Anda di halaman 1dari 26

[DOC] aspek biokimia berkaitan dengan metabolisme lemak dalam tubuh manusia

SAP BIOKIMIA.doc
File Name Filesize Header Content-Type Snippets : SAP BIOKIMIA.doc : 104.5 KB : sap biokimiadoc : Microsoft Word Documents : spek kimia dalam tubuh. mahasiswa mampu untuk memahami tentang aspek kimia yang berhubungan dengan tubuh manusia yang meliputi biomolekul,metode biokimia, . 5.1 transport lipid dalam plasma. 5.2 biosentisit lipid. 5.3 metabolisme microsoft word - aspek kimia dalam tubuh. disajikan sebagai bahan kuliah biokimia bagi mahasiswa oksidasi asam lemak, oksidasi piruvat, metabolism asam-asam amino serta masih tabel 1.1 perkiraan komposisi dasar tubuh manusia (berdasarkan berat kering) . air merupakan produk akhir utama dari metabolisme oksidatif makanan. microsoft word - aspek biokimia yang berpengaruh dalam reproduksi kesehatan ibu, janin, bayi dan anak biosintesis lipid, metabolisme jaringan lemak dan pengaturan mobilisasi .dalam penyediaan energi bagi kebutuhan tubuh, khususnya sistem saraf dan setelah penyerapan makanan kadar glukosa darah pada manusia berkisar microsoft wordmata kuliah ini membahas tentang anatomi dan fisiologi tubuh manusia yang mata kuliah biokimia membahas tentang enzim dan ko- enzim, purin pirimidin, lemak serta hormone dan peranannya dalam metabolisme. memahami aspek legal serta manajemen resiko dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. microsoft word - hal lain yang penting dalam metabolisme adalah peranannya dalam seperti enzim yang berperan sebagai katalisator segala proses biokimia dalam sel. lemak atau lipid terdapat pada semua bagian tubuh manusia terutama pada bagian tanaman merupakan aspek yang sangat penting dalam bioteknologi tanaman. microsoft word - memahami dan menjelaskan biokimia yang terkait dengan aspek terapeutik obat. diskripsi ma. kuliah. biomolekul (protein, enzim, karbohidrat dan lemak); metabolisme.metabolisme, distribusi dan eliminasi) di dalam tubuh manusia yang microsoft word - sebagian besar sel tubuh mengandung telomerase, tetapi dalam keadaan off (tidak . hormon berperan pada setiap aspek aktifitas manusia, dari fungsi sex dan menghambat pengaruh alkohol pada metabolisme lemak dalam liver. . penting dalam mengontrol berbagai perubahan biokimia selama proses penuaan. microsoft word - juga dikenalkan secara singkat tentang aspek klinik dari metabolisme karbohidrat. metabolisme karbohidrat adalah salah satu bab dari ilmu biokimia, yang merupakan . menerangkan metabolisme karbohidrat. dalam tubuh manusia enzim ini juga dihambat oleh meningkatnya kadar asam lemak bebas, sehingga apabila microsoft wordmetabolisme zat gizi makro yang berkaitan dengan olahraga (karbohidrat, hampir semua reaksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh tergantung dari kebutuhan tubuh manusia akan air dalam sehari sesuai dengan banyaknya air yang olahraga disusun dengan mempertimbangkan berbagai aspek baik segi gizi, microsoft word - ada beberapa mekanisme biokimia yang dapat menjelaskan hal ini, salah satu diantaranya asam lemak bebas di dalam darah akan menekan metabolisme glukosa di oleh karena itu hasil kerja obat di dalam tubuh manusia sangat mungkin mekanisme tersebut dapat dibagi menjadi interaksi yang melibatkan aspek.....
a

Biokimia terhadap gizi Pengetahuan yang membahas kimia pangan dari aspek teori dan mekanisme reaksi modern, dengan pada penekanan pada reaksi kimia yang terjadi pada pangan maupun sistem pangan selama pengolahan dan penyimpanan maupun interaksinya dari komponen kimia/gizi seperti : karbohidrat, lipida, protein, enzim, vitamin dan mineral, pigmen, flavor, bahan tambahan makanan, komponen toksik alami dan komponen bioaktif yang terdapat pada pangan alami ataupun pangan olahan (Koordinator: Prof.Dr. M. Manullang). TPG 521 Mikrobiologi Pangan 3(2-3) Membahas mengenai karakteristik mikroba, peranannya dalam pengolahan, kerusakan, dan keamanan pangan serta bioteknologi, pengaruh proses fisik dan kimia terhadap mikroba dalam pengawetan pangan, yang meliputi mekanisme ketahanan sel vegetatif dan spora terhadap proses pengolahan serta kerusakan letal dan sub-letal mikroba (Koordinator: Dr. Lilis Nuraida). TPG 541 Biokimia Pangan 2(2-0) Memberikan pemahaman dasar biokimia dan aplikasinya di bidang ilmu pangan. Pemahaman struktur sel prokariotik dan eukariotik, fungsi membran dan organel. Peranan air dalam reaksi biokimia. Sturktur dan sifat asam amino, struktur primer, sekunder, dan tertier protein, isolasi dan sifat dasar protein. Biokimiwi dan kinetika enzim, yang bermanfaat dalam teknologi pangan. Biokimia beberapa protein penting, seperti hemoglobin dan mioglobin, aktin dan myosin. Prinsip bioenergitika, reaksi penghasil ATP (glikolisis, siklus krebs, transport electron, fotosintesis, oksidasi beta). Biosintesis gula dan lipida. Biokimia asam nukleat, metabolisme asam nukleat (replikasi, transkripsi, transiasi), pangan transgenic (Koordinator: Dr. Sedarnawati Yasni). TPG 531 Rekayasa dan Proses Pangan 3(2-3) Pembahasan berbagai aspek rekayasa proses industri pangan dengan pendekatan model fisik dan matematik. Berbagai aspek rekayasa indusrti pangan yang akan dibahas kinetika (pemanasan, pendinginan, pembekuan dan pengeringan, proses panas/termal). Beberapa satuan operasi dalam indusrti pangan yang berkembang juga akan dibahas dalam kuliah ini, antara lain, microwave , pemanasan ohmic dan dielektrik, dan lain-lain (Koordinator: Dr. Purwiyatno Hariyadi). TPG 590 Metode Penelitan Ilmu Pangan 3(2-3) Mata ajaran ini memberikan pemahaman dan latihan tentang keseluruhan kegiatan penelitian dari pengembangan ide, perumusan topik, judul, perencanaan, perancangan, percobaan, analisis data, strategi pelaksanaan penelitian dalam bidang ilmu pangan dan cara penulisan tesis/disertasi sampai cara publikasi di jurnal ilmiah. Materi kuliah meliputi arti dan makna ilmuwan, IPTEK R&D, temuan ilmiah (discoveries and inventions) dalam bidang ilmu pangan, kekhasan penelitian bidang pangan, dan cara menyusun usulan penelitian, penilaian usulan penelitian dan mutu hasil penelitian,strategi bekerja meneliti, hasil karya ilmiah, etika penelitian dan publikasi, dan bahasa ilmiah. Praktikum meliputi latihan-

latihan dan tugas-tugas akademik, yang hasilnya disajikan dalam bentuk Seminar kelas. Kelas dibagi dalam grup kecil (2-3 orang), masing-masing grup mempunyai tugas sendiri. Masingmasing anggota grup secara bergiliran menjadi penyaji, pemimpin seminar kelas dan penjawab dalam diskusi seminar kelas (Koordinator: Prof.Dr. Soewarno T. Soekarto). TPG 611 Perubahan Sifat Kimia Pangan Selama Pengolahan 3(2-3) Pembahasan perubahan sifat kimia bahan pangan nabati, hewani,dan ikan selama perlakuan pengolaha. Pembahasan meliputi perubahan sifat kimia khususnya karbohidrat, lemak. protein, vitamin, mineral, pigmen, cita rasa, dan reaksi antara komponen-komponen tersebut selama pengolahan pangan. Rekasi pencoklatan akibat pengaruh oksidasi, reaksi enzimatik dan pengaruh perlakuan pengolahan yang meliputi pemanasan, pendinginan/pembekuan, fermentasi, penambahan zat kimia, iradiasi, penyimpanan dan formulasi pangan (Koordinator: Prof.Dr. Monang Manullang). TPG 612 Analisis Pangan Lanjut 3(2-3) Pemahaman prinsip dan cara-cara pengembangan netode analisis kuantitatif komposisi makro dan mikro bahan pangan secara nonkonvensional (metode instrumental) baik secara kromatografi maupunspektroskopi. Metode instrumental yang dipelajari yaitu HPLC (High Performance Liquid Chromatography), GC (Gas Chromatography), SFC (Supercritical Fluid Chromatography), CE (Capillary Electrophoresis), Spektroskopi UV-Vis (UV-Visible), Reflektans, Fluoresensi, IR (Infra Red), NR (Near Infar Red), NMR (Nuclear Magnetic Resonance), AA/FF dan ICP-AE (Atomic Absorption/ Flame Emission dan Inductively Coupled Plasma-Atomic Emission), dan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spec-trometry). Disamping itu, dipelajari pula metode enzimatik dan imunologis dalam analisis kuantitaf bahan pangan (Koordinator: Dr. Anton Apriyantono). TPG 613 Kimia dan Teknologi Karbohidrat 3(2-3) Pembahasan tentang sifat fisiko-kimia, reaksi kimia dan cara-cara analisis karbohidrat, rheology hidrokoida, teknologi pengolahan karbohidrat (gula, pati, madu, dietary fiber, confectionery), dan modifikasi karbohidrat (Koordinator:Prof.Dr. Dedi Fardiaz). TPG 614 Bahan Tambahan Pangan dan Regulasi 3(3-0) Mata kuliah ini memperdalam pemahaman tentang aditif pangan mencakup : jenis, sifat fungsional, karakteristik, mekanisme kerja, analisis, efek sinergis, cara penggunaan dan manfaatnya serta keamanan dan peraturan-peraturan yang mengatur aditif makanan yang berlaku baik di dalam negeri maupun di luar negeri, mata kuliah juga akan membahas tentang perkembangan aktual dalam penelitian aditif pangan dan kecenderungan dewasa ini (Koordinator: Prof.Dr. C.H. Wijaya). TPG 615 Kimia Cita Rasa Pangan 3(2-3) Prasyarat : Kimia Organik atau Kimia Pangan

Penjelasan terminology yang digunakan dalam bidang flavor secara, persepsi manusia terhadap bau, rasa dan faktor-faktor yang berkontribusi pada sensasi flavor secara chemical sense yang berperan terhadap persepsi flavor. Penjelasan mengenai klasifikasi flavor dan hubungan antara struktur kimia dengan deskripsi sensor. Pengertian yang mendalam mengenai mekanisme pembentukan komponen flavor, pembahasan komposisi dan sifatsifat kimia serta sensori komponen flavor pada berbagai bahan pangan, komponen kimia yang bertanggung jawab terhadap sensasi rasa, penegas flavor dan pemodifikasi rasa. Teknik penelitian flavor; identifikasi komponen flavor mengguanakan kromatografi gas (GC) dan spektroskopi, dan evaluasi sensori komponen flavor (Koordinator: Prof.Dr. C.H. Widjaja). TPG 616 Vitamin dan Mineral 3(3-0) Membahas dan memebrikan pemahaman/pengertihan serta analisis dari vitamin dan mineral dari sudut komposisi, sifat kimia, stabilitas aspek biokimia dan nutrisi, metabolisme, vitamin dan mineral, fungsi biologis di dalam tubuh dan defisiensi. Juga pengertian dan pemahaman dari RDA, fortifikasi vitamin dan mineral di dalam pangan teknologi vitamin dan mineral bahan pangan alami maupun industri vitamin dan mineral secara sintetik termasuk analisis vitamin dan mineral dengan menggun akan instrumentasi up to date, biological assay dan i mmunoassay serta penelitian dalam vitamin dan mineral (Koordinator: Prof.Dr. Monang Manullang). TPG 617 Topik Mutakhir dalam Kimia Pangan 3(3-0) Pembahasan berbagai topik pilihan mutakhir dalam bidang kimia pangan seperti asam lemak, serat makanan ( dietary fiber ), pigmen, antioksidan dan sebagainya (Koordinator: Dr. Slamet Budijanto). TPG 618 Kimia dan Teknologi Lipida 3(3-0) Pembahasan tentang sifat fisiko-kimia, reaksi kimia dan cara-cara analisis lipida, teknologi pengolahan minyak, lemak plastik dan modifikasi lipida, serta cara-cara stabilitas lipida dan hubungan nilai gizi lipida dengan kesehatan (Koordinator: Dr.Slamet Budijanto). TPG 621 Mikrobiologi Keamanan Pangan 3(3-0) Kuliah ini membahas masalah keamanan pangan ditinjau dari segi mikrobiologi. Secara umum akan dibahas faktor-faktor virulensi mikoorganisme patogen, survival dalam bahan pangan, mekanisme patogenesis, secara penyebaran, cara deteksinya dalam bahan pangan dan studi epidemiologis kasuskasus keracunan, keracunan makanan oleh patogen atau metabolit yang dihasilkannya. Secara khusus akan dibahas beberapa sifat fisiologi dan genetika mikroba patogen dalam bahan pangan, toksin mikroba, penyakit yang ditimbulkannya serta pengendaliannya dalam bahan pangan (Koordinator: Dr. Ratih Dewanti-Hariyadi). TPG 622 Bioteknologi Industri Pangan 3(3-0) Prasyarat : Mikrobiologi dasar/ Pangan/Industri, Dasar, dan Prinsip Teknik Pangan

Fisiologi sel mikroba dan sel tanaman serta manupilasinya baik secara mutasi konvensional, radiasi dan seleksi, maupun mutakhir (rekayasa genetika, fusi sel) untuk memproduksi metabolit primer dan sekunder yang merupakan produk-produk penunjang seperti asam-asam organik, asam amino, penunjang cita rasa pangan, enzim pangan dan sebagainya. Teknologi fermentasi yang terkontrol dalam upaya menghasilkan produk-produk tersebut dengan fermentor disertai dengan pemilihan teknik fermentasi yang tepat yang dilandasi dengan kinetika fermentasi . Sistem kontrol terputus ( off-line ) dan kontinyu ( on-line ) dengan aplikasi biosensor. Bebrapa pendekatan menunju industrialisasi bioteknologi. Dibahas pula aplikasi bioteknologi dalam analisis pangan (Koordinator: Dr. Sugiyono). TPG 524 Aplikasi Bioteknologi dalam Indsutri Pangan 2(2-0) Prasyarat : Prinsip Mikrobiologi Pangan/Mirobiologi Pangan, Biokimia Pangan Aplikasi bioteknologi dalam pengembangan pangan dengan penekanan pada pangan indigenus dan bahan tambahan pangan. Pembahasan meliputi proses dan pengembangan bioteknologi untuk pangan yang berasal dari bahan baku nabati dan hewani serta pengembangan bioteknologi untuk produksi bahan tambahan pangan (Koordinator: Dr. Lilis Nuraida). TPG 623 Mikotoksin dalam Bahan Pangan 3(3-0) Prasyarat : Mikrobiologi Umum/ Dasar atau MikrobiologiPangan Mengenal berbagai jenis kapang penghasil mikotoksin yang mencemari bahan pangan. Dengan memahami karakterisasinya serta hal-hal mengenai isolasi, indetifikasi dan analisis mikotoksin, maka dapat dimungkinkan adanya pengendalain dan detoksifikasi beberapa dan atau berbagai toksin yang diporoduksi oleh kapang (Koordinator: Prof.Dr. Rizal Syarief). TPG 624 Pengendalian Mutu Mikrobikogis Pangan 3(3-0) Penjelasan tentang mutu dan kriteria mikrobiologi pangan dan peranan mikroorganisme dalam kaitannya dengan mutu pangan yaitu terhadap keamanan dan kerusakan pangan, serta penggunan metode-metode mutakhir dalam pengolahan pangna, sistem sampling dan metode mutkahir dalam pemeriksaan mikrobiologis. Dibahas pula tentang sistem manajemen pengendalian mutu pangan termasuk ISO 9000, GMP (Good Manufacturing Practices), SPSM (sanitary and Phytosanitary Measures), serta sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point, risk assessment dan mikrobiologi ralaman (predictive microbiology) (Koordinator: Prof.Dr. B.S.L.S. Jenie). TPG 625 Bioteknologi Ingredien Pangan 3(3-0) Memberikan pengetahuan teknologi dan bioproses dalam memperoduksi berbagai jenis ingredien pangan meliputi berbagai bahan pensubsitusi, suplemen dan aditif yang dapat dihasilkan dengan teknologi bioproses. Bila relevan dikaitkan dengan sifat fungsionalnya dalam makanan. Dibahas juga peraturan dalam penggunaan hasil teknologi ini (Koordinator: Dr. Budiatman Satiawihardja).

TPG 626 Bioteknologi Asam Laktat 3(3-0) Membahas mengenai klasifikasi dan karakteristik bakteri asam laktat (BAL), metabolise BAL dalam produksi flavor dan polisakarida ekstraseluler, penggunaan BAL dalam fermentasi makanan tradisonal, BAL sebagai pengawet makanan tidak terfermnetasi, sifat antimikroba BAL dan Produksi bakteriosin, pengembangan BAL sebagai probiotik dan rekayasa genetika dalam mengembangankan sifat-sifat BAL (Koordinator: Dr. Lilis Nuraida). TPG 596 Surveilan dan Metode Investigasi Kercuanan Pangan 2(2-0) Materi kuliah ini mencakup sistem survelian yang dapat memberikan gambaran tentang stutus keamanan pangan dan invertigasi kercunan pangan. Akan dibahas definisi dan pengetahuan kejadian ( outbreak ) keracunan dan pencermaran pangan oleh mikroorganisme dan bahan kimia serta metode investigasinya secara epidemiology. Metode investigasi di lapangan meliputi cara perancangan survei, penetapan sumber kejadian, penyidikan epidemiology, penyusunan laporan serta penggunaan laporan untuk tindakan pencegahan kejadian , aspek hukum yang terkait. Salin itu akan dibahas studi kasus kejadain keracunan yang up to date yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri (Koordinator: Prof.Dr. Winiati P. Rahayu). TPG 632 Teknologi Pengolahan Pangan Lanjut 3(2-3) Dalam mata kuliah ini dibahas teknologi pengolahan pati, minyak/lemak, dan protein, pengolahan thermal dan non-thermal, serta pengolahan minimal. Disamping itu dibahas juga teknologi pengolahan produk emulsi, kofeksioneri, dan bakteri. Mata Kuliah ini memberi pengetahuan mengen (Koordinator: Prof.Dr. Tien R. Muchtadi). TPG 633 Sifat Fisik Pangan 3(2-3) Mata kuliah ini memberi pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan pengukuran berbagai sifatsifat fisik pangan yang penting dalam penanganan, persiapan, pengolahan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan dan distribusi pangan. Mata kuliah ini juga dilengkapi dengan beberapa percobaan untuk mengevaluasi berbagai sifat fisik pangan menggunakan instrumen dalam laboratorium (Koordinator: Dr. Purwiyatno Hariyadi). TPG 634 Pengawetan Pangan 3(2-3) Mata ajaran ini memberikan dasar falsafah, kaidah, konsep, teori, prinsip dan mekanisme kerusakan dan pengawetan. Praktikumnya terbentuk penelitian individual secara observasi lapangan dan percobaan pada berbagai hasil panen dan produk olahan tentang berbagai aspek kerusakan dan pengawetan, hasilnya disajian pada presetasi kelas. Dengan dasar pengetahuan dan latihan pengamatan tersebut setelah menyelesaikan mata kuliah ini di samping menguasai pengetahuan yang mendalam dan pengalaman produk, mahasiswa pascasarjana diharapkan berkemampuan merancang melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan masalah kerusakan dan pengawetan pangan/hasil pertanian. Materi kuliah mecakup pendekatan termodinamik dan kinetik kerusakan dan akidah kerusakan, berbagai, penyebab kerusakan (kerusakan mekanik, fisik, fisiologik, kimiawi, mikrobiologik) dan berbagai faktor intrinsik dan ekstrinsik kerusakan.

Bagian Pengawetan di bahas kaidah, teori, prinsip, mekaniisme dan keterkaitan berbagai agen dan faktor pengawetan. Juga dibahas teori barikade, teori antagonisme dalam pengawetan, prinsip-prnip perlindungan alami hasil panen, serta analisis umur simpan dan kadaluarsa (Koordinator: Prof.Dr. Soewarno T. Soekarto). TPG 635 Ilmu Pengeringan 3(3-0) Analisis model pada proses pengeringan hasil pertanian mencakup ikatan air, transfer panas dan materi, dan model-model pada proses pengeringan dengan titik berat pembahasan kuliah pada analisis model, sedangkan praktikum pada metodologi penelitian. Bahan kuliah meliputi termodinamika air dan ikatan air, transfer panas dan air, klasifikasi pengeringan menurut prinsip dan sifat-sifat bahan, macam-macam model analisis proses pengeringan dan aplikasi komputer dalam pengeringan (Koordinator: Prof.Dr. Soewarno T. Soekarto). TPG 636 Penanganan dan Transportasi Pangan 3(2-3) Sistem penanganan dan transportasi produk pangan nabati dan hewani yang dititikberatkan pada strategi meminimumkan susut (losses) dan mengoptimalkan kualitas produk dari sejak pemanenan hingga sampai ke konsumen. Di bahas tentang prosedur-prosedur penanganan secara fisik dan kimiawai termasuk sistem pemanenan, pengemasan dan penyimpanan/ penggudangan serta penyiapan bagi pemasaran produk segar, teknik-teknik pengangkutan/pemindahan yang mencakup pemilihan peralatan transfor yang digunakan maupun teknik desain bangunan dan peralatannya, serta faktor-faktor keamanan dan kualitas, inspeksi dan standardisasi (Koordinator: Prof.Dr. Tien R. Muchtadi). TPG 637 Metodologi Penelitian Organoleptik 3(2-3) Mata kuliah ini bertujuan membekali konsep mendasar cara-cara pengukuran, cara-cara analisis data serta interpretasinya agar mampu merancang dan melaksanakan penelitian menggunakan metode organoleptik. Disamping untuk produk pangan, metode penelitian ini juga penting untuk hasill pertanian, hasil industri dan produk seni/kerajinan. Materi kuliah meliputi konsep-konsep, sifat-sifat organoleptk, fisiologis penginderaan, analisis rangsangan dan respons, hubungan psikofisik, analisis ambang, macam-macam analisis organoleptik (perbedaan, peringkat, skor, rating, hedonic), analisis keterandalan panelis korelasi sifat fisik dan organoleptik (Koordinator: Dr. Anton Apriyantono). TPG 638 Irradiasi Pangan 3(3-3) Pembahasan secara mendalam teknologi iradiasi untuk tujuan pengawetan, prinsip dan aplikasi iradiasi gelombang pendek menggunakan sinar alpa, beta dan gamma. Sumber dan tipe iradiasi dan iradiator serta fasilitas pelengkap. Dosimetri, identifikasi pangan, teriradiasi. Pembahasan perubahan sifat fisiko kimia dari komponen nutrisi pangan. Mekanisme pembentuk radikal bebas serta teknologi iradiasi pada produk hasil pertanian pangan perikanan, hewan (daging dan unggas) teknologi iradiasi hasil pertanian pangan serealia, biji-bijian, umbbi-umbian, buahbuahan, sayuran, rempah-rempah serta produk hasil perkebunan dan bahan penyegar.

Pembahasan juga mencakup keamanan pangan serta peraturan dalam proses iradiasi baik nasional, Internasional maupun Codex (Koordinator: Prof.Dr. Monang Manullang). TPG 639 Teknologi Pengemasan Pangan Lanjut 3(2-3) Interaksi pangan dan kemasan, penyimpanan mutu dan aspek keamanan pangan. Mekanisme dan permodelan matematik migrasi komponen, pengikisan komponen logam dan residu aditif. Pemilihan model-model untuk simulasi penentuan kadaluarsa (Arhenius, Q10, waktu paruh). Analisis migrasi kemasan, aspek legislasi dan perundang-undangan (nutritional labelling, pengkodean, ISO, Codex). Rekapituasi perkembangan pengemasan dalam perdagangan internasional dan kecenderungan kemasan masa depan (Koordinator: Prof.Dr. Rizal Syarief). TPG 63A Teknologi Penyimpanan Pangan lanjut 3(2-3) Pengembangan dengan pengendalian atmosfir (MAS, CAS, HS) untuk komoditi yang berespirasi. Parameter hidratasi (aw, RH, kadar air), dengan penggunaan sorpsi isotermik untuk peramalan umur simpan. Perhitungan susut bahan kering, susut penyimpanan dan indeks kerusakan. Ekosistem jasad renik-serangga-vertebrata dan aspek mikotoksin. Rekapitulasi hasil penelitian mutahir dan standardisasi penyimpanan berbagai komoditi menurut ISO/GATT-WTO (Koordinator: Prof.Dr. Rizal Syarief). TPG 63B Teknologi Daging Lanjut 3(3-0) Isi kuliah teknologi daging lanjut mencakup : (1) pengertian dasar struktur asam amino, protein daging dan faktor-faktor yang mempengaruhi strukturnya serta pengaruhnya terhadap mutu teknologi seperti WHC, daya emulsi, daya gel, daya penetrasi garam/bumbu, dll, serta aplikasinya dalam industri daging, (2) standardisasi, fungsi teknologi dan mekanisme bahanbahan penolong, tambahan, dan bahan-bahan penunjang yang digunakan dalam industri daging (3) rekayasa dan optimasi proses produk-produk olahan daging serta faktor-faktor penentu mutunya, (4) prinsip-prinsip dasar teknologi pemanfaatan hasil samping industri daging seperti teknologi gelatin, gelita sol, casing, dll (5) analisa komponen-komponen khas pada daging dan produk olahannya (Koordinator: Dr. Joko Hermanianto). TPG 642 Metabolisme zat gizi seluler 3(3-0) Membahas metabolisme zat-zat gizi (protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral), dimulai dari proses pencernaan, penyerapan dan penggunaan zat-zat gizi oleh sel-sel tubuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi. Interaksi positif dan negatif antara zat-zat gizi. Pengaruh kekurangan dan kelebihan masing-masing zat gizi tersebut (Koordinator: Prof.Dr. Deddy Muchtadi). TPG 643 Teknik Evaluasi Nilai Gizi Protein 3(2-1) Faktor-faktor yang menentukan dan mempengaruhi nilai gizi protein (komposisi asam amino, daya cerna, reaksi kimia/biokimia selama pengolahan dan penyimpanan pangan). Evaluasi nilai gizi protein secara kimia, mikrobiologis dan perhitungan matematis (skor kimia, T-PER, CPER), secara enzimatis/in vitro (daya cerna), secara biologis menggunakan tikus percobaan

(PER, NPR, Daya cerna, Nilai Biologis, NPU, dll) serta menggunakan manusia (keseimbangan nitrogen) (Koordinator: Prof.Dr. Made Astawan). TPG 644 Enzim Pangan 3(3-0) Klasifikasi sifat biokimia dan peranan berbagai enzim yang penting dalam bahan pangan dan industri pangan. Kinetika enzim, induser, aktivator, inhibitor. Pengaruh suhu pH dan faktor lain. Sumber, ekstrasi, isolasi dan teknologi penanganan enzim. Penggunaan enzim dalam bioteknologi pangan baik dalam bentuk bebas maupun terimobilisasi serta perkembangan terakhir dalam enzimologi (Koordinator: Dr. Dahrul Syah). TPG 645 Fisiologi Pasca Panen 3(3-0) Pengertian mengenai sifat hidup dari berbagai hasil pertanian nabati dan hewani. Perubahan fisiologi, fisik dan hormonal yang banyak terlibat dalam proses pematangan dan penyimpanan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Cara-cara pengendalian proses kerusakan/kebusukan hasil-hasil pertanian (Koordinator: Prof.Dr. Deddy Muchtadi). TPG 647 Teknik Evaluasi nilai Biologi Zat Gizi Non-Protein 3(3-0) Matakuliah ini bertujuan untuk memberikan bekal pada para mahasiswa dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan fungsi biologis zat-zat gizi nonprotein yang berasal dari bahan pangan. Isi dari mata kuliah inii meliputi teknik evaluasi ketersediaan hayati ( bioavailability ) komponen gizii dalam bahan pangan yang terdiri dari daya cerna, penyerapan dan fungsi seluler. Teknik evaluasi ini terdiri dari teknik in vivo, teknik kultur jaringan dan seluler, teknik analisis biokimia klinis baik pada hewan percobaan maupun manusia. Evaluasi fungsi yang akan dibahas meliputi fungsi pencernaan, penyerapan dan distribusi: vaskuler, syaraf, hormonal, sistem imun, sistem enzim dan lain-lain (Koordinator: Prof.Dr. Fransisca R. Zakaria). TPG 648 Nutrifikasi Pangan 3(3-0) Membahas tentang metode-metode nutrifikasi pangan yang meliputi suplementasi asam amino dan protein, komplementari antara dua jenis protein, nutrifikasi lemak/minyak makan, fortifikasi vitamin dan mineral, serta suplementasi serat makanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi baik teknis maupun non teknis (Koordinator: Prof.Dr. Deddy Muchtadi). PPS 600/700 Topik Khusus 3(1-3) Membahas suatu topik khusus yang berkaitan dengan minat dan penelitian mahasiswa. Pelaksanaan topik khusus dapat dilaksanakan dalam bentuk perkuliahan, penugasan dan penulisan. TPG 651 Kebijakan dan strategi industri pangan 3(3-0)

Membahas peran dan fungsi kebijakan dan strategi dalam pengembangan industri pangan secara internal eksternal yang dipengaruhi oleh berbagai kondisi perubahan yang bersifat komplek dan mengandung ketidakpastian (Koordinator: Prof.Dr. Musa Hubeis). TPG 652 Manajemen Proyek Industri Pangan 3(2-3) Pengolahan proyek industri pangan yang didasarkan pada perencanaan kegiatan, pendekatan strategi, perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan beserta evaluasi dan interpretasinya (Koordinator: Prof.Dr. Musa Hubeis). TPG 653 Manajemen Industri Pangan lanjut 3(2-3) Membahas pengertian dan ruang lingkup sistem dan manajemen produk dalam pengelolaan industri pangan sesuai skala ekonomi kecil, menengah dan besar besar dan komponen pembentukannya serta pengaruh lingkungannya (Koordinator: Dr. Adil B. Ahza). TPG 654 Manajemen Inovasi Produk Industri Pangan 2(2-0) Pengelolaan inovasi produk industri pangan yang berdasarkan pengetahuan proses inovasi di dalam pengembangan sistem teknologi ( push, full market, gadget dan kombinasinya) R&D, studi pasar dan diseminasinya (Koordinator: Dr. Adil B. Ahza). TPG 655 Manajemen Utilitas Industri Pangan 3(2-3) Pengelolaan utilitas (sumber air/uap, listrik, sarana penanganan limbah, dll) sebagai faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi industri (faktor utama dan sekunder) dan operasi rutin (pemeliharaan, perbaikan dan pengembangan) (Koordinator: Prof.Dr. Rizal Syarief). TPG 656 Manajemen Mutu Industri Pangan 3(2-3) Konsep mutu perencanaan dan pengendalian mutu beserta perangkat analisa data mutu, implementasi sistem dan manajemen mutu terpadu di dalam industri pangan (Koordinator: Prof.Dr. Musa Hubeis). TPG 657 Teknik Keputusan Dalam Industri Pangan 3(3-0) Analisis pengambilan keputusan yang bersumber dari data dan informasi kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada pendekatan identifikasi dan alternative pemecahan masalah evaluasi keputusan dan implementasinya (Koordinator: Prof.Dr. Musa Hubeis). TPG 711 Komponen Bioaktif Pangan 3(2-3) Penjelasan tentang pengertian komponen bioaktif dan aplikasinya dalam formasi makanan dan minuman fungsional. Pembahasan struktur kimia, sifat-sifat kimia dan biosintesis komponen bioaktif yang paling banyak terdapat dalam bahan pangan. Penjelasan komponen-komponen yang berperan sebagai antiokisdan, antikanker, antitrombotk, antihipertensi, antiagregasi,

antisklerosis, imunoregulator, pelindung sistem hormon dan syaraf, regulator hormon dan pembahasan secara umum cara-cara melakukan pengujian aktivitasnya secara in vitro serta caracara melakukan isolasi dan identifikasi (Koordinator: Prof.Dr. C.H. Wijaya). TPG 712 Reaksi Maillard 3(3-0) Perkembangan Reaksi Maillard. Pembahasan umum mekanisme Reaksi Maillard. Produk-produk Reaksi Maillad dan pemahaman mendalam mekanisme pembentukannya : komponen volatil, komponen non volatil berbobot molekul rendah baik berwarna atau tidak berwarna dan melanoidin. Faktor-faktor yang mengontrol reaksi dan kinetika reaksi Maillard. Pengaruh Reaksi Maillard terhadap nilai gizi, pembentukan komponen toksik dan komponen antikarsinogenik. Reaksi Maillard in vivo : peranan Reaksi Maillard pada pembentukan katarak, terjadinya diabetes, kerusakan DNA dan proses penuaan (Koordinator: Dr. Anton Apriyantono). TPG 713 Kimia Protein Pangan 3(2-3) Pembahasan tentang molekul protein berdasarkan sifat-sifat fisiko kimianya. Pengertian tentang sifat fungsional protein dan modifikasi sifat fungsional protein secara fisik, kimia, enzimatik. Berbagai jenis protein dan sifat-sifat fungsionalnya. Ekstraksi dan isolasi protein baik secara preparatif maupun analitik. Karakterisasi molekul protein dengan kromatografi, elektroforesis, elektrofokusing, imunodifusi, imunoelektroforesis dan utrasentifusi (Koordinator: Prof.Dr. Dedi Fardiaz). TPG 714 Identifikasi Komponen Organik 3(2-3) Mempelajari kriteria kemurnian dan cara-cara pengujiannya. Identifikasi komponen melalui pengujian sifat-sifat fisik dan reaksi. Strategi dan cara identifikasi komponen dengan teknik spetroskopi yang meliputi spetroskopi UC-VIS, IR, MS, HNMR dan BC NMR. Pembahasan ditekankan pada pemahaman konsep dasar, prosedur umum dan khusus interpretasi serta karakteristik masing-masing spektra untuk kelas kimia atau gugus fungsional tertentu (Koordinator: Dr. Anton Apriyantono). TPG 715 Lipida Pangan Lanjut 3(2-3) Membahas secara mendalam sifat fisiko kimia dan perannya terhadap sifat fungsional dalam sistem pangan. Pembahasan kimia trigliserida, auto dan termal oksidasi, antioksidan, reaksi kimia akibat panas, prinsip dan aplikasi polimorphism, stereokimia analisis, intereksterifikasi dan hidrogenasi, fraksionasi lipida dan bioteknologi minyak dan lemak. Membahas penelitian lipida masa kini dalam konteks separasi dan ekstraksi dengan metode Supercritical Fluid dan penggunaan instrumentasi dalam penelitian lipida (Koordinator: Prof.Dr. Monang Manullang). TPG 716 Karbohidrat Pangan Lanjut 3(2-3) Membahas secara mendalam sifat fisika kimia karbohidrat dan peranan sifat fungsionalnya dalam bahan pangan, meliputi monooligo dan poligosakarida. Pembahasan tentang konfigurasi, konformasi dan rheologi struktur, aspek fisiko kimia dan teknologi pati, maupun polisakardia

lain serta interaksinya. Membahas polisakardia dinding sel, serat dan enzim, serta polisakararida khususnya pektin, hemiselullosa alginat, carboxyl methyl cellulose, karagenan maupun madu (Koordinator: Prof.Dr. Monang Manullang). TPG 721 Interaksi Inang Patogen 3(3-0) Mata kuliah ini membahas tentang keterkaitan yang menguntungkan dan juga merugikan antara mikroorganisme tertentu (bakteri, dan virus) dengan inang alaminya hewan/manusia. Kuliah menekankan pada hubungan parasitik yang memungkinkan bakteri atau virus untuk hidup dengan mengandalkan kerja inangnya. Penjelasan diberikan mengenai hubungan patogen dan inang :pertama, mekanisme biologis dengan mana iang mencegah, membatasi, mentolerasi, mengatasi atau menyerah pad aserangan mikroorganisme dan kedua strategi dan mekansme dengan mana mikroorganisme mengkolonisasi, menyusup, mengatasi dan membahayakan inangnya untuk menjamin keberadannya (Koordinator: Dr. Ratih DewantiHariyadi). TPG 722 Topik Mutakhir Dalam Mikrobiologi Pangan 2(2-0) Membahas secara mendalam berbagai topik mutahir dalam bidang mikrobiologi pangan baik yang berkaitan dengan mutu mikrobiologis pangan termasuk keamanan dan pengawetan pangan serta kajian-kajian mendasar tentang produksi dan mekanisme antimikroba, toksin mikroba serta topik-topik yang berkaitan dengan fermentasi pangan, dan lain-lain (Koordinator: Prof.Dr. Betty S. L. Jenie). TPG 723 Teknik Imobilisasi Enzim dan Sel 3(2-3) Membahas berbagai metode imobilisasi untuk enzim, sel-sel mikroba, tanaman dan hewan, mempelajari sifat-sifat enzim dan sel setelah imobilisasi, jenis-jenis reaktor untuk enzim dan sel imobil, dan kinetika enzim imobil, serta penerapan teknik imobilisasi di Industri pangan dan industri penunjang pangan (aditif dan ingredien) (Koordinator: Prof.Dr. Betty S.L. Jenie). TPG 724 Struktur dan Rekayasa Protein 3(3-0) Tujuan mata kuliah ini adalah agar mahasiswa mengenal protein berdasarkan strukturnya dan memahami istilah-istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan struktur suatu protein. Selain itu akan didiskusikan pula teknik-teknik yang digunakan untuk menentukan struktur protein dan cara penyajian yang umum dalam publikasi yang berkenaan dengan struktur protein. Lebih jauh akan dikenal pula kemungkinan-kemungkinan mempelajari struktur protein lewat internet. Selanjutnya akan diberikan gambaran pengembangan serta hambatan-hambatan yang ditemui (Koordinator: Dr. Dahrul Syah). TPG 726 Teknik Kultur Jarigan dalam Bioteknologi Pangan 3(3-0) Membahas lingkup kultur jaringan tanaman dan hewan, dijelaskan teknik-teknik non DNA rekombinan dan DNA rekombinan serta aplikasi teknik-teknik tersebut dalam produksi pangan, ingredient pangan, dan biosensor pangan. Disamping itu, dibahas pula disain dan operasi

bioreaktor, kinetika fermentasi, kontrol proses, pembesaran skala, aspek keamanan dan ekonomi (Koordinator: Dr. Sugiyono). TPG 732 Interaksi air dalam sistem Pangan dan Biologis 3(2-3) Membahas struktur dasar dan dinamika molekuler pada air terikat yang melandasi berbagai fenomena mikroseluler/sub seluler serta yang berkaitan dengan berbagai karakteristik materi biologis, fungsi fisiologis dan proses biologi, termasuk sistem pangan. Pembahasan meliputi struktur dan termodinamika molekuler air serta berbagai peranan air terikat dalam kerja enzim, germinasi biji, pertumbuhan mikroba, struktur koloid dalam sel, struktur dan fungsi sub seluler, plastisitas dan rigiditas materi biologis, turgor sel dan vigor (tegar) dan dalam sistem transpor biologis (Koordinator: Prof.Dr. Soewarno T. Soekarto). TPG 733 Proses Thermal 3(2-3) Mata kuliah ini akan membahas aspek kinetika dari proses termal, baik yang berhubungan dengan mikroba maupun kriteria mutu (fisik/kimia/gizi) lainnya. Diskusi mengenai cara-cara mengukur ketahanan panas mikroba serta perhitungan panas untuk prroses pengolahan seperti pasteurisasi dan sterilisasi. Diskusi perhitungan panas mencakup berbagai metode diantaranya formula umum, formula matematika, formula anlitik dan formula integrasi, termasuk formulaformula menurut Stumbo, Ball, Hicks, Pflug dan sebagainya. Perhitungan perhitungan ditekankan pada optimasi proses. Di samping itu, diskusi tentang optimasi proses juga akan diberikan (Koordinator: Dr. Purwiyatno Hariyadi). TPG 741 Metabolisme Asam Lemak dan Kolesterol 3(3-0) Membahas tentang pembentukan asam lemak rantai pendek (SCFA) dalam saluran pencernaan, metabolismenya dan fungsinya bagi kesehatan. Di bahas pula tentang metabolisme asam lemak berantai medium (MCFA) dan panjang (LCFA) serta pembuatan MCT dan fungsinya bagi kesehatan. Selain itu dibahas pula tentang metabolisme lipoprotein plasma dan kolesterol serta sintesis prostaglandin, dan hubugannya dengan penyakit ateroklerosis dan jantung koroner (Koordinator: Dr. Sedarnawati Yasni). TPG 742 Interaksi Zat Gizi 3(3-0) Membahas tentang interaksi zat-zat gizi (protein, lipid, karbohidrat, vitamin dan mineral), baik antara sesamanya (vitamin-vitamin, mineral-mineral) maupun antara zat-zat gizi yang berlainan (protein, mineral, lipid-vitamin-mineral, karbohidrat-lipid, karbohidrat-mineral) serta interaksi antara zat-zat gizi dengan senyawa-senyawa lain (faktor antinutrisi, elemen toksik, atau obatobatan). Pembahasan terutama diarahkan pada pengaruh berbagai macam interaksi terhadap ketersediaan (availabilitas) zat-zat gizi dan bahan pangan bagi tubuh (Koordinator: Prof.Dr. Deddy Muchtadi). TPG 743 Enzim dan Biologi Molekuler 3(3-0)

Membahas sifat biokimia, analisis mekanisme kerja dan aplikasi enzim-enzim untuk berbagai teknik dan analisis biologi molekuler seperti kloning, amplifikasi gen dan analisis pemetaan gen, analisis hasil ekspresi gen, prosesing/pengolangan protein rrekombinan, dll. Diskusi enzim mencakup : nukelase, endonuklease restriksi, DNA polimerase, RN polimerase, protease, reverse, transkriptase, DNA ligase alkalin fosfate. Topik lain yang dibahan adalah enzim yang menjadi target pengobatan seperti protein kinase dan DNA girase (Koordinatot: Prof.Dr. Maggy T. Suhartono). TPG 744 Imunologi dalam Bidang Pangan 3(2-1) Mata kuliah ini bertujuan melengkapi pengetahuan mahasiswa ilmu pertanian terutama pangan, agar dapat melakukan penelitian dalam bidang bioteknologi produksi antibodi serta aplikasinya dalam pengawasan mutu dan kesehatan produk pangan. Materinya meliputi penjabaran prinsip dasar imunologi dan respons kekebalan secara singkat, teknik produksi antibodi monoklonal melalui kultur sel eukariot dan teknik-teknik imunokimia serta aplikasinya dalam bidang pangan (Koordinator: Prof.Dr. Fransisca R. Zakaria). TPG 745 Toksikologi Pangan 3(3-0) Mata kuliah ini berisi penjabaran mengenai reaksi-reaksi biokimia yang terjadii pada senyawasenyawa toksik pada sel metabolisme dalam tumbuh manusia. Mulai dari pencernaan, penyerapan, distribusi, dan akumulasi. Dampak reaksi-reaksi yang terjadi selama proses metabolisme terhadap kesehatan juga dibahas secara rinci dan meliputi dosis toksik akut dan kronis. Dalam mata kuliah ini dibahas juga sistem pertahanan tubuh status gizi dan sistem metabolisme secara keseluruhan. Contoh-contoh senyawa metabolisme xenotik akan ditekankan pada senyawa-senyawa yang berasal dari bahan pangan baik yang berasal secara alamiah maupun bahan yang ditambahkan dan kontaminasi (Koordinator: Prof.Dr. Fransisca R. Zakaria). TPG 747 Pangan dan Sistem Vaskuler 3(3-0) Membahas tentang peranan pangan (zat gisi dan non-gizi) dalam pencegahan atau stimulasi timbulnya penyakit pada organ-organ yang berhubungan dengan sistem vaskuler (jantung hati, paru-paru dan ginjal). Di bahas pula peranan [angan (zat gizi dan non gizi) dalam peningkatan immunitas tubuh (Koordinator: Prof.Dr. Deddy Muchtadi). TPG 751 Teknik Riset Dalam Industrialisasi Pangan 3(3-0) Pemahasan dan penerapan teknik induktif dan deduktif dalam menangani dan mengatisipasi indikator-indikator paradigma industrialisasi pangan menurut dimensi fisik, organisasi, perolaku dan kognitif melalui pengumpulan data/informasi primer maupun sekunder (Koordinator: Prof.Dr. Musa Hubeis). TPG 752 Manajemen Teknologi Industri Pangan 3(3-0) Pemahaman dan penerapan teknologi industri dalam analisis situasi yang berhubungan dengan aspek sistem, desain dan pengembangan produk, teknik produksi analisis dan keputusan dalam

organisasi berbasis komputer, pemasaran, diseminasi dan eksploitasi hasil-hasil industri pangan (Koordinator: Prof.Dr. Musa Hubeis). TPG 753 Kapita Selekta Pengembangan Manaemen Industri Pangan 2(2-0) Topik manajemen industri yang relevan dengan pengembangan industri pangan, agar lebih memahami dan menguasai landasan teori yang mantap bagi suatu aplikasi praktis dari manajemen industri di sektor pangan dalam arti luas (Koordinator: Prof.Dr. Musa Hubeis). TPG 754 Manejemen Bisnis Industri Pangan 3(3-0) Pemahaman dan penerapan manajemen bisnis sesuai dengan trilogi internal (teknis manajemen kewirausahaan) maupun eksternal (konsumen-pemasok-pesaing) dalam pelaksanaan tahapan bisnis industri pangan yang dimulai dari tahap gagasan hingga siap dikonsumsi konsumen secara massif maupun tersegmentasi. Di bahas pula berbagai konsep seperti kemitraan, keterkaitan usaha, kewirausahaan, inkubator, dll. (Koordinator: Prof.Dr. Musa Hubeis). TPG 755 Teknik Analisis Prospektif dalam Industri Pangan 3(3-0) Pemahaman dan penerapan teknik analisis kecenderungan terhadap pengembangan industri pangan pada suatu periode kedepan tertentu (5-25 tahun) yang didasarkan pada data/informasi cerdas kualitatif yang dapat dikuantifikasi untuk menghasilkan alternatif skenario kegiatan yang paling memungkinkan (Koordinator: Prof.Dr. Musa Hubeis).

Aspek biokimia oksitosin


Mengapa Perlu Oksitosin ?

Dewasa ini ilmu kebidanan sangat berkembang pesat, seiring dengan itu kualitas pelayanan kepada ibu hamil, persalinan dan nifas juga sangat membanggakan. Kehidupan janin didalam rahim pun menjadi kajian yang berkembang pesat dimana janin sudah dijadikan sebagai pasien/ klien tersendiri yang sangat menentukan apakah janin tetap dipertahankan dalam kehidupan dalam rahim ataukah harus hidup diluar rahim yang berarti harus dilahirkan. Apabila janin diputuskan harus dilahirkan maka kita akan dihadapkan pada masalah induksi persalinan dimana saat ini pemakaian oksitosin sebagai induksi persalinan sangat banyak digunakan. Perdarahan pasca persalinan masih menjadi momok sebagai salah satu penyebab kematian ibu terutama dinegara berkembang seperti negara kita Indonesia. Berbagai kebijakan telah dicanangkan antara lain Gerakan Sayang Ibu maupun Making Pregnancy Saver yang salah satu pesan kuncinya adalah penanganan masalah kegawat daruratan kebidanan dimana salah satu focus gerakannya adalah pencegahan dan penanganan perdarahan pasca persalianan. Untuk pencegahan perdarahan pasca persalinan saat ini setiap petugas kesehatan dituntut harus melaksanankan asuhan persalinan normal dengan salah satu terobosan adalah penatalaksanaan aktif kala tiga dimana penggunaan oksitosin secara tepat guna harus diterapkan.
Baik dalam hal induksi persalinan, maupun masalah pencegahan dan penanganan perdaran pasca persalinan sangat berkaitan dengan penggunaan oksitosin. Setiap petugas kesehatan yang menangani masalah ini dituntut mempunyai pengetahuan memadai tentang oksitosin, baik tentang cara kerjanya, cara pemberianya maupun tentang efek yang tidak diinginkan.

Tujuan penulisan dan pemaparan tetang oksitosin disini tidak lain adalah untuk memberi pengetahuan yang memadai kepada para petugas kesehatan khususnya para bidan terutama yang berkaitan dengan efek yang ditimbulkan yang berkaitan dengan rumus biokimia oksitosin dan cara kerja yang berkaitan dengan reseptor terutama yang berkaitan dengan kepekaan sel-sel otot rahim terhadap oksitosin.
Pengertian Oksitosin Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus dan diangkut lewat aliran aksoplasmik ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat hormon ini akan dilepas kedalam darah. Hormon ini di beri nama oksitosin berdasarkan efek fisiologisnya yakni percepatan proses persalinan dengan merangsang kontraksi otot polos uterus. Peranan fisiologik lain yang dimiliki oleh hormon ini adalah meningkatkan ejeksi ASI dari kelenjar mammae. Bagaimana Oksitosin dikeluarkan ? Impuls neural yang terbentuk dari perangsangan papilla mammae merupakan stimulus primer bagi pelepasan oksitosin sedangkan distensi vagina dan uterus merupakan stimulus sekunder. Estrogen akan merangsang produksi oksitosin sedangkan progesterone sebaliknya akan menghambat produksi oksitosin. Selain di hipotalamus, oksitosin juga disintesis di kelenjar gonad, plasenta dan uterus mulai sejak kehamilan 32 minggu dan seterusnya. Konsentrasi oksitosin dan juga aktivitas uterus akan meningkat pada malam hari.

Pelepasan oksitosin endogenus ditingkatkan oleh:


a. Persalinan b. Stimulasi serviks, vagina dan payudara c. Estrogen yang beredar dalam darah d. Peningkatan osmolalitas/konsentrasi plasma e. Volume cairan yang rendah dalam sirkulasi darah

f.

Stress, stress yang disebabkan oleh tangisan bayi akan menstimulasi pengeluaran ASI

Pelepasan oksitosin disupresi oleh:

a. Alkohol
b. Relaksin c. Penurunan osmolalitas/konsentrasi plasma d. Volume cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah

Bagaimana Mekanisme Kerja Oksitosin ? Pada otot polos uterus. Mekanisme kerja dari oksitosin belum diketahui pasti, hormon ini akan menyebabkan kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk menginduksi persalinan. Sebelum bayi lahir pada proses persalinan yang timbul spontan ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin Dengan dosis beberapa miliunit permenit intra vena, rahim yang hamil sudah berkontraksi demikian kuat sehingga seakan-akan dapat membunuh janin yang ada didalamnya atau merobek rahim itu sendiri atau kedua-duanya.
Kehamilan akan berlangsung dengan jumlah hari yang sudah ditentukan untuk masing-masing spesies tetapi faktor yang menyebabkan berakhirnya suatu kehamilan masih belum diketahui. Pengaruh hormonal memang dicurigai tetapi masih belum terbukti. Estrogen dan progesterone merupakan factor yang dicurigai mengingat kedua hormon ini mempengaruhi kontraktilitas uterus. Juga terdapat bukti bahwa katekolamin turut terlibat dalam proses induksi persalinan. Karena oksitosin merangsang kontraktilitas uterus maka hormon ini digunakan untuk memperlancar persalinan, tetapi tidak akan memulai persalinan kecuali kehamilan sudah aterm. Didalam uterus terdapat reseptor oksitosin 100 kali lebih banyak pada kehamilan aterm dibandingkan dengan kehamilan awal. Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan aterm dapat memperbesar jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses persalinan dimulai serviks akan berdilatasi sehinga memulai refleks neural yang menstimulasi pelepasan oksitosin dan kontraksi uterus selanjutnya. Faktor mekanik seperti jumlah regangan atau gaya yang terjadi pada otot, mungkin merupakan hal penting.

Pada kelenjar mammae . Fungsi fisiologik lain yang kemungkinan besar dimiliki oleh oksitosin adalah merangsang kontraksi sel mioepitel yang mengelilingi mammae, fungsi fisiologik ini meningkatkan gerakan ASI kedalam duktus alveolaris dan memungkinkan terjadinya ejeksi ASI.
Reseptor membran untuk oksitosin ditemukan baik dalam jaringan uterus maupun mammae. Jumlah reseptor ini bertambah oleh pengaruh estrogen dan berkurang oleh pengaruh progesterone. Kenaikan kadar estrogen yang terjadi bersamaan dengan penurunan kadar progester6n dan terlihat sesaat sebelum persalinan mungkin bisa menjelaskan awal laktasi sebelum persalinan. Derivat progesterone lazim digunakan untuk menghambat laktasi postpartum pada manusia.

Pada ginjal. ADH dan oksitosin disekresikan secara terpisah kedalam darah bersama neurofisinnya. Kedua hormon ini beredar dalam bentuk tak terikat dengan protein dan mempunyai waktu paruh plasma yang sangat pendek yaitu berkisar 2-4 menit. Oksitosin mempunyai struktur kimia yang sangat mirip dengan Vasopresin/ADH, sebagaimana diperlihatkan dibawah ini:

Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 :

Arginin Vasopresin

Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Lys -Gly-NH2 :

Lisin Vasopresin

Cys-Tyr-Lie-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 :

Oksitosin

Masing-masing hormon ini merupakan senyawa nono apeptida yang mengandung molekul sistein pada posisi 1 dan 6 yang dihubungkan oleh jembatan SS. Sebagian besar binatang

menpunyai Arginin Vasopresin, meskipun demikian hormon pada babi dan spesies lain yang terkait, mempunyai lisin yang tersubtitusi pada posisi 8. Karena kemiripan structural yang erat tersebut tidaklah mengherankan kalau oksitosin dan ADH masing-masing memperlihatkan sebagian efek yang sama/tumpang tindih. Salah satu efek penting yang tidak diingini pada oksitosin adalah anti diuresis yang terutama disebabkan oleh reabsorbsi air. Abdul Karim dan Assali (1961) menunjukan dengan jelas bahwa pada wanita hamil maupun tidak hamil oksitosin mempunyai aktivitas anti diuresis. Pada wanita yang mengalami diuresis sebagai akibat pemberian air, apabila diberikan infus dengan 20 miliunit oksitosin permenit, biasnya akan mengakibatkan produksi air seni menurun. Kalau dosis ditingkatkan menjadi 40 miliunit permenit, produksi air seni sangat menurun. Dengan dosis yang sama apabila diberikan dalam cairan dekstorse tanpa elektrolit dalam volume yang besar akan dapat menimbulkan intoksikasi air. Pada umunnya kalau pemberian oksitosin dalam dosis yang relatif tinggi dalam jangka waktu yang agak lama maka lebih baik meningkatkan konsentrasi hormon ini dari pada menambah jumlah cairan dengan konsentrasi hormon yang rendah . Efek anti diuresis pemberian oksitosin intravena hilang dalam waktu beberapa menit setelah infus dihentikan. Pemberian oksitosin im dengan dosis 5-10 unit tiap 1530 menit juga menimbulkan anti diuresis tetapi kemungkinan keracunan air tidak terlalu besar karena tidak desertakan pemberian cairan tanpa elektrolit dalam jumlah besar. Oksitosin dan hormon ADH memiliki rumus bangun yang sangat mirip , hal ini akan menjelaskan mengapa fungsi kedua hormon ini saling tumpang tindih. Peptida ini terutama dimetabolisme dihati, sekalipun eksresi adrenal ADH menyebabkan hilangnya sebagian hormon ini dengan jumlah yang bermakna dari dalam darah. Gugus kimia yang penting bagi kerja oksitosin mencakup gugus amino primer pada sistein dengan ujung terminal amino: gugus fenolik pada tirosin ; gugus tiga carboksiamida pada asparagin, glutamin serta glisinamida; dan ikatan disulfida (s----s). Delesi atau subtitusi gugus ini pernah menghasilkan sejumlah analog oksitosin. Sebagai contoh penghapusan gugus amino primer bebas pada belahan terminal residu sistein menghasilkan desamino oksitosin yang memiliki aktivitas anti diuretika empat hingga lima kali lebih kuat dari pada aktivitas anti diuretika hormon oksitosin.

Pada pembuluh darah . Oksitosin bekerja pada reseptor hormon antidiuretik (ADH) untuk menyebabkan penurunan tekanan darah khususnya diastolik karena vasodilatasi. Secher dan kawan-kawan (1978) selalu mendapatkan adanya penurunan tekanan darah arterial sesaat namun cukup nyata apabila pada wanita sehat diberikan 10 unit bolus oksitosin secara intravena kemudian segera diikuti kenaikan kardiak autput yang cepat. Mereka juga menyimpulkan bahwa perubahan henodinamik ini dapat membahayakan jiwa seorang ibu bila sebelumnya sudah terjadi hipovolemi atau mereka yang mempunyai penyakit jantung yang membatasi kardiak autput atau yang mengalami komplikasi adanya hubungan pintas dari kanan kekiri. Dengan demikian maka oksitosin sebaiknya tidak diberikan secara intravena dalam bentuk bolus, melainkan dalam larutan yang lebih encer, dalam bentuk infus atau diberikan suntikan intramuskular.

Oksitosin sintetik
Sekresi oksitosin endogenus tidak disupresi oleh mekanisme umpan balik negatif, ini berarti bahwa oksitosin sintetis tidak akan mensupresi pelepasan oksitosin endogenus. Oksitosin dapat diberikan intramuskular, intravena, sublingual maupun intranasal. Pemakaian pompa infus dianjurkan untuk pemberian oksitosin lewat intravena. Oksitosin bekerja satu menit setelah pemberian intravena, peningkatan kontraksi uterus dimulai segera setelah pemberian . Waktu paruh oksitosin diperkirakan berkisar 1-20 menit bahkan apabila oksitosin diberikan itravena maka waktu paruhnya sangat pendek yaitu diperkirakan 3 menit. Data terakhir menyebutkan sekitar 15 menit. Oksitosin akan dieliminasi dalam waktu 30-40 menit setelah pemberian

Efek samping oksitosin


Bila oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan meningkat sehingga dapat timbul efek samping yang berbahaya, efek samping tersebut dapat dikelompokkan menjadi: a. Stimulasi berlebih pada uterus b. Konstriksi pembuluh darah tali pusat c. Kerja anti diuretika d. Kerja pada pembuluh darah ( dilatasi )

e. Mual f. Reaksi hipersensitif

Stimulasi uterus dengan oksitosin pada persalinan hipotonik


Perlu diperhatikan dulu apakah jalan lahir cukup luas untuk ukuran kepala janin dan apakah kepala janin juga dalam posisi fleksi yang baik, sehingga diameter yang terkecil kepala janin yang akan menyesuaikan dengan jalan lahir ( diameter biparietal dan suboccipitobregmatika ). Suatu kesempitan panggul adalah tidak mungkin bila semua criteria dibawah ini kita jumpai: a. Konjugata diagonalis normal b. Bila dinding lateral panggul sejajar c. Spina ischiadika tidak menonjol d. Sakrum tidak mendatar e. Arkus pubis tidak sempit f. Bagian terendah janin adalah oksiput

g. Bila dilakukan dorongan pada fundus maka kepala janin akan turun melewati pintu atas panggul
Jika kriteria diatas tidak dipenuhi, ,maka pilihannya adalah seksio sesaria. Bila dipergunakan oksitosin, maka harus dilakukan pengawasan ketat terhadap denyut jantung janin dan pola kontraksi uterus, frekuensi, intensitas, lamanya, dan waktu relaksasi serta hubungannya dengan denyut jantung janin diamati secara ketat. Bila denyut jantung tidak diawasi terus menerus, maka penting sekali untuk melakukan pemeriksaan denyut jantung janin segera setelah kontraksi uterus, dan tidak harus menunggu satu menit atau lebih.

Teknik Pemberian Oksitosin Intravena


Sepuluh unit oksitosin dilarutkan dalam satu liter cairan, biasanya diberikan glukosa 5% dalam air, atau lebih baik dipakai suatu larutan garam berimbang. Larutan yang lebih encer dapat disiapkan dengan melipatkan jumlah cairan atau mempergunakan setengah jumlah oksitosin. Meskipun oleh beberapa penulis dinyatakan bahwa larutan yang lebih encer juga efektif, tetapi larutan ( 10 U dalam 1 liter ) adalah mudah dipersiapkan, aman, efektif, dan mungkin paling sedikit memberikan keraguan dalam mempersiapkan dan pemberiannya. Dengan larutan oksitosin 10 mU/ ml, maka aliran rata-rata mudah dikalkulasi. Dianjurkan menggunakan sistim pompa infus yang konstan, yang akan meningkatkan ketelitian dosis yang diberikan, terutama dalam dosis rendah. Jarum yang mempunyai penutup-aliran dimasukkan ke dalam vena di lengan, atau lebih baik melaui infus intravena yang sudah terpasang dan berfungsi baik, dan tetesan mulai di berikan tidak lebih dari 1 mU tiap menit. ( Seitchik dan Castillo, 1982 ). Untuk meningkatkan persalinan akibat murni suatu disfungsi uterus hipotonik, jumlah oksitosin tersebut tidak akan menyebabkan tetania uteri, walaupun pada suatu saat harus siap sewaktu-waktu menghentikan tetesan pada keadaan dimana uterus sangat sensitive terhadap oksitosin. Aliran dinaikkan secara sangat bertahap, dengan waktu tidak lebih dari 30 menit untuk mendapatkan tidak lebih dari 10 mU tiap menit, seperti yang dianjurkan oleh Seitchik dan Castillo(1981,1983a,1983b). Untuk pengobatan disfungsi uterus, rata-rata dosis yang dibutuhkan jarang melampaui dosis tersebut. Untuk induksi persalinan, jika diberikan dengan tetesan rata-rata 30-40 mU tiap menit tidak dapat menimbulkan kontraksi uterus yang memuaskan, maka tetesan yang lebih besarpun tidak mungkin akan berhasil. Selama infus oksitosin dilaksanakan ibu tidak boleh dibiarkan sendirian. Kontraksi uterus diawasi terus-menerus dan tetesan segera dihentikan bila dijumpai kontraksi uterus yang lamanya melebihi 1 menit atau bila diselerasi denyut jantung janin yang bermakna. Bila salah satu hal tersebut terjadi, tetesan harus segera dihentikan dan biasanya terjadi perbaikan gangguan tersebut, serta mencegah bahaya pada ibu dan janin. Kosentrasi oksitosin dalam plasma cepat menurun, karena waktu-paruh oksitosin rata-rata kurang dari 3 menit. Harus selalu diingat bahwa oksitosin mempunyai pengaruh antidiuretik yang kuat. Pada pemberian oksitosin 20 mU atau lebih tiap menit, klirens air bebas oleh ginjal (free water clearance) menurun secara nyata. Jika cairan mengandung air (aqueous fluids), terutama dextrose dalam air, diberikan dalam jumlah cukup besar dan lama, bersamaan dengan oksitosin, terdapat kemungkinan untuk terjadi intoksikasi air yang merupakan penyebab terjadinya kejang, coma, dan malahan kematian. Diparkland Memorial Hospital, bila menggunakan oksitosin pada uterus yang hipotonus, maka dilaksanakan persyaratan umum berikut : a. Wanita harus sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa proses persalinan benar-benar telah terjadi, bukan suatu persalinan palsu atau persalinan prodromal. Satu-satunya tanda persalinan,

adalah terjadinya pendataran serviks yang progresif dan pembukaan serviks. Walaupun proses itu dapat terhenti, tetapi pembukaan servik paling tidak sudah mencapai 3 cm. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh seseorang pakar obstetrik adalah mencoba melakukan perangsangan persalinan, sebelum wanita tersebut mengalami persalinan aktif. b. Harus tidak ada factor-faktor obstruksi mekanik sehingga jalannya persalinan aman. c. .Penggunaan oksitosin umumnya dihindarkan pada kasus-kasus dengan presentasi janin abnormal dan regangan uterus yang berlebihan seperti pada hidramnion, janin tunggal yang besar, atau kehamilan multiple. d. Wanita dengan paritas tinggi (lebih dari 5), pada umumnya tidak diberi oksitosin karena mudah mengalami ruptura uteri dibandingkan dengan wanita paritas rendah. Demikian pula dengan wanita dengan cacat uterus, penggunaan oksitosin ditangguhkan. e. Keadaan janin harus baik, yang dibuktikan dengan pemeriksaan denyut jantung janin dan tidak adanya mekonium yang kental dalam cairan amnion. Tentu saja pada janin yang mati tidak ada kontra indikasi untuk memberikan oksitosin, kecuali bila jelas terdapat disproporsi fetopelvik atau letak lintang. f. Ahli obstetrik harus memperhatikan kontraksi pertama setelah pemberian obat tersebut dan siap menghentikan pemberiannya bila terjadi tetania uteri. Merupakan keharusan untuk menghindarkan suatu hiperstimulasi. Frekuensi, intensitas, dan lamanya kontraksi, serta tonus uterus antara kontraksi tidak boleh melebihi seperti apa yang terjadi pada persalinan spontan yang normal. g. Pola denyut jantung janin dan kontraksi uterus dievaluasi berulang-ulang. Untuk itu dianjurkan melakukan pemantauan secara terus menerus terhadap denyut jantung janin dan kontraksi uterus.

Oksitosin merupakan obat yang kuat, obat tersebut dapat membunuh dan membuat cacat ibu dengan terjadinya ruptura uteri, dan malahan menyebabkan lebih banyak kematian dan cacat janin akibat hipoksia yang disebabkan oleh kontraksi uterus yang sangat hipertonik. Tetapi pemberian oksitosin intravena pada berbagai publikasi terbukti jelas memberikan keuntungan, karena keefektifan maupun keamanannya. Kegagalan mengobati disfungsi uterus menyebabkan ibu manghadapi peningkatan bahaya terjadinya kelelahan, infeksi intrapartum, dan kelahiran operatif yang traumatik. Disamping itu, kegagalan mengobati disfungsi uterus dapat menghadapkan janin terhadap resiko kematian yang lebih besar, sedangkan resiko penggunaan oksitosin intravena, bila digunakan dengan

cara yang benar, dapat diabaikan. Tetapi kecelakaan yang berat dapat terjadi pada penggunaannya bila persyaratannya tidak diawasi dengan ketat. Ruptura uteri pada segmen bawah uterus akibat stimulasi dengan larutan oksitosin intravena hendaknya merupakan peringatan kepada dokter tentang pentingnya persyaratan tersebut. Dalam kasus tersebut, oksitosin diberikan pada seorang multipara umur 38 tahun. Karena tidak ditemukan kelainan lian, seharusnya dianggap adanya otot uterus yang menua yang telah mengalami regangan berkali-kali pada persalinan-persalinan sebelumnya, sehingga tidak dapat menahan beban yang ditimbulkan oleh oksitosin.

Satu sifat oksitosin intravena adalah kenyataan bahwa bila berhasil, obat tersebut bekerja dengan segera, menyebabkan kemajuan yang jelas dengan sedikit hambatan. Pada setiap kecepatan tetesan infus kadar plasma mencapai plateau setelah 30 menit karena kecepatan tetesan dan kecepatan penghancurannya oleh oksitosinase mencapai keseimbangan. Oleh karena itu obat tersebut tidak perlu diberikan pada jangka waktu yang tak terbatas untuk merangsang persalinan. Obat tersebut harus diberikan selama tidak lebih dari beberapa jam (ODriscoll dkk, 1984; Seitchik dan Castillo 1983a,1983b); bila kemudian serviks tidak mengalami perubahan yang nyata, dan bila diramalkan tidak akan terjadi persalinan pervaginam secara mudah, maka harus dilakukan kelahiran seksio sesarea. Sebaliknya, oksitosin tidak boleh digunakan untuk memaksa pembukaan serviks dengan kecepatan yang melebihi keadaaan normal (Cohen dan Friedman,1983). Kesiapan untuk melakukan seksio sesarea dalam hal kegagalan oksitosin atau bila terdapat kontraindikasi pemakaiannya, sangat menurunkan mortalitas dan morbiditas perinata. Harapan untuk semua pihak Pada tulisan ini telah dipaparkan tentang oksitosin, cara kerjanya pada otot polos uterus, mioepitel kelenjar mammae, efek yang tupang tindih dengan hormon ADH, dan beberapa efek samping yang tidak diinginkan serta yang berkaitan dengan rumus kimia oksitosin dan juga cara pemberian dan pemakaian yang dianjurkan agar tidak terjadi atau terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan yang merugikan klien. Diharapkan dengan paparan ini kepada para bidan dapat memahami atau meningkatkan pengetahuannya tentang oksitosin sehingga dapat

menyahuti himbauan ataupun gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat khususnya ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas.

DAFTAR PUSTAKA

Granner, D.K. Hormon Hipopisis dan Hipotalamus. 2003. Dalam (Edisi dua lima): Biokimia Harper (Hlm : 523-538) Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC. Murray, R.K, D.K Granner, P.A.Mayes dan V.W. Rodwell. 2003. Terjemahan Biokimia Harper : Hormon Hipofisis dan Hipotalamus. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pritchard, J.A, P.C Macdonald, N.F. Gant. 1991. Terjemahan Obstetri Williams : Pimpinan Pada persalinan dan kelahiran normal. Airlangga University Press. (Hlm : 399-401) Pritchard, J.A, P.C Macdonald, N.F Gant. 1991. Terjemahan obstetric Williams (Edisi tujuh belas) : Distosia akibat kelainan tenaga pendorong (Hlm : 751-760) Jordan. S. Obat yang meningkatkan kontraksilitas uterus atau oksitosin. 2004. Dalam Ester. M. (Ed) Farmakologi Kebidanan (Hlm : 143-174). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai