Anda di halaman 1dari 14

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR RADIUS DISTAL

A. Definisi Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. (Mansjoer, 2000) Fraktur terjadi apabila tulang dikenai stres yang lebih besar daripada yang diansorpsinya. Fraktur pada tulang dapat menyebabkan edema jaringan lemak, persarafan ke otot dan sendi terganggu, dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah (Suratun, 2008). Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada dewasa. Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur radius distalis pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur Colles. (Armis, 2000). Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula, insidensinya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca menopause. Fraktur radius adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadipada tulang radius dan ulna. Fraktur terjadi jika tulang terkena stress yang lebih besar dari yang dapatdiabsorpsinya. ( Brunner & Suddart, 2001) B. Etiologi Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus yaitu tulang lunatum dan navikulare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial. Bagian distal sendi radiokarpal diperkuat dengan simpai di sebelah volar dan dorsal, dan ligament radiokarpal kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna selain terdapat ligament dan simpai yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat pula diskus
1

artikularis, yang melekat dengan semacam meniskus yang berbentuk segitiga, yang melekat pada ligamen kolateral ulna. Ligamen kolateral ulna bersama dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis bersama ligament radioulnar dorsal dan volar, yang kesemuanya menghubungkan radius dan ulna, disebut kompleks rawan fibroid triangularis (TFCC = triangular fibro cartilage complex) (Sjamsuhidayat & de Jong, 2008) Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensi pergelangan tangan serta gerakan deviasi radius dan ulna. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat mencapai 90 derajat oleh karena adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi radiolunatum dan sendi lunatumkapitatum dan sendi lain di korpus. Gerakan pada sendi radioulnar distal adalah gerak rotasi. (Sjamsuhidayat & de Jong, 2008)

Gambar 1a. Sudut normal sendi radiokarpal di bagian ventral (tampak lateral)

Gambar 1b. Sudut normal yang dibentuk oleh ulna terhadap sendi radiokarpal

C. Patofisiologi Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya merupakan trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar atau dorsal. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi fragmen fraktur sebelah distal ke arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu. (Sjamsuhidayat & de Jong, 2008) Benturan mengena di sepanjang lengan bawah dengan posisi pergelangan tangan berekstensi. Tulang mengalami fraktur pada sambungan kortikokanselosa dan fragmen distal remuk ke dalam ekstensi dan pergeseran dorsal. (Apley & Solomon, 1995) Garis fraktur berada kira-kira 3 cm proksimal prosesus styloideus radii. Posisi fragmen distal miring ke dorsal, overlapping dan bergeser ke radial, sehingga secara klasik digambarkan seperti garpu terbalik (dinner fork deformity). (Armis, 2000) D. Manifesrasi Klinis Manifestasi klinis meliputi nyeri terus menerus, hilangnya fungsi (fungsiolaesa), deformitas, pemendekan ekstermitas, krepitus, pembengkakak lokal, dan perubahan warna. Ada empat konsep dasar yang harus dipertimbangkan untuk menangani fraktur, yaitu :

1. Rekognisi, yaitu menyangkut diagnosis fraktur pada temat kecelakaan dan selanjutnya di rumah sakit dengan melakukan pengkajian terhadap riwayat kecelakaan, derajat keparahan, jenis kekuatan yang berperan pada peristiwa yang terjadi serta menentukan kemungkinan adanya fraktur melalui pemeriksaan dan keluhan dari klien. 2. Reduksi fraktur (pengembalian posisi tulang ke posisi anatomis) a. Reduksi terbuka, yaitu dengan pembedahan, memasang alat fiksasi interna (pen, kawat, sekrup, plat, paku dan batangan logam). b. Reduksi terutup, yaitu ekstermitas dipertahankan dengan gips, traksi, brace, bidai dan fiksator eksterna. 3. Imobilisasi, yaitu setealh direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar hingga terjadi penyatuan. Metode imobilisasi dilakukan dengan fiksasi eksterna dan interna. 4. Memepertahankan dan mengembalikan fungsi : a. Mempertahankan reduksi dan imobilisasi b. Meninggikan daerah fraktur untuk meminimalkan pembengkakan c. Memantau status neuromuskular d. Mengontrol kecemasan dan nyeri e. Latihan isometrik dan setting otot f. Kembali ke aktivitas semula secara bertahap E. Klasifikasi Klasifikasi fraktur menurut Salter-Harris (Betz, 2009) : 1. Tipe 1 a. Fraktur melewati lempeng pertumbuhan tanpa metafisis ata epifisis. b. Terjadi dengan cidera traumatik ringan c. Paling sering terlihat pada fibula distal 2. Tipe II a. Fraktur meluas melalui lempeng pertumbuhan, termasuk metafisis b. Terjadi senagai akibat dari trauma berat seperti kecelakaan mobil, jatuh dari papan luncur c. Paling sering terlihat pada radius distal dan humerus proksimal
4

3. Tipe III a. Fraktur meluas melalui lempeng pertumbuhan, termasuk epifisis dan sendi b. Terjadi selama trauma berat secara moderat c. Paling sering terlihat pada humerus d. Dapat mengakibatkan kerusakan serius 4. Tipe IV a. Fraktur termasuk metafisis, meluas lempeng pertumbuhan ke epifisis b. Terjadi sebagai akibat dari jatuh, kecelakaan papan luncur atau sepeda c. Paling sering terlihat pada humerus d. Dapat mengakibatkan kerusakan serius 5. Tipe V a. Lempeng pertumbuhan mengeras b. Fraktur kompresi yang diakibatkan dari jatuh atau dampak proyektif F. Komplikasi a. Syock Syock hypovolemik atau traumatik yang terjadi karena hemoragi dan hilangnya cairan ekstra celluler ke dalam jaringan yang rusak. b. Embolisme lemak. Globulin lemak dalam jumlah besar dapat bergerak menuju darah karena tekanan pada sum-sum lebih besar dari pada tekanan pada kapiler atau kenaikan katekolamin karena stress klien dapat menyebabkan mobilisasi asam lemak terbentuk dalam darah berkombinasi dengan platetet akan membentuk emboli, yang dapat menyumbat pembuluh darah yang mensuplai ke otak. c. Syndrom Kompartemen. Kontraktur ischimia volkman terjadi karena kompresi atau kerusakan pada arteri brachiale. d. Nekrosis Tulang Kehilangan suplai darah dan jaringan tulang mati. Tanda dan gejala: 1) Kelainan setempat 2) Edema atau adanya masa
5

3) Jaringan distal terletak pada posisi atau sudut yang abnormal 4) Pembatasan penggunaan bagian tersebut 5) Crepitasi 6) Nyeri atau melunaknya bagian tersebut 7) Kelemahan atau ketidakmampuan menggunakan bagian tersebut secara normal. 8) Kulit di atas bagian terinjuri terbuka atau utuh 9) Hasil roentgen menanpakkan trauma atau kepatahan pada tulang. G. Pathways

H. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi. Lihat kesegarisan antara kondilus medialis, kaput radius, dan pertengahan radius.
6

Pemeriksaan penunjang menurut Betz (2009), adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Pemeriksaan rontgen Scan CT/MRI Kreatinin Hitung darah lengkap Arteriogram

I. Penatalaksanaan 1. Pembedahan - Reduksi fraktur terbuka atau tertutup dengan fiksasi internal pada fragmen fraktur seperti Pin, nail screw, staples dan plate wire. - Artroplasti sendi atau penggunaan total - Pemasangan Brache (alat penyokong / pelurus), traksi, bebat, atau sling. 2. Kemoterapiutik Analgetik, narkotik, sedatif, antibiotik, relaksan otot. 3. Suportif - Pemberian kompres es - Tirah baring dalam posisi khusus - Diet TKTP, aktivitas, istirahat, pembatasan mobilitas. - Terapi fisik atau physiotherapy J. Pengkajian keperawatan 1. Biodata Klien dan penanggung jawab (nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat) 2. Riwayat Kesehatan a) Keluhan utama Biasanya klien dirawat di rumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam, nyeri dan pusing b) Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan pusing, berat badan berkurang, klien mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien merasa sakit diperut dan diare, klien mengeluh nyeri otot. c) Riwayat Kesehatan Dahulu
7

Kaji adanya riwayat penyakit lain/pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. - Masa kehamilan : apakah ada kelainan sewaktu ibu hamil klien pada usia 1-9 bulan - Persalinan : lamanya persalinan, persalinan normal atau tidak, jumlah perdarahan - Pertumbuhan : bagaimana tahapan tumbuh kembangnya, sudah bisa apa klien pada usia 7 bulan ini, apakah sudah sesuai dengan pertumbuhan bayi sehat lainnya.

d) Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama (penularan). K. Pemeriksaan fisik 1. Pengkajian umum a) Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, somnolen,supor, dan koma b) Keadaan umum : sakit ringan, sedang, berat

c) Tanda-tanda vital, normalnya: Tekanan darah Nadi Suhu Pernapasan : 95 mmHg : 60-120 x/menit : 36-37 0C : 15-26 x/menit

2. Pengkajian sistem tubuh a) Pemeriksaan kulit dan rambut Kaji nilai warna, turgor, tekstur dari kulit dan rambut pasien b) Pemeriksaan kepala dan leher Pemeriksaan mulai dari kepala, mata, hidung, telinga, mulut dan leher. Kaji kesimetrisan, edema, lesi, maupun gangguan pada indera. c) Pemeriksaan dada 1) Paru-paru Inspeksi Palpasi : : kesimetrisan, gerak napas kesimetrisan taktil fremitus
8

Perkusi Auskultasi 2) Jantung Inspeksi Palpalsi Perkusi Auskultasi

: :

suara paru (pekak, redup, sono, hipersonor, timpani) vesikuler, ronchi, wheezing

: : : :

amati iktus cordis raba letak iktus cordis batas-batas jantung terdapat bunyi S1 dan S2

d) Pemeriksaan abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : : : : keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen, gerakan hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri tekan suara peristaltic usus frekuensi bising usus

e) Pemeriksaan ekstremitas Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat bantu.

3. Pengkajian Pola Fungsional Handerson a. Kebutuhan Oksigenasi Sebelum dirawat: dirumah apakah klien menggunakan alat bantu napas, mengalami gangguan pernapasan misal sesak napas Saat dirawat: dirumah sakit memakai alat bantu napas tidak b. Kebutuhan Nut-Ca Sebelum dirawat: makan berapa kali, porsi, minum berapa cc, berat badan berapa, muntah atau tidak Saat dirawat: makan berapa kali, porsi, minum berapa cc, berat badan berapa, muntah atau tidak c. Kebutuhan Eliminasi Sebelum sakit: BAB berapa kali,konsistensi, bau. BAK berapa kali, jumlah berapa cc, bau, warna Saat dirawat: BAB berapa kali,konsistensi, bau. BAK berapa kali, jumlah berapa cc, bau, warna d. Kebutuhan hygiene dan integritas kulit
9

Sebelum dirawat: mandi berapa kali, ganti baju berapa kali, keramas, potong kuku berapa minggu sekali Saat dirawat: mandi berapa kali, ganti baju berapa kali keramas, potong kuku berapa minggu sekali e. Kebutuhan aktivitas dan latihan Sebelum dirawat: kegiatan sehari hari klien sebelum dibawa kerumah sakit, misal bermain dengan teman Saat dirawat: dirumah sakit klien melakukan aktivitas apa saja f. Kebutuhan istirahat tidur Sebelum dirawat: klien tidur jam berapa sampai jam berapa, lamanya waktu tidur, terbangun berapa kali, pencetus klien bangun Saat dirawat: klien tidur jam berapa sampai jam berapa, lamanya waktu tidur, terbangun berapa kali, pencetus klien bangun g. Kebutuhan Termoregulasi Sebelum dirawat: pernah mengalami kenaikan suhu tidak, berapa kenaikan suhunya, segera diberi obat tidak, obat apa Saat dirawat: pernah mengalami kenaikan suhu tidak, berapa kenaikan suhunya, segera diberi obat tidak, obat apa h. Kebutuhan rekreasi spiritual Sebelum sakit: klien sering diajak jalan-jalan sore bersama keluarga atau tidak, agama klien apa Saat dirawat: klien sering diajak jalan-jalan sore bersama keluarga atau tidak, agama klien apa i. Kebutuhan konsep diri Sebelum dirawat: klien merupakan anak yang bagaimana, peran klien dalam keluarga Saat dirawat: klien merupakan anak yang bagaimana, peran klien dalam keluarga j. Stress koping Sebelum dirawat: menangis jika tidak sesuai dengan keinginannya Saat dirawat: menangis jika tidak sesuai dengan keinginannya (diinfus, disuntik, maupun diperiksa oleh dokter)

10

L. Tindakan Keperawatan N o 1 Diagnosa Keperawatan Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang/tulang rawan, spasme otot 2. Immobilitas fisik Setelah dilakukan berhubungan dengan cedera sekitar tindakan keperawatan Tinggikan bagian yang sakit Berikan penyangga pada ekstremitas yang fraktur Lakukan latihan aktif dan pasif NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kenyamanan klien terpenuhi dengan kriteria hasil : 1. nyeri berkurang Tujuan NIC : Kaji tingkat/skala nyeri Observasi vital Ajarkan teknik relaksasi Lakukan teknik distraksi Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik tanda-tanda Intervensi Keperawatan Intervensi

nyeri, selama 3x24 jam jaringan Immobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. Klien

bisa Dorong pasien untuk melakukan/mampu beraktivitas sendiri beraktivitas Kaji tingkat cemas Beri penjelasan tentang penyakitnya dan prosedur tindakan dilakukan Beri kesempatan kepada klien lagi mengungkapkan perasaannya untuk yang akan

3.

Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang fraktur dialami

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien ansietas dapat teratasi dalam

kondisi jangka 3 jam dengan yang kriteria hasil : 1. Klien tidak

bertanya-tanya tentang

11

penyakitnya 2. Klien nampak rileks dan tenang

Ajarkan/bantu

klien

dalam mengatasi stressor yang dihadapinya

Post Operasi : N o 1 Diagnosa Keperawatan Nyeri berhubungan dengan luka bekas operasi NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kenyamanan klien terpenuhi dengan kriteria hasil : 1. nyeri berkurang Tujuan NIC : Kaji tingkat nyeri Tinggikan Berikan nyaman Berikan teknik distraksi Ajarkan teknik relaksasi Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesik Observasi TTV Monitor tanda-tanda vital Pertahankan aseptik dalam tindakan dan teknik antiseptik melakukan ekstremitas Intervensi Keperawatan Intervensi

fraktur yang mengalami posisi yang

2. Klien tampak rileks 2. Risiko infeksi berhubungan dengan tinggi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak

adanya terjadi infeksi dengan kriteria hasil : 1. Tidak ada tanda

luka terbuka

rubor, kemerahan Ganti balutan setiap hari dan bengkak dengan alat steril Beri antibiotik sesuai

dengan anjuran 3. Immobilitas fisik Setelah dilakukan Pantau gips/traksi/jam

12

berhubungan dengan

tindakan keperawatan

Lakukan aktif/pasif Dorong pasien

latihan

nyeri selama 3x24 jam

pemasangan gips diharapkan klien atau traksi immobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil : 1. Klien mampu untuk beraktivitas

untuk

beraktivitas sesu

13

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri alih bahasa Eny Meiliya. EGC: Jakarta Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC. Jakarta. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai