Anda di halaman 1dari 134

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA LANSIA

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA LANSIA BAB II PEMBAHASAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR 2.1. Pengertian Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien. Menurut Narrow (1645-1967) terdapat enam kondisi seseorang dapat beristirahat : Merasa segala sesuatu berjalan normal ; Merasa diterima ; Merasa diri mengerti apa yang sedang berlangsung ; Bebas dari perlukaan dan ketidak nyamanan ; Merasa puas telah melakukan aktifitas-aktifitas yang berguna ; Mengetahui bahwa mereka akan mendapat pertolongan bila membutuhkannya. Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif tenang disertai peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga(bangun), dan mudah dibangunkan, (Hartman). Pendapat lain juga

menyebutkan bahwa tidur merupakan suatu keadaan istirahat yang terjadi dalam suatu waktu sistem tertentu, berkurangnya energi. kesadaran Juga membantu sebagai memperbaiki tubuh/memulihkan tidur

fenomena di mana terdapat periode tidak sadar yang disertai perilaku fisik psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga. 2.2. Mekanisme Tidur Teori Chemics : peningkatan CO2 menyebabkan rasa ngantuk. Teori Vaskuler : penurunan TD di otak yang menyebabkan rasa ngantuk. Salah satu fungsi kelenjar hipofise sebagai pusat pengaturan tidur. Para Ahli neurifisiologis : sekresi hormone serotonin yang menyebabkan rasa ngantuk Teori Feed Back : Kelemahan sel-sel saraf yang menyebabkan rasa ngantuk Instink/Naluri 2.3. Tahap Tahap Tidur Tanda-tanda menjelang tidur : Suhu badan (SB) menurun Pernapasan melambat Otot2 rileks Menguap.(tanda tubuh beradaptasi akibat pernapasan melambat)

Basic Rest Activity Cycle (BRAC): NREM (Non Rapid Eye Movement) Slow wave sleep, yang terdiri dari 4 tahap : Tahap I : o Mulai saat hilangnya Gel Alpha yang biasa terdapat pada seseorag yang sedang terjaga.

o Muncul gel2 yang tidak sinkron, frekuensi bercampuran dan voltase rendah. o Merasa ingin tidur, bila banyak pikiran akan mudah dibangunkan. o Merupakan tidur paling dangkal, berlangsung selama beberapa detik beberapa menit. Tahap II : o Merupakan tidur yang tidak dalam. o Muncul gel yang berbentuk seperti spindel dengan voltase lebih tinggi, runcing2 (Gel K)

o Berlangsung 5-10 menit. Tahap III : o Merupakan tidur yang dalam. o Muncul gel Deltha, yang lambat dengan amplitudo besar, tinggi dan dalam.

o Biasanya sulit dibangunkan. o Berlangsung 10 menit Tahap IV : o Tidur yang paling dalam. o Pada EEG dipenuhi Gel Deltha. o Sangat sulit dibangunkan. o Terjadi mimpi sehubungan dengan kejadian sehari sebelumnya. o Lamanya 5-15 menit o Terjadi perubahan fisik : o Nadi & pernapasan melambat o TD turun

o Otot-otot sangat rileks o Basal metabolisme dan SB menurun REM (Rapid Eye Movement) Paradoksical sleep- sebagai puncak Tidur : Sangat sulit dibangunkan. Pada orang dewasa tahap ini 20-25% dari tidur malam, bila seseorang terbangun pada tahap ini mereka dapat mengingat mimpi mereka. Biasanya terjadi 80-100 menit setelah orang tertidur. Semakin lelah seseorang makin cepat mengalami tahap ini . Karakteristik Tahap REM : Terjadi pada tahap II NREM dan berlangsung selama 5-10 menit. Kembali ke tahap II NREM lagi. Saat perpindahan dari NREM ke REM biasanya terjadi hentakan otak yang tidak disadari. TD menngkat. Sekresi getah/asam lambung meningkat Basal metabolisme dan SB meningkat Terjadi mimpi yang menyenangkan, bersemangat dan sibuk. Orang yang tidak mengalami periode REM biasanya tidak merasa puas dengan tidurnya. Orang biasanya mengalami 4-5x masa REM

2.4. Kegunaan Tidur (Delment & Wolman ) Beradaptasi terhadap rangsangan yang dapat menimbulkan kecemasan. Memperbaiki ingatan.

Mempermudah mempelajari sesuatu serta dalam mengatasi masalahmasalah yang sulit. Relaksasi 2.5. Kebutuhan Tidur Rata Rata Perhari Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan 1 siklus tidur rata-rata 45-60 menit Bayi(s/d 1 thn) : 1 siklus tidur rata2 12-14 jam/hari dengan 20-30% REM dan tidur sepanjang malam Todler(1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan sepanjang malam + tidur siang Pra sekolah : 11 jam/hari dengan 20% REM Usia sekolah : 10 jam/hari dengan 18,5% REM Usia sekolah : 10 jam/hari dengan 18,5% REM Adolescent : 8,5 jam/hari dengan 20% REM Dewasa muda : 7-8 jam/hari dengan 20-25% REM Dewasa menengah : 7 jam/hari dengan 20% REM dan sering sulit tidur Dewasa tua : 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit tidur 2.6. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tidur 1.Umur Semakin bertambah umur manusia semakin berkurang total waktu kebutuhan tidur. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan dan fisiologis dari sel-sel dan organ, pada neonati kebutuhan tidur tinggi karena masih dalam proses adaptasi dengan lingkungan dari dalam rahim ibu, sedangkan pada lansia sudah mulai terjadi degenerasi sel dan organ yang mempengaruhi fungsi dan mekanisme tidur. 2.Penyakit Hal ini umumnya terjadi pada klien dengan nyeri, kecemasan, dispnea. Pada kasus penyakit akibat digigit nyamuk tse-tse. Juga pada kasus tertentu dengan klien gangguan hipertiroid. 25% REM dan Tidur

3.Motivasi Niat seseorang untuk tidur mempengaruhi kualitas tidur seperti menonton, main game atau hal-hal lain yang dapat menyebabkan penundaan waktu anda untuk tidur. 4.Emosi Suasana hati, marah, cemas dan stres dapat menyebabkan seseorang tidak bisa tidur atau mempertahankan tidur. 5.Lingkungan Lingkungan yang tidak kondusif seperti di dekat bandara atau di tepi jalanjalan umum atau di tempat-tempat umum yang menimbulkan kebisingan. 6.Obat obatan penggunaan atau ketergantungan pada penggunaan obar-obat tertentu seperti golongan sedative, hipnotika dan steroid. 7.Makanan dan minuman Pola dan konsumsi makanan yang mengandung merica, gas/air yang banyak, pola dan konsumsi minuman yang mengandung kafein ,gas dll. 8.Aktivitas. Kurang beraktivitas dan atau melakukan aktivitas yang berlebihan justru akan menyebabkan kesulitan untuk memulai tidur. 2.7. Masalah Masalah Yang Terjadi Pada Saat Tidur Insomnia, merupakan suatu keadaan di mana seseorang sulit untuk memulai atau mempertahankan keadaan tidurnya. Narkolepsi, merupakan suatu keadaan tidur di mana seseorang sulit mempertahankan keadaan terjaga/bangun/sadar. Penderita akan sering mengantuk hingga dapat tertidur secara tiba-tiba. Somnabulisme atau disebut tidur berjalan. Enuresa atau ngompol Nocturia, merupakan suatu keadaan di mana klien sering terbangun pada malam hari untuk buang air kecil/BAK.

Apnea/tidak bernapas dan Mendengkur. Delirium/Mengigau. Sehubungan dengan gangguan penyakit seperti pain, anxiety dan dispneu. Nightmares dan Nightterros (mimpi buruk) Tidur dan stadium penyakit (digigit nyamuk tse-tse)

DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB KOTIM Jalan Batu Berlian Nomor 11 Telp.(0531)22960/ Fax (0531)22940 Sampit pos : 74322 Kode

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

25 Maret 2012 A. DATA BIOGRAFI Nama TTL Jenis Kelamin Pendidikan Agama : Tn. M : Bandung, 14 maret 1925 : Laki laki ,Gol.Darah :O : SD : Islam

Tanggal Pengkajian :

Status Perkawinan : Kawin TB/BB : 165 cm,. 60 kg Penampilan : Bersih dan rapi, Ciri-ciri tubuh : berambut pendek, berwarna putih, bentuk tubuh bungkuk,berjanggut

Alamat

: Kel.Kota Besi Hulu RT/RW 05 /02 Kec.Kota Besi ....Telp/HP 085753394881 Kabupaten Kotawaringin Timur

Orang Yang Dekat Hubungan Alamat/ Telpon : istri

:Ny. T

: kota besi /082154560570

B. RIWAYAT KEPERAWATAN 1. Genogram

Keturunan Serumah

Keterangan :

: Laki laki : Perempuan .......

: Garis : Tinggal

: Garis Hubungan Meninggal

2.

Riwayat Keluarga ..Di dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, Asma Dan menular seperti Hepatitis, TBC dan lain lain.

C.RIWAYAT PEKERJAAN Pekerjaan saat ini Alamat pekerjaan Jarak dari rumah Alat transportasi Pekerjaan sebelumnya Jarak dari rumah Alat transportasi : tidak ada : : - ......................km/meter* : : PERUN TNI AD : 20 km/meter* : Tidak ada

Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan: sumber sumber pendapatan d dapat dari anak dan sudah dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

D.RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP Type tembat tinggal Jenis lantai rumah Kondisi lantai Tangga rumah Penerangan Tempat tidur Alat dapur WC Ada Kebersihan lingkungan : aman (posisi duduk ,ada pegangan ) : bersih (tidak ada barang membahayakan) : Rumah : Keramik : Kering : Tidak ada : cukup : aman (pagar pembatas,tidak terlalu tinggi) : tertata rapi

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 6 orang Derajat privasi : klien, 1 istri, 1 anak, 1 menantu, 2 cucu. Tetangga Terdekat : ada Alamat dan Telepon :.kota besi (0851546505670)

E.RIWAYAT REKREASI Hobby atau Minat : memancing dan memelihara ayam dan bunga Keanggotaan organisasi : tidak ada

Liburan atau Perjalanan :jalan jalan ke pantai dan ketempat anak F.SISTEM PENDUKUNG Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi* : ada Jarak dari rumah Rumah Sakit Klinik Pelayanan Kesehatan Di rumah Makanan yang dihantarkan : 20 km/meter* : Ada ,Jarak 5 km : tidak ada : tidak ada : tidak ada jarak km

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga: tidak ada Lain-lain

G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN Kebiasaan Ritual Yang lainnya : sholat 5 waktu : Tidak ada

H.STATUS KESEHATAN Status Kesehatan umum Selama setahun yang lalu: klien pernah menderita demam,sakit kepala, flu,batuk, maag, dan hernia. Yang sering kambuh yaitu maag. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien menderita hernia. Keluhan Utama: nyeri ulu hati 1.Provocative / Paliative 2.Quality/ Quantity : imflamasi mukosa lambung : tertusuk tusuk jarum

3.Region 4.Severity Scale 5.Timing

: Epigastrium : skala nyeri 3(0-10) : kalau telat makan( kadang-kadang)

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Apabila kambuh klien minum obat promaag.

Obat-obatan : NO 1. 2. NAMA OBAT Paracetamol Promaag DOSIS 500mg 250mg KETERANGAN Sesudah makan Sebelum makan

Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik) Obat-obatan Makanan : Tidak ada : tidak ada

Faktor Lingkungan : tidak ada

Penyakit yang diderita : Hipertensi Dimensia Lain-lainnya sebutkan: hernia Rheumatoid Asthma

I.AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

Indeks KATZ Oksigenasi Cairan dan Elektrolit Nutrisi sayur, dan lauk pauknya. Eliminasi Aktivitas bunga

: A : kebutuhan oksigenasi klien terpenuhi : klien minum air 1500ml/hari : klien makan 3x sehari lengkap dengan nasi, : klien BAB 1x sehari dan BAK >3x sehari : klien hanya dirumah memelihara ayam dan

Istirahat dan Tidur : klien siang tidur dari jam 12.00 13.00 dan malam dari jam 20.00 04.00. Kwantitas : klien sering terbangun, setiap jam klien terbangun dan susah untuk memulai tidur lagi. Personal Hygiene Seksual Rekreasi : 2x sehari : 1bulan sekali : kepantai dan memancing

J. PSIKOLOGI,KOGNITIF DAN PERSEPTUAL Konsep Diri Emosi Adaptasi : Klien puas dengan keadaan dirinya : terkontrol : klien mampu beradaptasi dengan baik.

Mekanisme Pertahanan diri : Baik Status mental Tingkat Kesadaran Afasia Dimensia Orientasi : : komposmentis :: tidak : normal

Bicara Bahasa yang digunakan Kemampuan membaca Kemampuan interaksi Vertigo

: normal : bahasa indonesia, banjar dan sunda : bisa : sesuai : tidak

Short Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ) = Fungsi mental utuh Mini Mental State Exam (MMSE)= baik nilai kesalahan : 1 Geriatrik Depresion Scale nilai: 4 APGAR = = Tidak depresi

K.TINJAUAN SISTEM Keadaan Umum Tingkat Kesadaran Tanda tanda Vital x/menit : Baik :Composmentis : TD 140 RR / 90 mmHg 20 X/menit Nadi: 80 Suhu : 36 BB:
0

TB : 165 cm PENGKAJIAN PERSISTEM PERNAFASAN (B1: BREATHING) 1.Bentuk dada 2.Sekresi dan Batuk 3.Pola nafas Frekwensi Nafas : 20 x/menit : simetris : Tidak ada

60 Kg

4.Bunyi nafas : Normal 5.Pergerakan dada Tag Intercostal Lain lain Substernal Supra Clavicula Suprasternal Tracheal Flail Chest

6.Tractil Fremitis/Fremitus Vokal Meningkat Menurun Lain-lain lokasi lokasi

7.Alat Bantu Pernafasan Nasal Masker Bag and Mask Respirator Tracheostomi

CARDIOVASKULER ( B2 : BLEEDING ) 1.Nadi Frekuensi.........80.........................x/menit Reguler Irreguler 2.Bunyi Jantung Normal Tambahan 3.Letak Jantung Ictus cordis teraba pada................. Ada Tidak,Jenis.............. Lemah Kuat

4.Pembesaran Jantung 5.Nyeri Dada 6.Edema : Palpebra Asites : Tidak

: Tidak

Anasarka Tidak Ada

Ekstrimitas atas Ekstrimitas bawah

Lainnya......................... 7.Clubbing Finger : Tidak

PERSYARAFAN (B3 : BRAIN ) Tingkat Kesadaran : Kompos mentis 1.GCS : Eye :......4........ Verbal :.....6........ Motorik :.5................. Total GCS : 15 2.Refleks 3.Koordinasi Gerak 4.Kejang : normal : Tidak :Tidak

5.Lain-lain.......................................... PENGINDERAAN ( PERSEPSI SENSORI ) 1. Mata ( Penglihatan ) a. b. Bentuk : Normal

Visus..................... Pupil : isokor

c.

Gerak bola Mata

: normal

d. e. f. 2.

Medan Penglihatan : normal Buta Warna : tidak

Tekanan intra okuler : tidak

Hidung (Penciuman ) a. b. Bentuk Gangguan Penciuman : : Normal Ya

3.

Telinga ( Pendengaran ) a. b. c. d. e. Aurikel Membran tympani Otorrhoea Gangguan Pendengaran Tinitus : Normal : Terang : Tidak ada : Tidak : Tidak : normal : normal

4. 5.

Perasa Peraba

PERKEMIHAN ELIMINASI URI ( B4 : BLADDER ) Masalah Kandung Kemih Produksi Urine 700 ml/hari : tidak ada masalah Frekuensi > 3x /hari

Warna kuning kecoklatan ,Bau khas amoniak

PENCERNAAN ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL)

1.

Mulut dan Tenggorokan a. Mulut Selaput Lendir Mulut : lembab b. c. d. e. f. g. h. i. Lidah : bersih Kebersihan Rongga Mulut : Tidak berbau Tenggorokan Abdomen Pembesaran hepar Pembesaran Lien Asites Lain lain : tidak ada : tidak ada masalah : Nyeri tekan,lokasi epigastrium tidak ada tidak ada tidak ada

2.

Masalah usus besar dan rektum/anus BAB 1 X/hari Tidak ada masalah OTOT,TULANG DAN INTEGUMENT ( B6 : BONE ) 1. Otot dan Tulang Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai ( ROM ) Kemampuan kekuatan otot Fraktur Dislokasi Haematom 2. Integumen : Bebas : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada

Warna Kulit : cokelat Turgor :Elastik Tulang Belakang Akral : kiposis : hangat

REPRODUKSI Laki laki : Kelamin bentuk pembesaran pada alat kelamin. Kebersihan Alat Kelamin : Bersih : tidak normal,keterangan terjadi

ENDOKRIN 1. Faktor Alergi : tidak ada Manifestasi : tidak ada Cara Mengatasi : tidak ada 2. Kelainan endokrin: tidak ada masalah.

PENGETAHUAN : Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: .klien menganggap bahwa kesehatan dirinya itu sangatlah penting.sehingga klien rutin melakukan control.

Sampit, Maret 2012 Mahasiswa yang mengkaji,

................................... ...... NIM.

ANALISA DATA NO DATA ETIOLOGI 1. S: saya sering terbangun apabila Ketidak normalan tidur malam status fisiologi O : - ku baik - konjungtiva anemis - klien setiap 1 jam bangun apabila tidur malam -klien tampak lelah -klien menguap - TD 140/90 mmHg N 80 x/ menit RR 20x/ menit S 36 C Kuantitas tidur malam dari jam 20.00 04.00 Kuantitas tidur siang dari PROBLEM Gangguan rasa nyaman(istirahat tidur)

jam 12.00 13.00

RENCANA KEPERAWATAN No. Dx. Kep. 1 1 Tujuan Intervensi Rasional Setelah dilakukan Lakukan pengkajian Memberikan informasi tindakan keperawatan masalah gangguan tidur dasar dalam menentukan diharapkan gangguan klien, karakteristik dan rencana keperawatan. istirahat tidur tidak penyebab kurang tidur. Mengatur pola tidur. terjadi,dengan criteria Lakukan persiapan Meningkatkan tidur. hasil: untuk tidur malam seperti Meningkatkan tidur. Klien tampak rileks pada jam 9 malam Meningkatkan tidur. dan lebih segar sesuaidengan pola tidur Meningkatkan tidur. Ttv dalam batas klien. Mengurangi gangguan normal Lakukan mandi air tidur. Klien dapat tidur 6-8 hangat. Mengurangi gangguan jam setiap malam. Anjurkan makan yang tidur. cukup satu jam sebelum Mengurangi gangguan tidur. tidur. Berikan susu hangat 10. Mengurangi tidur. sebelum tidur. 11. Meningkatkan pola tidur. Keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih dan bantal yang nyaman. Bunyi telepon dan alarm hp di kecilkan. Berikan pengobatan

seperti analgetik dan sedative,setengah jam sebelum tidur. Lakukan masase pada daerah belakang, tutup jendela/pintu jika perlu. 10. Tingkatkan aktivitas sehari hari dan kurangi aktivitas sebellum tidur. 11. Pengetahuan kesehatan : jadwal tidur mengurangi stress , cemas , dan latihan relaksasi.

IMPLEMENTASI No Dx. Kep. Implementasi Evaluasi . 1. 1 melakukan pengkajian masalah gangguan S : klien mengatakan saya masih 1. tidur klien, karakteristik dan penyebab sering terbangun pada malam kurang tidur. hari Hasil : klien sering terbangun pada malam O : - : - ku baik hari - konjungtiva anemis menganjurkan klien untuk tidur malam - klien setiap 1 jam seperti pada jam 9 malam sesuaidengan bangun apabila tidur malam pola tidur klien. -klien tampak lelah Hasil : klien tidur jam 20.00 04.00 wib -klien menguap anjurkan keluarga klien untuk - TD : 140/90 mmHg memberikan Keadaan tempat tidur yang N : 80 x/ menit nyaman, bersih dan bantal yang nyaman. RR : 20x/ menit Hasil : keluarga klien menuruti anjuran S : 36 C ersebut.. Kuantitas tidur malam dari meningkatkan aktivitas sehari hari dan jam 20.00 04.00 kurangi aktivitas sebellum tidur. Kuantitas tidur siang dari Hasil : klien tidak melakukan kegiatan jam 12.00 13.00 sebelum tidur A ; masalah belum teratasi . P : lanjutkan intervensi

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada tress emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan

B.

SARAN Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien.

Posted 31st March 2012 by Inka Februaria

0. Mar 31

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. S DENGAN MASALAH GANGGUAN SEKSUAL (kelompok7)
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. S DENGAN MASALAH GANGGUAN SEKSUAL

KELOMPOK 7:

ENDAH MURNI REZKY FAHRUDINUR RAMADHAN TRI NURWAHYUNI

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTA WARINGIN TIMUR JL. BATU BERLIAN NO.II TELP. (0531) 22960 2012 KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan. Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. S DENGAN MASALAH GANGGUAN SEKSUAL. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Sampit,

Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................................................ DAFTAR ISI ........................................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... 1.2 TUJUAN PENULISAN ................................................................................ 1.3 RUMUSAN MASALAH................................................................................ 1.4 METODE PENULISAN...............................................................................

i ii iii

1 1 2 2

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN........................................................................ BAB II PEMBAHASAN

2.1.. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY DENGAN GANGGUAN SEKSUAL A. Perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia................. B. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut Kaplan.......................... C. Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia........

D. Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial E. Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia............ F. ............................................................................................................ G. PENATALAKSANAAN........................................................................... H. MASALAH KEPERAWATAN.................................................................. I. DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................

J. RENCANA KEPERAWATAN.................................................................. DAFTAR KEPUSTAKAAN 2.2.. LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY DENGAN GANGGUAN SEKSUAL PENGKAJIAN............................................................................................ ANALISA DATA......................................................................................... RENCANA KEPERAWATAN....................................................................... 15 18 19

BAB III

PENUTUP 3.1 KESIMPULAN ............................................................................................ 3.2 SARAN ..................................................................................................... 22 22

DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas

kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang sehat adalah hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan suami dan istri dan tidak menimbulkan akibat buruk baik fisik maupun psikis termasuk dalam hal ini pasangan lansia. Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun. Pada periode ini masalah seksual masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang menikah, termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah terbesar adalah masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita lansia lebih didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa tua. Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita dan 48 pria yang berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga terutama mengambil sampel mereka yang berusia antara 50-70 tahun, sedang penelitian Hite dengan 1066 sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia di atas 70 tahun(Alexander and Allison,1995). Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa: Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang cukup lanjut, dan aktifitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan pasangan.

Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat berkaitan dengan pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.

Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari pria, seorang wanita lansia yang ditinggal mati suaminya akan sulit untuk menemukan pasangan hidup. Saat ini jumlah wanita di Indonesia yang memiliki Usia Harapan Hidup (UHH) diatas 45

tahun lebih meningkat dan pada usia tersebut wanita masih berharap dapat melakukan hubungan seksual secara normal. Karena faktor usia, hubungan seksual pada lansia umumnya memiliki frekwensi yang relatif rendah, sehingga diperlukan suatu penelaahan tentang masalah seksual pada lansia. Fenomena sekarang, tidak semua lansia dapat merasakan kehidupan seksual yang harmonis. Ada tiga penyebab mengapa kehidupan seksual tidak harmonis. Pertama, komunikasi seksual diantara pasangan tidak baik. Kedua, pengetahuan seksual tidak benar. Ketiga karena gangguan fungsi seksual pada salah satu maupun kedua pihak bisa karena perubahan fisiologis maupun patologis. Agar kualitas hidup lansia tidak sampai terganggu karena masalah seksual, maka setiap disfungsi seksual harus segra diatasi dengan cara yang benar dan ilmiah. Yang perlu diperhatikan dalam penanganan disfungsi seksual ialah pertama kita harus menentukan jenis disfungsi seksual dengan tepat, mencari penyebabnya, memberikan pengobatan sesuai penyebab dan untuk memperbaiki fungsi seksual seperti dijelaskan dalam makalah ini.

B. 1.

Tujuan

Tujuan Umum Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut

2.

Tujuan Khusus a. b. Mengetahui karakteristik masa usia lanjut Mengetahui perubahan-perubahan pada masa usia lanjut

c. d. e. f.

Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut Mengetahui perubahan seksual pada pria lansia Mengetahui perubahan seksual pada wanita lansia Mengetahui cara mengatasi permasalah seksual pada masa usia lanjut

C. 1.

Manfaat

Bagi mahasiswa Merupakan sumber tambahan informasi dan pengetahuan tentang permasalahan seksual pada masa usia lanjut sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kebidanan pada saat praktik lapangan.

2.

Bagi institusi dan civitas akademika Mengukur pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam menyusun suatu makalah dengan mengambil dari berbagai sumber literature serta dijadikan sebagai sumber bacaan tambahan di perpustakaan

D. 1. 2.

Rumusan Masalah

Apa perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia? Apa perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian tahapan seksual?

3.

Apa di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia?

4. 5.

Apa beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan social? Apa upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia?

E.

Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode deskriptif dengan menggunakan studi melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tehnik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu mempelajari Dokumentasi Keperawatan serta sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan judul makalah dan masalah yang dibahas

F.

Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.

BAB II PEMBAHASAN

A. Perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia

1.

Wanita Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan eksterna berangsur-angsur mengalami atrofi. Vagina Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami pengecilan. Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol ke dalam vagina. Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub-mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitasnya akibat fibrosis. Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna. Uterus Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan. Ovarium Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi keriput sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang

sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron. Payudara (Glandula Mamae) Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja. Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi keras dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.

2.

Pria Prostat Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala yang timbul merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang kemudian seolah-olah bertindak sebagai katup yang berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping itu terdapat efek dinamik dari otot polos yang merupakan 40% dari komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot polos ini dibawah pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikroskopik sudah terlihat pada usia 25-30 tahun dan terdapat pada 60% pria berusia 60 tahun, 90% pada pria berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi BPH Makroskopik dan dari itu hanya 50% berkembang menjadi BPH klinik yang menimbulkan problem medik. Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya enzim 5 alfa reduktase yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini yang dianggap menjadi pendorong hiperplasi kelenjar, otot dan stroma prostat. Sebenarnya selain proses menua rangsangan androgen ikut berperan timbulnya

BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi menjelang pubertas tidak akan menderita BPH pada usia lanjut. Testis Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat testis tetapi sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga sperma berkurang sampai 50% dan testoteron juga menurun. Hal ini menyebabkan penuruna libido dan kegiatan sex yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan periode refrakter. Tetapi banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas sexsual sampai umur lanjut.

B. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :

1.

Fase desire Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan kultural, kecemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita mungkin menurun seiring makin lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi.Interval untuk meningkatkan hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi libido.

2.

Fase arousal Lansia wanita: pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing, elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi uretra dan kandung kemih. Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat; penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan testoteron; elevasi testis ke perineum lebih lambat.

3.

Lase orgasmik

Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit konstraksil kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.

Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.

4.

Fase pasca orgasmik Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai timbulnya fase orgasme berikutnya lebih sukar terjadi. Disfungsi seksual pada lansia tidak hanya disebabkan oleh perubahan fisiologik saja, terdapat banyak penyebab lainnya seperti: Penyebab iatrogenik Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang mungkin membuat inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap fungsi seksual. Penyebab biologik dan kasus medis Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan langsung atau tidak dengan seks dan system reproduksi mungkin memacu disfungsi seksual psikogenik.

C. Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia seperti :

1. 2. 3.

Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.

4. 5.

Pasangan hidup telah meninggal. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

D. Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial antara lain :

1.

Infark miokard Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien segan untuk terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.

2.

Pasca stroke Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien mengalami anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut akan kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan malu atas situasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan kualitas aktivitas seksual sebelum stroke sangat penting untuk diketahui sebelum nasehat spesifik tentang aktivitas seksual ditawarkan. Karena sistem saraf otonomik jarang mengalami kerusakan pada stroke, maka respon seksual mungkin tidak terpengaruh. Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi permanent maka diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan penglihatan mungkin membatasi pengenalan orang atau benda-benda, dalam beberapa kasus, pasien dan pasangannya mungkin perlu belajar untuk menggunakan area yang tidak mengalami kerusakan. Kelemahan motorik dapat menimbulkan kesulitan mekanik, namun dapat diatasi dengan bantuan fisik atau tehnik bercinta alternatif. Kehilangan kemampuan berbicara mungkin memerlukan sistem non-verbal untuk berkomunikasi.

3.

Kanker

Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ seksual. Baik operasi maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat menyebabkan disfungsi seksual (kekuatan dan libido) untuk sementara waktu saja, walaupun tidak ada kerusakan saraf. 4. Diabetes mellitus Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus menyebabkan neuropati autonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi ereksi dan disfungsi vasokonstriksi yang memberikan kontribusi untuk terjadinya disfungsi seksual. 5. Arthritis Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau kontraktur fleksi mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan kaku mungkin berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum aktivitas seksual.

6.

Rokok dan alcohol Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual, khususnya bila terjadi kerusakan hepar yang akan mempengaruhi metabolisme testoteron. Merokok juga mungkin mengurangi vasokongesti respon seksual dan mempengaruhi kemampuan untuk mengalami kenikmatan.

7.

Penyakit paru obstruktif kronik Ada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena adanya kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin dapat menyebabkan dispnoe, yang mungkin dapat membahayakan jiwa.

8.

Obat-obatan Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain beberapa obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-lain.

E. Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia Untuk mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk masalah seksual diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan ini memerlukan waktu yang cukup lama tergantung dari keluhan dan kerjasama antara pasien dengan konselor. Dari ketiga gangguan tersebut, masalah seksual merupakan masalah yang penanganannya memerlukan kesabaran dan kehati-hatian, karena pada beberapa masyarakat Indonesia terutama masyarakat pedesaan membicarakan masalah seksual adalah masalah yang tabu.

Manajemen yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi gangguan seksual pada lansia adalah sebagai berikut :

1.

Anamnesa Riwayat Seks Gunakan bahasa yang saling menguntungkan dan memuaskan Gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan teutup Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah Uraikan dengan panjang lebar permasaIahanya Dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap tentang obat-obatan yang dikonsumsi oieh pasien.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnese harus rinci, meliputi awitan, jenis maupun intensitas gangguan yang dirasakan. Juga anamnese tentang ganguan sistemik maupun organik yang dirasakan. Penelaahan tentang gangguan psikologik, kognitif harus dilakukan. Juga anamneses tentang obat-obatan. Pemeriksaan fisik meliputi head to toe. Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati, ginjal dan paruparu. Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula darah, status gizi dan status

hormonal tertentu. Apabila keluhan mengenai disfungsi ereks pada pria, pemeriksaan khas juga meliputi a.l pemeriksaan dengan snap gauge atau nocturnal penile tumescence testing. (HadiMartono, 1996)

2.

Pengobatan yang diberikan mencakup Konseling Psikoseksual Therapi Hormon Penyembuhan dengan obat-obatan Peralatan Mekanis Bedah Pembuluh

3.

Bimbingan Psikososial Bimbingan dan konseling sangat dipentingkan dalam rencana manajemen gangguan seks dan dikombinasikan dengan penyembuhan pharmakologi.

4.

Penyembuhan Hormon Pada pria lansia : Penggunaan suplemen testosteron untuk menyembuhkan viropause/andropause pada pria (pemanasan dan ejakulasi). Pada wanita lansia : Terapi pengganti hormon (HRT) dengan pemberian estrogen pada klimakterium.

5.

Penyembuhan dengan Obat Yohimbine, Pemakaian Krim vasoaktif Oral phentholamin Tablet apomorphine sublingual

Sildenafil, suntik intra-carporal obat vasoaktif Penempatan intra-uretral prostaglandin

1 Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual 2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh. 3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis

RENCANA KEPERAWATAN No. Dx. Kep. Tujuan 1 Pasien dapat menerima perubahan struktur tubuh terutama pada fungsi seksual yang dialaminya Kriteria hasil: kenyamanan kepercayaan diri Intervensi pasien Rasional untuk Agar pasien lebih bisa menerima

1.

Bantu

mengekspresikan seksual seiring

perubahanperubahan tersebut dengan Menambah pemahaman klien tentang semua perubahan yang di alami nya agar penurunan fungsi seksuel tidak menjadi beban pikiran Makanan bergizi dianjurkan untuk menjaga daya tahan tubuh

fungsi tubuh termasuk organ bertambahnya usia. tentang penurunan fungsi

Mengekspresikan Berikan pendidikan kesehatan Mengekspresikanseksual.

untukkarena biasanya pada lansia mengkonsumsi makanan yangdaya tahan tubuhnya menurun rendah lemak, rendah kolestrol, Untuk mengurangi kekeringan Motivasi klien dan berupa diet vegetarian Anjurkan klien dan rasa gatal pada vagina, serta untukuntuk megurangi rasa sakit pada menggunakan krim vagina dansaat berhubungan seksual 2. 2 Pasien dapat menerima gel Kaji perasaan/persepsi pasien Untuk mengetahui seberapa jauh

perubahan bentuk salah satu angota tubuhnya secara positif Kriteria hasil: dan beradaptasi

tentang perubahan gambaranklien bisa menerima keadaan nya diri berhubungan dengan keadaan angota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal

Pasien mau berinteraksi Lakukan pendekatan dan bina denganhubungan Tunjukkan akanperhatian pada pasien Bantu orang lain pasien untuk mengadakan hubungan dengan dan saling rasa percaya empati, lingkungan tanpa rasa maludengan pasien dan rendah diri Pasien yakin kemampuan yang dimiliki penerimaan

Agar klien mau mengungkapkan masalah nya Rasa menerima pada pasien akan Agar membuat pasien pasien tidak lebih terlalu percaya diri canggung atau malu dengnan orang lain karena perubahan nya Untuk mengetahui apakah klien depresi terhadap perubahan

Beri kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan 3. 3 Pasien dapat menerima perubahan pola seksualitas yang disebabkan masalah kesehatannya. Kriteria Hasil : keterbatasannya aktivitas disebabkan kesehatan kegiatan pantas seksual dalam seksual

Kaji factor-faktor penyebab dan Penting untuk membantu dalam penunjang, yang meliputi Kelelahan Nyeri Nafas pendek Keterbatasan suplai oksigen intervensi selanjutnya

Mengidentifikasi Imobilisasi pada Kerusakan inervasi saraf yang Perubahan hormone masalah Depresi Kurangnya informasi yang yang Ajarkan pentingnya mentaati responaturan medis yang dibuat untuk mengontrol gejala penyakit Untuk menghilangkan atau Berikan informasi yang tepatmengurangi pada pasien dan pasangannyapenyebab tentang keterbatasan fungsi seksual yang disebabkan oleh Agar klien lebih mengerti dan factor-faktor

Mengidentifikasi modifikasitepat

terhadap keterbatasannya

keadaan sakit Ajarkan mungkin seksual penyesuaian khusus) modifikasi dalam untuk

bisa menerima bahkan tidak yangmemaksakan diri karena kegiatanketerbatasan yang di sebabkan membantuoleh penyakit dengan Meminimalkan rasa sakit tau tidak nyaman saat berhubungan karena penyakit

keterbatasan akibat sakit (saranrasa

IMPLEMENTASI No. Dx. Kep. Implementasi Evaluasi 1. 1 melakukan pendekatan dan bina hubungan saling S:klien mengatakan sedikit mengerti 1. percaya dengan pasien mengapa keinginan untuk melakukan hasil : klien merasa nyaman saat ditanya dan merasa hubungan suami istri berkurang percaya membantu pasien untuk DO : - umur klien 69 tahun mengekspresikan - TD : 130 / 90 mmHg - Suhu : 36C

perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual - Nadi : 88 x/menit seiring dengan bertambahnya usia hasil : klien mulai mau sedikit demi sedikit terbuka - RR : 18 x/menit saat di bombing untuk mengekspresikan masalah - Klien sudah menoupose nya memberikan pendidikan kesehatan tentang penurunan fungsi seksual. Hasil : klien sedikit lebih mengerti saat di jelaskan tentang perubahan yang terjadi pada nya memotivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa diet vegetarian hasil : klien setiap hari mengkonsumsi nasi, ikan, sayur

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN Pada usia lanjut, hambatan untuk aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi hambatan eksternal yang datang dari lingkungan dan hambatan internal,yang terutama berasal dari subjek lansianya sendiri. Hambatan eksternal biasanya berupa pandangan sosial, yang menganggap bahwa aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan lagi oleh lansia.Hambatan eksternal bilamana seorang janda atau duda akan menikah lagi sering kali juga berupa sikap menentang dari anak-anak, dengan berbagai alasan. Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas dengan hambatan eksternal. Seringkali seorang lansia sudah merasa tidak baisa dan tidaak pantas berpenampilan untuk menarik lawan jenisnya. Pandangan sosial dan keagamaan tentang seksualitas diusia lanjut menyebabkan keinginan dalam diri mereka ditekan sedemikian sehingga memberikan dampak pada ketidakmampuan fisik, yang dikenal sebagai impotensia. Obat-obatan yang sering diberikan, pada penderita usia lanjut dengan patologi multipel jika sering menyebabkan berbagai gangguan fungsi seksual pada usia lanjut. Masa tua merupakan masa yang sangat ditakuti dengan alasan terjadinya kemunduran fisik terutama pada penampilan. Rasa khawatir akan kehilangan perhatian dari pasangan membawa akibat terhadap frekwensi maupun kualitas hubungan seks, baik secara langsung maupun tidak. Melalui konseling, peran konselor dan tenaga kesehatan dapat menjelaskan kondisi umum dan masalah yang timbul pada masa usia lanjut serta pengaruhnya terhadap emosi, pola pikir dan hubungan seksual sangat berpengaruh. Melalui beberapa tahapan konseling secara terbuka dan kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan, bisa diperoleh suatu pemecahan masalah seksual pada lansia, dengan pemakaian krem vasoaktif, melakukan olah raga ringan dan konsumsi makan seimbang, dan solusi-solusi lain secara bertahap masalah pada lansia akan terselesaikan.

B. SARAN Permasalahan pada masa lansia sering terabaikan, tidak hanya di lingkungan keluarga lansia sendiri, tetapi juga di lingkungan masyarakat bahkan pusat pelayanan kesehatan. Lansia sebagaimana pria dan wanita mulai dari kanak-kanak hingga dewasa lainnya mempunya hak-hak untuk diperlakukan adil dan sama, mendapat informasi dan pelayanan kesehatan yang sempurna dan optimal, serta diperlakukan dan dihargai masa akhir usia mereka, merasakan kehidupan yang harmonis serta merasakan kenikmatan seksual yang aman dan nyaman. Oleh karena itu, pengetahuan tentang permasalahan seksual pada lansia baik pria maupun wanita perlu sebarluaskan sejak dini, dan perlunya kerjasama yang optimal disetiap instansi pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah ini agar para lansia mendapatkan kehidupan yang nayak, dan harmonis sebagai manusia dan warga negara seutuhnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://abhique.blogspot.com/2009/10/konsep-keperawatan pada lnjut usia (lansia).html http://abhique.blogspot.com/2009/10/rencana asuhan keperawatan pada lansia.html Carpenito,Lynda Juall.2000.Diagnosa Keperawatan.EGC.Jakarta Aspiani Reny Yuli,S.Kep.Ns.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik.2008 Darmojo, R Boedi dan Martono, H Hadi.2000.Geriatri ( ilmu kesehatan usia lanjut ). Jakarta : FKUI Widyastuti, Yani dan Anita Rahmawati, Yuliasti, E. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta. Fitramaya Modul Kesehatan Reproduksi. 2008. Departemen Kesehatan RI. Jakarta http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/masalah-seksual-lansia/

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal pengkajian : 28 maret 2012 A. DATA BIOGRAFI Nama TTL Jenis kelamin Pendidikan Agama Status perkawinan TB / BB Penampilan Alamat Orang yang dekat Hubungan Alamat / telepon :: Ny. S : 7 juli 1943 : perempuan : SD : islam : menikah : 150 cm/45 kg : bersih, rapi, :jl desa camba : klien dekat dengan anak tertua klien : anak ciri-ciri tubuh : kurus, kecil Golongan darah : O

B. RIWAYAT KEPERAWATAN 1. Genogram

Laki-laki keturunan Perempuan serumah Garis Hubungan

Garis Tinggal Meninggal

2.

Riwayat keluarga Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM ataupun penyakit menular seperti TB paru

C. RIWAYAT PEKERJAAN Pekerjaan saat ini : klien tidak bekerja, klien hanya berdiam diri dirumah : tidak ada : tidak ada : jalan kaki : klien sebagai ibu rumah tangga : tidak ada : jalan kaki

Alamat pekerjaaan Jarak dari rumah Alat transportasi Pekerjaan sebelumnya Jarak dari rumah Alat transportasi

Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan : dari anak tertua dan dari menantu klien

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP Type tempat tinggal Jenis lantai rumah Keadaan lantai Tangga rumah Penerangan Tempat tidur Alat dapur WC Kebersihan lingkungan : bersih : permanen (milik suami) : kayu : kering : tidak ada : cukup : aman ( tidak terlalu tinggi) : tertata rapi : jamban

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 5 orang Derajat privasi Tetangga terdekat : kurang di perhatikan oleh menantunya : klien bertetangga dengan cucu-cucu klien yang sudah berkeluarga Alamat dan telepon : jl. Desa camba

E.

RIWAYAT REKREASI Hobby / minat Keanggotaan organsasi Liburan / perjalanan : klien senang memancing : klien tidak mengikuti organiasi apapun : klien hanya berdiam diri dirumah karena jarang berekreasi

F.

SISTEM PENDUKUNG Klien di dukung oleh seorang perawat Jarak dari rumah Rumah sakit Klinik : 1000 km : tidak ada rumah sakit : di kampung klien hanya terdapat puskesmas pembantu Pelayanan kesehatan dirumah Makanan yang di hantarkan : tidak ada : tidak ada makanan yang di hantarkan

Perawatan sehari-hari yang di lakukan keluarga : keluarga klien tidak melakukan perawatan khusus kepada klien di rumah

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN Kebiasaan ritual : semenjak klien tua, klien jarang melakukan sholat lima waktu

H. STATUS KESEHATAN Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : setahun terakhir, klienmenderita maag dan asam urat Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien mengatakan tidak prnah menderita penyakit yang parah, hsnya penyakit biasa seperti pilek, demam

Keluhan utama

1. 2. 3. 4. 5.

Provocative / palliative Quality / quantity Region Severity scale Timing

: maag : seperti di tusuk-tusuk : di uluhati : 4 (0-10) : kadang-kadang

Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : klien mengerti kalau sakit harus ke puskesmas untuk berobat. . Obat obatan : NO 1 2 3 4 5 6 7 NAMA OBAT ANTASIDA Cimetidine Paracetamol Vit B.komplek Allopurinol Piroxicam Vit B.1 DOSIS 2 X sehari 3 x sehari 1 x sehari 2 x sehari 3 x sehari 3 x sehari 2 x sehari KETERANGAN Sebelum makan Sesudah makan Bila nyeri Sesudah makan Sesudah makan Sesudah makan Sesudah makan

Alergi (catatan agent dan reaksi spesifik) Obat obatan Makanan Factor lingkungan : klien tidak ada alergi pada obat-obatan : klien tidak ada alergi pada makanan : klien tidak ada alergi pada lingkungan

Penyakit yang pernah di derita

: klien menderita maag dan asam urat

I.

AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL) IndeksKATZ: A Oksigenasi : frekuensi nafas 18x/menit, klien tidak menggunakan alat bantu pernafasan, bernafas melalui hidung Cairan & elektrolit : klien minum air putih 1000ml/hari, klien minum kopi setiap pagi Nutrisi : klien makan 3x sehari dengan nasi, ikan sayur dan kadang di tambah dengan buah Eliminasi Aktivitas Istirahat & tidur : BAB 1x/hari dengan konsisten silembek, BAK >5x/hari : klien tidak bekerja, klien hanya berdiam diri di rumah : klien tidur cukup, tidur malam 7 jam dan tidur siang 1 jam dalam sehari, klien merasa puas saat bangun Personal hygiene : untuk kebersihan klien mengerti dan membersihkan diri setiap mandi baik itu oral hygiene maupun vulva hygiene Seksual : saat ditanya klien mengatakan bahwa klien masih berhubungan seksual dengan suaminya tapi sekarang sudah mulai jarang karena keinginan untuk berhubungan itu mulai menurun sementara suami klien masih mempunyai keinginan yang kuat. Rekreasi : klien jarang berekreasi ketempat yang jauh mengingat kondisi klien, klien hanya main kerumah tetangga yang berada di dekat rumah

J.

PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL

Konsep diri Emos Adaptasi

: klien menyadari bahwa klien sudah lansia : emosi klien labil : klien mulai sulit untuk beradabtasi terhadap lingkungan maupun orang baru

Mekanisme pertahanan diri Status mental Tingkat kesadaran Afasia Dimensia Orientasi

: tidak terkaji

: kompos mentis :: klien mengalami dimensia sejak beberapa tahun yang lalu : klien kadang bingung terhadap orang, waktu dan tempat terutama yang baru dilihat oleh klien

Bicara Bahasa yang digunakan

: klien berbicara normal tapi sedikit lebih pelan : klien menggunakan bahasa banjar dan dayak dalam kehidupan sehari-hari

Kemampuan membaca Kemampuan interaksi Vertigo

: klien tidak bias membaca : klien mampu berinteraksi tapi secara perlahan : klien tidak mengalami vertigo

Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ) = 2 (fungsi mental utuh) Mini Mental State Exam (MMSE) = 2 (baik) Geriatric Depresion Scale APGAR = 5 (kemungkinan depresi) = score 5 (menengah / sedang)

K. TINJAUAN SISTEM Keadaan umum Tingkat kesadaran Tanda-tanda vital : baik : compos mentis : TD : 130/90 mmHg RR : 18x/menit TB : 150 cm nadi : 88x/menit suhu : 36 C BB : 50 kg

PENGKAJIAN PERSISTEM PERNAFASAN (B1 : BREATHING) 1. Bentuk dada 2. Sekresi dan batuk Nyeriwaktubernafas 3. Polanafas a. Frekuensi nafas : 18x/menit : simetris : batuk dan sekresi tidak ada : tidak nyeri saat bernafas

4. Bunyinafas a. Normal Vasikuler di Bronchial di Bronchovesikuler di 5. Pergerakan dada : semua lapang paru : atas manubrium sternum : ICS 2 percabangan bronkus : intercostal

6. Tractilfremitis / fremitus vocal 7. Alat bantu pernafasan

: tidak meningkat dan tidak menurun : tidak memakai alat bantu pernafasan

CARDIVASKULAR (B2 : BLEEDING) 1. Nadi Frekuensi 2. Bunyi jantung 3. Letak jantung 4. Pembesaran jantung 5. Nyeri dada 6. Edema 7. Clubbing finger : 88 x/menit ,kuat : normal : ictus cordis teraba pada ICS 5 : tidak ada pembesaran jantung : tidak ada nyeri dada : tidak ada edema : tidak ada

PERSARAFAN (B3 : BRAIN) Tingkat kesadaran 1. GCS Total GCS 2. Reflex : kompos mentis : E4 M6 V5 : 15 : normal

3. Koordinasi gerak 4. Kejang

: ya : tidak

PENGINDERAAN (persepsisensori) 1. Mata (penglihatan) a. Bentuk b. Visus c. Pupil d. Gerak bola mata e. Medan penglihatan f. Butawarna : normal :: isokor : normal, tidak menyempit : normal : klien tidak mengalami buta warna : tidak

g. Tekanan intra okuler 2. Hidung (penciuman) a. b. Bentuk Gangguan penciuman

: normal : tidak ada

3. Telinga (pendengaran) a. b. c. d. e. Aurikel Membrab tympani Otorrhoea Gangguan pendengaran Tinnitus : normal dan simetris : agak keruh : tidak ada : ya : tidak

4. Perasa 5. Peraba

: menurun : menurun

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4 : BLADDER) Masalah kandung kemih Produksi urine Frekuensi Warna Bau : tidak ada masalah : 500 ml/hari : >3 x/hari : kuning : khas amoniak

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL) 1. Mulut dan tenggorokan a) Selaput lendir mulut b) Lidah c) Kebersihan rongga mulut d) Tenggorokan e) Abdomen f) Pembesaran hepar g) Pembesaran lien h) Asites : lembab, tidak ada stomatitis : agak kotor : tidak berbau dan gigi bersih : tidak sakit saat menelan : kenyal : tidak ada pembesaran hepar : tidak ada pembesaran lien : tidak ada asites

2. Masalah usus besar dan rectum / anus

Bab Obat pencahar

: 1 x/hari tidak ada masalah : tidak mengkonsumsi obat pencahar

OTOT, TULANG DAN INTEGUMENT (B6 : BONE) 1. Otot dan tulang Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM) : bebas Kemampuan kekuatan otot Fraktur Dislokasi Hematom 2. Integument Warna kulit Akral Turgor Tulang belakang : kuning langsat : hangat : tidak elastis : kiposis : tidak ada fraktur : tidak ada dislokasi : tidak ada hematom

REPRODUKSI Perempuan : Payudara Bentuk Benjolan : normal : tidakada

Kelamin Bentuk Keputihan Siklus haid ENDOKRIN 1. Factor alergi 2. Kelainan endokrin PENGETAHUAN Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya : klien kurang peka terhadap masalah kesehatan : tidak ada alergi : tidak ada kelainan endokrin : normal : tidak ada keputihan : sudah menoupose

ANALISA DATA NO 1 DATA DS : klien mengatakan keinginan untuk melakukan hubungan suami istri sudah mulai berkurang sejak klien merasa memasuki usia senja dan klien mengatakan dalam 1 minggu klien dan suaminya sangat jarang melakukan hubungan suami istri. DO : - umur klien 69 tahun - TD : 130 / 90 mmHg - Nadi : 88 x/menit - Suhu : 36C - RR : 18 x/menit - Klien sudah menoupose ETIOLOGI PROBLEM Perubahan struktur tubuh Disfungsi seksual / fungsi

RENCANA KEPERAWATAN No. Dx. Kep. Tujuan 1 1 Pasien dapat menerima perubahan struktur tubuh terutama pada fungsi seksual yang dialaminya Kriteria hasil: kenyamanan kepercayaan diri Intervensi Rasional Lakukan pendekatan dan bina Agar klien mau mengungkapkan hubungan Bantu saling pasien percayamasalah nya untuk Agar pasien lebih bisa menerima perubahan tersebut dengan pasien mengekspresikan seksual seiring perubahan dengan

Mengekspresikanfungsi tubuh termasuk organ Mengekspresikanbertambahnya usia. Berikan pendidikan kesehatan tentang seksual. penurunan fungsi

Menambah pemahaman klien tentang semua perubahan yang di alami nya agar penurunan fungsi Motivasi klien untuk seksual tidak menjadi beban pikiran Makanan karena bergizi dianjurkan lansia untuk menjaga daya tahan tubuh biasanya pada daya tahan tubuhnya menurun

mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa diet vegetarian

IMPLEMENTASI No. Dx. Kep. Implementasi Evaluasi 1 1 1. melakukan pendekatan dan bina hubungan saling S:klien mengatakan sedikit mengerti percaya dengan pasien percaya mengapa keinginan untuk melakukan DO : - umur klien 69 tahun hasil : klien merasa nyaman saat ditanya dan merasa hubungan suami istri berkurang

2.

membantu

pasien

untuk

mengekspresikan - TD : 130 / 90 mmHg - Suhu : 36C

perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual - Nadi : 88 x/menit seiring dengan bertambahnya usia hasil : klien mulai mau sedikit demi sedikit terbuka - RR : 18 x/menit saat di bombing untuk mengekspresikan masalah - Klien sudah menoupose nya 3. memberikan pendidikan kesehatan tentang penurunan fungsi seksual. Hasil : klien sedikit lebih mengerti saat di jelaskan tentang perubahan yang terjadi pada nya 4. memotivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa diet vegetarian hasil : klien setiap hari mengkonsumsi nasi, ikan, sayur

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ) PENILAIAN UNTUK MENGETAHUI FUNGSI INTELEKTUAL LANSIA

Nama klien : Ny. S Jenis kelamin : perempuan Agama : islam Alamat : islam Pewwancara : mahasiswa akper pemkab kotim

tanggal : 28 maret 2012 umur : 69 tahun suku : dayak

SKOR NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah kesalahan total PERYANYAAN Tanggal berapa hari ini ? Hari apa sekarang ini ? Apa nama tempat ini ? Dimana alamat anda ? Kapan anda lahir ? Berapa umur anda ? Siapa presiden Indonesia sekarang ? Siapa presiden sebelumnya? Siapa nama kecil ibu anda ? 15 - 6 JAWABAN 28 Rabu Rumah saya camba Tahun 43 an lupa SBY Megawati Tidak tahu 9 2

Keterangan :

Kesalahan : 0-2 fungsi mental utuh Kesalahan : 3-4 kerusakan intelektual ringan Kesalahan : 5-7 kerusakan intelektual sedang Kesalahan : 8-10 kerusakan intelektual berat

MINI MENTAL SKORE

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

PERTANYAAN Tanggal berapa hari ini ? (dd/mm/hh) Hari apakah hari ini ? Apakah nama tempat ini ? Berapa no. Telp, bila tidak ada, no rumah / jalan ? Berapakah usia anda ? Kapan anda lahir ? Siapa nama presiden sekarang ? Siapa nama presiden sebelumnya ? Siapa nama ibu mu sebelum menikah ? 15 6

BENAR

SALAH

JUMLAH KESALAHAN : 0-2 Kesalahan : Baik 3-4 kesalahan : gangguan intelektual ringan 5-7 kesalahan : gangguan intelektual sedang 8-10 kesalahan : gangguan intelektual berat

HASIL : 2 kesalahan, baik

Posted 31st March 2012 by Inka Februaria 1. Mar 30

Asuhan keperawatan pada Ny. A dengan GANGGUAN AKTIVITAS (kelompok 4)


Tugas keperawatan gerontik Asuhan keperawatan pada Ny. A dengan GANGGUAN AKTIVITAS

Disusun oleh: Dwi kirnawati Juliansyah Fauzi herawan Sari dwi ratman

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

Jalan batu berlian No.11, telp (0531) 22960/22940 SAMPIT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan. Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. A DENGAN MASALAH GANGGUAN AKTIVITAS. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Sampit, Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... KATA PENGANTAR ....................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................................... BABI PEMBAHASAN

i ii iii

1.1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS

1.2

KONSEP DASAR PENYAKIT.....................................................


DAFTAR KEPUSTAKAAN...................................................................

2.2 LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS PENGKAJIAN...................................................................................... ANALISA DATA................................................................................... RENCANA KEPERAWATAN..............................................................

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep dasar penyakit

a. Pengertian Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

b. Epidemologi/insiden kasus

Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah orang yang lanjut usia, post cedera dan post trauma.

c.

Etiologi/penyebab Kelainan postur Gangguan perkembangan otot Kerusakan system saraf pusat Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular Kekakuan otot

d. Factor predisposisi Pengobatan Terapi pembatasan gerak Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik IMT diatas 75% sesuai dengan usia Kerusakan sensori persepsi Nyeri, tidak nyaman Intoleransi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina Depresi mood dan cemas Keengganan untuk memulai gerak Gaya hidup menetap, tidak fit Malnutrisi umum dan spesifik

Kehilangan integrasi struktur tulang Keterbatasan lingkungan fisik dan social Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat disesuaikan dengan umur

e.

Patofisiologi terjadinya penyakit Kaki tidak mampu menopang berat badan Perlu bantuan kursi roda untuk berpindah tempat Tangan belum mampu untuk melakukan pekerjaannya secara mandiri Tidak mampu melakukan kegiatan secara mandiri

f.

Gejala klinis tidak mampu bergerak secara mandiri

g. Pemeriksaan fisik a. Tingkat kesadaran

b. Postur/bentuk tubuh o Skoliosis o Kiposis o Lordosis o Cara berjalan c. Ekstremitas o Kelemahan o Gangguan sensorik

o Tonus otot o Atropi o Tremor o Gerakan tak terkendali o Kekuatan otot o Kemampuan jalan o Kemampuan duduk o Kemampuan berdiri o Nyeri sendi o Kekakuan sendi

h. Pemeriksaan diagnostic pemeriksaan kekuatan otot (neuthopografi)

i.

Prognosis Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap system tubuh beresiko terjadi gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi yang dialami. Misalnya, perkembangan pengaruh mobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan dengan klien yang lebih muda.

j.

Therapy (tindakan penanganan) Fisiotheraphy Latihan mobilisasi ringan seperti; miring kanan-miring kiri

2. Konsep dasar keperawatan

a. Pengkajian 1. Tingkat aktivitas sehari-hari a. Pola aktivitas sehari-hari

b. Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik

2. Tingkat kelelahan a. Aktivitas yang membuat lelah

b. Riwayat sesak nafas

3. Gangguan pergerakan a. Penyebab gangguan pergerakan

b. Tanda dan gejala c. Efek dari gangguan pergerakan

4. Pemeriksaan fisik a. Tingkat kesadaran

b. Postur bentuk tubuh

b. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul 1. Intoleransi aktivitas

Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energy fisiologis dan psikologis untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Kemungkinan berhubungan dengan : a. Kelemahan umum

b. Bedres yang lama (imobilisasi) c. Motivasi yang kurang

d. Pembatasan pergerakan e. Nyeri

2. Keletihan Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang berlebihan secara terus-menerus dan penuruna kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak dapat hilang dengan istirahat. Kemungkinan berhubungan dengan: a. Menurunnya produksi metabolism

b. Pembatasan diet c. Anemia

d. Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit

3. Gangguan mobilitas fisik Definisi: kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan secara mandiri. Kemungkinan berhubungan dengan: a. Gangguan persepsi kognitif

b. Imobilisasi

c.

Gangguan neuro muskuler

d. Kelemahan e. Pasien dengan traksi

4. Deficit perawatan diri Definisi: kondisi dimana pasien tidak dapat melakukan sebagian atau seluruh aktivitas sehari-hari seperti; makan, berpakaian dan mandi, dan lainlain. Kemungkinan berhubungan dengan: a. Gangguan neuromuskuler

b. Menurunnya kekuatan otot c. Menurunnya control otot dan koordinasi

d. Kerusakan persepsi kognitif e. f. Depresi Gangguan fisik

c.

Rencana keperawatan 1. Untuk diagnose keperawatan intoleransi aktivitas Intervensi: o Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas o Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri o Catat tanda vital

o Kolaborasi dengan dokter o Lakukan aktivitas yang adekuat Rasional: o Merencanakan intervensi dengan tepat o Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas o Mempercepat proses penyembuhan o Untuk mengoptimalkan pergerakan

2.

Untuk diagnose keperawatan keletihan Intervensi: o Monitor keterbatasan aktivitas o Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri o Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas o Kolaborasi dengan dokter dalam latihan aktivitas o Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet o Berikan pendidikan kesehatan Rasional: o Merencanakan intervensi dengan tepat o Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas o Mempercepat proses penyembuhan o Diet adekuat dapat menambah energy untuk mencegah keletihan

o Menambah pengetahuan pasien

3.

Untuk diagnose keperawatan gangguan mobilitas fisik Intervensi: o Pertahanan body aligment dan posisi yang nyaman o Cegah pasien jatuh o Lakukan latihan aktif maupun pasif o Lakukan fisiotheraphy dada dan postural o Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi Rasional: o Mencegah iritasi dan komplikasi o Mempertahankan keamanan pasien o Meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur o Meningkatkan fungsi paru o Memaksimalkan mobilisasi

4.

Untuk diagnose keperawatan deficit perawatan diri Intervensi: o Lakukan kajian kemampuan pasien dalam perawatan diri terutama ADL o Jadwalkan jam kegiatan tertentu untuk ADL o Jaga privasi dan keamanan pasien o Lakukan latihan aktif dan pasif o Monitor tanda vital, tekanan darah, sebelum dan sesudah ADL

Rasional: o Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan o Perencanaan yang matang dalammelakukan kegiatan sehari-hari o Memberikan keamanan o Meningkatkan sirkulasi darah o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas

d. Evaluasi Evaluasi asuhan keperawatan pada klien terganggu kesejajaran tubuh dan mobilisasi berdasarkan criteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu: Klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas atas Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengan perencanaan pulang Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit Tidak ada kontraktur sendi

LAPORAN KASUS

Tanggal Pengkajian: 28 Maret 2012

A. DATA BIOGRAFI

Nama TTL Jenis kelamin Gol. Darah Agama Pendidikan Status perkawinan TB/BB Penampilan Ciri-ciri Alamat

: Ny. A : Sampit, 13 juli 1949 : perempuan :B : islam :: janda : 145 cm, 43 kg : rapi : rambut kelabu, kulit keriput, gigi bersih, warna kulit pucat, agak bungkuk : kelurahan ketapang, kecamatan mentawa baru ketapang, RT 04, RW 05, kabupaten kotawaringin timur : Ny. K

Orang yang dekat Hubungan

: anak klien

Alamat/telpon : 0852459734xx

B. RIWAYAT KEPERAWATAN 1. Genogram

Keterangan : keturunan serumah

: Laki-laki : Perempuan : Garis hubungan :

: Garis Tinggal

: Meninggal

2. Riwayat keluarga Klien adalah anak kedua dari sepuluh bersaudara. Suami klien meninggal sepuluh tahun yang lalu. Dikeluarga klien tidak ada riwayat penyakit menurun maupun menular berbahaya lainnya. Saat muda klien bekerja sebagai petani dan suami klien bekerja sebagai tukang kayu. Kedua orang tua klien bekerja sebagai petani. Sejak kecil hingga menikah klien hidup serba kekurangan, tapi klien masih bisa membiayai anaknya sekolah. Saat semua anak klien sudah bekerja dan menikah hidup klien mulai berkecukupan, tetapi klien sering mengeluhkan nyeri sendi dan postur tulang punggung klien mulai bungkuk dan klien agak susah saat berjalan. Tapi klien masih bisa memenuhi kebutuhannya (makan) sendiri namun saat berjalan ataupun mandi, klien selalu dibantu keluarganya karena klien tidak kuat berdiri lama.

C. RIWAYAT PEKERJAAN Saat ini klien sudah tidak bekerja, sebelumnya klien adalah seorang petani, dan jarak tempat kerjanya dari rumah adalah 1km dan biasa ditempuh klien dengan jalan kaki. Saat ini pendapatan klien bersumber dari uang yang diberikan anak-anaknya tiap bulan dan semua kebutuhan klien terpenuhi.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP Rumah klien terbuat dari kayu, jenis lantai rumah klien terbuat dari kayu dan kondisi lantainya kering. Tidak terdapat tangga dirumah klien, penerangan yang tersedia cukup, tempat tidur klien aman karena berada dibawah dan tidak terlalu tinggi. Alat dapur tertata rapi. Terdapat sebuah WC dirumah klien namun tidak ada pegangan dan lantainya licin. Lingkungan disekutar klien bersi dan tidak ada barang yang membahayakan. Klien tinggal dengan satu orang anak, satu orang menantu, dan kedua cucunya (5 orang dalam satu rumah), klien mendapatkan privasinya dirumah tersebut. Tetangga terdekat klien adalah Tn. A yang tinggal disebelah rumah klien.

E. RIWAYAT REKREASI Hobby/ minat klien adalah membuat kue kering. Klien tidak mengikuti kegiatan apapun dank lien jarang melakukan liburan atau perjalanan kecuali perjalanan pulang kampong tiap lebaran.

F. SISTEM PENDUKUNG Rumah klien dekat dengan puskesmas, kurang lebih 500m. jarak antara rumah sakit dengan rumah klien adalah 2km. Klien jarang mendapatkan pelayanan kesehatan dirumah dan perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga adalah membantunya berjalan dan mandi.

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN Klien selalu melaksanakan kebiasaan ritual sholat 5 waktu dirumah setiap harinya.

H. STATUS KESEHATAN Sejak 5 tahun lalu hingga sekarang klien hanya sering mengeluh nyeri sendi dan pinggang setiap sebelum tidur, klien juga merasa sering lemah bila terlalu lama berdiri sehingga agak susah berjalan. Klien tidak memiliki keluhan lain selain hal tersebut. 1. Provocative/palliative 2. Quality/Quantity 3. Region 4. Severity scale 5. Timing : nyeri sendi dan nyeri punggung : nyut-nyutan seperti membawa batu : di punggung dan seluruh persendian :4 : setiap sebelum tidur

Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : bila nyeri muncul klien hanya menggosok bagian tubuh yang sakit dengan minyak urut dan klien tidak pernah memeriksakan penyakit yang dideritanya ke dokter ataupun memeriksakan diri ketempat pelayanan kesehatan lainnya. Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan, maupun factor lingkungan. Penyakit yang diderita klien adalah reumatik.

I.

AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

Indeks kats klien adalah C, karena setiap klien mandi dan berpindah selalu di bantu keluarga. Oksigenasi, cairan & elektrolit, nutrisi, istirahat & tidur, dan personal hygine klien tercukupi. Tetapi aktivitas klien mengalami penurunan. Sejak 10 tahun semenjak kematian suaminya pun kebutuhan seksual klien tidak pernah terpenuhi. Klien juga jarang melakukan rekreasi karena agak susah berjalan.

J. PSIKOLOGI Klien merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara yang berusia 62 tahun, klien menyukai semua bagian tubuhnya, klien ingin hidupnya tenang sampai akhir hayatnya, klien merasa dirinya berharga karena seluruh keluarganya menyayanginya. Emosi klien labil, klien gampang tersinggung. Klien dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya. Mekanisme pertahanan diri minimal. Status mental :

Tingkat kesadaran klien compos mentis, klien tidak mengalami dimensia, orientasi dan bicara klien normal. Bahasa yang digunakan bahasa banjar. Klien mampu membaca dan mampu berinteraksi dengan lawan bicaranya. Klien tidak memiliki vertigo. Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) : 3 Mini mental state exam (MMSE) Geriatric depression scale APGAR :7 :3 :4

K. TINJAUAN SISTEM Keadaan umum klien baik, tingkat kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital ; TD: 140/100 mmHg, RR: 20x/menit, Nadi: 82x/menit, suhu: 35,4C, TB: 145cm, BB: 43kg.

PENGKAJIAN PERSISTEM

PERNAFASAN (B1: BREATHING)

Bentuk dada simetris, klien tidak ada batuk dan tidak mengeluarkan sputum, pola nafas regular dengan frekuensi 20x/menit, bunyi nafas normal.

CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING) Nadi regular dengan frekuensi 82x/menit, bunyi jantung normal, tidak ada pembersaran jantung, tidak ada edema dan clubbing finger.

PERSARAFAN (B3: BRAIN) Tingkat kesadaran klien composmentis, GCS 15 (e4v5m6), reflex normal, klien mempunyai koordinasi gerak yang baik, tidak ada kejang.

PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI) Bentuk Mata klien normal, pupil isokor, gerak bola mata normal, medan penglihatan menyempit, klien tidak mengalami buta warna dan peningkatan tekanan intra okuler. Bentuk hidung klien normal dan tidak ada gangguan penciuman. Bentuk telinga klien normal, aurikel normal, membrane tympani terang, tidak ada otorrhoea, tidak ada tinnitus dan tidak ada gangguan pendengaran. Indera perasa dan peraba klien normal.

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER) Tidak ada masalah pada kandung kemih klien, produksi urine 700ml/hari, freuensi 56x/hari, warna kuning terang, bau khas amoniak.

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)

Selaput lendir mulut lembab, lidah klien hiperemik, rongga mulut klien tidak berbau, tidak ada kesulitan maupun nyeri saat menelan, abdomen kenyal dan tidak ada benjolan, tidak ada pemesaran hepar, lien, dan asites. BAB 1x/hari, tidak ada masalah pada BAB, klien tidak menggunakan obat pencahar dan lavemen.

OTOT, TULANG DAN INTEGUMEN (B6: BONE) Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai terbatas, tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, dan tidak ada hematom. Warna kulit pucat, akral dingin, turgor tidak elastic, tulang belakang klien kiposis.

REPRODUKSI Bentuk payudara klien simetris, tidak ada benjolan, bentuk kelamin normal, tidak ada keputihan, siklus haid 7hari.

ENDOKRIN Tidak ada factor alergi dan kelainan endokrin pada klien.

PENGETAHUAN Klien tidak mengetahui apa penyebab persendian dan punggungnya yang sering sakit, klien tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya. Klien hanya tahu cara menguranginya yaitu dengan menggunakan minyak urut.

ANALISA DATA NO 1. DATA DS: saya sering merasa nyeri punggung dan nyeri sendi ETIOLOGI Kelemahan PROBLEM Gangguan mobilitas fisik

DO: -k/u lemah -kesadaran compos mentis -P: nyeri sendi dan punggung -Q: nyut-nyut seperti membawa batu -R: di persendian dan punggung -S: 4 -T: setiap mau tidur -klien tidak bisa berdiri lama -berjalan ataupun mandi dibantu keluarga -TD: 140/100mmHg -RR: 20x/menit -N: 82x/menit -S: 35,4C

PRIORITAS MASALAH 1. Gangguan mobilitas fisik

DIAGNOSA MASALAH 1. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan

RENCANA KEPERAWATAN 1. No. Dx. Kep. Tujuan Intervensi Rasional 1 Setelah dilakukan Pertahanan body aligment Mencegah iritasi dan tindakan keperawatan,dan posisi yang nyaman komplikasi diharapkan gangguan mobilitas fisik berkurang Cegah pasien jatuh atau teratasi, dengan Mempertahankan keamanan criteria hasil: pasien - klien dapat melakukan Lakukan latihan aktif aktivitas secara adekuat maupun pasif Meningkatkan sirkulasi dan

- k/u baik mencegah kontraktur - tidak terjadi cidera - klien meningkatkan Lakukan fisiotheraphy dada Meningkatkan fungsi paru aktivitas sesuai batasdan postural toleransi Memaksimalkan mobilisasi Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi IMPLEMENTASI No Dx. Kep. Implementasi Evaluasi . 1 1. mempertahanan body aligment dan posisiS: saya masih merasa lemah saat 1. yang nyaman terlalu lama berdiri Hasil: klien mempertahankan body aligment. O: 2. mencegah pasien jatuh -k/u lemah Hasil: klien dibantu saat berpindah dan mandi -aktivitas klien meningkat sehingga mencegah terjadinya jatuh -tidak terjadi cidera 3. melakukan latihan aktif maupun pasif A: masalah belum teratasi Hasil: klien melakukan latihan aktif dengan berjalan ditempat selama 1 menit P: lanjutkan intervensi 4. meningkatkan aktivitas sesuai batas toleransi Hasil: klien mencoba mandi sendiri tetapi masih dalam pengawasan

DAFTAR PUSTAKA Stockslager Jaime L. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Jakarta. EGC

Tamher S, Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba Medika

Stanley Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta. EGC

Posted 30th March 2012 by Inka Februaria 2. Mar 30

AKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN ELIMINASI (kelompok 3)


MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN ELIMINASI

DI SUSUN OLEH:

INKA FEBRYRIA PERTIWI KARTA ADI WIBOWO IRWANSYAH ALFIANEDI

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR 2012 KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Makalah Asuhan Keperawatan Gangguan Eliminasi Pada Lansia Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Keperawatan Gerontik. Selain itu diharapkan makalah ini dapat membantu teman-teman yang lain dalam memahami konsep eliminasi pada lansia khususnya. Harapan kami mudah-mudahan makalah kami ini bermanfaat. Kami

menyadari sebagai manusia tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik pembaca sangat kami harapkan sebagai masukan perbaikan makalah kami berikutnya.

Sampit, Maret 2012

Penulis, BAB I PENDAHULUAN

I.

LATAR BELAKANG Menua (menjadi tua) adalah suatu proses secra perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus menerus berlanjut secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses alamiah kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multi dimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang pada keseluruhan sistem. Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang cukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit, dan terjadi juga pada sistem pencernaan. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai bagian dari proses penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman panca indera, menurunnya daya tahan tubuh , lebih mudah terkena konstipasi merupakan

ancaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka masih harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.

II.

TUJUAN PENULISAN Setelah menyelesaikan tugas keperawatan gerontik diharapkan: 1. 2. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada lansia. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan ganguan eliminasi. 3. Dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa tentang penanganan pada lansia dengan gangguan eliminasi.

III.

RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

makalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi.

IV.

METODE PENULISAN Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode

kepustakaan kebenarannya.

dan

dikutip

dari

sumber-sumber

yang

dapat

dibuktikan

V.

SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan makalah ini yaitu kata pengantar, daftar isi, bab I pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tinjauan pustaka. Bab III penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Daftar pustaka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I.

KOSEP DASAR ELIMINASI Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolism tubuh baik yang berupa urine maupun fekal (Tarwoto dan wartonah, 2010). Eliminasi Urine Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi dari plasma darah diglomerolus. Dari 180 liter darah yang masuk keginjal untuk difiltrasi, hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urine, sebagian besar hasil filtrasi akan diserap kembali ditubulus ginjal untuk dimanfaatkan tubuh.

Karakteristik urine normal: a. b. Volume berkisar 250-400ml yang dikeluarkan setiap kali berkemih. Warna normal kekungin-kunginan jernih. Pada dehidrasi warna kuning gelap atau kuning coklat, sedangkan karena obat urine dapat berwarna merah atau orange gelap. c. Bau bervariasi tergantung komposisi, bau urine yang aromatic yang menyengat atau memusingkan timbul karena mengandung amonik. d. pH sedikit asam yaitu antara 4,5-8 atau rata-rata 6,0. Namun demikian, pH dipengaruhi oleh intake makanan. Misalnya urin pada vegetarian menjadi sedikit basa.

e. f. g. h.

Berat jenis 1.003-1.030. Komposiss air 93-97%. Osmolaritas (konsentrasi osmotic) 855-1.335 mOsm/liter Bakteri tidak ada.

Komposisi Urine a. Zat buangan nitrogen seperti urea, kreatinin, amoniak, asam urat serta urobilin. b. Hasil nutrient dari metabolism seperti karbohidrat, keton, lemak, dan asam amino. c. Ion-ion seperti natrium, klorida, kaliun dan magnesium

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi urine 1. Diet dan intake Jumlah dan tipe makanana mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar. 2. Respon keinginan awal untuk berkemih Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan yang mengabaikan respon awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya urine banyak tertahan dalam kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas kamdung kemih yang lebih dari normal. 3. Gaya hidup

Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku. 4. Stress psikologi Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitif untuk keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang diproduksi. 5. Tingkat aktivitas Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.

Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus spingter internal dan eksternal. 6. Tingkat perkembangan Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau adanya 7. Kondisi patologis Saat seseorang dalam keadaan sakit,produksi urinnya sedikit hal ini disebabkan oleh keinginan untuk minum sedikit.

Masalah-masalah eliminasi urine: 1. Retensio urine. Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih dan ketidakmampuan pada kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi kandung kemih adalah urine yang terdapat dalam kandung kemih melebihi 400 ml normalnya 250-400 ml.

2.

Inkontinensia

urine.

Ketidakmampuan

otot

sfingter

eksternal

sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Ada dua jenis inkontinensia urina, yaitu, Inkontinensia stres adalah strea yang terjadi pada saat tekanan intraabdomen meningkat. Inkontinensia urgensi adalah inkontinensia yang terjadi saat klien terdesak ingin berkemih, terjadi akibat ISK bagian bawah atau spasme kandung kemih. 3. Enuresis. Ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan sfingter eksterna .

Perubahan pola berkemih: 1. Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang meningkat, biasanya terjadi pada sistitis, stres, wanita hamil 2. Urgensi. Perasaan segera ingin berkemih yang biasanya terjadi pada anak karena kemampuan sfingter untuk mengontrol berkurang. 3. 4. Disuria: rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misal, ISK. Poliuri (diuresis): produksi urine melebihi normal tanpa peningkatan intake cairan, misal pada pasien DM. 5. Urinari suppression: keadaan ginjal tidak memproduksi urine secara tiba-tiba. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24jam) dan oliguria (urine berkisar 100-500ml/24jam).

Eliminasi fekal Eliminasi fekal sangat erat kaitannya dengan saluran pencernaan. Saluran pencernaan merupakan saluran yang oleh menerima tubuh makanan dengan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap proses penernaan

(pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair dari

mulut sampai anus. Organ utama yang berperan dalam eliminasi fekal adla usus besar. Usus besar memiliki beberapa fungsi utama yaitu mengabsorpsi cairan dan elektrolit, proteksi atau perlindungan dengan mensekresikan mukus yang akan melindungi dinding usus dari trauma oleh feses dan aktivitas bakteri, mengantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan berkontraksi. Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan intestin. Pusat refleks ini terdapat pada medula dan spinal cord. Refleks defekasi timbul karena adanya feses dalam rectum. Proses Eliminasi 1. Sistem digestif (GIT) bertambah lambat sehingga menyebabkan sekresi cairan digestif dan peristaltik lamban sehingga terjadi penurunan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan tertentu. 2. Pada lansia banyak makanan yang tidak tercerna dan kadangkadang tak cukup cairan untuk mencerna sehingga timbul konstipasi.. konstipasi dapat juga terjadi karena tidak mengkonsumsi makanan yang memadai/kurang melakukan latihan fisik. 3. Tidak memadainya konsumsi makanan juga sebagai akibat dari penurunan respon terhadap tanda-tanda internal terhadap lapar dan haus, perubahan pada gigi (karena sakit/trauma) sehingga sulit untuk mengunyah. 4. Keadaan sakit, misalnya : stroke akan menimbulkan kesulitan untuk mengunyah/menelan. 5. 6. Kadang lupa dalam konsumsi makanan. Penggunaan laksatif yang berlebihan dapat menurunakan penyerapan vitamin-vitamin tertentu yang larut dalam lemak (A, D, E, K). 7. Pada umumnya keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak biasanya akibat makanan yang kurang bisa dicernakan akibat : a) Menurunnya fungsi kelenjar pencernaan.

b) 8.

Menurunnya toleransi terhadap makanan berlemak. Konstipasi dapat terjadi karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan akibat gigi sudah lepas.

Masalah-masalah umum pada eliminasi Fekal 1. Konstipasi: gangguan eliminasi yang mengakibatkan adanya feses yang keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh po\la defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif dalam jangka waku yang lama, stress fsikologis, obat-obatan, kuang aktifitas dan usia. 2. Imfaksi fekal : massa fees yang keras di lipatan rectum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh konstipasi. 3. Diare : keluarnya feses cairan dan meningkatnya buang air besar akibat cepatnya kimus melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu cukup untuk menyerap air. Diare disebabkan oleh stress fisik, obat-obatan,alergi dan lain-lain. 4. Inkontinensia alvi : hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaaran feses dan gas yang melalui spingter anus akibat kerusakan fungsi spingter / persarafan didaerah anus. Penyebabnya karena penyakit neoromuskular, atau tumor spingter anus eksternal. 5. Kembung : platus yang berlebihan didaerah intestinal, sehingga menyebabkan distensi anestesi. 6. Hemoroit : kelebran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan darah tersebut. Penyebabnya adalah, konstipasi kronis, peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan, dan obesitas. intestinal, dapat disebakan karena konstipasi, mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek

II. 1.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK Gerontologi Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia (lansia), yaitu

gerontologi, geriatri, dan keperawatan gerontik. Gerontologi berasal dari kata Geros : lanjut usia dan Logos : ilmu. Jadi Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang menyangkut lanjut usia. Gerontologi Ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua (Kozier, 1987) Cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990).

2.

Geriatri Geriatri berasal dari kata Geros : Lanjut usia dan Eatrie :

kesehatan/medikal. Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lanjut usia Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek-aspek klinis, preventif maupun terapeutis bagi klien lanjut usia. Ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia serta akibat akibatnya pada tubuh manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa objek dari geriatri adalah manusia lanjut usia. Bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan penyakit dan kekurangan-kekurangannya pada lanjut usia. Cabang ilmu kedokteran (medicine) yang berfokus pada masalah kedokteran yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia (Black & Matassari Jacob, 1997).

3. a.

Geriatric Nursing : Praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua (Kozier, 1987). b. Spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan peranya pada tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia/lansia secara komprehensif. Oleh karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit (geriatric nursing) dan dirawat di rumah sakit merupakan bagian dari Gerontic nursing.

4.

Proses Menua Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994). Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses menua sertiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya, adakalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi kekurangan-kekurangan yang menyolok (Deskripansi). Menurut undang-undang no. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok

kesehatan pasdal 8 ayat 2, berbunyi : Dalam istilah sakit termasuk cacat, kelemahan dan lanjut usia. Berdasarkan pernyataan ini, maka lanjut usia dianggap sebagai semacam penyakit. Hal ini tidak benar. Gerontologi berpendapat lain, sebab lanjut usia bukan suatu penyakit melainkan suatu masa/tahap hidup manusia, yaitu : bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia.

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sampai saat ini banyak sekali teori yang menerangkan proses menua, mulai dari teori degeneratif yang didasari oleh habisnya daya cadangan vital, teori terjadinya atrofi, yaitu : teori yang mengatakan bahwa proses menua adalah proses evolusi dan teori imunologik, yaitu : teori adanya produk sampah/waste products dari tubuh sendiri yang makin bertumpuk. Tetapi seperti diketahui lanjut usia akan selalu bergendengan dengan perubahan fisiologik maupun psikologik. Yang penting untuk diketahui bahwa aktivitas fisik dapat menghambat/memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur.

5. a.

Teori-Teori Proses Menua Secara individual 1. 2. 3. b. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda. Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda. Tidak ada satu factor pun ditemukan untuk mencegah proses menua.

Teori-teori biologi 1. Teori genetik dan mutasi (Somatic Mutatie Theory) Menurut teori ini semua telah terprogram secara genetik untuk spesiesspesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin. (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).

2.

Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stres menyebabkan selsel tubuh lelah (terpakai).

3.

Pengumpulan dari pigmen/lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia yang mengakibatkan menganggu fungsi sel itu sendiri.

4. 5.

Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan. Tidak ada perlindungan terhadap : radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.

6.

Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory) Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun. (Menurut Goldteris & Brocklehurst, 1989).

c.

Teori immunologik slow virus (Immunology slow virus theory) Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

d.

Teori stress Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

e.

Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini meyebabkan selsel tidak dapat regenerasi.

f.

Teori rantai silang Sel-sel yang tua/usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.

g.

Teori program Kemampuan organisme untuk menetapakan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.

6.

Teori Kejiwaan Sosial a) Aktivitas atau kegiatan (Activity Taheory) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia. b) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory) Dasar kepribadian/tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya. c) Teori Pembebasan (Disengagement Theory) Putusnya pergaulan/hubungan dengan masyarakat dan kemunduran

individu dengan individu lainnya. Pada lanjut usia pertama diajukan oleh

Cumming

and

Henry

1961.

teori

ini

menyatakan

bahwa

dengan

bertambahnya usia seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Triple loos), yakni: 1. 2. Kerhilangan peran (Loss of Role) Hambatan kontak sosial (Restraction of Contacts and Relation Ships) 3. Berkurangnya komitmen (Redused commitmen to social Mores and Values).

7. a. b. c. d. e. f.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan Hereditas : Keturunan/genetik Nutrisi : Makanan Status kesehatan Pengalaman hidup Lingkungan Stress

8.

Batasan-Batasan Lanjut Usia Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.

Menurut organisasi kesehatan dunia lanjut usia meliputi : a) b) c) d) Usia pertenggahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun. Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 70 tahun Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun

Menurut Dra. Ny. Jos masdani (Psikolog UI) Mengatakan : lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu : a) b) c) d) Fase iuventus, antara 25 dan 40 tahun Fase verilitas, antara 40 dan 50 tahun Fase praesenium, antara 55 dan 65 tahun Fase senium, antara 65 hingga tutup usia.

9.

Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia Perubahan-perubahan fisik Sel 1. 2. 3. 4. 5. Lebih sedikit jumlahnya Lebih besar ukurannya. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler. Menurunnya proporsi protein diotak, otot, ginjal, darah dan hati. Jumlah sel otak menurun.

6. 7.

Terganggunya mekanisme perbaikan sel. Otak menjadi atrofis beratny berkurang 5-10 %.

Sistem persyarafan 1. Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya). 2. 3. Cepatnya menurun hubungan persarafan. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress. 4. 5. Mengecilnya saraf panca indera. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin. 6. Kurang sensitif terhadap sentuhan.

Sistem pendengaran 1. Presbiakus (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara/nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia di atas umur 65 tahun. 2. 3. Membran tympany menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis. Terjadinya penggumpalan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.

Sistem penglihatan 1. 2. 3. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar Kornea lebih berbentuk sferis (bola) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan. 4. Meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap. 5. 6. 7. Hilangnya daya akomodasi. Menurunnya lapangan pandang : berkurang luas pandangannya. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

Sistem kardiovaskuler 1. 2. 3. Elastisitas, dinding aorta menurun. Katup jantung menebal dan menjadi kaku. Kemempuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. 4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah; kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).

5.

Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistolis normal 170 mmHg. Diastolis normal 90 mmHg.

Sistem pengaturan temperatur tubuh Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain : 1. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik 35C ini akibat metabolisme yang menurun. 2. Keterbatasan refleks menggigl dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

Sistem respirasi 1. 2. 3. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku. Menurunnya aktivitas dari silia. Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun. 4. 5. 6. 7. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg CO2 pada arteri tidak berganti Kemampuan untuk batuk berkurang.

8.

Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

Sistem gastrointestinal 1. Kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. 2. Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap ( 80 %), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit. 3. 4. Esofagus melebar. Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun. 5. 6. 7. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi. Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu) Liver (hati), makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

Sistem reproduksi 1. 2. 3. Menciutnya ovari dan uterus. Atrofi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

4.

Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi kesehatan baik), yaitu : 1. 2. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia. Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan

kemampuan seksual. 3. 4. Tidak perlucemas karena merupakan perubahan alami. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahanperubahan warna.

Sistem genitourinaria 1. Ginjal Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya: kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, proteinuria (biasanya + 1); BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg %, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. 2. Vesika urinaria (kandung kemih) : otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin. 3. 4. Pembesaran prostat 75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun. Atrofi vulva

5.

Vagina yang makin menua, sexual intercourse masih juga

Orang-orang

membutuhkannya. Tidak ada batasan umur tertentu untuk fungsi sexual seseorang berhenti. Frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.

Sistem endokrin 1. 2. 3. Produksi dari hampir semua hormon menurun Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah. Pituitari : Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah: berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH. 4. Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (basal metababolic rate) dan menurunnya daya pertukaran zat. 5. 6. Menurunnya produksi aldosteron. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron, estrogen dan testeron.

Sistem kulit (integumentary system) 1. 2. Kulit mengerut/keriput akibat kehilangan jaringan lemak. Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis). 3. Menurunnya respon terhadap trauma.

4. a.

Mekanisme proteksi kulit menurun : Produksi serum menurun Penurunan produksi VTD. Gangguan pigmentasi kulit Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu. Rambut dalam hidung dan telinga menebal. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi. Pertumbuhan kuku lebih lambar Kuku jari lebih menjadi keras dan rapuh. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk. Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya. Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

b. c. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Sistem muskuloskeletal (musculosceletal system) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh. Kifosis Pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbatas. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang). Persendian membesar dan menjadi kaku. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

7.

Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.

8.

Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

III.

ASUHAN KEPERAWATAN\ Asuhan keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang

mengarahkan

perawat

dalam

memberikan

asuhan.

Pengkajian

merupakan

langkah pertama dalam proses ini yaitu meliputi pengumpulan dan analisa data dan menghasilkan diagnosa keperawatan. Pengkajian yang berfokus pada keperawatan sangat penting untuk menetukan diagnosa keperawatan yang dapat menentukan intervensi dan implementasi keperawatan.

1. a.

Pengkajian Eliminasi urine 1. Urine. Warna : Normal kuning jernih. Bau : Normal aromatik amonia. Pada overhidrasi hampir tidak berwarna. Pada dehidrasi orangekecoklatan. 2. 3. 4. 5. Jumlah urine bervariasi tergantung intake. Normal 1 x BAK 250-400 ml. Distensi kandung kemih inkontinensia (tidak dapat menahan BAK) Frekuensi BAK, tekanan dan desakan. Kondisi-kondisi tertentu misalnya : a) b) Disuria, keadaan nyeri waktu BAK. Nokturia, keadaan BAK sering pada malam hari.

c) d) e) f) g)

Enurisis, keadaan sadar BAK (umumnya pada anakanak). Polyurie, peningkatan jumlah BAK baik frekuensi maupun volume. Oliguri, penurunan jumlah BAK frekuensi/jumlahnya. Anuri, produksi urine <100 /hari. Retensio, ketidakmampuan mengosongkan bladder, misalnya : karena obstruksi saluran urethra.

b.

Eliminasi bowel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Status gizi Pemasukan diit Anorexia, tidak dicerna, mual dan muntah. Mengunyah dan menelan. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut Auskultasi bising usus. Palpasi apakah perut kembung, fecal. Konstipasi, sudah berapa hari tidak BAB. Keadaan diare.

2. a.

Intervensi Eliminasi Urine

1. 2.

Cukupkan cairan masuk 2000-3000 ml/hari. Cegah terjadinya inkontinensia : a) b) c) d) Jelaskan dan dorong klien untuk BAK tiap 2 jam. Pertahankan penerangan dikamar mandi untuk mencegah jatuh. Observasi jumlah urin Batasi cairan terutama waktu menjelang tidur.

b.

Eliminasi Bowel 1. 2. 3. 4. Berikan sikap fowler waktu makan Pertahankan keasaman lambung. Berikan makanan yang tidak membentuk gas Cukup cairan

3. a. b. c. d. e. f. g.

Untuk mencegah sembelit/konstipasi. Awasi kecukupan cairan dalam diit. Dorong untuk melakukan aktivitas Fasilitasi gerak usus dalam mencerna. Berikan kebebasan dan gerak posisi tubuh normal Berikan kecukupan konsumsi serat. Ajarkan latihan kegel. Ajarkan latihan perut.

h. i. j.

Atur waktu makan dan minum. Atur jumlah makan dan minum. Berikan laxatif jika perlu.

BAB III FORMAT PENGKAJIAN LANSIA

I.

Data Biografi Nama Umur Jenis kelamin Pendidikan Agama Status perkawinan TB/BB Penampilan : Ny. S : 74 tahun : Perempuan : SD : Islam : Janda : 149 cm / 37 kg : rambut bungkuk. Alamat Orang yang dekat : Jl. SukaBumi Barat No. 007 : Ny. Ati Rapi,bersih,wangi,berpakaian sesuai,

beruban, menggunakan jilbab, sedikit

Hubungan Alamat II. 1. RIWAYAT KEPERAWATAN GENOGRAM

: Anak klien : Sda

Keterangan: : perempuan : garis perkawinan

: laki-laki rumah : garis keturunan

------ : tinggal dalam satu

: meninggal dunia

2.

Riwayat Keluarga Klien adalah anak ke-4 dari lima bersaudara, klien dulunya berasal dari keluarga petani. Ayah dan ibu klien sudah meninggal. Suami klien sudah meninggal sejak klien berumur 51 tahun. Sekarang klien tinggal ikut anaknya. Dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit stroke yaitu kakak pertamanya dan sudah meninggal. Dalam lingkungan keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBparu.

III. RIWAYAT PEKERJAAN Pekerjaan saat ini Alamat pekerjaan Jarak dari rumah Transportasi Pekerjaan sebelumnya Jarak dari rumah Transportasi : tidak bekerja :::: Pedagang sayur yang digendong di bahu : 10 km : Jalan kaki

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : kebutuhan klien dipenuhi oleh anak-anaknya.

IV. RIWAYAT LINGKUNGAN Jenis lantai rumah Kondisi lantai Tangga rumah Penerangan Tempat tidur Alat dapur WC Kebersihan lingkungan mebahayakan klien : porselen : kering : tidak ada : cukup : tanpa ranjang : tertata rapi : ada dikamar, 3 meter dari tempat tidur : lingkungan bersih, tidak ada barang yang dapat

Jumlah yang tinggal dalam satu rumah Derajat privasi Tetangga terdekat Alamat : baik

: 5 (lima) orang

:Mbah Saras : Jl. Suka- Bumi Barat No. 008

V.

RIWAYAT REKREASI Hobi/minat Keanggotaan organisasi Liburan/perjalanan : Klien hobby menyulam, bernyanyi : anggota posyandu lansia Kamboja : Klien sering diajak anaknya jalan-jalan ke taman kota.

VI. SISTEM PENDUKUNG

Perawat/Bidan/Dokter Jarak dari rumah RS

: Mantri Sri : 1 km : RSU DR. Murjani Sampit, 4 km dari rumah klien : Puskesmas Baamang 1, 1 km dari rumah klien :-

Klinik

Makanan yang dihantarkan

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga: tidak ada karena klien masihdapat melakukan aktivitas madiri.

VII.

DESKRIPSI KEKHUSUSAN : Klien selalu melaksanakan sholat lima waktu berjamaah di mushola Al-Anshor dekat rumah klien, dan sering mendengarkan ceraham dari TV.

Kebiasaan ritual

VIII.

STATUS KESEHATAN

Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :sering pegal-pegal dan kesemutan pada ektremitas, dan hipertensi Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu : Klien pernah mederita sakit stroke dan di opname di RSUD Sragen, Jawa tengah selama 2 minggu Keluhan utama P Q R S : 3 hari sekali baru BAB, perut terasa penuh ::::-

T Obat-obatan Alergi Obat-obatan Makanan Faktor lingkungan

:: Ottopan (paracetamol) 500 mg 3x1 : klien tidak ada alergi :::-

Penyakit yang diderita

: Hipertensi dan rematik

IX. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL) Indeks katz Oksigenasi Cairan/elektrolit Nutrisi : Katz A : Klien bernapas dengan hidung, RR : 20x/m : : Klien makan 2x sehari, klien makan nasi dan lauk, klien tidak suka makan sayur, klien minum air putih 3 gelas sehari ( 750 ml), Eliminasi : 3 hari sekali baru BAB, perut dintesi, bising usus 3x/m, BAK

Aktivitas

: semua aktivitas klien sehari-hari dapat dikerjakan secara mandiri

Istirahat&tidur

: Klien tidak terbiasa tidur siang. Jika malam hari klien mulai tidur pukul 22.00 sampai 04.00 pagi. Pada saat tidur klien sering terbangun.

Personal hygiene

: Klien mandi 2x sehari, keramas 2 hari sekali, berganti pakaian setiap hari

Seksual

: Klien sudah menopause sejak berumum 51

tahun, dan sudah tidak memiliki pasangan, sejak menopause klien sudah tidak ada keinginan untuk berhubungan dengan dengan lawan jenis.

X.

PSIKOLOGI KOGNITIF PERSEPTUAL Konsep diri Emosi : baik : stabil

Adaptasi mekanisme pertahan diri : baik Status mental : Tingkat kesadaran Afasia Dimensia Orientasi Bicara Bahasa yang digunakan Kemampuan membaca Kemampuan interaksi sesuai : compos mentis : tidak ada : ada : baik : normal dan lancar : bahasa banjar dan bahasa indonesia : klien bisa membaca : klien mampu berinteraksi dengan baik dan

Vertigo SPSMQ MMSE GDS APGAR

: ada : skor 2 = fungsi mental utuh : skor 2 = baik : skor 4 = tidak ada depresi : skor 10 = rendah

XI. TINJAUAN SISTEM Keadaan umum Tingkat kesadaran Tanda-tanda vital 20x/m, Suhu : 36,5 C, TB : 149 cm, BB, 37 kg : baik : compos mentis : TD: 190/100 mmHg, Nadi: 74x/m, RR:

PENGKAJIAN PERSISTEM B1/pernapasan Bentuk dada Sekeresi dan batuk Pola napas Bunyi napas : simetris : tidak ada batuk : RR: 20x/m, reguler : vesikuler

Pergerakan dada Tractil fremitis Alat bantu pernapasan pernapasan

: normal : tidak ada : klien tidak menggunakan alat bantu

B2/Kardiovaskuler Nadi Bunyi janting Letak jantung kira-kira satu jari medial dari garis midclviucla Pembesaran jantung Nyeri dada Oedeme Clubbing finger : ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : 74x/m, reguler dan kuat : normal : ictus cordis teraba pada interkosta ke-lima

B3/ persarafan Tingkat kesadaran GCS Reflek Koordinasi gerak : compos mentis : 15, eye: 4, verbal:5, motorik: 6 : normal : Klien mampu mengkoordinasikan gerak

Kejang

: tidak ada

Penginderaan (persepsi sensori) 1. Mata Bentuk Visus Pupil Gerak bola mata Medan penglihatan Buta warna : normal :: isokor : menyempit : menyempit : tidak ada

Tekanan Intra Okuler : tidak

2. 3.

Hidung Bentuk Gagguan penciuman Telinga Aurikel Membaran timpani Ottorhochea : normal : keruh : tidak ada : normal : tidak ada

Gangguan pendengaran: ada Tinitus : ada

4. 5.

Perasa Peraba

: normal : normal

B4/perkemihan Masalah kandung kemih : Tidak terjadi nyeri saat BAK, tidak ada distensi suprapubik , BAK lancar , tidak terjadi infeksi, tidak terjadi terjadi inkontinensia urine. Produksi urin Frekuensi BAK Warna Bau : volume BAK 400 ml / hari : 3 4 x/hari : kuning :amoniak

B5/eliminasi alvi 1. Mulut dan tenggorokan Mulut Lidah : mukosa lembab : normal

Kebersihan rongga muluat : tidak berbau, gigi bersih, tidak ompong, Tengorokan Abdomen Pembesaran hepar Pembesaran lien : tidak ada keluhan : dintensi : tidak ada : tidak ada

2.

Asites Masalah usus dan rektum BAB Obat pencahar Lavamen

: tidak ada

: 3 hari sekali baru BAB, perut terasa penuh : :

B6/Otot/tulang/integumen 1. Otot-tulang Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai : bebas Kemampuan kekuatan otot : 2. Fraktur Dislokasi Hematoma : tidak ada : tidak ada : tidak ada

Integumen Warna kulit Turgor Tulang belakang : sawo matang : tidak elastis : kiposis

REPRODUKSI Payudara

Bentuk Benjolan

: simetris : tidak ada

Kelamin Bentuk Keputihan Siklus haid : normal : tidak ada : klien sudah menopause

ENDOKRIN Faktor alergi Manifestasi Cara mengatasi Kelainan endokrin : tidak ada ::: tidak ada

PENGETAHUAN KLIEN TENTANG KESEHATAN DIRINYA Klien tahu bahwa dirinya sakit hipertensi dan rematik, tapi klien menganggap sakitnya itu adalah sakit orang sudah tua.

ANALISA DATA

No DS : 1. 2. bias BAB.

Data

Penyebab Pemenuhan tidak seimbang.

Masalah Gangguan Bowel Eliminasi ( BAB )

Klien mengatakan 2 hari ini tidak kebutuhan gizi Klien mengatakan tidak suka makan sayur dan hanya minum air putih sebanyak 3 gelas.

DO : 1. 2. 3. Klien hanya makan nasi dan sedikit sayur mayur. Bising usus 3 x /menit Perkusi abdomen hypertimpani.

RENCANA KEPERAWATAN No. 1. Dx. Kep. Gangguan Bowel Eliminasi ( BAB ) b.d Pemenuhan kebutuhan Tujuan Setelah dilakukan dalam waktu 2 X 24 jam klien dapat BAB secara 2. Anjurkan klien makan 2. Sayur dan buah normal. sayur dan buah. merupakan makanan yang Intervensi 1. Kaji pengetahuan klien1. tentang nutrisi. Rasional Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang nutrisinya.

Intervensi keperawatan mengenai pemahaman

gizi tidak

Kriteria hasil : nutrisi yang cukup dengan gizi yang seimbang. 2. Klien dapat BAB dengan lancer 2 X 24 jam . 3. klien untuk cairan 1500 cc yang dipenuhi secara bertahap. 4. Anjurkan klien untuk 4. makan makanan yang tidak bergas. maksimal dalam waktu meningkatkan intake 3.

yang tinggi serat sehingga dapat membantu melancarnak n pencernaan.

seimbang. 1. Klien mendapatkan

Untuk membantu melunakan feses.

Untuk mengurasi kembung/ distensi.

5. Lakukan auskultasi bising usus.

5.

Untuk mengetahui keefektifan rencana sebelumnya.

IMPLEMENTASI No Dx. Kep. Implementasi . 1. 1 1. Mengkaji pengetahuan klien mengenai 1. pemahaman tentang nutrisi. Hasil: yang saya tahu saya harus makan makanan yang sedikit garam agar tensi saya tidak naik. 2. Menganjurkan klien makan sayur dan buah. Hasil: saya akan mencoba makan sayur Evaluasi S: Saya sudah dapat BAB dengan lancar, minum sebanyak 5 gelas / hari, mau mencoba mengkonsumsi sayuran dan buah- buahan. O: Bising usus 10x / menit.

Makan dengan lauk pauk dan 3. Menganjurkan klien untuk meningkatkan intake sayuran. cairan 1500 cc yang dipenuhi secara bertahap. Perkusi abdomen tympani. Hasil: nanti saya akan mencoba minum yang banyak.

A:Masalah teratasi 4. Menganjurkan klien untuk makan makanan yang tidak bergas. Hasil: saya akan mengurangi makan singkong 5. Melakukan auskultasi bising usus. Hasil: bising usus 5x/m P: Hentikan intervensi

BAB III PENUTUP

I.

KESIMPULAN Pada lansia sistem gastrointestinal mengalami perubahan seperti

kehilangan gigi, indra pengecap yang mengalami penurunan fungsi, rasa lapar yang menurun, peristaltic yang menurun dan lain-lain. Sehingga pada lansia pola eliminasi urine dan fekal mengalami perubahan dimana perawat harus mampu membantu lansia dalam menghadapi perubahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Asfawan. M, Dkk. 1988. Gizi dan Kesehatan Manula (Manusia Lanjut Usia) . Jakarta : PT Mediyatama Sarana Prakarsa Lueckenofte, 1998. Pedoman Praktis Pengkajian Gerontologi Edisi 2. Jakarta: EGC Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC

Watson, R. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Posted 30th March 2012 by Inka Februaria Loading Send feedback

Anda mungkin juga menyukai