Oleh: Atikah risyad Budi warman Christianto sitio Dasa Haryuwibawa Sola fide gavra tarigan
Kata pengantar
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas ke hadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya pada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang penanganan dan pengolahan limbah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja penulis yaitu Ir.Anizar, M.Kes Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Teknik Kesaelamatan dan Kesehatan Kerja sekaligus untuk menambah pengetahuan pembaca maupun penulis tentang apa itu limbah, dampaknya, dan pengolahan yang dapat dilakukan utntuk mengatasi permasalahan lingkungan yang sedang marak terjadi belakangan ini. Dengan membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memperluas wawasan tentang pengolahan limbah sehingga pembaca akan lebih memperhatikan lingkungan dengan cara mengolah limbah dengan langkah yang baik dan benar. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulis di masa yang akan datang karena pada dasarnya, penulis jauh dari sempurna dalam melakukan pembahasan tentang penangan dan pengolahan limbah.
Penulis
Daftar isi
Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN a.Latar Belakang b.Tujuan BAB II ISI a. Pengertian dan Jenis-Jenis Limbah ............................................ b. Dampak-Dampak yang Disebabkan Oleh Limbah..................... c. Instansi yang Mengelola dan Mengawasi Pengelolaan Limbah.. d. Sanksi dan Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah ....................................................... e. Penanganan dan pengolahan limbah .......................................... f. Hasil positif dari penanganan dan pengolahan limbah ............... g. Contoh Kasus Akibat Limbah .................................................... h. Terobosan terbaru dalam pengolahan limbah ............................. 5 7 8 9 11 22 23 24 ................................................................ ................................................................ 4 4 ................................................................ ................................................................ 2 3
BAB III KESIMPULAN a.Kesimpulan b.Saran DAFTAR PUSTAKA ............................................................... ............................................................... ............................................................... 26 26 27
3
Latar Belakang
Permasalahan lingkungan merupakan permasalahan yang sangat serius bagi seluruh umat manusia, dimana fungsi lingkungan tempat kita tinggal sekarang sudah menurun. Artinya lingkungan kita sudah tercemar. Hal ini disebabkan oleh kalangan industri yang mengolah limbahnya sesuai dengan standar baku mutu limbah yang ditetapkan oleh pemerintah ataupun limbah rumah tangga yang dibuang masyarakat secara sembarangan. Pemerintah sebenarnya sudah memiliki Undang-Undang Lingkungan Hidup, tetapi tetap saja pemecahan masalah lingkungan hidup masih belum dapat diselesaikan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat di dalam pemeliharaan lingkungan maupun tindakan nakal pengusaha yang membuang limbah hasil usahanya tanpa melalui proses pengolahan limbah.
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan limbah yang baik dan sesuai standar baku mutu, sehingga jika dibuang tidak mencemari lingkungan dan juga menjamin keselamatan manusia dan lingkungan pada masa sekarang dan waktu yang akan datang.
2.Limbah padat Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll 3.Limbah gas dan partikel Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah. 4.Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa 5
proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3. Macam macam libah beracun;
Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan. Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama. Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi. Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut. Limbah penyebab infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi. Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
Sumber sumber limbah 1. Aktivitas manusia 2. Aktivitas alam 3. Perkembangan industry 4. Moderenisasi 5. Pertambahan penduduk Alasan mengapa limbah harus dibuang : 1. produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan 2. produk sudah kadaluwarsa 3. material tumpah,hilang atau mengalami kecelakaan 4. bahan terkontaminasi akibat kerja yang memang direncanakan
5. barang tidak terpakai,misalnya baterai habis,dll 6. senyawa yang tidak memenuhi persyaratan,misalnya:asam terkontaminasi 7. residu proses industri seperti ampas logam 8. bahan,substansi,dan produk yang menggunakannnya dilarang oleh hukum
Dampak limbah bagi makhluk hidup dan lingkungan Berdampak pada kesehatan/keselamatan pada makhluk hidup baik secara langsung (kebakaran,reaktif dan korosi) maupun secara tidak langsung (toksit akut dan kronis) dan dapat melalui ; 1. Oral (mulut,saluran pencernaan) 2. Inhalasi (saluran pernapasan) 3. Dermal (kulit) 4. Peritoneal (memasuki peredaran darah)
7
Ada 4 proses yang dialami bahan beracun di dalam organisme, yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan sekresi. Untuk mengetahui efek negatif bahan toksikan tersebut di dalam tubuh, perlu diketahui perihal zat toksik dan sistem biologis manusia serta interaksi antara keduanya. Zat toksik akan dibawa oleh darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh dan kemudian mengganggu organ tubuh antara lain: keracunan neurotaksik, zat toksik akan dibawa menuju otak, atau zat toksik akan ditimbun dan diproses pada jaringan lemak, otot, tulang, syaraf, liver, pankreas, usus dan kemudian setelah melalui proses- sisanya akan disekresikan ke luar tubuh. Beberapa contoh zat toksit itu adalah ; 1. Cadmium (di adsorbsi dan menumpuk pada hati dan ginjal menyebabkan terjadinya gagal ginjal) 2. Timbal timah hitam (akibat pembakaran yang tidak sempurna menyeba ganguan system saraf) 3. Merkuri ( ditandai sakit kepala,sukar menelan,mata kabur,merasa tebal pada kakinya)
(3) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah). Dari ketentuan pidana Pasal 98 tersebut menunjuk baku mutu lingkungan hidup itu pada ketentuan Pasal 20 yang di dalamnya mengatur ketentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup. Baku mutu lingkungan hidup dibagi atas beberapa, yang meliputi: a. baku mutu air; b. baku mutu air limbah; c. baku mutu air laut; d. baku mutu udara ambien; e. baku mutu emisi; f. baku mutu gangguan; dan g. baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, jika dicermati dalam Pasal 98 tersebut yang dapat dikenai tindak pidana hanya pada dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Sedangkan untuk baku mutu air limbah, baku mutu emisi, baku mutu gangguan, dan baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak diatur sanksinya dalam pasal tersebut. Ini tentu dapat ditafsirkan hanya bersifat tindak pidana ringan seperti pelanggaran yang hanya perlu diatur pada tingkatan peraturan pemerintah dan peraturan menteri, gubernur. Dengan demikain bahwa hanya 4 (empat) hal yang lebih penting dan krusial yang dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup untuk mendapat sanksi dengan tegas dalam undang undang lingkungan hidup ini.
10
Pengambilan contoh
Pengambilan keputusan opersional Langkah regulasi Pemilihan perilaku pendahuluan Pemilihan metode penghilangan akhir Penetapan langkah pemilihan dalam keadaan Rehabilitasi dump-site, zona bahaya, etc. 11
Yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan limbah pemisahan limbah, penyimpanan limbah, pengolahan limbah, pengangkutan limbah, pembuangan limbah.
12
Industri harus menerapkan prinsip pengendalin limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam proses produksi (in-pipe pollution prevention) dan setelah proses produksi (end-pipe pollution prevention). Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan volume limbah yang ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan pencemar sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan. Namun walaupun begitu, masalah air limbah tidak sesederhana yang dibayangkan karena pengolahan air limbah memerlukan biaya investasi yang besar dan biaya operasi yang tidak Parameter COD BOD Minyak nabati Minyak mineral Zat padat tersuspensi (TSS) pH Temperatur Ammonia bebas (NH3) Nitrat (NO3-N) Senyawa aktif biru metilen Sulfida (H2S) Fenol Sianida (CN) Konsentrasi (mg/L) 100 300 50 150 5 10 10 50 200 400 6.0 9.0 38 40 [oC] 1.0 5.0 20 30 5.0 10 0.05 0.1 0.5 1.0 0.05 0.5
sedikit. Untuk itu, pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat. Dalam pengolahan air limbah itu sendiri, terdapat beberapa parameter kualitas yang digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu parameter organik, karakteristik fisik, dan kontaminan spesifik. Parameter organik merupakan ukuran jumlah zat
13
organik yang terdapat dalam limbah. Parameter ini terdiri dari total organic carbon (TOC), chemical oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan total petrolum hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam air limbah dapat dilihat dari parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur, warna, bau, dan potensial reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa senyawa organik atau anorganik.
Batasan Air Limbah untuk Industri Kepmen LH No. KEP-51/MENLH/10/1995 Pemilihan Teknologi Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan indikator parameter yang sudah ditampilkan di tabel di atas. Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan secara detail mengenai aspek ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan kemudahan peoperasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih haruslah teknologi yang tepat guna sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah pertimbangan-pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium yang bertujuan untuk: 1. Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-proses yang sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. 2. Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan efisiensi pengolahan yang diharapkan. 3. Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan skala sebenarnya. Metode Penanganan Limbah Cair Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Secara umum penanganan air limbah dapat dikelompokkan menjadi : 1. Pengolahan Awal/Pendahuluan (Preliminary Treatment) Tujuan utama dari tahap ini adalah usaha untuk melindungi alat-alat yang ada pada instalasi pengolahan air limbah. Pada tahap ini dilakukan penyaringan, penghancuran atau pemisahan air dari partikel-partikel yang dapat merusak alat-alat pengolahan air limba, seperti pasir, kayu, sampah, plastik dan lain-lain.
14
2. Pengolahan Primer (Primary Treatment) Tujuan pengolahan yang dilakukan pada tahap ini adalah menghilangkan partikel-artikel padat organik dan organik melalui proses fisika, yakni sedimentasi dan flotasi. Sehingga partikel padat akan mengendap (disebut sludge) sedangkan partikel lemak dan minyak akan berada di atas / permukaan (disebut grease). 3. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment) Pada tahap ini air limbah diberi mikroorganisme dengan tujuan untuk menghancurkan atau menghilangkan material organik yang masih ada pada air limbah. Tiga buah pendekatan yang umum digunakan pada tahap ini adalah fixed film, suspended film dan lagoon system.
4. Pengolahan Akhir (Final Treatment) Fokus dari pengolahan akhir (Final Treatment) adalah menghilangkan organisme penyebab penyakit yang ada pada air. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan khlorin ataupun dengan menggunakan sinar ultraviolet. 5. Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment) Pengolahan lanjutan diperlukan untuk membuat komposisi air limbah sesuai dengan yang dikehendaki. Misalnya untuk menghilangkan kandungan fosfor ataupun amonia dari air limbah. Salah satu teknologi untuk mendaur ulang limbah cair menjadi air bersih
15
16
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan incineration.
1. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. TUjuan utama dari chemical conditioning ialah: o menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
o o o
mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur mendestruksi organisme patogen memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat diterima lingkungan
Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut: 1.Concentration thickening Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini. 2.Treatment, stabilization, and conditioning Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahanbahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment, polyelectrolite flocculation, chemical conditioning, dan elutriation. 3.De-watering and drying De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.
17
4.Disposal Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atau injection well.
2. Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu: 1.Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus dalam matriks struktur yang besar 2.Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik 3.Precipitation 4.Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi. 5.Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan padat 6.Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
4. Incineration Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil. 18
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.
Penanganan Limbah B3
Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Hal tersebut termasuk proses pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya. Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian (dekomposisi) saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan. Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 22 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke arah bak penampung dengan kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi
19
yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi. Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002. Namun, kita dapat merujuk peraturan pengangkutan yang diterapkan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut terkait dengan hal pemberian label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus, dan sebagainya. Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti. Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektivitas kemasan tidak berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbagak harus dilengkapi dengan head shields pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan khusus selain juga adanya kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets (MSDS) yang ada di setiap truk dan di dinas pemadam kebarakan.
Secured Landfill. Faktor hidrogeologi, geologi lingkungan, topografi, dan faktor-faktor lainnya harus diperhatikan agar secured landfill tidak merusak lingkungan. Pemantauan pasca-operasi harus terus dilakukan untuk menjamin bahwa badan air tidak terkontaminasi oleh limbah B3.
Landfill untuk penimbunan limbah B3 diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu: (1) secured landfill double liner, (2) secured landfill single liner, dan (3) landfill clay liner dan masingmasing memiliki ketentuan khusus sesuai dengan limbah B3 yang ditimbun. Dimulai dari bawah, bagian dasar secured landfill terdiri atas tanah setempat, lapisan dasar, sistem deteksi kebocoran, lapisan tanah penghalang, sistem pengumpulan dan pemindahan lindi (leachate), dan lapisan pelindung. Untuk kasus tertentu, di atas dan/atau di bawah sistem pengumpulan dan pemindahan lindi harus dilapisi geomembran. Sedangkan bagian penutup terdiri dari tanah penutup, tanah tudung penghalang, tudung geomembran, pelapis tudung drainase, dan pelapis tanah untuk tumbuhan dan vegetasi penutup. Secured landfill harus dilapisi sistem pemantauan kualitas air tanah dan air pemukiman di sekitar lokasi agar mengetahui apakah secured landfill bocor atau tidak. Selain itu, lokasi secured landfill tidak boleh dimanfaatkan agar tidak beresiko bagi manusia dan habitat di sekitarnya.
21
Deep Injection Well. Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih mejadi kontroversi dan masih diperlukan pengkajian yang komprehensif terhadap efek yang mungkin ditimbulkan. Data menunjukkan bahwa pembuatan sumur injeksi di Amerika Serikat paling banyak dilakukan pada tahun 1965-1974 dan hampir tidak ada sumur baru yang dibangun setelah tahun 1980.
Sumur injeksi atau sumur dalam (deep well injection) digunakan di Amerika Serikat sebagai salah satu tempat pembuangan limbah B3 cair (liquid hazardous wastes). Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang memiliki kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan geologi serta hidrogeologi wilayah setempat. Limbah B3 diinjeksikan se dalam suatu formasi berpori yang berada jauh di bawah lapisan yang mengandung air tanah. Di antara lapisan tersebut harus terdapat lapisan impermeable seperti shale atau tanah liat yang cukup tebal sehingga cairan limbah tidak dapat bermigrasi. Kedalaman sumur ini sekitar 0,5 hingga 2 mil dari permukaan tanah. Tidak semua jenis limbah B3 dapat dibuang dalam sumur injeksi karena beberapa jenis limbah dapat mengakibatkan gangguan dan kerusakan pada sumur dan formasi penerima limbah. Hal tersebut dapat dihindari dengan tidak memasukkan limbah yang dapat mengalami presipitasi, memiliki partikel padatan, dapat membentuk emulsi, bersifat asam kuat atau basa kuat, bersifat aktif secara kimia, dan memiliki densitas dan viskositas yang lebih rendah daripada cairan alami dalam formasi geologi. Hingga saat ini di Indonesia belum ada ketentuan mengenai pembuangan limbah B3 ke sumur dalam (deep injection well). Ketentuan yang ada mengenai hal ini ditetapkan oleh Amerika Serikat dan dalam ketentuan itu disebutkah bahwa:
1. Dalam kurun waktu 10.000 tahun, limbah B3 tidak boleh bermigrasi secara vertikal keluar dari zona injeksi atau secara lateral ke titik temu dengan sumber air tanah. 2. Sebelum limbah yang diinjeksikan bermigrasi dalam arah seperti disebutkan di atas, limbah telah mengalami perubahan higga tidak lagi bersifat berbahaya dan beracun.
22
23
BERLIN Bakteri E-Coli jenis baru yang menyebabkan wabah dan menewaskan 18 orang dan mengakibatkan ribuan warga Eropa jatuh sakit, membuat Rusia kalang-kabut. Negeri Beruang Merah ini pun melarang impor sayur mayur dari Uni Eropa. Namun Komisi Eropa menyerukan kepada Rusia untuk segera menarik larangan impor yang diberlakukan Moskow karena kekhawatiran akan bakteri misterius yang mematikan. Keluhan Komisi Eropa disampaikan melalui sepucuk surat yang dilayangkan komisaris bidang kesehatan Uni Eropa, John Dalli. Duta besar Rusia untuk Uni Eropa, Vladimir Chizhov, menanggapi dengan menyatakan bahwa sudah sebulan berlalu sejak penyakit ini mewabah dan Rusia belum menerima informasi apapun dari Uni Eropa. Impor sayuran Uni Eropa ke Rusia tahun lalu bernilai hampir 600 juta Euro. Uni Emirat Arab menjadi negara lain yang juga memberlakukan larangan impor sayuran dari Jerman, Spanyol, Belanda dan Denmark hingga keluar hasil penyelidikan selanjutnya. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO melaporkan bahwa bakteri E-Coli yang menewaskan 18 orang di Jerman dan satu orang di Swedia tersebut belum dikenali sebelumnya. WHO masih menunggu laporan lebih detail dari laboratorium yang tengah menganalisa bakteri. Varian bakteri mematikan yang sangat langka dan hanya ditemui dalam kasus yang jarang terjadi. Varian E-Coli kebanyakan tidak menyebabkan penyakit, namun ada varian yang mampu menempel pada dinding usus dan memproduksi racun. Para peneliti dari Institut Genomika Beijing yang bekerjasama dengan Klinik Universitas HamburgEppendorf di Jerman, telah berhasil merunut genom bakteri dan menyebut varian baru ini sebagai sangat menular dan beracun. Para peneliti juga menambahkan bahwa varian baru bakteri E-Coli mengandung rangkaian gen yang kebal terhadap antibiotik sehingga mempersulit perawatan menggunakan antibiotik. Bakteri tersebut serupa dengan varian lain yang menyebabkan diare dan gagal ginjal. 24
Selain korban tewas, sudah lebih dari 1.200 orang terkonfirmasi terkena wabah bakteri E-Coli di Eropa. Bahkan sejumlah kasus telah ditemukan di Amerika Serikat. Infeksi E-Coli dapat ditularkan dari manusia ke manusia, namun hanya melalui rute yang melibatkan kotoran manusia. Para ahli kesehatan di Jerman telah memperingatkan warga untuk menghindari konsumsi sayuran mentah. Wabah menyebabkan infeksi berat yang banyak ditemukan pada perempuan dewasa dan di sejumlah kasus menyebabkan komplikasi serius terhadap darah dan ginjal. Sindrom hemolitik uremik yang dikenal sebagai HUSsemacam komplikasi luar biasa dari beberapa tipe bakteri E-Colitelah terdiagnosa di ratusan kasus. Komisi Eropa mencoret mentimun Spanyol dari sistem waspada pangan bagi 27 negara Uni Eropa. Perdana Menteri Spanyol Jose Luis Rodriguez Zapatero mengkritik Jerman dan Komisi Eropa yang menangani wabah. Spanyol menuntut ganti rugi atas kerugian sebesar 200 juta Euro yang dialami para petani Spanyol.
25
Biaya proyek IPAL dan MPAL ini hanya menelan biaya sebesar Rp 10.392.503.542,- dari anggaran yang disiapkan sebanyak Rp. 16.500.000.000,- lebih jauh Sudadi merincikan Menurut Direktur Produksi PT PUSRI Ir. Indrajaya, tujuan proyek ini adalah mengembangkan metode penanggulangan limbah cair dengan melakukan penyempurnaan instalasi pengolahan air limbah yang ada di PT Pupuk Sriwidjaja. Hasil yang diharapkan adalah kualitas limbah cair yang keluar dari system IPAL ini akan memenuhi Baku Mutu Limbah cair yang telah ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan SK Menteri Lingkungan Hidup No. 122 Tahun 2004 dan SK. Gubernur No. 18 tahun 2005. Lebih lanjut Indra menjelaskan Proyek IPAL dan MPAL ini terdiri dari beberapa unit proses antara lain: 1. Kolam Emergency 2. Kolam Ekualisasi 3. Kolam / Tangki Net ralisasi 4. Scrubber 5. Kolam Wetland 6. Kolam Mikrobiologis 7. Bak Penampung di masing-masing pabrik atau MPAL 8. Serta unit-unit pendukungnya. Kita juga mendukung sepenuhnya PT Pusri membangun penyempurnaan IPAL dan MPAL ini. Karena dari upaya itu diharapkan dapat menghindari masalah pencemaran lingkungan khususnya Sungai Musi yang menjadi ternpat pengeluaran limbah. Jika pencemaran terus terjadi di Sungai Musi tentu yang merasakan dampak negatifnya adalah warga Kota Palembang. Selain itu akan menimbulkan penyakit dan merusak ekosistem sungai itu sendiri kata Walikota palembang Eddy Santana ketika meresmikan pemakaian IPAL dan MPAL. Demildan halnya Dirut PT Pusri berharap agar prestasi di bidang pegelolaan lingkungan dapat meningkat, dimana pada tahun 2006 memperoleh Predikat BIRU dan tahun berikutny naik ke prediat HIJAU yag seterusnya ke predikat EMAS, harap Dadang menjawab pertanyaan warawan. Keberhasilan ini sangat menggembirakan sebagai perwujudan tanggung jwab kita untuk menuju Produksi bersih ramah lingkungan. Lestari pabrikku lestari alamku.
26
Kesimpulan
Di dalam pengolahannya, limbah harus diolah di tempat khusus dan kualitas mutu limbah harus sesuai standar baku mutu yang sudah ditetapkan pemerintah di mana unsur-unsur (kandungan) limbah yang dulunya berbahaya bagi lingkungan hidup menjadi tidak berbahaya lagi sehingga ekosistem lingkungan dapat terpelihara.
Saran
1. Lingkungan adalah tempat tinggal kita bersama, oleh karena itu kita harus menjaga dan melestarikannya. 2. Setiap kalangan industri haruslah memiliki instalasi pengolahan limbah. 3. Kesadaran semua pihak di dalam pengolahan limbah mutlak diperlukan di dalam pengawasan dan pengolahan limbah agar tidak terjadi pembuangan limbah secara langsung tanpa melalui proses pengolahan limbah yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
27
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.com Majari Magazine.htm anneahira.com aimyaya.com www.ima-api.com politik.kompasiana.com www.kompas.com Laporan Pelaksanaan Kursus Analisis Limbah Industri
28