Anda di halaman 1dari 4

Aku mulai berjalan dibawah pohon rindang dengan rintikan-rintikan hujan yang mengguyur tubuh, dan membasahi wajahku.

Aku merasakan jalanan yang begitu lembab dan licin, aku melihat kumbangan air dari segala arah. Tapi aku tetap berjalan, sampai tempat yang kutuju, aku hanya ingin bertemu dia, dia yang aku rindukan sejak 3 tahun yang lalu. Bagaimana dia sekarang? Apakah dia masih mengingatku? Apakah dia masih mengingat kenangan-kenangan yang kita lalui dulu? Lalu bagaimana senyumannya sekarang, Masihkah terasa damai? Semua pertanyaan itu terbesit dalam fikiranku. Langkahku terhenti pada sebuah rumah putih yang dihiasi taman begitu luas, aku melihat sosok lelaki yang seperti aku kenal, dia putih, tinggi, hidungnya mancung dan senyumannya yang tak mungkin pernah bisa aku lupakan. Aku berjalan mendekati dia, dia menoleh dan menatapku dengan senyumannya yang begitu damai. Tetapi hati ini terasa sakit saat dia berkata kamu siapa?, ada yang bisa aku bantu?, heiiii, kamu ingin bertemu siapa? aku hanya terdiam mendengar semua pertanyaan itu, aku kaget dan rasanya air mata ini ingin mengalir tidak terhenti. Dia tidak tahu siapa aku, apakah 3 tahun ini membuat dia melupakan semuanya, membuat dia melupakan kenangan kita, yaa dia telah melupakan aku. Dia terus melontarkan pertanyaannya, tetapi aku tidak sanggup untuk menjawab. Lalu aku paksakan untuk berkata aku bukan siapa-siapa dan aku tidak ada urusan

dengan siapa-siapa saat berkata seperti itu rasanya air mata ini sudah jatuh kepipiku. Lalu aku melihat ketawa kecil dari balik bibirnya, dia menertawakanku. Apa maksudnya, aku tidak mengerti dan diam seribu bahasa. Sambil tertawa puas dia berkata kamu ini nay, gitu aja ngambek. Aku kan bercanda, masa sih aku lupa sama kamu. Dia menipuku, aku merasa kesal dan malu siapa yang ngambek? Gak peduli juga tuh, mau kamu lupa sama aku, terserah pasti sekarang pipi ku sudah berubah menjadi warna merah, aku sangat malu. Aku dan kafka sudah berteman 10 tahun, namun dia harus pergi kejerman setelah lulus SMA untuk melanjutkan studinya. Pada saat itu aku sangat sedih, karena hanya kafka satu-satunya teman yang aku punya. Tetapi dia berjanji akan selalu menghubungiku disana. Itu bohong, yaa itu bohong. Sudah 3 tahun berjalan dia tak pernah menghubungiku. Banyak pertanyaan yg ada dalam fikirku, apa dia melupakanku? Apa dia sudah punya sahabat baru? Ada apa dengan kafka? Apa dia baik2 saja?. Semua pertanyaan itu selalu muncul dalam benakku. Aku takut kehilangan kafka. Kafka mengajak ku berjalan, kita menyusuri taman dengan pohon yg begitu lebat. Taman itu tempat pertama kali aku dan kafka bertemu. Waktu itu aku sedang dijahili oleh teman2ku, tetapi kafka datang

seperti pangeran dan menolongku. Dari situ kita berkenalan, dan sampai saat ini bersahabat. Tiba-tiba kafka melontarkan pertanyaan kepadaku apa sih nay yang buat kamu gak akan pernah lupa sama aku? mendengar kafka bertanya seperti itu, hati aku tersentak, bingung dan gugup. Kenapa harus seperti ini, ini bukan pertama kalinya aku berjalan dengan kafka, tapi mengapa aku merasa deg2an. Aku mencari alasan untuk menjawab pertanyaannya gigi kamu yang gingsul gak akan pernah aku lupa hahaha. Kafka langsung spontan tertawa mendengar jawabanku emang yang gingsul cuma aku doang apa? Kamu ini ngarang mulu nay. Kami tertawa puas sambil melepaskan kerinduan. Naysha naysha, aku mendengar suara dari balik pepohonan itu, suara itu seperti memanggil-manggil namaku. Kafka pun menyadarinya kayaknya ada yang manggil kamu deh nay. Kami menoleh kebelakang. Ternyata itu rara teman kampusku. Dia mendekati kami kamu lagi ngapain disini nay? Sama siapa? aku pun langsung mengenalkan kafka pada rara ohiyaa ini kafka sahabatku, lagi jalan2 aja kok ra hehe. Rara ini anak baru dikampusku, aku baru seminggu mengenalnya, dia baik dan tidak seperti teman2ku yang lainnya, dia tulus berteman denganku. Aku ingin sekali mengobrol dengan rara tetapi dia sepertinya sedang terburu-buru. ohh gitu, yaudah aku duluan yaa nay, gabisa lama-lama soalnya, bye. Sayang sekali rara

harus pergi, padahal dia bisa membantuku menghilangkan gugup yang dari tadi menimpaku, aku gugup berduaan dan berdekatan dengan kafka, padahal biasanya tidak seperti ini, tapi setelah kafka pulang dari jerman aku merasa ada yang aneh dalam diriku. Kafka memulai pembicaraan gimana nay 3 tahun gak ada aku? Kamu pasti kesepian?sambil menyilangkan kedua tangannya. kok kamu pede banget sih kaf, biasa aja tuh. Malah enak gak ada kamu, gak ada yang rusuh, gak ada yg bawel setiap hari dateng kerumah aku. ohh gitu, yaudah besok aku balik lagi ah ke jerman kedua tangannya menempel pada pinggang. ehh jangan aku kan gak ada temen dengan muka melas. terus yang tadi siapa? Kamu punya temen kan? iyaa sih tapi kan gak ada yg rusuh kayak kamu sambil tertawa kencang. Kami menghabiskan waktu seharian ditaman itu, kafka begitu berbeda saat ini, bukan, bukan kafka yang berbeda tetapi hatiku.

Anda mungkin juga menyukai