Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN MODUL 5 BLOK XXI MANAJEMEN KESEHATAN KERJA

Disusun oleh : Kelompok III


Fendy Saputra Fathul Rizkiansyah Hardin Setya Girindra W

Lita Novia
Anindyta Audie D.A Ria Afrianti Nur Aprillia R Dinar Wulan H Helty Shari R Chika Ahsanu A

Tutor : dr. Riris Choiru, M.Kes.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN 2012


1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya lah laporan dengan tema Manajemen Kesehatan Kerja ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami. Laporan ini secara garis besar berisikan tentang penjelasan mengenai kasus pelayanan kesehatan kerja. Dalam proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. dr. Riris Choiru, M.Kes, selaku tutor kelompok III yang telah membimbing kami dalam melaksanakan diskusi kelompok kecil pada modul 5 ini mengenai Manajemen Kesehatan Kerja. 2. Dosen-dosen yang telah mengajarkan materi perkuliahan kepada kami sehingga dapat membantu dalam penyelesaian laporan hasil diskusi kelompok kecil ini. 3. Teman-teman kelompok III yang telah mencurahkan pikiran, tenaga dan waktunya sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik dan dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi ini. 4. Teman-teman mahasiswa kedokteran Universitas Mulawarman angkatan 2009 khususnya yang telah bersedia untuk sharing bersama mengenai materi yang kita bahas. Akhirnya, tak ada gading yang tak retak, tentunya laporan ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil diskusi kelompok kecil (dkk) ini. Hormat Kami,

Penyusun

DAFTAR ISI Kata Pengantar ....................................................................................................................... i Daftar Isi ................................................................................................................................ ii Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang ............................................................................................... 1 B. Tujuan Modul................................................................................................. 1 Bab II. Isi 1. Terminologi Asing ....................................................................................... 2 2. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 2 3. Brainstorming ............................................................................................... 3 4. Skema ........................................................................................................... 5 5. Learning Objective ....................................................................................... 5 6. Belajar Mandiri............................................................................................. 5 7. Sintesis Hasil Belajar Bab III. Penutup A. Kesimpulan .................................................................................................... 41 B. Saran ............................................................................................................... 41 Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 42

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setia pekerja dapat pekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat disekelilingnya agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal .Dampak yang dapat ditimbulkan akibat adanya beban kerja dan potensi bahaya yang dihadapi tenaga kerja antara lain berupa kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan gangguan kesehatan lainnya seperti kelelahan dan ketidaknyamanan. Selain itu, tenaga kerja juga dapat menderita penyakit dan gangguan kesehatan yang didapat dari lingkungan di luar tempat kerja sehingga dapat diperberat atau memperberat penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja. Apabila kondisi tersebut tidak diantisipasi maka kesehatan tenaga kerja sangat terganggu sehingga produktifitas kerja akan menurun. Untuk mengantisipasi keadaan tersebut di atas dan meminimalkan dampak yang terjadi apabila tenaga kerja mengalami kecelakaan, penyakit akibat kerja dan gangguan kesehatan lainnya, maka setiap perusahaan diwajibkan memberikan pelayanan kesehatan kerja.

B. Manfaat Seperti yang sudah dijelaskan, dengan laporan ini kita diharapkan dapat menjelaskan mengenai standart pelayanan kesehatan kerja, dokter perusahaan, mengenai pemeriksaan kesehatan kerja, dan langkah deteksi penyakit akibat kerja (PAK).

BAB II PEMBAHASAN

Step 1. Identifikasi Istilah Sulit 1. Fit & Unfit : Status kesehatan pekerja, meliputi keadaan kesehatan dan kebugaran untuk kepentingan pekerjaan. o Fit : kondisi bugar sehingga sesorang dapat terus bekerja. o Unfit : kondisi tidak bugar sehingga seseorang perlu beberapa syarat/ rekomendasi untuk tetap dapat bekerja. 2. Penyakit Akibat Kerja : Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat, bahan, lingkungan, maupun proses pekerjaaan. 3. Pemeriksaan kesehatan kerja : Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja, meliputi pemeriksaan awal ,berkala, dan rutin. 4. Klinik perusahaan : Tempat yang berada di perusahaan, berfungsi untukmemberi pelayanan kesehatan kepada pekerja sesuai dengan peraturan perusahaan yang berlaku, pelayanan yang diberikan berupa preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. 5. Dokter pemeriksa kesehatan : dokter yang ditunjuk oleh badan/perusahaan yang telah memenuhi syarat seperti pelatihan khusus, mendapat sertifikat dll. 6. Kesehatan kerja : Layanan bagi bekerja, baik secara fisik, sosial, dan ekonomi untuk mencapai derajat kesehatan pekerja yang setinggi-tingginya. 7. Manajemen Kesehatan Kerja : Suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerja dan meminimalisir kecelakaan untuk mencapai derajat kesehatan pekerja yang setingi-tingginya dengan prinsip K3.

Step 2. Identifikasi Masalah 1. Apa setiap perusahaan mempunyai klinik dan apa fungsi dari klinik di perusahaan? 2. Apa syarat-syarat dan langkah pendirian klinik di suatu perusahaan? 3. Apa syarat bagi dokter yang melakukan pemeriksaan kesehatan di perusahaan? 4. Apa saja tugas dokter perusahaan dalam memberikan pelayanan kesehatan kerja? 5. Apa tujuan pemeriksaan kesehatan kerja? Dan apa yang membedakannya dari pemeriksaan kesehatan biasa?
5

6. Bagaimana standar minimal pelayanan kesehatan kerja? 7. Apa saja yang termasuk dalam penyakit akibat kerja? Dan bagaimana langkah-langkah diagnosisnya? 8. Apa indikator penetapan status fit atau unfit seseorang? 9. Bagaimana manajemen kesehatan kerja di suatu perusahaan seharusnya? 10. Apa isi dari pelatihan Hiperkes?

Step 3. Brainstorming 1. Fungsi dari klinik di perusahaan: a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja, juga meminimalisir kemungkinan kecelakaan kerja. b. Membantu menentukan kebijakan dalam bidang kesehatan kerja. c. Memelihara produktivitas pekerja. Idealnya perusahaan dengan jumlah pekerja: a. < 100 pekerja, klinik dapat ikut dengan perusahaan lain b. 100 200 pekerja dengan bahay tinggi, harus ada klinik dengan buka setiap 2 hari c. 200 500 pekerja dengan bahaya rendah, harus ada klinik dengan buka tiap 3 hari sekali d. > 500 pekerja, harus ada praktek tiap hari 2. Syarat pendirian klinik: a. Tersedianya tempat (berada di tengah dan aksesnya mudah) b. Perijinan dari perusahaan. c. Mminimal ruangan 3X4, terdapat dokter, perawat, dan asisten perawat. d. Terdapat peralatan untuk penanganan kasus kecelakaan kesehatan kerja. Langkah : harus mendapat ijin dari dinas kesehatan kota dengan rekomendasi puskesmas setempat. 3. Syarat dokter: memiliki surat ijin dari perusahaan dengan tembusan ke Dinkes dan Disnakertans, surat ijin praktek dokter, sertifikat pelatihan khusus dokter kesehatan kerja. 4. Tugas dokter perusahaan: a. Melakukan pemeriksaan kesehatan awal, berkala, dan khusus. b. Pengawasan tenaga kerja. c. Pengawasan lingkungan kerja.
6

d. Pengawasan sanitasi perusahaan. e. Pengawasan perlengkapan kerja. f. Promotif dan preventif, serta pertolongan pertama kecelakaan kerja. 5. Yang membedakan keduanya adalah, pada pemeriksaan kesehatan kerja terdapat beberapa jenis pemeriksaan: awal, berkala, dan khusus. Selain itu dalam mendiagnosis penyakit akibat kerja, dokter harus mempertimbangkan resiko dari bahan di lingkungan sekitar tempat kerja. 6. Standar minimal : a. Promotif -> pengetahuan dasar hidup sehat, penyuluhan, konsultasi kesehatan. b. Preventif -> pengenalan resiko kerja, pengenalan penggunaan APD. c. Kuratif -> pengobatan kecelakaan kerja. d. Rehabilitatif -> evaluasi hasil kesimpulan pelayanan kesehatan kerja yang telah diberikan. 7. Penyakit yang diakibatkan oleh bahan pekerjaan, alat kerja, cara kerja, dan lingkungan kerja, termasuk juga stres akibat kerja: a. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan : pneumonokniasis. b. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah akibat pekerjaan : Ca Bronkogenik. c. Penyakit yang pekerjaan adalah salah satu penyebab diantara yang lain : bronkitis kronis. d. Penyakit yang pekerjaan adalah faktor yang memperparah : Asthma. 8. Langkah-langkah dalam menentukan diagnosis: a. Anamnesis i. Riwayat penyakit karyawan. ii. Lingkungan kerja. iii. Jenis pekerjaan. iv. Resiko penyakit akibat kerja. b. Evaluasi c. Penelusuran dokumen tenaga kerja. d. Pemeriksaan (fisik, radiologi, lab). 9. Sesuai nomor 8. Status kesehatan pekerja: a. Sehat dan siap kerja. b. Sehat dengan catatan. Misal overweight. c. Temporary unfit. Gangguan kesehatan namun masih dapat bekerja, tapi dengan batasan dan perlu follow up.
7

d. Unfit. Kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk bekerja. 10. Factor yang mempengaruhi a. Biologis b. Fisik c. Kimia d. Psikososial e. psikologis

Step 4. Skema
Pekerjaan Resiko Kerja Produktivitas kerja

Tenaga Kerja

Kesehatan pekerja

dokter Manajemen Kesehatan Kerja

Klinik

Step 5. Learning Objective 1. Klinik perusahaan ( peraturan, tata cara, fasilitas, syarat) 2. Dokter Perusahaan ( Syarat, Tugas Ruang Lingkup, diagnosis, standard pelayanan) 3. PAK

Step 6. Belajar Mandiri Pada langkah ini mahasiswa diberi waktu untuk belajar mandiri, agar lebih paham dengan materi yang akan dibahas serta mempersiapkan diri dalam diskusi kelompok kecil yang ke dua ( DKK II ) dan pleno nantinya.

Step 7. Sintesis Hasil Belajar A. Pelayanan Kesehatan Kerja Menurut Occupational Medical Practise Comitee dari AOMA (American Occupational Medical Association), program minimal kesehatan kerja adalah : Menaati semua perundang-undangan Melakukan tindakan yang mampu menjamin semua operasi dan produk perusahaan agar tidak membahayakan kesehatan tenaga kerja, consumen dan masyarakat umum Mampu memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan bagi mereka yang kesehatannya terganggu akibat pekerjaan, lingkungan kerja atau hasil produksi. Program ini akan dijabarkan dalam dua komponen yakni : 1. Komponen Pokok yang meliputi : a. Pemeriksaan kesehatan pekerja secara awal, berkala dan khusus b. Diagnosis dan pengobatan penyakit atau kecelakaan akibat kerja, termasuk rehabilitasinya. c. Pertolongan pertama dan pengobatan kecelakaan yangf bukan akibat kerja d. Pendidikan akan bahaya potensial akibat kerja e. Program pemilihan dan penggunaan APD f. Inspeksi berkala dan evaluasi lingkungan dan tempat kerja g. Studi tentang toksikologi bahan kimia h. Studi epidemiologi pengaruh lingku i. ngan kerja
9

j. Imunisasi penyakit infeksi k. Pencatatan medik kesehatan kerja l. Ikut serta dalam penentuan dan evaluasi asuransi kesehatan m. Berpartisipasi dalam penyusunan program kesehatan di perusahaan n. Evaluasi efektivitas program kesehatan kerja 2. Komponen Pilihan a. Penyediaan fasilitas kesehatan sederhana dan non okupasional. Fasilitas kesehatan yang lebih canggih umumnya tidak termasuk dalam program kesehatan kerja, kecuali bila memungkinkan b. Pengobatan berulang dan non okupasional yang disediakan untuk mencegah masalah yang berkaitan dengan kesehatan c. Program konsultasi untuk mencegah masalah yang berkaitan dengan kesehatan d. Pendidikan/pelatihan kesehatan e. Pemantauan angka absen karena sakit f. Imunisasi penyakit infeksi g. Koordinasi dengan unit lain di dalam dan diluar perusahaan B. Standar Pelayanan Minimal Kesehatan Dasar 1. Pengertian 1. Standar Adalah dokumen yang menyatakan karakteristik suatu produk atau jasa yang harus diikuti secara tahap asas untuk meningkatan mutu. 2. Pelayanan kesehatan kerja dasar Adalah upaya pelayanan yang diberikan pada masyarakat pekerja secara minimal dan paripurna (peningkatan kesehatan kerja pencegahan dan penyembuhan PAK & PAHK serta pemulihan PAK & PAHK) oleh institusi pelayanan kesehatan kerja dasar. 3. Institusi Pelayanan Kesehatan Kerja dasar Suatu lembaga yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kerja dasar meliputi : Pos UKK, Poliklinik Perusahaan dan Puskesmas termasuk Pustu. 4. Pos UKK Suatu wadah pelayanan kesehatan kerja yang berada ditempat kerja dan dikelola oleh pekerja itu sendiri (kader) yang berkoordinasi dengan Puskesmas (sebagai pembina) dalam
10

rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja untuk meningkatkan produk-tivitas kerjanya. Dalam Pos pelayanan kesehatan kerja atau pada unit-unit satuan pelayanan yang terdepan diharapkan ada Kelompok kader yang memiliki peran sebagai : 1) Pembina dan penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja. 2) Pelaksana pertolongan Pertama Pada kecelakaan (P3K) dan Gejala Penyakit (P3P). 3) Koordinator penyediaan fasilitas alat kesehatan kerja. 4) Koordinator kegiatan pencatatan dan pelaporan. 5. Poliklinik Perusahan/Klinik Yang Setara PoliklInik Perusahaan ialah tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan terutama bidang pelayanan kesehatan kerja minimal (Peningkatan, pencegahan, Pengobatan dan pemulihan) yang diselenggarakan oleh perusahaan atau badan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 6. Puskesmas Puskesmas merupakan unit pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Upaya pelayanan kesehatan kerja dasar paripurna dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas dengan diagnosis dan deteksi dini serta pengobatan segera dan tepat. Prasarana dan sarana yang dimiliki Puskesmas umumnya bersifat pelayanan dasar Oleh sebab itu memiliki keterbatasan, khususnya dalam penilaian faktor risiko dan penegakan diagnosa khusus yang memerlukan alat bantu khusus. Untuk itu perlu pelatihan khusus bagi dokter dan penyediaan sarana. 2. Lingkup Kegiatan Pelayanan Kesehatan Dasar a. Pemeriksaan dan seleksi kesehatan calon pekerja b. Peningkatan mutu dan kondisi tempat kerja c. Penyerasian kapasilitas kerja, beban kerja dan likungan kerja d. Pemeliharaan Kesehatan , Konseling dan rehabilitasi medis. e. Pembentukan dan pembinaan partisipasi masyarakat pekerja dalam pelayanan kesehatan kerja 3. Institusi Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar 1. Pos UKK a. Kedudukan

11

Pos UKK diperlukan untuk mengadakan pelayanan kesehatan kerja di bawah binaan Puskesmas yang ditujukan untuk kelompok masyarakat pekerja seperti buruh, petani, nelayan, perajin, dan lain-lain. Pos UKK dapat dibentuk dimana terdapat kelompok masyarakat pekerja. Sebagai standar 1 Pos UKK untuk 10-50 pekerja. Pos UKK diutamakan berada di lokasi kelompok pekerja yang jauh dari Puskesmas. Untuk memberikan kemudahan/menolong pekerja jika menderita penyakit ringan atau perlu pertolongan pertama pada kecelakaan atau pada gejala penyakit ataupun pekerja yang sehat dapat juga memanfaatkan pelayanan kesehatan di Pos UKK pada setiap hari disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. b. Fungsi Melaksanakan komunikasi, informasi dan motivasi tentang kesehatan kerja. Mengadakan pelayanan kesehatan kerja dasar terbatas. Melaksanakan kerjasama dengan sektor terkait sesuai sifat dan lapangan pekerjaannya. c. Jenis Pelayanan Kesehatan Kerja

d. Kompetensi Petugas Kesehan Kerja

12

e Peralatan

f. Prosedur Operasional Inventarisasi jenis usaha 1 tahun satu kali kecuali ada tambahan aktivitas baru. Penyuluhan/sarasehan 3 bulan sekali. P3K dan P3P sesuai dengan potensi risiko yang ada atau sesuai dengan jenis pekerjaan. Pencatatan dan Pelaporan ke Puskesmas 3 bulan sekali/kecuali kecelakaan dan kedaruratan atau KLB sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 2. Poliklinik Perusahaan/Klinik Yang Setara a. Kedudukan Secara struktural merupakan bagian dari perusahaan dan secara administratif bertanggung jawab pada pimpinan perusahaan serta secara fungsional bertanggung jawab pada pimpinan perusahaan dan puskesmas. b. Fungsi Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dan keluarganya. Membantu perusahaan dalam menentukan kebijakan kebijakan dalam bidang kesehatan kerja. Memelihara produktivitas pekerja. c. Jenis Pelayanan Kesehatan kerja

13

d. Kompetensi Petugas Kesehatan Kerja

14

e. Peralatan

f. Prosedur Operasional Sosialisasi pelayanan kesehatan kerja Pelayanan kesehatan kerja dasar paripurna: Pemeriksaan prakarya ( pra employment ) - Jenis perusahaan - Jenis Pekerjaan - Apakah Calon Pekerja Cocok dengan pekerjaannya. Penyuluhan - Potensial Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ). - Bahaya yang dihadapi : 1. Pencegahan
15

2. P3K 3. Stadar Operasional Prosedus ( SOP ) Pemeriksaan kesehatan berkala ( 1 tahun sekali ) - Penyakit umum yang dominan di kalangan pekerja - Penyakit spesifik potensial bahaya yang dihadapi - Umur 35 tahun ke atas : dilakukan pemeriksaan cardio vascular (EKG) Pemeriksaan kesehatan khusus - Tergantung jenis dan besarnya bahaya risiko yang dihadapi - Dilakukan setiap 6 bulan/1 tahun sekali bila usia muda. Pelayanan kesehatan rutin Survailans - Penyakit umum yang dominan dikalangan pekerja - PAK, PAHK dan KK - Khusus Pencegahan PAK, PAHK, penanganan dan analisis KK Rehabilitasi medik dan kerja. Pencatatan dan Pelaporan dilakukan 3 bulan sekali Pelatihan P3K Pelaporan PAK,PAHK dan KK disesuaikan dengan aturan yang berlaku. Pemeriksaan Tempat Kerja : Membuat perencanaan (rencana karja, menentukan peralatan, menyiapkan

personal/petugas, Waktu yang diperlukan, Jadual dan negosiasi). 1) Surat kepada direksi tentang rencana kerja (temui sendiri dan negasiasi). 2) Pelaksanaan Kegiatan. 3) Pelaporan awal termasuk pemetaan (mapping) berbagai bahaya/risiko. 4) Laporan dan rekomendasi akhir. Monitoring: 1) Walk Through survey 3 bulan sekali 2) Inspeksi dengan formulir inspeksi 6 bulan sekali ( isi formulir Inspeksi ada desainnya ). 3) Isian formulir dikirim kepada : Kepada bagian yang bersangkutan
16

Atasan Kepala bagian P2K3 Perusahaan 4) Dikerjakan bersama petugas perusahaan. 5) Bila ada perubahan proses produksi dilakukan penilaian atau pengkajian ulang 6) Limbah cair, padat, gas dan debu harus sesuai baku mutu lingkungan 3. Puskesmas a. Fungsi Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan kerja dasar mempunyai 3 (tiga) fungsi sebagai berikut: 1) Fungsi pembinaan terhadap Pos UKK dan pembinaan administrasif 2) terhadap poliklinik perusahaan 3) Fungsi pelaksana pelayanan kesehatan kerja dasar 4) Fungsi peran serta masyarakat b. Kedudukan Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten/kota adalah sebagai berikut: 1) Bidang Organisasi Puskesmas merupakan organisasi struktural dan kedudukan puskesmas sebagai unit pelaksana Teknis Dinas. 2) Aspek Fungsional : - Bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat tingkat pertama yang dibina oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. - Bidang pelayanan medik. Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan medik dasar tingkat pertama yang secara teknis dapat berkoordinasi dan bekerja sama dengan RSUD melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 3) Dalam Sistem Kesehatan Nasional Dalam Urutan tingkat pelayanan kesehatan Puskesmas berkedudukan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. c. Program Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar Program pelayanan kesehatan kerja dasar Puskesmas merupakan wujud dari pelaksanaan ketiga fungsi Puskesmas diatas Program tersebut antara lain :
17

1) Promosi kesehatan (Kesehatan pekerja dan lingkungan kerja) 2) Pencehan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan PAK, PAHK dan 3) KK dikalangan pekerja 4) Pemeriksaan Kesehatan (Sebelum kerja/berkala tahunan/khusus) 5) Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) 6) Rehabilitasi medik akibat kecelakaan atau PAK & PAHK 7) Pembinaan dan pengawasan terhadap kondisi kerja dan tempat kerja. 8) Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi (pemeriksaan kualitas air minum, pemrtiksaan kualitas kebersihan makanan pekerja/kantin dan Sanitasi lingkungan) 9) Pembinaan dan pengawasan APD (penyuluhan dan pemilihan alat pelindungan diri) 10) Melaporkan secara berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota 11) Melaporkan kecelakaan kerja yang terjadi ke Depnaker/trans 12) Memberikan umpan balik kepada perusahaan setiap kali menemukan kasus kesehatan kerja 13) Koordinasi dengan lintas sektor terkait. d. Jenis Pelayanan Kesehatan Kerja

18

e.

Kompetensi Petugas Kesehatan Kerja

f.

Peralatan

19

g.

Prosedur Operasional Sosialisasi pelayanan kesehatan kerja Pelayanan kesehatan kerja dasar paripurna: Pemeriksaan prakarya ( pre employment ) - Jenis Perusahaan - Jenis pekerjaan - Calon pekerja cocok dengan pekerjaannya Penyuluhan - PHBS dan Norma sehat dalam bekerja ( Budaya K3 ) - Potensi bahaya /risiko yang dihadapi : 1) Pencegahan 2) P3K 3) Standar Operasional Prosedur ( SOP ) Pemeriksaan kesehatan berkala ( 1 Tahun sekali ) -Penyakit Umum yang dominan dikalangan pekerja Penyakit spesifik potensi bahaya / risiko yang dihadapi - Umur 35 Tahun keatas : dilakukan pemeriksaan cardio vascular (EKG )

Pemeriksaan kesehatan khusus - Tergantung jenis dan besarnya risiko yang dihadapi - Dilakukan setiap 6 bulan/1 tahun sekali bila usia muda Pelayanan Kesehatan rutin Survailans - Penyakit Umum yang dominan dikalangan pekerja - PAK , PAHK, dan KK - Khusus Pencegahan PAK, PAHK, penanganan dan analisis KK Rehabilitasi medik dan kerja Pencatatan dan pelaporan dilakukan 3 bulan sekali Pelatihan P3K dan Pembinaan kader Pembinaan Pos UKK dan Poliklinik Perusahaan
20

Pelaporan PAK,PAHK,dan KK disesuaikan dengan aturan yang berlaku. f. Kegiatan penatalaksanaan PAK dan PAHK 1) Pemeriksaan fisik diagnostik 2) Pemeriksaan Laboratorium (yang dimiliki maupun rujukan) dengan mengarah pada penyebab dari pekerjaannya 3) Mendapatkan riwayat pekerjaan beserta proses kerja dan pajanan yang dialami ditempat kerja 4) Penilaian faktor risiko terkait dari tempat kerja 5) Mengambil kesimpulan (yang berhubungan dengan pekerjaan) 6) Mengobati sendiri bila mampu 7) Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu (baik rujukan diagnostik, rujukan pengobatan/rehabilitasi maupun rujukan lainnya) 8) Setelah dinyatakan sembuh klinis dilakukan evaluasi tingkat kecacatannya 9) Memberi rekomendasi untuk tempat kerja/ pekerja i. Kegiatan penatalaksanaan kasus KK 1) Layanan P3K dan diagnostik antara lain kecelakaan kerja 2) Melakukan upaya rujukan atau konsultasi 3) Setelah sembuh klinis dilakukan evaluasi tingkat kecacatannya dan rehabilitasi jika diperlukan 4) Mencatat dan mendokumentasikan perjalanan penderita akibat kecelakaan kerja men urut tempat waktu dan orang serta melaporkan sesuai dengan tatalaksana pelaporan jamsostek j. Melakukan upaya rujukan kesehatan kerja

PEMERIKSAAN KESEHATAN KERJA (MEDICAL CHECK UP) Tujuan 1. Terselenggaranya Medical Check Up sesuai dengan pekerjaan dan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan 2. Terkumpulnya data dasar kesehatan karyawan 3. Terpenuhinya peraturan perundangan yang berlaku Ruang lingkup

21

Pemeriksaan Kesehatan berkala,Pemeriksaan Pra kerja,Pemeriksaan Khusus (mutasi), Pemeriksaan Purna Karya,Pengumpulan data karyawan, hasil pemeriksaan lingkungan, pemilihan provider, penentuan item pemeriksaan, laporan individu dan executive summary. Tanggung Jawab 1. Departemen HRD 2. Dokter Perusahaan 3. Depertemen HSE Rujukan 1. No. : Per.02/Men/1980 Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja 2. No. : Per.03/Men/1982 Pelayanan kesehatan kerja 3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. Kepts. 333/men/1989 dan Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 22 tahun 1993 4. Klausul OHSAS tentang Monitoring Istilah 1) Provider Penyedia jasa laboratorium atau fasilitas lain untuk Pemeriksaan Kesehatan Berkala 2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala Evaluasi kesehatan berkala karyawan berdasarkan kurun waktu tertentu yang telah dilakukan atau berdasarkan pertimbangan resiko pekerjaan 3) Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja Evaluasi kesehatan pada karyawan baru sesuai dengan persyaratan pekerjaan,lingkungan tempat kerja dan kesehatannya. 4) Pemeriksaan Kesehatan Khusus (mutasi) Evaluasi kesehatan pada karyawan jika pindah departemen atau bagian dari pekerjaan tertentu ke bagian lain yang berbeda persyaratan pekerjaan,lingkungan tempat kerja dan kesehatan. 5) Pemeriksaan Purna karya Evaluasi kesehatan pada karyawan jika berhenti/pensiun atau PHK untuk memastikan kondidi kesehatan terakhir saat keluar dari pekerjaan diperusahaan.

22

Pemeriksaan Kesehatan Berkala Urutan Aktifitas Pemeriksaan Kesehatan Berkala : 1) Menentuan Jadwal MCU sesuai jadwal MCU yang telah ditentukan oleh kebijakan perusahaan melalui Rapat HSE dan HR dengan penanggung jawab HR manager dan di validasi dengan Notulen dan daftar yang hadir telah di tandatangani 2) Menentukan Jenis pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan bahaya potensial tiap departemen telah di identifikasi (heatlh risk

assesment),umur dan jenis kelamin rincian ada dalam lampiran) dengan cara analisa data oleh dokter perusahaan dan hasil analisa berbentuk laporan. 3) Menentukan jumlah populasi yang akan diperiksa sesuai dengan bahaya potensial dan jenis pemeriksaan dari data karyawan per departemen dan line telah dengan cara analisa data hasil analisa berbentuk laporan. 4) Penyampaian penawaran MCU kepada provider dengan surat penawaran email atau fax oleh Departemen HR dan provider menjawab dalam bentuk proposal.Melalui rapat HR serta dokter perusahaan penyeleksian provider dilakukan dengan cara dan syarat semua provider telah menyerahkan proposal sampai batas waktu yang telah ditentukan dengan kriteria sebagai berikut (lampiran): a. Kesanggupan pelaksanaan on site b. Menyerahkan bukti kalibrasi alat c. Menyerahkan bukti perijinan,sertifikat dan kompetensi petugas d. Penyerahan laporan maksimal 8 hari e. Bentuk laporan dalam soft copy dan hard copy dengan format yang telah ditentukan f. Laporan individu dalam bentuk map tertutup g. laporan populasi dengan grafik dan keterangan 2 minggu setelah seluruh pemeriksaan selesai. h. provider punya prosedur pengelolaan limbah Validasi provider jika seluruh persyaratan dipenuhi 5) Menentukan provider lolos seleksi yang memenuhi semua kriteria dengan harga bersaing melalui rapat HR serta dokter perusahaan dan notulen telah ditandatangani.

23

6) Menetapkan waktu,teknis pelaksanaan lapangan dengan provider jika data jumlah karyawan perdepartemen telah di tetapkan melalui rapat HR dan dokter perusahaan dan notulen telah ditandatangani. 7) Sosialisasi dan pengaturan alur periksa perdepartemen melalui rapat HR dan dokter perusahaan dan notulen telah ditandatangani. 8) Melaksanaan MCU dengan pemantauan HR dan dokter perusahaan dengan membuat daftar hadir Pelaksana MCU dan Karyawan. 9) Menerima laporan dari provider ,data hasil MCU berbentuk laporan telah sesuai dengan format yang ditentukan dan tepat waktu seperti yang telah disepakati dengan mencakup : a. Waktu pemeriksaan b. NIK c. Nama d. Jenis pemeriksaan e. Hasil pemeriksaan f. Keterangan normal atau tidak g. Dalam bentuk hard copy dan softcopy (Excel) 10) Menyusun laporan medis hasil MCU jika seluruh data hasil MCU dari provider telah diterima dengan cara analisa dan pembuatan laporan komputer oleh dokter perusahaan. 11) Summary report di buat 2 minggu kemudian setelah selesai secara keseluruhan sebagai laporan populasi 12) Menerima Laporan Individu sesuai dengan format yang ditentukan dan dialamatkan kepada Dokter Perusahaan dengan Kesimpulan Status Kesehatan sebagai berikut : a. Status Kesehatan Baik b. Status Kesehatan cukup dengan kelainan yang dapat di pulihkan/tidak menganggu c. Status Kesehatan terbatas untuk pekerjaan tertentu d. Status Kesehatan Kurang baik dan tidak aman untuk semua pekerjaan Seluruh hasil diserahkan dengan tanda terima di departemen HR. 13) Membagikan Laporan Individu kepada karyawan menyimpan copy nya di Poliklinik dengan syarat semua berkas telah di terima lengkap jika tidak lengkap atau kurang/salah

24

pemeriksaan maka harus dikembalikan ke provider untuk di perbaiki atau periksa ulang. Semua laporan telah ditanda tangani dokter pemeriksa

Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja Rincian aktivitas Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja 1) Dokter perusahaan menerima data calon karyawan yang ada di Dept. HRD beserta dengan spesifikasi pekerjaannya. 2) Mengidentifkasi syarat kesehatan bagi pekerja pada lingkungan produksi. 3) Menentukan jadwal pemeriksaan Pra Kerja sesuai dengan kemampuan Poliklinik untuk pemeriksaan fisik. 4) Melaksanakan Pemeriksaan Pra Kerja untuk Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya dan provider telah dipilih. 5) Mengumpulkan hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik dan hasil sesuai dengan standar dan telah ditanda tangani oleh dokter pemeriksa, jika ada kesalahan pemeriksaan maka akan diulang. Peninjauan oleh dokter perusahaan. 6) Dokter perusahaan menganalisa hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik secara komprehensip dan mengeluarkan rekomendasi: a. Kondisi kesehatan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang di tuju pada perusahaan ini. b. Kondisi kesehatan memerlukan penyesuaian dengan tuntutan pekerjaan yang di tuju pada perusahaan ini. c. Kondisi Kesehatan Tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang dituju pada perusahaan ini. d. Kondisi Kesehatan tidak sesuai dengan semua jenis tuntutan pekerjaan di perusahaan ini. e. Ditanda tangani oleh Dokter perusahaan dengan rekomendasi bilamana perlu. 7) Menginput hasil rekomendasi ke dalam komputer dengan validasi terinput sesuai form. 8) Menyerahkan hasil kepada Dept. HRD untuk tindak lanjut dengan bukti penyerahan. Pemeriksaan Kesehatan Khusus (Mutasi) 1) Rincian aktivitas Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja

25

2) Dokter Perusahaan menerima data calon karyawan yang akan dimutasi/dipindahkan dari Dept. HRD beserta dengan spesifikasi pekerjaannya dengan syarat data karyawan sesuai dengan data terkini dan daftar Nama telah ditanda tangani oleh Manajer HRD. 3) Mengidentifkasi syarat kesehatan bagi pekerja pada lingkungan produksi 4) Menentukan jadwal pemeriksaan sesuai dengan kemampuan Poliklinik untuk Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya. 5) Mengumpulkan hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik 6) Menginput hasil pemeriksaan ke dalam komputer 7) Menganalisa hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik secara komprehensip dan mengeluarkan rekomendasi: a. Kondisi kesehatan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang di tuju pada perusahaan ini b. Kondisi kesehatan memerlukan penyesuaian dengan tuntutan pekerjaan yang di tuju pada perusahaan ini. c. Kondisi Kesehatan Tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang dit tuju pada perusahaan ini. d. Kondisi Kesehatan tidak sesuai dengan semua jenis tuntutan pekerjaan di perusahaan ini. 8) Menginput hasil rekomendasi ke dalam komputer 9) Menyerahkan hasil kepada Dept. HRD untuk tindak lanjut

Pemeriksaan Kesehatan Purna Karya/Mengundurkan diri/PHK. Rincian aktivitas Pemeriksaan Kesehatan Purna Karya 1. Dokter Perusahaan menerima data calon karyawan yang akan purna kaya dari Dept. HRD beserta dengan spesifikasi pekerjaannya 2. Mengidentifkasi status kesehatan bagi pekerja purna karya pada lingkungan produksi 3. Menentukan jadwal pemeriksaan sesuai dengan kemampuan Poliklinik untuk Pemeriksaan Fisik 4. Menentukan jadwal pemeriksaan untuk Laboratorium dan Foto X-Ray. 5. Melaksanakan Pemeriksaan untuk Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang dan biologi monitoring jika perlu.
26

6. Mengumpulkan hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik dan menganalisa dengan identifikasi hazard ditempat kerja,riwayat penyakit dan data lain yang dianggap perlu. 7. Menginput hasil pemeriksaan ke dalam komputer 8. Menganalisa hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik secara komprehensif dan mengeluarkan rekomendasi: a. Kondisi kesehatan baik b. Kelainan /gangguan kesehatan sementara tidak berhubungan dengan pekerjaan c. Kelainan/gangguan kesehatan akibat kecelakaan kerja d. Kelainan/gangguan kesehatan akibat kecelakaan non kerja e. Menderita enyakit akibat Kerja 9. Menginput hasil rekomendasi ke dalam komputer 10. Menyerahkan hasil kepada Dept. HRD untuk tindak lanjut

Kesimpulan Pemeriksaan Kesehatan Kerja Langkah-langkah menentukan status kesehatan (fit unfit) untuk digunakan dalam penentuan kelayakan kerja / kebutuhan asuransi kesehatan. 1) Lakukan pemeriksaaan fisik terhadap calon /karyawan dan calon / peserta asuransi 2) Setelah anda melakukan pemeriksaan fisik anda akan mendapat hasil pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan terhadap pasien tsb sesuai dengan kebutuhan / factor risiko pekerjaan / paket pemeriksaan yang dilakukan 3) Bacalah dengan teliti hasil pemeriksaan laboratorium dan penunjang yang dilakukan, verifikasi data (samakan data hasil pemeriksaan fisik anda dengan print out laboratorium / penunjang) 4) Buat kesimpulan REVIEW sesuai dengan temuan yang ada : diagnosis saja atau temuan saja. JANGAN DITULIS PAK seperti NIHL, Pneumokoniosis, dll 5) Buatlah saran sesuai kondisi kesehatan pasien 6) Tentukan status kesehatan (fit unfit)

Kesiapan Kerja a. Sehat untuk bekerja


27

Karyawan memenuhi persyaratan kesehatan untuk kerja. Pada perusahaan atau pekerjaan tertentu mensyaratkan karyawan harus dalam keadaan sehat Pemeriksaan Fisik, laboratorium, dan penunjang normal Namun secara umum berlaku ketentuan berikut; mungkin ditemukan gangguan kesehatan ringan, tetapi tidak memerlukan follow up / perawatan oleh dokter (misal : alergi makanan, penyakit kulit ringan, maag, dll) Pemeriksaan fisik mungkin ditemukan prehipertensi, laboratorium kolesterol boleh batas tinggi, tetapi laboratorium lain dalam batas normal IMT mungkin Overweight, tetapi hasil pemeriksaan fisik dan lab secara umum sehat Mungkin ditemukan kelainan hasil pemeriksaan gigi : disarankan berkonsultasi dengan dokter gigi Gangguan visus jauh di bawah / sama dengan skala 6/10 Hasil rontgen mungkin ditemukan bekas TB lama, tenang Kelainan kulit : terbatas, tunggal, (panu lokal, bukan seluruh tubuh) tidak mengganggu pergerakan (sikatriks bekas luka bakar yang mengganggu gerakan) Calon karyawan masih harus memenuhi persyaratan kerja khusus sesuai dengan penempatannya (misalnya : tinggi badan minimum 165 cm untuk operator, tidak buta warna untuk mekanik, dll)

b) Sehat untuk bekerja dengan catatan a. Secara umum dalam kondisi sehat tetapi memiliki cacat tubuh / keterbatasan fungsional buta warna, buta salah satu mata / keduanya, kelemahan / cacat anggota badan akibat sakit / cedera / bawaan paru restriksi ringan sedang tuli ringan sedang gangguan visus jauh di atas skala 6/10 Gangguan visus dekat di atas skala 40 dll
28

b. Yang bersangkutan tetap layak untuk pekerjaan tertentu selama cacat / keterbatasannya tidak menghalangi produktivitas dan keselamatan. c. Pada perusahaan / pekerjaan tertentu mensyaratkan hasil laboratorium / penunjang karyawan boleh 2 organ tidak normal (hati, jantung, ginjal, paru, hati, pancreas, dll)

Contoh batasan pekerjaan terkait kondisi fisik : Seorang dengan buta satu mata harus dinyatakan unfit untuk pekerjaan yang membutuhkan persepsi mata yang baik (driver, pilot, pekerja kilang / offshore, pekerjaan yang membutuhkan keahlian memanjat / meloncat). Seorang dengan buta warna harus dinyatakan unfit untuk pekerjaan yang membutuhkan kemampuan membedakan warna (pilot, pemadam kebakaran, teknisi kelistrikan, teknisi laboratorium, teknisi elektronik, operator panel) Disaran kadang cukup ditulis tidak cocok untuk tipe pekerjaan yang membutuhkan kemampuan membedakan warna

c) Temporary unfit Ditemukan Gangguan kesehatan yang bersifat akut baik saat pemeriksaan fisik, laboratorium maupun penunjang yang memerlukan follow up / pengobatan oleh dokter (HT, DM, kolesterol, hepatitis, jantung, dll) Hipotensi / hipertensi < 90 / > 140 Gula Darah Sewaktu > 200 mg/dl Lebih dari 2 organ yang terlibat (hati, jantung, ginjal, paru, hati, pancreas dll) Ulkus Varicosum Kontraktur kulit otot dan syaraf terputus EKG : bradikardi, takikardi, aritmia, iskemik, review dengan keluhan saat MCU Lab Kreatinin 1,2 U/l Foto Rontgen : TBC laboratorium LED meningkat, limfosit meningkat Fungsi Hati : SGOT/SGPT > 2 kali

Follow up dilakukan oleh dokter perusahaan /dokter spesialis konsulen /rumah sakit rujukan
29

Karyawan tetap dapat melaksanakan pekerjaannya selama /setelah masa perawatan (kecuali jika dokter merawat memberikan rekomendasi khusus / istirahat / kerja ringan, yang dibuktikan secara tertulis Status fit / unfit ditentukan oleh dokter perusahaan, dengan mempertimbangkan seluruh catatan medis karyawan Temporary unfit adalah status kesehatan yang bersifat sementara. Status finalnya tergantung hasil folllow up dokter. Status final dapat "FIT" jika proses pengobatan terlaksana dengan baik atau "UNFIT" jika pengobatan gagal / tidak dilakukan.

Contoh gangguan kesehatan akut yang dapat disembuhkan dengan pengobatan : TBC, pneumonia, gangguan hati dan ginjal akut. Contoh gangguan kesehatan akut yang dapat disembuhkan dengan operasi : hernia

d) Unfit Memiliki masalah kesehatan serius yang memerlukan tindakan medis tertentu. Dengan demikian kondisi kesehatan / calon karyawan tersebut tidak sesuai untuk semua pekerjaan. Pada beberapa perusahaan / pekerjaan mensyaratkan tensi tidak boleh lebih > 160 Penyakit mental dan fisik yang kronis biasanya ditetapkan sebagai unfit kecuali terbukti kondisinya dapat disembuhkan.

PENYAKIT AKIBAT KERJA Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja : 1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis. 2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma Bronkhogenik. 3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.

30

4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma. FAKTOR PENYEBAB Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan: 1. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik. 2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut. 3. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur. 4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja. 5. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress. DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman: 1. Tentukan Diagnosis klinisnya Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitasfasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak. 2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup: a. Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara khronologis b. Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan c. Bahan yang diproduksi
31

d. Materi (bahan baku) yang digunakan e. Jumlah pajanannya f. Pemakaian alat perlindungan diri (masker) g. Pola waktu terjadinya gejala h. Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa) i. Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan sebagainya) 3. Mentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya). 4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut. Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja. 5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami. 6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.
32

7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadangkadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi

pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit. Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapat baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis. Secara hukum Penyakit Akibat Kerja ada dalam Kepres RI No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Pasal 1. Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja Penyakit itu terdiri atas : 1. Pneumokoniosis (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) & silikotbc. 2. Penyakit paru karena debu logam keras 3. Penyakit paru karena debu kapas, vlas, henep & sisal (bissinosis) 4. Asma akibat kerja 5. Alveolitis alergika karena debu organic 6. Penyakit karena berilium atau senyawanya 7. Penyakit karena kadmium atau senyawanya 8. Penyakit karena fosfor atau senyawanya 9. Penyakit karena krom atau senyawanya 10. Penyakit karena Mn atau senyawannya 11. Penyakit karena As atau senyawanya
33

12. Penyakit karena Hg atau senyawanya 13. Penyakit karena Pb atau senyawanya 14. Penyakit karena F atau senyawanya 15. Penyakit karena CS2 16. Penyakit karena Halogen dari senyawa alifatik atau aromatic 17. Penyakit karena benzena atau homolognya 18. Penyakit karena nitro dan amina dari benzena atau homolognya 19. Penyakit karena nitrogliserin atau ester asam nitrat 20. Penyakit karena alkohol, glikol atau keton 21. Penyakit karena gas/uap penyebab asfiksia atau keracunan CO, HCN, HS2 atau derivatnya, NH3, Zn, braso dan Ni. 22. Kelainan pendengaran karena kebisingan 23. Kelainan karena getaran mekanik (kelainan otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi) 24. Penyakit karena udara bertekanan lebih 25. Penyakit karena radiasi elektromagnetik dan radiasi pengion 26. Penyakit kulit karena penyebab fisik, kimia, atau biologi 27. Penyakit kulit epitelioma primer karena pit, bitumen, minyak mineral, antrasena atau senyawanya, produk atau residu zat tsb. 28. Kanker paru atau mesotelioma karena asbes 29. Penyakit infeksi oleh virus, bakteri atau parasit pada pekerja berisiko kontaminasi khusus 30. Penyakit karena suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara tinggi 31. Penyakit karena bahan kimia lain termasuk bahan obat. Apabila acuan yang digunakan semata-mata hanya pada daftar penyakit, menentukan enyakit akibat kerja terlihat mudah dan sepenuhnya tergantung pada diagnosis dokter, akan tetapi sering terdapat berbagai hal yang merupakan kendala seperti: 1. Kesulitan dalam diagnosis penyakit akibat kerja. Kekurang mampuan dan kesulitan menentukan apakah suatu penyakit merupakan penyakit akibat kerja atau bukan sering dihadapi oeh seorang dokter, sehingga pelaporan penyakit akibat kerja sangat sedikit. Hal tersebut sering digambarkan sebagai ice berg phenomen berupa:

34

Penyakit

Dilaporkan Tidak dilaporkan

yang ada kaitan dengan pekerjaan Ada upaya medik, hubungan sebab akibat tidak jelas

Ada gejala, penelitian lebih lanjut tidak dilakukan Ada potensi bahaya, faktor risiko dan pemaparan, gejala penyakit tidak ada

Oleh karenanya keahlian atau expertise khusus perlu dimiliki oleh dokter, disamping perlunya kerjasama dengan berbagai keahlian lain. 2. Data pendukung diagnosis penyakit akbat kerja kurang, terutama hasil pengujian kingkungan kerja dan pemantauan biologic. Pengujian lingkungan kerja umumnya tidak dimiliki oleh tiap perusahaan, padahal data yang diperoleh akan membantu penilaian tingkat pemaparan pada pekerja dan sekaligus juga menentukan langkah pengendalian selanjutnya, yakni dengan membandingkan hasil pengujian dengan NAB (Niali Ambang Batas) atau norma/standar lain yang beraku. Demikian juga pemantauan biologic yang dilakukan khususnya pada pekerjaan dengan bahan kimia, serta pemeriksaan spesifik lainnya seperti pengujian audiometric, spirometri, rontgen photo dan sebagainya akan sangat berperanan dalam menentukan ada tidaknya hubungan sebab akibat suatu penyakit. 3. Adanya beberapa cirri khusus penyakit akibat kerja yang sering kali merupakan kendala dalam diagnosis seperti misalnya: timbulnya penyakit akibat kerja memerlukan jangka
35

waktu yang lama, dan seperti telah disebutkan di atas penyakit kerja akibat kerja sulit/tidak dapat disembuhkan atau diobati. Obat atau alat bantu yang diberikan oleh dokter hanya untuk mengurangi keluhan atau gejala yang ada, atau sekedar member penawar agar penyakit tidak berlanjut. Hasil pembacaan pemeriksaan medic lainnya seringkali juga menunjukkan adanya tanda yang spesifik misalnya pada analisis audiogram berupa penurunan tajam pada frekuensi 4000Hz, hasil foto thorax dengan tanda khas untuk pneumoconiosis, nilai indeks biologic yang lebih besar atau sebagainya. Pendapat atau persepsi salah yang masih sering terjadi, yang kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pemahaman terhadap penyakit akibat kerja, sebagai contoh: setiap penyakit atau gangguan kesehatan yang timbul pada saat bekerja dianggap sebagai penyakit akibat kerja atau dikaitkan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja missal muntah darah atau betuk darah karena menghirup bahan kimia, ingsan karena bekerja di tempat panas, hernia karena mengangkat beban, stroke Karen aterjatuh, yang ternyata disebabkan oleh factor non occupational dan merupakan penyakit yang tergolong work related. Sebaliknya pula terdapat pendapat yang seolah-olah mengabaikan kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja.

DOKTER PERUSAHAAN Dokter Perusahaan adalah dokter yang ditunjuk oleh perusahaan, dengan berbagai tugas sebagai dokter perusahaan. Yang terpenting adalah memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan sesuai dengan amanah UU No 1/1970 tentang Keselamatan Kerja. Tugas lainnya jika terkait dengan pelaksanaan SMK3 antara lain adalah melakukan penilaian risiko, health surveillance, medical emergency response plan, pelatihan pekerja, promosi kesehatan kerja, diagnosis penyakit akibat kerja dan membuat catatan medik. Namun Jika ditanya secara rinci apa saja yang menjadi tugas, wewenang dan fungsi seoramg dokter perusahaan? Menurut konvensi International Labour Organization (ILO) tugas,

wewenang dan fungsi dokter perusahaan adalah Counselling; Hygiene; Administration; Reasearch; Advocacy; Collaboration; Treatment Education; Rehabilitation; Safety; Medical Examination. Menurut Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menakertrans No.03/Men/1982 disebutkan ketentuan tentang kewajiban perusahaan menyediakan dokter sesuai dengan jumlah tenaga kerja (TK) :
36

TK > 500 orang : harus memiliki sebuah poliklinik, dan ada dokter yang praktik tiap hari TK 200 500 orang dgn tingkat bahaya rendah : harus memiliki sebuah poliklinik, yang buka tiap hari dengan dilayani paramedis, dan ada dokter yang praktek 2 hari sekali TK 200 500 orang dgn tingkat bahaya tinggi : harus memiliki sebuah poliklinik, dengan dikepalai oleh seorang dokter yang praktik tiap hari TK 100 200 orang dgn tingkat bahaya rendah : harus memiliki sebuah poliklinik yang buka tiap hari dilayani paramedis, dan ada dokter yang praktek 3 hari sekali TK 100 200 orang dgn tingkat bahaya tinggi : harus memiliki sebuah poliklinik, yg buka tiap hari dgn dilayani paramedis, dan ada dokter yang praktek 2 hari sekali TK < 100 orang : dapat melakukan pelayanan kesehatan bersama dengan perusahaan lain Banyak perusahaan yang enggan untuk menggaji dokter secara penuh. Mereka melakukan oursourcing dan menyerahkan kepada klinik atau rumah sakit sebagai pemasok tenaga kerja. Dalam banyak hal klinik atau rumah sakit ini, lebih sering berorientasi kuratif atau pengobatan. Dokter yang dipasoknya diharapkan bisa memberikan pengobatan kepada karyawan dan memberikan pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan. Namun apapun status dokter itu, dia adalah dokter perusahaan dan terkena kewajiban pelatihan Hiperkes sesuai Permenaker no.01/1976 tentang wajib latihan Hiperkes bagi dokter perusahaan. Adapun standar pelayanan kesehatan kerja minimal bagi puskesmas dan perusahaan telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1758/Menkes/SK/XII/2003 Tentang Standar Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar, dimana pada prinsipnya pelayanan dilakukan secara holistic dengan tetap memperhatikan aspek preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Tabel 1. Standar minimal pelayanan kesehatan kerja di institusi pelayanan kesehatan dasar (puskesmas) ditujukan untuk kelompok masyarakat pekerja seperti buruh, petani, nelayan, perajin, dan lain-lain. Dasar-dasar hidup sehat. Penyuluhan sederhana (materi Penyuluhan: dasar-dasar prosedur kerja, dasarPeningkatan (Promotif) dasar prosedur kerja, dasar-dasar risiko ditempat kerja, dasar-dasar hygiene perorangan, Alat Pelindung Diri/APD, dasar-dasar gizi kerja). Konsultasi. Sarasehan intervensi menuju norma sehat dalam bekerja.
37

Inventarisasi jenis pekerjaan agar dapat mengetahui risiko yang mungkin timbul. Pencatatan dan pelaporan sederhana. Pengenaian Potensi risiko ditempat kerja. Pencegahan (Preventif) Penyediaan contoh dan kepatuhan penggunaan APD Medorong Upaya perbaikan lingkungan kerja seperti perbaikan ventilasi, pengolahan limbah cair, perbaikan ergonomi. Pencatatan dan pelaporan sederhana. Pengobatan (Kuratif) Pemulihan (Rehabilitatif) Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan Pertolongan pertama pada gejala penyakit (P3P). Pencatatan dan Pelaporan sederhana. -

Tabel 2. Standar minimal pelayanan kesehatan kerja di perusahaan Konsultasi Penyuluhan (materi penyuluhan SOP kerja risiko pekerjaannya dan pencegahan, hygiene perorangan, jenis-jenis Alat Pelindung Diri/APD, pemakaian APD, pemilihan APD, Gizi kerja). Norma Sehat dalam Bekerja (Budaya K3) Memberikan masukan/pertimbangan kebijakan tentang kesehatan kerja kepada pimpinan manajemen Peningkatan (Promotif) Inventarisasi jenis pekerjaan agar dapat mengetahui risiko yang mungkin timbul. Promosi kesehatan dalam rangka pencegahan penyakit umum PAK, PAHK dan KK Sanitasi industri, good house keeping dan potensi risiko ditempat kerja SOP kerja dan proses produksi Pelatihan P3K Pelatihan kader Pos UKK Pembinaan Pos UKK dan Ppliklinik Perusahaan
38

Sosialisasi kegiatan tentang kesehatan kerja bagi tokoh masyarakat, lintas program, lintas sektor dan dunia Usaha Pencatatan dan pelaporan Identifikasi dan pengukuran potensi risiko kesehatan ditempat kerja/ lingkungan kerja Memfasilitasi/merekomendasikan perbaikan lingkungan kerja sep : perbaikan ventilasi, pengolahan limbah cair, perbaikan ergonomi Penyediaan contoh dan penggunaan APD Pemeriksaan kesehatan : Sebelum kerja (calon pekerja, pra mutasi dan pra mutasi intern) Pencegahan (Preventif) Pemeriksaan berkala Pemeriksaan kesehatan khusus Prosedur Tanggap Darurat (emergency response procedure) dan manajemen disaster. Pemantauan Kondisi Kerja/tempat kerja Surveilans PAK, PAHK, KK, dan penyakit umum yang dominan dikalangan pekerja Pemeriksaan kualitas air minum dan kebersihan makanan/pekerjakatin Pencatatan dan pelaporan Penyakit Umum. PAK, PAHK dan KK Pengobatan (Kuratif) Klinik gawat darurat (Emergency clinic) Deteksi dini PAK, PAHK dan KK Melakukan Upaya Rujukan Pencatatan dan Pelaporan Melakukan evaluasi tingkat kecacatan pekerja Pemulihan (Rehabilitatif) Rekomendasi terhadap penempatan kembali pekerja sesuai kemampuannya dan pentahapan untuk dapat kembali pada pekerjaan semula setelah senbuh dari sakit/KK Pencatatan dan pelaporan

39

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 03 / Men / 1982, Tugas dan wewenang dari dokter perusahaan dalam pelayanan kesehatan kerja adalah : Melakukan pemeriksaan kesehatan, baik awal mulai bekerja, berkala, maupun secara khusus. Melakukan pembinaan dan pengawasan penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja. Melakukan pembinaan dan pengawasan lingkungan kerja. Melakukan pembinaan dan pengawasan perlengkapan saniter. Melakukan pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja. Melakukan pencegahan dan pengobatan penyakit umum dan penyakit akibat kerja. Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan. Mengadakan pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan pelatihan P3K. Memberikan nasehat tentang tempat kerja, alat perlindungan diri, gizi dan penyelenggaraan makanan di tempat kerja. Membantu rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Mengadakan pembinaan dan pengawasan tenaga kerja yang mempunyai kelainan tertentu. Membuat laporan secara berkala. DOKTER PEMERIKSA KESEHATAN KERJA Dokter pemeriksa kesehatan kerja Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. Per10/Men/1976 dan syarat-syarat lain yang dibenarkan oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja Adapun persyaratan menjadi dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja diatur dalam Permenaker No.02 tahun 1980 : 1. Surat Permohonan bermaterai 6000 Ditujukan kepada Direktur Pengawasan Kesehatan Kerja, Dirjen Binwasnaker, Depnakertrans RI. Surat Permohonan dilengkapi syarat-syarat sbb :

40

a. b. c. d. e. f. g.

Surat Penunjukan dari Pimpinan Perusahaan apabila bekerja diperusahaan Membuat Surat Pernyataan Salinan Surat Keterangan telah training Hiperkes Salinan Ijasah Dokter Salinan Surat Ijin Dokter Salinan Surat Ijin Praktek Pas foto ukuran 3X4 cm = 5 lembar 2. Surat Keputusan Penunjukan berlaku selama 3 (tiga) tahun. 3. Pengajuan Permohonan Perpanjangan harus diajukan 1 (satu) bulan sebelum berakhir

masa berlaku Keputusan Penunjukan dengan melampirkan : a. Foto kopi Surat Keputusan Penunjukan. b. Pas foto ukuran 3X4 cm sebanyak 5 lembar. c. Daftar kegiatan sebagai dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja selama berlakunya Surat Keputusan Penunjukan. Beberapa persyaratan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di klinik tempat kerja (perusahaan) meliputi beberapa aspek yaitu : a) Kelembagaan b) Sumber Daya Manusia c) Jenis Pelayanan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja atau Perusahaan

A. Kelembagaan Klinik di tempat kerja atau perusahaan berada dalam system kesehatan nasional berada dalam upaya kesehatan masyarakat pada strata pertama atau ukm tingkat dasar, oleh karena itu menyelenggarakan atau mendirikan klinik di tempat kerja (perusahaan) harus memperileh izin dari menteri kesehatan yang di delegasikan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota setempat. B. Sumber Daya Manusia Kebutuhan sumber daya manusia diklinik tempat kerja atau perusahaan, disesuaikan dengan tingkat perkembangan dari klinik tersebut yakni, tingkat I (awal), tingkat II (dasar), tingkat III (pelayanaan standar international), dan tingkat IV (pelayanan komprehensif). Jenis tenaga kesehatan yang minimal harus dimiliki oleh klinik di tempat kerja atau perusahaan yaitu :
41

Tingkat I (awal)

: perawat, petugas sanitasi yang telah mengikuti pelatihan jangka

pendek di bidang pelayanan kesehatan kerja dan bekerja di unit perawatan kesehatan dasar atau fasilitas tingkat awal sejenis. Tingkat II (dasar) : dokter, perawat dan tenaga sanitasi yang telah mendapatkan

pelatihan singkat tentang kesehatan kerja. Penggunaan tenaga kesehatan ini dapat menguntungkan dalam hal dukungan tenaga keselamatan yang berkompetan dalam pencegahan kecelakaan dan keselamatan dasar. Tingkat III (pelayanan standar international) : penyelenggaraan dalam pelayanaan ini harus dipimpin oleh seorang ahli yang terlatih secara khusus atau biasanya doker kesehatan kerja dan tim yang terlibat sebaiknya berasal dari multidisiplin keilmuan yang didukung dengan pekayanan kesehatan rujukan tersistem. Tingkat IV (pelayanan komprehensif) : penyelenggara pelayanan ini biasanya

bekerja sebagai tim multidisiplin, terdiri dari dokter spesialis, perawat kesehatan kerja, ahli higienis kerja, ergonomis, psikolog, insinyur keselamatan,dll C. Jenis pelayanan kesehatan kerja di tempat kerja atau perusahaan. Jenis-jenis pelayanan kesehatan kerja di klinik tempat kerja atau perusahaan meliputi sebagai berikut : 1. Pelayanan promotif Pendidikan dan pemyuluhan PHBS( Pola Hidup Bersih dan Sehat) di tempa kerja Perbaikan gizi pekerja, menu seimbang dan pemeliharaan makanan seha dan aman serta hygiene kantin Pemeliharaan tempat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja yanng sehat Konsultasi, meliputi psikologi kerja, KB dan masalah kesehatan lainnya Olahraga fisik dan kebugaran Koordinasi di dalam perusahaan dan diluar perusahaan dengan pihak terkait Advokasi

2. Pelayanan Preventif Pemeriksaan kesehatan awal, berkala maupun khusus pada karyawan Identifikasi daan pengukuran potensi rissiko kesehatan di tempat

kerja/lingkungan kerja
42

Pengendalian bahaya lingkungan kerja (fisil, kimia, biologi, psikososial, ergonomi) Surveilans penyakit akibat kerja (PAK), kecelakaan kerja (KK),dan penyakit umum yang dominan di kalangan pekerja. Surveilans kesehatan kerja, monitoring lingkungan kerja, dan monitoring biologis Pemeriksaan kualitas air minum dan kualitas kebersihan makanan/pekerja kantin

3. Pelayanan kuratif Pertolongan pertama pada kasus emergency Pemeriksaan fisik dan penunjang Deteksi dini dan pengobatan segera PAK dan KK Melakukan rujukan bila perlu

4. Pelayanan rehabilitatif Melakukan evaluasi tingkat kecacatan pekerja Merekomendasikan penempatan kembali tenaga kerja yang cacat dan sesudah perawatan yang lama secara selektif sesuai dengan kemampuannya 5. Pelayanan rujukan Rujukan pasien atau mengirim penderita ke sarana yang lebih tinggi kemampuannya.

43

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Dalam dunia usaha, peran kesehatan sangat penting guna meningkatkan kesehatan para pekerjanya. Dengan begitu produktivitas pun akan meningkat. Standar pelayanan yang harus dilengkapi dalam kesehatan kerja ini harus sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Baik itu untuk instansi kesehatan maupun sumber dayanya yaitu dokter perusahaan. Dokter perusahaan tersebut memiliki tugas dan fungsi dalam pengendalian dan mengatasi PAK yang terjadi pada para pekerja. Jika sudah terjadi PAK maka akan berdampak buruk baik bagi perusahaan maupun pekerja itu sendiri. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Oleh karena itu, dokter perusahaan memiliki peranan yang penting dalam suatu perusahaan. Kesehatan Kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/ metode kerja, proses kerja dan kondisi.

Saran
Dengan memahami LO yang didapat, penulis menyarankan pembaca dapat termotivasi untuk mendalami materi yang kami ulas, sehingga nantinya saat diklinik atau rotasi klinik para mahasiswa dapat menerapkannya.

44

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional. 2003. Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1758/Menkes/SK/XII/2003 tentang Standar Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEPTS 333/MEN/1989 Tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi Republik Indonesia No: PER/01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes bagi Dokter Perusahaan. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. per-02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam penyelenggaraan Keselamatan Kerja. Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.

45

Anda mungkin juga menyukai