Anda di halaman 1dari 11

A.

Arti Definisi / Pengertian Tayamum Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi wajib yang tadinya seharusnya menggunakan air bersih digantikan dengan menggunakan tanah atau debu yang bersih. Yang boleh dijadikan alat tayamum adalah tanah suci yang ada debunya. Dilarang bertayamum dengan tanah berlumpur, bernajis atau berbingkah. Pasir halus, pecahan batu halus boleh dijadikan alat melakukan tayamum. Orang yang melakukan tayamum lalu shalat, apabila air sudah tersedia maka ia tidak wajib mengulang sholatnya. Namun untuk menghilangkan hadas, harus tetap mengutamakan air daripada tayamum yang wajib hukumnya bila sudah tersedia. Tayamum untuk hadas hanya bersifat sementara dan darurat hingga air sudah ada. Tayamum yang telah dilakukan bisa batal apabila ada air dengan alasan tidak ada air atau bisa menggunakan air dengan alasan tidak dapat menggunakan air tetapi tetap melakukan tayamum serta sebab musabab lain seperti yang membatalkan wudu dengan air. B. Sebab / Alasan Melakukan Tayamum : - Dalam perjalanan jauh - Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya sedikit - Telah berusaha mencari air tapi tidak diketemukan - Air yang ada suhu atau kondisinya mengundang kemudharatan - Air yang ada hanya untuk minum - Air berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat shalat - Pada sumber air yang ada memiliki bahaya - Sakit dan tidak boleh terkena air C. Syarat Sah Tayamum : - Telah masuk waktu salat - Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran - Memenuhi alasan atau sebab melakukan tayamum - Sudah berupaya / berusaha mencari air namun tidak ketemu - Tidak haid maupun nifas bagi wanita / perempuan - Menghilangkan najis yang yang melekat pada tubuh D. Sunah / Sunat Ketika Melaksanakan Tayamum : - Membaca basmalah - Menghadap ke arah kiblat - Membaca doa ketika selesai tayamum - Medulukan kanan dari pada kiri - Meniup debu yang ada di telapak tangan - Menggodok sela jari setelah menyapu tangan hingga siku E. Rukun Tayamum : - Niat Tayamum. - Menyapu muka dengan debu atau tanah. - Menyapu kedua tangan dengan debu atau tanah hingga ke siku. F. Tata Cara / Praktek Tayamum : - Membaca basmalah - Renggangkan jari-jemari, tempelkan ke debu, tekan-tekan hingga debu melekat. - Angkat kedua tangan lalu tiup telapat tangan untuk menipiskan debu yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.

- Niat tayamum : Nawaytuttayammuma listibaa hatishhalaati fardhollillahi ta'aala (Saya niat tayammum untuk diperbolehkan melakukan shalat karena Allah Ta'ala). - Mengusap telapak tangan ke muka secara merata - Bersihkan debu yang tersisa di telapak tangan - Ambil debu lagi dengan merenggangkan jari-jemari, tempelkan ke debu, tekan-tekan hingga debu melekat. - Angkat kedua tangan lalu tiup telapat tangan untuk menipiskan debu yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi. - Mengusap debu ke tangan kanan lalu ke tangan kiri

http://organisasi.org/pengertian-tayamum-cara-syarat-rukun-sebab-sunat-tayammum-wudhu-dengan-debu-tanah
ATA CARA TAYAMUM Cara melaksanakan tayamum adalah: Orang yang ingin bertayamum berniat berdasarkan hadits Hanya saja amal -amal itu tergantung kepada naitnya Membaca bismillah Memukulkan tangannya ke tanah (permukaan bumi) satu kali pukulan Menyapu mukanya Menyapukan tangan kirinya ke telapak tangan kanan serta menyapu kedua punggung telapak tangannya

Berdasarkan hadits Amar bin Yasir yang isinya:

Kemudian Rasulullah memukulkan tangannya ke bumi satu kali kemudian menyapukan tangan kiri ke telapak tangan kanan dan kedua punggung kedua tangannya serta wajahnya. [H.R Bukhari dan Muslim.]
http://sholat.wordpress.com/tayamum/

Wudhu
TATA CARA BERWUDHU

- Apabila seorang muslim mau berwudhu, maka hendaknya ia berniat di dalam hatinya, kemudian mem-baca Basmalah, sebab Rasulullah bersabda:

Tidak sah wudhu orang yang tidak menyebut nama Allah [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam kitab Al-Irwa' (81)]
Dan apabila ia lupa, maka tidaklah mengapa. - Kemudian disunnahkan mencuci kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali sebelum memulai wudhu

- Kemudian berkumur-kumur (memasukkan air ke mulut lalu memutarnya di dalam dan kemudian membuangnya). - Lalu menghirup air dengan hidung

- Disunnahkan ketika menghirup air di lakukan dengan kuat, kecuali jika dalam keadaan berpuasa maka ia tidak mengeraskannya, karena di-khawatirkan air masuk ke dalam tenggorokan. Rasulullah bersabda:

Keraskanlah di dalam menghirup air dengan hidung, kecuali jika kamu sedang berpuasa. [Riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Albani dalam shahih Abu Dawud (629)]
- Lalu mencuci muka. Batas muka adalah dari batas tumbuhnya rambut kepala bagian atas sampai dagu, dan mulai dari batas telinga kanan hingga telinga kiri.

- Dan jika rambut yang ada pada muka tipis, maka wajib dicuci hingga pada kulit dasarnya. Tetapi jika tebal maka wajib mencuci bagian atasnya saja, namun disunnahkan mencelah-celahi rambut yang tebal tersebut. Karena Rasulullah selalu mencelah-celahi jenggotnya di saat berwudhu. [Riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al Irwa (92)]

- Kemudian mencuci kedua tangan sampai siku, karena Allah berfirman : dan kedua tanganmu hingga siku. [Surah Al-Ma'idah : 6]

- Kemudian mengusap kepala beserta kedua telinga satu kali, dimulai dari bagian depan kepala lalu diusapkan ke belakang kepala lalu mengembalikannya ke depan kepala.

- Setelah itu langsung mengusap kedua telinga dengan air yang tersisa pada tangannya.

- Lalu mencuci kedua kaki sampai kedua mata kaki, karena Allah berfirman: dan kedua kakimu hingga dua mata kaki. [Surah Al-Ma'idah : 6]. Yang dimaksud mata kaki adalah benjolan yang ada di sebelah bawah betis.

Kedua mata kaki tersebut wajib dicuci berbarengan dengan kaki. - Orang yang tangan atau kakinya terpotong, maka ia mencuci bagian yang tersisa yang wajib dicuci.

Dan apabila tangan atau kaki-nya itu terpotong semua maka cukup mencuci bagian ujungnya saja. - Setelah selesai berwudhu mengucapkan : [Diriwayatkan oleh Muslim. Sedang-kan redaksi "Allahumma ij`alni minat-tawwabina... adalah di dalam riwayat At-Turmudzi dan dishahih-kan oleh Al-Albani dalam Al Irwa (96)]

Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang bertobat dan jadikanlah aku sebagai bagian dari orang-orang yang bersuci.
- Ketika berwudhu wajib mencuci anggota-anggota wudhunya secara berurutan, tidak menunda pencucian salah satunya hingga yang sebelum-nya kering. - Boleh mengelap anggota-anggota wudhu seusai berwudhu.
http://sholat.wordpress.com/wudhu/
Wudhu adalah mensucikan diri dari segala hadast kecil sesuai dengan aturan syariat islam. Niat Wudhu : NAWAITUL WUDHUU-A LIROF'IL HADATSIL ASGHORI FARDHOL LILLAHI TA'AALAA. Artinya : Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil karena Allah Ta'ala. Yang dapat membatalkan wudhu anda : a. mengeluarkan suatu zat dari qubul (kemaluan) dan dubur (anus). Misalnya buang air kecil, air besar, buang angin/kentut dan lain sebagainya. b. kehilangan kesadaran baik karena pingsan, ayan, kesurupan, gila, mabuk, dan lain-lain. c. Bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya tanpa tutup. d. tidur dengan nyenyak, kecuali tidur mikro (micro sleep) sambil duduk tanpa berubah kedudukan. Cara Berwudhu : a. membaca bismillah b. membasuh tangan c. niat wudhu d. berkumur dan membesihkan gigi (3x) e. membasuh seluruh muka/wajah sampai rata (sela-sea janggut bila ada) (3x) f. membasuh tangan hinnga siku merata (3x yang kanan dulu) g. membasuh rambut bagian depan hingga rata (3x) h. membasuh daun telinga/kuping hinnga merata (3x sebelah kanan dulu) i. membasuh kaki hingga mata kaki sampai rata (3x kanan dahulu) j. membaca doa setelah wudhu

http://organisasi.org/pengertian_wudhu_wudu_dan_tata_cara_wudhu_agama_islam
Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan Al Fauzan hafidzahullah menyebutkan beberapa keadaan yang dapat menyebabkan seseorang bersuci dengan tayammum,

Jika tidak ada air baik dalam keadaan safar/dalam perjalanan ataupun tidak . Terdapat air (dalam jumlah terbatas) bersamaan dengan adanya kebutuhan lain yang memerlukan air tersebut semisal untuk minum dan memasak. Adanya kekhawatiran jika bersuci dengan air akan membahayakan badan atau semakin lama sembuh dari sakit. Ketidakmampuan menggunakan air untuk berwudhu dikarenakan sakit dan tidak mampu bergerak untuk mengambil air wudhu dan tidak adanya orang yang mampu membantu untuk berwudhu bersamaan dengan kekhawatiran habisnya waktu sholat. Khawatir kedinginan jika bersuci dengan air dan tidak adanya yang dapat menghangatkan air tersebut.

Berikut dari Berry Blog mengenai Tata Cara Tayammum Nabi shallallahu alaihi was sallam : Tata cara tayammum Nabi shollallahu alaihi was sallam dijelaskan hadits Ammar bin Yasir rodhiyallahu anhu,

Rasulullah shallallahu alaihi was sallam mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian aku mengalami junub dan aku tidak menemu kan air. Maka aku berguling-guling di tanah sebagaimana layaknya hewan yang berguling-guling di tanah. Kemudian aku ceritakan hal tersebut kepada Nabi shallallahu alaihi was sallam. Lantas beliau mengatakan, Sesungguhnya cukuplah engkau melakukannya seperti ini. Seraya bel iau memukulkan telapak tangannya ke permukaan bumi sekali pukulan lalu meniupnya. Kemudian beliau mengusap punggung telapak tangan (kanan)nya dengan tangan kirinya dan mengusap punggung telapak tangan (kiri)nya dengan tangan kanannya, lalu beliau mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.[16] Dan dalam salah satu lafadz riwayat Bukhori,

Dan beliau mengusap wajahnya dan kedua telapak tangannya dengan sekali usapan.

Berdasarkan hadits di atas kita dapat simpulkan bahwa tata cara tayammum beliau shallallahu alaihi was sallam adalah sebagai berikut.

Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan bumi dengan sekali pukulan kemudian meniupnya. Kemudian menyapu punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya. Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan. Semua usapan baik ketika mengusap telapak tangan dan wajah dilakukan sekali usapan saja. Bagian tangan yang diusap adalah bagian telapak tangan sampai pergelangan tangan saja atau dengan kata lain tidak sampai siku seperti pada saat wudhu . Tayammum dapat menghilangkan hadats besar semisal janabah, demikian juga untuk hadats kecil. Tidak wajibnya urut/tertib dalam tayammum.

nah begitulah panduan tata cara tayamum sesuai dengan ajaran islam , semoga bermanfaat untuk sobat blogger . sekian dari saya apabila ada kesalahan mohon maaf dan tolong di betulkan . Referensi : http://ustadchandra.wordpress.com/2010/03/04/panduan-tata-cara-tayamum/

http://www.berryhs.com/2012/01/cara-tayamum-yang-benar-menurut-islam.html

PANDUAN TATA CARA TAYAMUM


04MAR20108 Komentar
by chandra in FIQIH

1 Votes

Segala puji hanya kembali dan milik Allah Tabaroka wa Taala, hidup kita, mati kita hanya untuk menghambakan diri kita kepada Dzat yang tidak membutuhkan sesuatu apapun dari hambanya. Sholawat dan salam semoga senantiasa

Islam, Muhammad bin Abdillahshollallahu alaihi wa sallam, beserta keluarga dan para sahabat beliauradhiyallahu anhum.
tercurah kepada Rasulul Mungkin tidak jarang dari kita melihat sebagian dari saudara-saudara kita kalangan kaum muslimin yang masih asing dengan istilah tayammum atau pada sebagian lainnya hal ini tidak asing lagi akan tetapi belum mengetahui bagaimana tayammum yang Nabi shollallahu alaihi was sallam ajarkan serta yang diinginkan oleh syariat kita. Maka penulis mengajak pembaca sekalian untuk meluangkan waktu barang 5 menit untuk bersama mempelajari hal ini sehingga ketika tiba waktunya untuk diamalkan sudah dapat beramal dengan ilmu. Pengertian Tayammum Kami mulai pembahasan ini dengan mengemukakan pengertian tayammum. Tayammum secara bahasa diartikan sebagai Al Qosdu ( ) yang berarti maksud. Sedangkan secara istilah dalam syariat adalah sebuah peribadatan kepada Allah berupa mengusap wajah dan kedua tangan dengan menggunakanshoid yang bersih[1]. Shoid adalah seluruh permukaan bumi yang dapat digunakan untuk bertayammum baik yang terdapat tanah di atasnya ataupun tidak[2]. Dalil Disyariatkannya Tayammum Tayammum disyariatkan dalam islam berdasarkan dalil Al Quran, As Sunnah dan Ijma (konsensus) kaum muslimin [3]. Adapun dalil dari Al Quran adalah firman Allah Azza wa Jalla,

Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau berhubungan badan dengan perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan permukaan bumi yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. (QS. Al Maidah [5] : 6). Adapun dalil dari As Sunnah adalah sabda Rasulullah shollallahu alaihi was sallam dari sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman rodhiyallahu anhu,

Dijadikan bagi kami (ummat Nabi Muhammad shollallahu alaihi was sallam ) permukaan bumi sebagai thohur/sesuatu yang digunakan untuk besuci [4] (tayammum) jika kami tidak menjumpai air. [5]
Media yang dapat Digunakan untuk Tayammum Media yang dapat digunakan untuk bertayammum adalah seluruh permukaan bumi yang bersih baik itu berupa pasir, bebatuan, tanah yang berair, lembab ataupun kering. Hal ini berdasarkan hadits Nabi shollallahu alaihi was

sallam dari sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman rodhiyallahu anhu di atas dan secara khusus, Dijadikan (permukaan, pent.) bumi seluruhnya bagiku (Nabi shollallahu alaihi was sallam) dan ummatku sebagai tempat untuk sujud dan sesuatu yang digunakan untuk bersuci. [6]
Jika ada orang yang mengatakan bukankah dalam sebuah hadits Hudzaifah ibnul Yaman[7] Nabi mengatakan tanah?! Maka kita katakan sebagaimana yang dikatakan oleh Ash Shonani rohimahullah, Penyebutan sebagian anggota lafadz umum bukanlah pengkhususan[8]. Hal ini merupakan pendapat Al Auzaai, Sufyan Ats Tsauri Imam Malik, Imam Abu Hanifah[9] demikian juga hal ini merupakan pendapat Al Amir Ashonani[10], Syaikh Al Albani[11], Syaikh Abullah Alu Bassaam[12] -rohimahumullah-, Syaikh DR. Sholeh bin Fauzan Al Fauzan[13] dan Syaikh DR. Abdul Adzim bin Badawiy Al Kholafiyhafidzahumallah [14] . Keadaan yang Dapat Menyebabkan Seseorang Bersuci dengan Tayammum Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan Al Fauzan hafidzahullah menyebutkan beberapa keadaan yang dapat menyebabkan seseorang bersuci dengan tayammum, Jika tidak ada air baik dalam keadaan safar/dalam perjalanan ataupun tidak[15]. Terdapat air (dalam jumlah terbatas pent.) bersamaan dengan adanya kebutuhan lain yang memerlukan air tersebut semisal untuk minum dan memasak. o Adanya kekhawatiran jika bersuci dengan air akan membahayakan badan atau semakin lama sembuh dari sakit. o Ketidakmapuan menggunakan air untuk berwudhu dikarenakan sakit dan tidak mampu bergerak untuk mengambil air wudhu dan tidak adanya orang yang mampu membantu untuk berwudhu bersamaan dengan kekhawatiran habisnya waktu sholat. Khawatir kedinginan jika bersuci dengan air dan tidak adanya yang dapat menghangatkan air tersebut.

Tata Cara Tayammum Nabi shallallahu alaihi was sallam Tata cara tayammum Nabi shollallahu alaihi was sallam dijelaskan hadits Ammar bin Yasir rodhiyallahu .

anhu,

Rasulullah shallallahu alaihi was sallam mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian aku mengalami junub dan aku tidak menemukan air. Maka aku berguling-guling di tanah sebagaimana layaknya hewan yang berguling-guling di tanah. Kemudian aku ceritakan hal tersebut kepada Nabi shallallahu alaihi was sallam. Lantas beliau mengatakan, Sesungguhnya cukuplah engkau melakukannya seperti ini. Seraya beliau memukulkan telapak tangannya ke permukaan bumi sekali pukulan lalu meniupnya. Kemudian beliau mengusap punggung telapak tangan (kanan)nya dengan tangan kirinya dan mengusap punggung telapak tangan (kiri)nya dengan tangan kanannya, lalu beliau mengusap wajahnya dengan ke dua tangannya. [16]
Dan dalam salah satu lafadz riwayat Bukhori,

Dan beliau mengusap wajahnya dan kedua telapak tangannya dengan sekali usapan. Berdasarkan hadits di atas kita dapat simpulkan bahwa tata cara tayammum beliau shallallahu alaihi was sallam adalah sebagai berikut.
Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan bumi dengan sekali pukulan kemudian meniupnya. Kemudian menyapu punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya. Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan. Semua usapan baik ketika mengusap telapak tangan dan wajah dilakukan sekali usapan saja. Bagian tangan yang diusap adalah bagian telapak tangan sampai pergelangan tangan saja atau dengan kata lain tidak sampai siku seperti pada saat wudhu[17]. Tayammum dapat menghilangkan hadats besar semisal janabah, demikian juga untuk hadats kecil. Tidak wajibnya urut/tertib dalam tayammum.

Pembatal Tayammum Pembatal tayammum sebagaimana pembatal wudhu. Demikian juga tayammum tidak dibolehkan lagi apa bila telah ditemukan air bagi orang yang bertayammum karena ketidakadaan air dan telah adanya kemampuan menggunakan air atau tidak sakit lagi bagi orang yang bertayammum karena ketidakmampuan menggunakan air[18]. Akan tetapi shalat atau ibadah lainnya[19] yang telah ia kerjakan sebelumnya sah dan tidak perlu mengulanginya. Hal ini berdasarkan hadits Nabi shallallahu alaihi was sallam dari sahabat Abu Said Al Khudri radhiyallahu anhu, : :

Dua orang lelaki keluar untuk safar. Kemudian tibalah waktu shalat dan tidak ada air di sekitar mereka. Kemudian keduanya bertayammum dengan permukaan bumi yang suci lalu keduanya shalat. Setelah itu keduanya menemukan air sedangkan saat itu masih dalam waktu yang dibolehkan shalat yang telah mereka kerjakan tadi. Lalu salah seorang dari mereka berwudhu dan mengulangi shalat sedangkan yang lainnya tidak mengulangi shalatnya. Keduanya lalu menemui Nabi shallallahu alaihi was sallam dan menceritakan yang mereka alami. Maka beliau shallallahu alaihi was sallam mengatakan kepada orang yang tidak mengulang shalatnya, Apa yang kamu lakukan telah sesuai dengan sunnah dan kamu telah mendapatkan pahala shalatmu . Beliau mengatakan kepada yang mengulangi shalatnya, Untukmu dua pahala[20][21]. Juga hadits Nabi shollallahu alaihi was sallam dari sahabat Abu Huroirohrodhiyallahu anhu, Seluruh permukaan bumi (tayammum) merupakan wudhu bagi seluruh muslim jika ia tidak menemukan air selama sepuluh tahun (kiasan bukan pembatasan angka) [22], apabila ia telah menemukannya hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dan menggunakannya sebagai alat untuk besuci. [23]
Di Antara Hikmah Disyariatkannya Tayammum Sebagai penutup kami sampaikan hikmah dan tujuan disyariatkannya tayyamum adalah untuk menyucikan diri kita dan agar kita bersyukur dengan syariat ini serta tidaklah sama sekali untuk memberatkan kita, sebagaimana akhir firman Allah dalam surat Al Maidah ayat 6, .

Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak menyucikan kamu dan menyempurnakan nikmatNya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al Maidah: 6). Abul Faroj Ibnul Jauziy rohimahullah mengatakan ada empat penafsiran ahli tafsir tentang nikmat apa yang Allah
maksudkan dalam ayat ini, Pertama, nikmat berupa diampuninya dosa-dosa[24].

Kedua, nikmat berupa hidayah kepada iman, sempurnanya agama, ini merupakan pendapat Ibnu Zaid rohimahullah . Ketiga, nikmat berupa keringanan untuk tayammum, ini merupakan pendapat Maqotil dan Sulaiman. Keempat, nikmat berupa penjelasan hukum syariat, ini merupakan pendapat sebagian ahli tafsir[25]. Demikianlah akhir tulisan ini mudah-mudahan menjadi tambahan amal bagi penulis dan tambahan ilmu bagi pembaca sekalian. Allahumma Amiin. Di waktu Dhuha, Ahad 12 Dzulhijjah 1430 H. Penulis: Aditya Budiman Murojaah: M.A. Tuasikal Artikel www.muslim.or.id [1] Lihat Syarhul Mumti ala Zaadil Mustaqni oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rohimahullah hal. 231/I, terbitan Al Kitabul Alimiy, Beirut, Lebanon. [2] Kami ringkas dengan penyesuaian redaksi dari Lisanul Arob oleh Muhammad Al Mishriy rohimahullah hal. 251/III, terbitan Darush Shodir, Beirut, Lebanon. [3] Sebagaimana dikatakan oleh An Nawawi Asy Syafii rohimahullah. [Lihat Al Minhaaj Syarh Shohih Muslim oleh An Nawawi rohimahullah hal. 279/IV cetakan Darul Marifah, Beirut dengan tahqiq dari Syaikh Kholil Mamun Syihaa]. [4] Lihat Taudhihul Ahkam min Bulughil Maroom oleh Syaikh Abdullah Alu Bassaam rohimahullah hal. 412/I terbitan Maktabah Asaadiy, Mekkah, KSA. [5] HR. Muslim no. 522. [6] HR. Ahmad no. 22190, dinyatakan shohih lighoirihi oleh Syaikh Syuaib Al Arnauth dalam Taliq beliau untuk Musnad Imam Ahmad, terbitan Muasasah Qurthubah, Kairo, Mesir. [7] Yang kami maksud adalah hadits Nabi shallallahu alaihi

was sallam,

Demikian juga hadits dari sahabat Ali yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnadnya no. 774 dinyatakan Shohih oleh Syaikh Ahmad Syakir,

[8] Lihat Subulus Salaam Al Mausulatu ilaa Bulughil Maroom oleh Al Amir Ash Shonani rohimahullah hal. 354/I dengan tahqiq dari Syaikh Muhammad Shubhi Hasan Halaaq cetakan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh, KSA. [9] Lihat Al Minhaaj Syarh Shohih Muslim hal. 280/IV. [10] Lihat Subulus Salaam Al Mausulatu ilaa Bulughil Maroom hal. 351-352/I. [11] Lihat Ats Tsamrul Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitaab oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rohimahullah hal. 31/I cetakan Ghiroos, Kuwait. [12] Lihat Taudhihul Ahkam min Bulughil Maroom hal. 414/I. [13] Lihat Al Mulakhoshul Fiqhiy hal. 38 oleh Syaikh DR. Sholeh bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan hafidzahullah cetakan Dar Ibnul Jauziy Riyadh. [14] Lihat Al Wajiz fi Fiqhil Kitab was Sunnah oleh Syaikh DR. Abdul Adhim bin Badawiy Al Kholafiy hafidzahullah hal. 56 Dar Ibnu Rojab Kairo, Mesir. [15] Asy Syaukani menambahkan keadaan yang dapat menyebabkan seseorang bersuci dengan tayammum dengan jauhnya air, kemudian beliau menambahkan batasan suatu jarak dikatakan tidak jauh dalam hal ini dengan adanya kemungkinan seseorang dapat mendapatkan air kemudian berwudhu dengannya dan dapat sholat pada waktunya. [lihat As Saylul Jaror oleh Asy Syaukanirohimahullah hal. 129/I, terbitan Darul Kutub Ilmiyah, Beirut, Lebanon.] namun Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin mengatakan bahwa batasan dikatakan tidak jauh itu adalah urf/penilaian masyarakat [lihat Syarhul Mumti ala Zaadil Mustaqni hal . 235/I ].

Tambahan dari editor, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, . Akan tetapi, mereka juga boleh cukup dengan tayamum jika memang harus memperoleh air yang tempatnya jauh. Mereka nanti bertayamum dan mengerjakan shalat di waktunya masingmasing. Namun yang lebih baik adalah melakukan jama suri seperti tadi dan tetap berwudhu dengan air, ini yang lebih afdhol (lebih utama). Walhamdulillah.[ Majmu Al Fatawa, hal. 458/XXI.] [16] HR. Bukhori no. 347, Muslim no. 368. [17] Kami katakan demikian karena kemutlakan yang ada dalam ayat tayammum ( [QS. Al Maidah (5) : 6]) tidak bisa di dimuqoyyadkan dengan ayat wudhu (

,Dan sapulah tanganmu. , Dan basuhlah

tanganmu sampai dengan siku [QS. Al Maidah (5) : 6]), karena hukum kedua masalah ini berbeda (yang satu masalah tayammum yang lainnya wudhu) walaupun sebabnya sama, hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rohimahullah dalam Syarh Nadzmul Waroqot hal. 123, terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh dan lihat juga Maalim Ushul Fiqh oleh Syaikh Muhammad Husain bin Hasan Al Jaizaniy, hal. 441, terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh. [18] Lihat Al Wajiz fi Fiqhil Kitab was Sunnah hal.56. [19] Karena tayammum merupakan badal/pengganti dari wudhu. Sehingga apa yang dibolehkan dengan berwudhu dibolehkan juga dengan tayammum. [Lihat Subulus Salaam Al Mausulatu ilaa Bulughil Maroom hal. 360/I ]. [20] Yaitu satu pahala untuk sholat yang pertama dan satu pahala untuk sholat yang kedua. [Lihat Subulus Salaam Al Mausulatu ilaa Bulughil Maroomhal. 362/I, Taudhihul Ahkam min Bulughil Maroom hal. 426/I]. [21] HR. Abu Dawud no. 338, An Nasai no. 433. Dinyatakan shohih oleh Al Albani dalam Shohihul Jami no. 3861. [22] Lihat Taudhihul Ahkam min Bulughil Maroom hal. 422/I. [23] HR. Ahmad no. 21408, Tirmidzi no. 124, Abu Dawud no. 333, An Nasai no. 420, dan lain -lain. Hadits ini dinyatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dan dinyatakan shohih lighoirihi oleh Syaikh Syuaib Al Arnauth. [24] Dalil tentang hal ini hadits Humroon tentang wudhunya Utsman bin Affanrodhiyallahu anhu . [25] Lihat Zaadul Masiir hal. 108, Asy Syamilah.

http://ustadchandra.wordpress.com/2010/03/04/panduan-tata-cara-tayamum/

Anda mungkin juga menyukai