaloasetat diubah kembali menjadi fosfoenolpiruvat oleh fosfoenolpiruvat karboksikinase sitosol. Langkah glukoneogenesis selanjutnya berlangsung di dalam sitosol. Fosfoenolpiruvat membentuk gliseraldehida 3-fosfat, berkondensasi untuk membentuk fruktosa 1,6-bifosfat. Enzim fruktosa 1,6-bifosfotase membebaskan fosfat inorganik dari fruktosa 1,6-bifosfat untuk membentuk fruktosa 6-fosfat. Dalam reaksi glukoneogenik berikutnya, fruktosa 6fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh isomerase.28 Glukosa 6-fosfatase memutuskan Pi dari glukosa 6-fosfat, dan membebaskan glukosa bebas untuk masuk ke dalam darah. Glukosa 6-fosfatase terletak di membran retikulum endoplasma. Glukosa 6-fosfatase digunakan tidak saja pada glukoneogenesis, tetapi juga menghasilkan glukosa darah dari pemecahan glikogen hati.26 Glukoneogenesis berlangsung selama puasa, juga dapat dirangsang olahraga yang lama, diet tinggi protein, dan keadaan stres. Faktor yang mendorong secara keseluruhan aliran karbon dari piruvat ke glukosa meliputi ketersediaan substrat dan perubahan aktivitas atau jumlah enzim kunci tertentu pada glukoneogenesis.29 Selama reaksi glukoneogenik, terjadi penguraian 6 mol ikatan fosfat berenergi tinggi. Diperlukan dua mol piruvat untuk sintesis 1 mol glukosa. Sewaktu 2 mol piruvat mengalami karboksilasi oleh piruvat karboksilase, terjadi hidrolisis 2 mol ATP. Fosfoenolpiruvat karboksikinase memerlukan 2 mol GTP untuk mengubah 2 mol oksaloasetat menjadi 2 mol fosfoenolpiruvat. Digunakan tambahan 2 mol ATP untuk melakukan 2 mol fosforilasi 314

fosfogliserat yang membentuk 2 mol 1,3-bifosfogliserat. Diperlukan juga energi dalam bentuk ekuivalen reduksi (NADH) untuk perubahan 1,3-bifosfogliserat menjadi

gliseraldehida 3-fosfat. Pada keadaan puasa, energi yang diperlukan untuk glukoneogenesis diperoleh dari oksidasi- asam lemak.26

15

Anda mungkin juga menyukai