Anda di halaman 1dari 37

Hubungan Industrial

Sesi
Pengupahan & Jaminan Sosial
Ir. Aryana Satrya, MM, PhD
aryanasatrya@yahoo.com.au

Sistem Pengupahan

Sesi VIII Perupahan

Aryana Satrya

Perundangan terkait Upah


Kovenan hak Ekonomi, Sosial, Budaya PBB: upah buruh harus dapat

mencukupi kehidupan buruh dan keluarganya secara layak, dan menjadi tanggung jawab negara untuk menjaminnya UU No. 13 tahun 2003 bab X bagian kedua tentang Pengupahan PP No. 8/1981 tentang Perlindungan Upah Per-01/Men/1999 tentang Upah Minimum Kep 49/Men/2004 tentang Struktur dan Skala Upah Per-17/Men/2005 tentang Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

(UU No. 13/ 2003)


3 Sesi X Perupahan Aryana Satrya

Pengertian Upah
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang

memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan Pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi, yang meliputi: upah minimum, lembur; tidak masuk kerja karena berhalangan; struktur dan skala pengupahan; menjalankan hak waktu istirahat kerjanya; pesangon;
(UU No. 13/ 2003)
4 Sesi X Perupahan Aryana Satrya

Pembayaran Upah (1)


Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah

minimum. Jika lebih rendah, maka kesepakatan batal demi hukum & pengusaha wajib membayar upah sesuai perundangan. Ancaman penjara 1 bulan 4 tahun dan/atau denda Rp. 10-400 juta dilakukan penangguhan:

Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat


Kesepakatan tertulis antara pengusaha dan SP didukung mayoritas pekerja Kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan pekerja yang mewakili lebih

dari 50% pekerja penerima upah minimum jika belum ada SP Disertai laporan keuangan perusahaan (diaudit oleh akuntan publik): neraca, perhitungan rugi/laba, perkembangan produksi dan pemasaran untuk 2(dua) tahun terakhir, data upah menurut jabatan
Pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala dengan

memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas


(UU No. 13/ 2003)
Sesi X Perupahan

Aryana Satrya

Pembayaran Upah (2)


Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang sakit:
untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus

perseratus) dari upah; untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari upah; untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh perseratus) dari upah; dan untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha
(UU No. 13/ 2003)
6 Sesi X Perupahan Aryana Satrya

Komponen Upah
Upah pokok: imbalan dasar sesuai tingkat atau jenis pekerjaan Tunjangan tetap: pembayaran teratur dan tetap berkaitan

dengan pekerjaan, yang dibayarkan dalam waktu yang sama dengan pembayaran upah pokok. Contoh: tunjangan anak, perumahan, kemahalan, daerah Tunjangan tidak tetap: pembayaran yang langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pekerjaan, yang umumnya dikaitkan dengan kehadiran pekerja, yang dibayarkan dalam waktu yang biasanya tidak sama dengan pembayaran upah pokok. Contoh: tunjangan makan, transpor, kehadiran Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap
(UU No. 13/ 2003)
7 Sesi X Perupahan Aryana Satrya

Pendapatan non Upah


Fasilitas

Kenikmatan dalam bentuk nyata yang diberikan oleh perusahaan karena suatu hal yang bersifat khusus, atau untuk meingkatkan kesejahteraan pekerja. Contoh: kendaraan antar jemput, makanan cuma-cuma, sarana ibadah, bantuan koperasi, penitipan bayi
Bonus dan sejenisnya

Bagian dari sisa hasil usaha yang diterima pekerja pada setiap akhir periode buku atas dasar kesepakatan pekerja dan pengusaha
8 Sesi X Perupahan Aryana Satrya

Tujuan Penetapan Upah Minimum


Tujuan Makro: Pemerataan: mempersempit kesenjangan antara pekerja tingkat atas dan bawah Peningkatan daya beli pekerja, yang akan mendorong perekonomian Perubahan struktur biaya produksi perusahaan Peningkatan produktivitas nasional: memberikan insentif bagi pekerja untuk bekerja lebih giat sehingga meningkatkan produktivitas nasional Tujuan Mikro: Sebagai jaring pengaman agar upah tidak semakin merosot Mengurangi kesenjangan upah terendah dan tertinggi Meningkatkan penghasilan pekerja tingkat terendah Meningkatkan etos dan disiplin kerja Memperlancar komunikasi antara pekerja dan pengusaha Kebijakan upah minimum dimulai di Australia dan Selandia Baru pada

akhir abad ke-19. Kini lebih dari 90% negara di dunia menerapkan sistem ini
Sesi X Perupahan

Aryana Satrya

Penentuan Upah Minimum (1)


Penetapan upah minimum berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa

kerja kurang dari 1 (satu) tahun Upah bagi pekerja/buruh dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih dirundingkan secara bipartit antara pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha di perusahaan yang bersangkutan Dalam hal Gubernur menetapkan upah minimum Provinsi, maka penetapan upah minimum didasarkan pada nilai KHL Kabupaten/Kota terendah di Provinsi tersebut dengan mempertimbangkan:
produktivitas (hasil perbandingan antara jumlah PDRB dan jumlah tenaga kerja

pada periode yang sama) pertumbuhan ekonomi (Produk Domestik Regional Bruto, PDRB) usaha yang paling tidak mampu (marginal) saran dan pertimbangan dari Dewan Pengupahan Provinsi/Kabupaten/Kota
10 Sesi X Perupahan

Aryana Satrya

Penetapan Upah Minimum Kota/ Kabupaten

(Tjandra, Soraya, Jamaludin, 2007)


11 Sesi X Perupahan Aryana Satrya

Penentuan KHL (1)


Kebutuhan Hidup Layak (KHL): standar kebutuhan yang

harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik dan sosial, untuk kebutuhan 1 (satu) bulan KHL sebagai dasar dalam penetapan upah minimum merupakan peningkatan dari kebutuhan hidup minimum (KHM) KFM KHM (KEP. 81/Men/1995) KHL PerMen17/VIII/2005: 46 komponen PerMen13/VII/2012 : 60 kompone) upah minimum
12 Sesi X Perupahan Aryana Satrya

Penentuan KHL (2)


Nilai KHL diperoleh melalui survei harga yang dilakukan

oleh tim yang terdiri dari unsur tripartit yang dibentuk oleh Ketua Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota, dan mengikutsertakan Badan Pusat Statistik setempat Nilai KHL digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan

13

Sesi X Perupahan

Aryana Satrya

Penentuan KHL (3)


KFM memakai standar 2.600 kilo kalori per hari & terdiri

atas 48 komponen, KHL 3.000 kilo kalori per hari & terdiri atas 46 komponen:
Kelompok makanan & minuman (11 komponen) Kelompok perumahan & fasilitas (19 komponen) Kelompok sandang (8 komponen) Kelompok aneka kebutuhan (5 komponen)

Tambahan komponen dalam KHL:


Kebutuhan wanita, bacaan, dan peningkatan kualitas kebutuhan

seperti listrik, sepatu, kasur, rekreasi)

14

Sesi X Perupahan

Aryana Satrya

Komponen KHL (1)

(Tjandra, Soraya, Jamaludin, 2007)

15

Sesi X Perupahan

Aryana Satrya

Komponen KHL (2)

(Tjandra, Soraya, Jamaludin, 2007)


16 Sesi X Perupahan Aryana Satrya

Jadual Kerja Dewan Pengupahan


Tahun n :

April: verifikasi keanggotaan Mei-Juni: rapat awal & penyusunan tata tertib rapat Juni-Juli: rapat persiapan survei KHL & kemampuan perusahaan Juli-September: survei KHL September: pembahasan survei & rekomendasi ke provinsi Oktober-November: pembahasan upah kabupaten/ kota Oktober: penerbitan keputusan Gubernur untuk UMP November: penerbitan keputusan Gubernur untuk UMK

Tahun n + 1 :
evaluasi

Januari: sosialisasi UMP, UMK, penangguhan UMK, monitoring &


17 Sesi X Perupahan Aryana Satrya

Perbandingan UM dan KFM

18

Sesi X Perupahan

Aryana Satrya

Perbandingan UM dan KHM

UM TAHUN 2003 2004 2005 2006 2007 2008


19 Sesi X Perupahan

UM/KHM/K HL *) KHM/KHL *) (Rp) 478.417 500.763 530.082 719.833 (%) 88,53 91,56 96,67 83,73

(Rp) 414.715 458.499 507.697 602.701 645,918 711,924

811,679

87.51

Aryana Satrya

Permasalahan Penentuan KHL


Standar KHL hanya dihitung untuk buruh yang masih lajang Komponen KHL belum memenuhi kebutuhan buruh. Survey

lain menyarankan 114 komponen. Dewan Pengupahan Nasional pada 2011 mengusulkan tambahan komponen: ikat pinggang, kaus kaki, semir, celana pendek, dll. Waktu survey, metode, kriteria masih kontroversi. Misal: waktu terlalu singkat, sumber hanya 1 pedagang, harga yang dipakai adalah harga rata-rata komponen Survey harga kebutuhan hidup hanya merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan besaran upah di samping pertumbuhan ekonomi, produktivitas, dll Gubernur dapat melakukan penahapan pelaksanaan KHL
20 Sesi X Perupahan

Aryana Satrya

Kasus Penetapan Upah di Provinsi

(Tjandra, Soraya, Jamaludin, 2007)


21 Sesi X Perupahan Aryana Satrya

Contoh Kasus di Perusahaan

(Tjandra, Soraya, Jamaludin, 2007)

22

Sesi X Perupahan

Aryana Satrya

Minimum Wage Average


No. 1. 2. 3. 4. Year 2007 2008 2009 2010 Average Rp. 672.480,47 Rp. 745.709,22 Rp. 841.529,55 Rp. 908.824,52 % Growth 11,92 % 10,89 % 11,29% 8,19%
(Hanartani, 2010)

23

Aryana Satrya

Minimum Wage Achievement


No. 1. Year 2007 100% Level (Min Wage = KHL) Sumut, Bengkulu, Lampung, NTB, Sulut, Papua (6) Sumut, NTB, Kalsel, Sulut, Sultra (5) Sumut, Sulut (2) Sumut, Sulut, Kalsel, Kalteng (4)
(Hanartani, 2010)

90%99% 12

8089% 9

50%79% 5

2. 3. 4.
24

2008 2009 2010

15 7 10

7 13 10

5 11 10

Aryana Satrya

Deferred Minimum Wage


No. Year Deferred Applications
Submissions Rejected Approved

Remarks

1 2. 3.

2007 2008 2009

85 79 235

3 47

85 76 185

3 companies withdrawn submissions 2 companies withdrawn submissions


Aryana Satrya

4.

2010

112

19

91

25

(Hanartani, 2010)

Upah Minimum di Jakarta

26

Sesi VIII Perupahan

Aryana Satrya

Pencapaian Upah Minimum di DKI Jakarta

2 7

Perbandingan Jakarta & Bekasi


Jakarta Pertumbuhan Upah Minimum % Pertumbuhan Ekonomi % Inflasi% Pengangguran % Jumlah Perusahaan Jumlah Pekerja 2010 15.38 6.35 4.83 11.20 31,075 2009 4.50 5.01 2.34 12.15 29,980 2008 10.00 6.20 11.11 12.16 28,042 2010 10.39 N/A N/A N/A N/A Bekasi 2009 6.06 4.13 1.93 9.77 221 2008 21.00 5.94 10.1 7.3 234

2,212,836 2,127,733 1,989,900

N/A 52,669 53,485

(Aneka Sumber, 2010)

Struktur Upah

29

Sesi VIII Perupahan

Aryana Satrya

Penyusunan Struktur Upah


Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan

memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi Dasar pertimbangan penyusunan struktur upah: struktur organisasi; rasio perbedaan bobot pekerjaan antar jabatan; kemampuan perusahaan; upah minimum; kondisi pasar Penyusunan skala upah dapat dilakukan dengan:
skala tunggal: setiap jabatan pada golongan jabatan yang sama

mempunyai upah yang sama skala ganda (berurutan dan skala tumpang tindih): setiap golongan jabatan mempunyai nilai upah nominal terendah dan tertinggi
30 Sesi X Perupahan Aryana Satrya

Penetapan Upah
Dalam penyusunan struktur dan skala upah dilaksanakan

melalui : a. analisa jabatan; b. uraian jabatan; c. evaluasi jabatan Struktur upah: susunan tingkat upah dari yang terendah sampai yang tertinggi Skala upah: kisaran nilai nominal upah untuk setiap kelompok jabatan

31

Sesi X Perupahan

Aryana Satrya

Pengertian terkait Jabatan


Jabatan: sekumpulan pekerjaan dalam perusahaan Analisa jabatan: proses metoda secara sistimatis untuk

memperoleh data jabatan, mengolahnya menjadi informasi jabatan yang dipergunakan untuk berbagai kepentingan program kelembagaan, ketatalaksanaan dan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Uraian jabatan: ringkasan aktivitas-aktivitas yang terpenting dari suatu jabatan, termasuk tugas dan tanggung jawab dan tingkat pelaksanaan jabatan Evaluasi jabatan: proses menganalisis dan menilai suatu jabatan secara sistimatik untuk mengetahui nilai relatif bobot jabatanjabatan dalam suatu organisasi
(Kep. 49/Men/2004 Ketentuan dan Struktur Skala Upah)
32 Sesi X Perupahan Aryana Satrya

Pembayaran Upah Harian


Sistem pembayaran upah sehari dapat diterapkan kepada

pekerja harian lepas yang dibayarkan berdasarkan jumlah hari kehadiran dengan perhitungan upah sehari : Perusahaan dengan sistem waktu kerja 6 (enam) hari dalam seminggu, upah bulanan dibagi 25 (dua puluh lima); Perusahaan dengan sistem waktu kerja 5 (lima) hari dalam seminggu, upah bulanan dibagi 21 (dua puluh satu);

33

Sesi VIII Perupahan

Aryana Satrya

Jaminan Sosial

34

Sesi VIII Perupahan

Aryana Satrya

Jaminan Sosial untuk Sektor Informal


Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta:
Menanggung premi bulanan Rp. 50.400 untuk pekerja keluarga

dan Rp. 26.400 untuk pekerja lajang melalui APBD Mencakup 20 jenis pekerja sosial: ketua karang taruna/RT/RW kepala desa & perangkat desa, petugas linmas, kader posyandu & KB, dukun bayi, guru madrasah 12.424 orang (April 2011) PT Jamsostek memberikan manfaat berupa seluruh pengeluaran rawat inap & obat (maksimal 60 hari) termasuk keluarga, dan santunan kematian s.d. Rp 16,8 juta Peserta lain: 700 tukang ojek, pedagang, supir & kondektur bus
(Kompas, 19 Mei 2011)
35 Sesi VIII Perupahan Aryana Satrya

Upah sebagai Keunggulan Bersaing


Politik upah murah secara resmi dan menyolok digunakan

oleh BKPM untuk mengundang investasi. Dalam promosinya yang bertajuk Invest in Remarkable Indonesia, upah buruh yang murah dijadikan daya tarik. Mengutip Economic Intelligence Unit, brosur BKPM mencantumkan upah buruh Indonesia yang hanya USD 0.6 per jam dibandingkan dengan India (1.03), Filipina (1.04), Thailand (1.63), Cina (2.11) dan Malaysia (2.88). Menyertai angka-angka tersebut brosur promosi itu mencantumkan labor cost is relatively low, even as compared to investment magnets China and India. http://www.akatiga.org/index.php/artikeldanopini

Daftar Referensi
Hanartani , Myra M. (2010). Wage Condition in Indonesia. Kompas. (2011). Purwakarta Paparkan Asuransi Pekerja Sosial di Kenya. 19 Mei hlm. 21. Jakarta : Kompas Tjandra, S. S., Jamaludin, M.S. (2007). Advokasi Pengupahan di Daerah. Jakarta: TURC Suwarto. (2003). Hubungan Industrial dalam Praktek. Jakarta: Asosiasi Hubungan Industrial Indonesia. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan.
37 Sesi X Perupahan Aryana Satrya

Anda mungkin juga menyukai