Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS PERKEMBANGAN KOTA (STUDY KASUS KOTA SEMARANG) diposting oleh d-riyana-h-feb10 pada 16 August 2012 di Semester Pendek

- 0 komentar ANALISIS PERKEMBANGAN, JUMLAH PENDUDUK DAN PERMASALAHAN UTAMA KOTA SEMARANG

DEFINISI WILAYAH KOTA Berdasarkan Istilah Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, social, ekonomi, budaya. Perkotaan mengacu pada areal yang memiliki suasana penghidupan dan kehidupan modern dan menjadi wewenang pemerintah kota. Secara umum wilayah kota adalah kelompok penduduk yang bertempat tinggal bersama-sama dalam suatu wilayah menurut peraturan-peraturan yang telah ditentukan. Kota adalah suatu wilayah yang didalamnya memiliki aksesbilitas seperti pusat pemukiman penduduk, pusat kegiatan ekonomi, pusat kegiatan politik, pusat hiburan, dan pusat kegiatan social budaya. Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditujukan oleh kompulan rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri. Kota juga merupakan sebuah area urban yang berbeda dari desa atau kampung berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, kegiatan, atau status hukum. Wilayah perkotaan merupakan bagian penting dalam kehidupan bernegara, sehingga kota dipelajari secara khusus dalam berbagai ilmu, salah satunya adalah ilmu ekonomi perkotaan. Dan didefinisikan secara khusus oleh beberapa ahli sebagai berikut. Menurut Bintarto, Dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dbgan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah dibelakangnya. Arnold Tonybee mendefinisikan sebuah kota tidak hanya merupakan pemukinan khusus tetapi merupakan suatu kekomplekan yang khusus dan setiap kota menunjukkan perwujudan pribadinya masing-masing. Menurut Max Weber Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar local. Menurut Luis Wirth Kota adalah pemukiman yang relative besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.

Dari beberapa pengertian kota menurut para ahli terdapat adanya kesamaan pernyataan tentang bagaimana suatu daerah tersebut dikatakan sebuah kota. Kesamaan tersebut dapat dilihat bahwa kota pasti mencakup adanya suatu bentuk kehidupan manusia yang beragam dan berada pada suatu wilayah tertentu. KRITERIA DAERAH PERKOTAAN Kriteria kawasan perkotaan meliputi:

Memiliki karakteristik kegiatan utama budidaya bukan pertanian atau mata pencaharian penduduknya terutama di bidang industri, perdagangan dan jasa; Memiliki karakteristik sebagai pemusatan dan distribusi pelayanan barang dan jasa didukung prasarana dan sarana termasuk pergantian modal transportasi dengan pelayanan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Kawasan Perkotaan dapat berbentuk Kota sebagai daerah otonom adalah kota yang dikelola oleh pemerintah kota.

KLASIFIKASI KOTA

Klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduk Megapolitan, yaitu kota yang berpenduduk di atas 5 juta orang. Metropolitan (kota raya), yaitu kota yang berpenduduk antara 15 juta orang. Kota besar, yaitu kota yang berpenduduk antara 500.000 1 juta orang. Kota sedang, yaitu kota yang jumlah penduduknya antara 100.000500.000 orang. Kota kecil, yaitu kota yang berpenduduk antara 20.000100.000 orang.

1) 2) 3) 4) 5)

Klasifikasi kota berdasarkan tingkat perkembangannya Tingkat Eopolis, yaitu suatu wilayah yang berkembang menjadi kota baru. Tingkat Polis, yaitu suatu kota yang masih memiliki sifat agraris. Tingkat Metropolis, yaitu kota besar yang perekonomiannya sudah mengarah ke industri.

1) 2) 3)

4) Tingkat Megalopolis, yaitu wilayah perkotaan yang terdiri atas beberapa kota metropolis yang berdekatan lokasinya sehingga membentuk jalur perkotaan yang sangat besar. 5) Tingkat Tryanopolis, yaitu kota yang kehidupannya sudah dipenuhi dengan kerawanan sosial, seperti kemacetan lalu lintas dan tingkat kriminalitas yang tinggi. 6)

Tingkat Nekropolis, yaitu suatu kota yang berkembang menuju keruntuhan. Klasifikasi Kota Berdasar fungsinya

1) Kota pusat produksi, yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat produksi atau pemasok, baik yang berupa bahan mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi. Contoh: Surabaya, Gresik, dan Bontang. 2) Kota pusat perdagangan (Centre of Trade and Commerce), yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat perdagangan, baik untuk domestik maupun internasional. Contoh: Hongkong, Jakarta, dan Singapura. 3) Kota pusat pemerintahan (Political Capital), yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan atau sebagai ibu kota negara. 4) Kota pusat kebudayaan (Cultural Centre), yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat kebudayaan. Contoh: Yogyakarta dan Surakarta. PERKEMBANGAN KOTA SEMARANG Kondisi kota Semarang saat dibawah kolonialisme Belanda cukup pesat perkembangannya dengan dibangunnya berbagai kepentingan Belanda. Misalnya sarana dan prasarana perkotaanseperti jalan, transportasi kereta api, pasar-pasar dan sebagainya. Hal ini terbukti pada tanggal16 Juni 1864 dibangun jalan kereta api (rel) pertama di Indonesia. Dimulai dari Semarangmenuju Kota Solo dan Kedungjati, Surabaya dan ke Magelang serta Yogyakarta kemudiandibangun 2 stasiun kereta api yang masih ada sekarang yaitu Tawang dan Poncol. Pada abad ke XIV, Belanda juga mendirikan Pelabuhan Tanjung Emas. Pelabuhan TanjungEmas ini dikatakan memiliki fungsi strategis sebagai pusat perdangangan nasional daninternasional (The World Market 1870-1900). Pelabuhan Tanjung Emas bukan hanya sebagai pusat perdagangan import-ekspor, tetapi juga sebagai jalur masuk barang-barang dari Eropa yang dipasarkan akan dipasarkan di Jawa dan Indonesia.Pada sekitar abad 18, Kota Semarang menjadi pusat perdagangan. Kawasan tersebut pada masa sekarang disebut Kawasan Kota Lama. Pada masa itu, untuk mengamankan warga dan wilayahnya, maka kawasan itu dibangun benteng, yang dinamai benteng VIJHOEK.Untuk mempercepat jalur perhubungan antar ketiga pintu gerbang dibenteng itu maka dibuat jalan-jalan perhubungan, dengan jalan utamanya dinamai HEEREN STRAAT. Saat ini bernama Jl.Let. Jen Soeprapto. Salah satu lokasi pintu benteng yang ada sampai saat ini adalah JembatanBerok, yang disebut DE ZUIDERPOR. Dalam perkembanganya dewasa ini semarang tumbuh sebagai kota besar dikawasan provinsi Jawa Tengah yang menjadi tujuan urbanisasi masyarakat desa dikawasan Jawa Tengah, hal ini sebabkan oleh tingginya arus urbanisasi. Semarang menjadi daerah tujuan urbanisasi di Jawa Tengah, mengingat semakin berkembangnya industri besar maupun kecil di kota Semarang. Kurangnya lapangan kerja di desa menyebabkan semakin tingginya minat penduduk desa untuk pindah ke kota. Industry di kota membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga para pekerja banyak berbondongbondong menuju kota dan menetap di kota Semarang dengan pertimbangan dekat lokasi kerja. Keadaan ekonomi para pekerja berbeda-beda, pekerja yang memiliki tingkat perekonomian menengah tinggi lebih suka tinggal di luar pusat kota yang lebih nyaman dengan fasilitas yang permukiman yang terencana. Bagi pekerja yang memiliki tingkat perekonomian menengah kebawah akan lebih suka tinggal di dekat lokasi kerja mereka. Inilah yang menyebabkan kepadatan penduduk yang tinggi di kota Semarang, padahal luas lahan kota Semarang semakin menipis dengan bukti

sudah tiadanya lahan pertanian maupun lahan kosong serta semakin banyaknya bukitbukit di Semarang yang dialih fungsikan untuk area permukiman baru. Kondisi ini akan menyebabkan munculnya masalah-masalah baru di kota Semarang dan sekitarnya. Kota Semarang merupakan salah besar yang dipimpin oleh walikota. Kota ini terletak sekitar 466 km sebelah timur Jakarta, atau 312 km sebelah barat Surabaya. Semarang berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang di selatan, dan Kabupaten Kendal di barat. Luas kota semarang 225,17 km. Semarang menempati urutan ke tujuh dari kategori 10 kota dengan jumlah penduduk terpadat di Indonesia, yaitu dengan jumlah penduduk sebesar 1.352.869.

MASALAH UTAMA KOTA SEMARANG: BANJIR Kota semarang merupakan kota besar dengan potensi banjir yang tinggi, setiap tahun pada musim penghujan wilayah dataran rendah semarang selalu terendam air hujan, banjir tersebut menimbulkan kerugian yang sangat tinggi setiap tahunnya. Dalam satu aliran Daerah Aliran Sungai saja bisa menyebabkan angka kerugian yang tinggi. Misalnya DAS Tuntang yang merupakan bagian dari satuan wilayah pengelolaan DAS (SWP DAS) Jratun Seluna, dari hasil Penetapan Urutan Prioritas DAS Wilayah BP DAS Pemali Jratun Tahun 2007 DAS Tuntang termasuk Prioritas I. Hulu DAS Tuntang berada di Kabupaten Semarang (Rawapening), sedangkan bagian tengah dan hilir DAS berada di Kabupaten Demak. Kerugian yang dialami atas banjirnya kawasan kota yang dialiri DAS Tuntang saja mencapai ratusan juta, angka tersebut diperoleh dari banyaknya kawasan kota yang terendam banjir sehingga kegiatan ekonomi terkendala karean akses ditambah dengan lahan pertanian yang terendam banjir sehingga terjadi gagal panen. Diantaranya potensi banjir di semarang yang pertama, karakteristik geografi. Kota Semarang memiliki daerah-daerah potensi banjir, karena adanya perbedaan tinggi dataran antara wilayah utara dan wilayah selatan. Kondisi ini terjadi karena adanya banjir kiriman dari wilayah selatan Kota Semarang dan kabupaten Semarang. Potensi kedua, adanya perubahan pemanfaatan lahan dari hutan karet menjadi perumahan di wilayah kecamatan Mijen. Akibatnya jumlah air hujan yang mengalir ke wilayah Ngaliyan menjadi bertambah dan membuat daerah tersebut terkena musibah banjir. Selain penggundulan hutan, perubahan fungsi lahan yang terjadi di wilayah Kabupaten Semarang dari areal pertanian menjadi areal perumahan baru. Penyebab lain, banyak sungai yang berhulu di daerah Kabupaten Semarang melewati Kota Semarang. Potensi ketiga, adanya pengeprasan bukit di beberapa tempat mengakibatkan perubahan pola aliran air, erosi, dan mempertinggi kecepatan air, sehingga membebani pengairan. Potensi keempat, pembangunan rumah liar di atas bantaran sungai, pembuatan tambak yang mempersempit sungai dan penutupan saluran di daerah hilir. Potensi kelima adalah permasalahan non-teknis yaitu perilaku masyarakat kota Semarang yang buruk. Perilaku membuang sampah di saluran dan di sembarang tempat. Rendahnya kesadaran masyarakat koa ditunjukkan sewaktu banjir di beberapa jalan protokol kota Semarang diakibatkan

adanya saluran yang tersumbat, namun masyarakat tidak segera mengatasinya melainkan menunggu petugas dari pemerintah Kota Semarang untuk mengatasi permasalahan pada saluran tersebut.

Anda mungkin juga menyukai