Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 4

TEKNIK KULTUR JARINGAN SEBAGAI PEMULIAAN TANAMAN PANGAN (PADA PADI)

Pemuliaan konvensional (persilangan), jika jumlah gen yang terlibat dinyatakan dengan n, kemungkinan untuk mendapatkan individu homozigos pada generasi F2 adalah (1/4)n , sedangkan melalui pembentukan tanaman haploid ganda (kultur antera) adalah (1/2)n. Chahal dan Gossal (2002), memperkirakan pada tanaman padi dibutuhkan kurang lebih 150 tanaman haploid ganda yang dihasilkan dari populasi F-1 antera untuk seleksi genotipe yang diinginkan.

Regeneran tanaman hasil kultur antera sebagian besar (50-65%) merupakan tanaman haploid dan diploid. Dari hasil analisis genetik, bahwa 90% turunan galur fertil hasil kultur antera adalah homizigos (haploid ganda). Pembentukan tanaman haploid ganda spontan sangat menguntungkan, karena tidak perlu menggandakan kromosom tanaman haploid sebagai bahan seleksi. Menurut Zhang karakter tanaman haploid ganda dalam galur yang sama adalah seragam dan tetap stabil dari generasi ke generasi, sehingga seleksi karakter yang diinginkan dapat dilakukan langsung pada generasi awal. Teknik selain dapat menghemat waktu, juga dapat menghemat biaya dan tenaga yang diperlukan.

Prosedur Teknik Kultur Antera Pada Pemuliaan Tanaman Pangan Terbagi Ke Dalam Tahapantahapan Sebagai Berikut:
1. 2. 3. 4. 5. 6. pemilihan tetua dan persilangan (F-1) pemeliharaan tanaman (F-1) sumber eksplan penyiapan eksplan kultur antera in vitro aklimatisasi penanganan tanaman pasca aklimatisasi

Prosedur Teknis dan Alokasi Waktu yang Diperlukan dalam Aplikasi kultur antera padi

Pemilihan Bahan Tetua dan Persilangan

Bahan tetua persilangan dapat berupa varietas atau galur yang telah diidentifikasi memiliki satu atau lebih karakter yang diunggulkan. Setiap bahan tetua ditanam di lapang atau pada pot\ember di rumah kaca sebagai blok hibridisasi. Untuk menjamin tercapainya saat pembungaan yang sinkron antara calon tetua jantan dan caJon tetua betina, serta agar persilangan dapat dilakukan lebih sempuma, semua calon tetua ditanam dalam 2-3 waktu tanam yang berbeda, dengan selang waktu tanam 7-10 hari. Pada saat fase pembungaan, tanaman calon tetua betina yang telah siap berbunga diemaskulasi (dikebiri organ jantannya) pada sore hari. Malai tetua betina yang telah diemaskulasi (dengan vacuum emasculator) segera ditutup dengan amplop kertas minyak (glassine bag) sebagai penutup bagi serbuk sari asing yang tidak dikehendaki. Tetua-tetua yang telah diemaskulasi, keesokan harinya, saat anthesis maksimal bagi tetua jantan, disilangkan (diserbukan polennya) secara manual dan ditutup dengan kertas glassine. Hasil persilangan dipelihara hingga dapat menghasilkan biji F-1 yang dapat dipanen.

Pemeliharaan Tanaman F-1 Sumber eksplan


Benih F-1 hasil persilangan ditanam dalam pot ember di rumah kaca atau di lapangan sebagai populasi F-1 sumber eksplan kultur antera. Pada setiap hasil persilangan tunggal, kepastian F-1 sebagal progeni hasil persilangan antar tetua yang digunakan diobservasi dengan menanam tetua asal atau tetua betina berjajar dalam barisan di samping populasi F-1 hasil silang tunggal. Pertanaman F-1 dipelihara hingga fase bunting yaitu saat eksplan berupa malai muda yang akan digunakan untuk kultur antera siap dipanen. Sebagai penanda, malai diambil pada saat jarak antara aurikel daun bendera dengan daun di bawahnya antara 7-12 cm. Jarak tersebut merupakan marka morfologi yang berhubungan erat dengan perkembangan polen fase akhir uninuclear atau awal binuclear yang dapat memberikan respons induksi kalus dan regenerasi tanaman terbaik dalam kultur antera padi .

Kultur Antera In Vitro Pada saat tanaman mencapai fase bunting dan sesuai dengan kriteria bahan eksplan, malai yang masih terbungkus dalam pelepah dipanen sebagai sumber eksplan. Malai yang masih dalam selubung pelepah tersebut dicuci bersih dan dibungkus dengan kertas tissue basah, selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong plastik, kemudian diberi perlakuan dingin dengan menyimpannya dalam lemari pendingin pada suhu 10 C selama 8 hari.

Penyiapan Media
Media kultur antera padi yang cocok untuk adalah N6 dan MS dengan berbagai modifikasinya, masing masing sebagai media induksi kalus dan regenerasi tanaman. Pembuatan media N6 dimulai dengan melarutkan putresin ke dalam 700 ml air, kemudian semua bahan (kecuali phytagel) dicampur dan ditera pHnya, sehingga pH campuran mencapai 5,8. Ke dalam media ditambahkan 3 gr/1 phytagel sebagai pemadat, kemudian diautoklaf selama 20 menit. Selesai diautoklaf, tiap 1 liter media dituangkan ke dalam 30-35 cawan petri di dalam laminar air flow cabinet. Setiap cawan petri yang telah diisi media kemudian ditutup dan direkatkan dengan parafilm.

Penyiapan Eksplan Malai yang telah diinkubasi selama delapan hari, dibuka dan dipilih (disortir) bagian percabangan tengah dan atasnya. Malai yang terpilih adalah malai dengan bulir yang merniliki panjang antera dan filamennya tidak melebihi setengah panjang bulir dan berwama kuning muda kehijauan. Malaimalai yang terpilih disterilkan dengan Bayclin 20% yang mengandung bahan aktif 5,25% NaClO selama 20 menit, lalu dicuci dengan air steril.

lnduksi Kalus
Sebelum diregenerasikan menjadi tanaman, polen dalam antera diinduksi menjadi kalus (massa sel). lnduksi kalus dimulai dengan inokulasi antera pada media induksi kalus. Bulir gabah muda (spikelet) dari malai yang sudah steril kemudian sepertiga dari pangkalnya dipotong dengan gunting dan dikumpulkan pada cawan petri steril. Selanjutnya antera diinokulasikan ke dalam media induksi kalus (N6 yang telah disiapkan sebelumnya. lnokulasi dilakukan dengan cara mengetukkan spikelet pada tepi cawan petri menggunakan pinset.

Regenerasi Tanaman

Secara teknis regenerasi tanaman dilakukan dengan memindahkan kalus yang terbentuk pada tahap induksi kalus ke media regenerasi tanaman (MS). Kalus yang telah berukuran 1-2 mm pada media induksi kalus dipindahkan ke media regenerasi (MS) dalam botol kultur, kemudian diberi label (nomor kalus, genotipe, dan tanggal). Kalus yang telah dipindah ke dalam media regenerasi tanaman kemudian diinkubasi dalam ruang terang dengan cahaya kuat (1000-3000 lux) serta suhu 22 2 C. Tiga minggu sejak kalus dipindah ke media regenerasi, umumnya kalus embriogenik dapat tumbuh dan berkembang menjadi planlet tanaman hijau dan atau tanaman albino hingga mencapai tinggi 1-2 cm. Regeneran tanaman hijau yang dihasilkan pada media regenerasi biasanya belum memiliki akar yang cukup bahkan sama sekali tidak memiliki akar. Setelah tanaman regeneran mencapai tinggi 3-5 cm, tanaman tersebut dapat diinduksi perakarannya dengan cara memindahkannya ke media perakaran. Media perakaran terdiri atas media MS ditambah dengan 40 gil maltosa dan 0,5 mg/l IBA.

Aklimatisasi
Aklimatisasi dilakukan untuk menyesuaikan kondisi lingkungan tumbuh tanaman kultur yang aseptik dan heterotrof ke lingkungan alami yang autotrof. Aklimatisasi meliputi tiga tahap: 1. aklimatisasi dalam tabung reaksi berisi air bersih selama 1-2 minggu; 2. aklimatisasi dilakukan pada media tanah lumpur dalam bak selama 1-2 minggu; 3. aklimatisasi dilakukan pada media tanah dalam ember atau pot di rumah kawat. Tanaman yang berasal dari kalus yang sama dan ditanam pada pot berbeda, dikelompokkan dan diberi nomor yang sama. Pemberian cahaya dilakukan secara berangsur untuk melatih tanaman agar dapat tumbuh pada kondisi normal.

Penanganan Tanaman Pasca Aklimatisasi


Pemeliharaan tanaman dilakukan sesuai dengan anjuran budidaya padi sawah. lndividu yang berasal dari kalus yang sama dikelompokkan menjadi satu kelompok putatif galur; kemudian masing-masing kelompok tanaman diberi nomor (sebagai nomor galur). Pada fase pertumbuhan anakan aktif, masing-masing nomor galur hasil kultur antera dievaluasi ploidinya secara morfologi. Pertama-tama evaluasi dilakukan terhadap tanaman haploid ganda. Pada fase pertumbuhan ini secara morfologi tanaman haploid ganda tumbuh normal seperti tanaman diploid yang dicirikan dengan adanya auricle dan ligule, serta pada fase generatif menghasilkan biji fertil . Populasi tanaman haploid ganda dipelihara serta dievaluasi karakter morfologi dan agronominya hingga dapat dipanen bijinya. Benih yang dihasilkan dari populasi tanaman tersebut selanjutnya dapat diperbanyak untuk menghasilkan benih DH2 dan DH3, sebagai bahan seleksi untuk karakter target yang diinginkan. Selanjutnya evaluasi dilakukan terhadap tanaman haploid. Tanaman haploid hasil kultur dicirikan dengan pertumbuhan yang kerdil, anakan banyak, serta tidak merniliki auricle dan ligule. Thnaman tersebut dikelompokkan dan dipelihara pula untuk digandakan kromosomnya dengan cara di ratun atau diberi perlakuan kolkhisin, agar dapat menghasilkan biji untuk dievaluasi karakter unggulnya.

Anda mungkin juga menyukai