Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain. Berdasarkan pengertian yang demikian ini, maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagaimana dijelaskan di atas maka identitas nasional suatu Bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut dengan kepribadian suatu bangsa. Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya,sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu kesatuan nasional. Dalam penyusunan makalah ini digunakan untuk mengangkat tema dengan tujuan dapat memmbantu mengatasi masalah tentang identitas nasional dan dapat di terapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 1.2 Rumusan masalah a. Apa pengertian identitas nasional? b. Apa hakikat dan dimensi identitas nasional ? c. Apa unsur pembentuk identitas nasional ? d. Apa identitas nasional Indonesia ? e. Bagaimana pemberdayaan dan penyimpangan identitas nasional ?

1.3 Tujuan a. Untuk mengetahui pengertian identitas nasional b. Mengetahui hakikat dan dimensi identitas nasional c. Mengetahui unsur pembentuk identitas nasional d. Mengetahui identitas nasional Indonesia e. Mengetahui pemberdayaan dan penyimpangan identitas nasional 1.4 Batasan Masalah Batasan-batasan masalah hanya membahas tentang: a. Pengertian identitas nasional b. Hakikat dan dimensi identitas nasional c. Unsur pembentuk identitas nasional d. Identitas nasional Indonesia e. Pemberdayaan dan penyimpangan identitas nasional

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Identitas Nasional Nasional berasal dari bahasa inggris National yang berarti sebagai warga Negara atau kebangsaan. Indentitas nasional berasal dari kata National Indentity yang diartikan sebagai kepribadian nasional atau jatidiri asional. Dan pribadi yang dimiliki oleh suatu bangsa. Indentitas nasional itu terbentuk karena kita merasa bahwa sebagai bangsa Indonesia mempunyai pengalaman bersama. Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendidri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, cirri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Jadi Identitas nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan wilayah dan selalu memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah, sistim hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi. Demikian pula hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagaimana dijelaskan di atas maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut sebagai kepribadian suatu bangsa. Pengertian kepribadian suatu identitas sebenarnya pertama kali muncul dari pakar psikologi. Manusia sebagai individu sulit dipahami jika terlepas dari manusia lainnya. Oleh karena itu manusia dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki suatu sifat kebiasaan, tingkah laku, serta karakter yang khas yang membedakan manusia tersebut dengan manusia lainnya. Namun demikian pada umumnya pengertian atau istilah kepribadian sebagai suatu

identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu. Tingkah laku tersebut terdidri atas kebiasaan,sikap, sifat-sifat serta karakter yang berada pada seseorang sehingga seseorang tersebut berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan tingkah laku seseorang dalam hubungan dengan manusia lain (Ismaun, 1981: 6). 2.2 Hakikat dan Dimensi Identitas Nasional Secara harfiah . Identitas adalah ciri-ciri, atau tanda-tanda jati diri yang melekat pada sesuatu atau seseorang yang membedakannya dengan yang lain. Bisa dijadikan identitas itu menjelaskan sesuatu,seseorang,kelompok atau suatu bangsa. Pengertian identitas pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri khas tersebut maka suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupanya. Secara teoritis, seperti dikatakan Koento Wibisono, penfertian identitas pada hakekatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas, dengan ciri-ciri khas tersebut maka suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.dengan demikian identitas nasional suatu bangsa adalah ciri-ciri khas yang dimiliki suatu bangsa yang membedakannya dari bangsa lainnya. Proses pembentukan identitas nasional bukan merupakan sesuatu yang sudah selesai, tetapi sesuatu yang terbuka dan terus berkembang mengtikuti perkembangan zaman. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat identitas nasional kita sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan beserta UUD kita, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi, bahasa, mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normative diterapkan di dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun internasional.

Secara umum terdapat beberapa dimensi yang menjelaskan khas suatu bangsa, antara lain a. Pola Perilaku, adalah gambaran pola perilaku yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: adat istiadat, budaya, kebiasaan. b. Lambang-lambang, adalah sesuatu yang menggambarkan tujuan dan fungsi Negara, misalnya: lagu kebangsaan, bendera, bahasa. c. Alat-alat Pelengkapan, adalah sejumlah perangkat atau alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk bangunan atau peralatan dan teknologi, misalnya: bangunan masjid, bangunan candi,pakaian adat. d. Tujuan yang ingin dicapai, indentitas yang bersumber dari tujuan ini bersifat dinamis dan tidak tetap, mislnya: budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu. 2.3 Unsur-unsur Identitas Nasional Unsur-unsur pembentuk identitas negara yaitu : a. Kebudayaan Aspek kebuayaan yang menjadi unsur pembentuk indentitas nasional meliputi: akal budi, peradaban, dan pengetahuan. Misalnya sikap ramah dan santun bangsa Indonesia. b. Suku Bangsa Kemajemukan merupakan indentitas lain bangsa Indonesia. tradisi bangsa Indonesia untuk hidupbersama dalam kemajemukan yang bersfat alamiah tersebut, tradisi bangsa Indonesia untuk hidup bersama dalam kemajemukan merupakan hal lain yang harus dikembangkan dan dibudayakan. c. Agama Keanekaragaman agama merupakan indentitas lain dari kemajemukan dengan kata lain, agama dan keyakinan Indonesia tidak hanya dijamin oleh konstitusi Negara, tetapi juga merupakan suatu Rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang harus tetap dipelihara dan disyukuri bangsa Indonesia. Menyukuri nikmat kemajemukan pemberian Allah dapat dilakukan dengan, salah satunya, sikap

dan tindakan untuk tidak memaksakan keyakinan dan tradisi suatu agama, baik mayoritas maupun minoritas, atau kelompok lainnya. d. Bahasa Bahasa adalah salah satu atribut indentitas nasional Indonesia. Sekalipun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah,kedudukan bahasa Indonesia (bahasa yang digunakan bangsa melayu) sebagai bahasa penghubung (lingua franca) peristiwa sumpah pemuda tahun 1982, yang menyatakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Dari unsur-usur identitas nasional tersebut diatas dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian sebagai berikut : a. Identitas fundamental, yaitu pancasila yang merupakan falsafah bangsa, dasar negara, dan ideology negara. b. Identitas instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata perundanganya, bahasa Indonesia, lambing negara, bendera negaram lagu kebangsaan Indonesia raya. c. Identitas alamiah yang meliputi negara kepulauan (archipelago) dan pluralisme dalam suku, bahasa, budaya dan agama serta kepercayaan (agama). 2.4 Identitas Nasional Indonesia a. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia b. Bendera Negara yaitu Sang Merah Putih c. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya d. Lambang Negara yaitu Pancasila e. Semboyan Negara yaitu Bhinnika Tunggal Ika f. Dasar Falsafah Negara yaitu pancasila g. Konstituti (Hukum Dasar) Negara yaitu UUD1945 h. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat i. Konsepsi Wawasan Nusantara j. Kebudayaan daerah yang telah diterima Kebudayaan Nasional

2.5 Pemberdayaan Identitas Nasional 2.5.1 Keterkaitan Identitas Nasional Terhadap Globalisaasi Era Globalisasi merupakan era yang penuh dengan kemajuan dan persaingan, sedangkan Identitas Nasional sebuah bangsa merupakan hal yang sangat diperlukan untuk memperkenalkan sebuah bangsa atau Negara dimata dunia. Dengan adanya Globalisasi, identitas sebuah bangsa dan Negara dapat mudah dikenalkan dimata internasional atau juga identitas tersebut mudah tenggelam karena terpengaruh oleh bangsa dan Negara lain. Perlu kita sadari, bangsa Indonesia yang kita cintai ini sedang mengalami krisis identitas nasional yang sangat membahayakan bagi nilai nilai dasar Identitas bangsa Indonesia itu sendiri. Letak Negara Indonesia yang sangat setrategis merupakan hal yang sangat mempengaruhi terjaga atau tidak kelangsungan Identitas bangsa Indonesia. Globalisasi yang terus berkembang pesat membuat nilai nilai budaya bangsa Indonesia mulai terkikis oleh budaya budaya barat yang kurang sesuai dengan budaya asli bangsa Indonesia seperti halnya budaya berpakaian. Kebaya dan batik yang merupakan salah satu identitas bangsa Indonesia yang berupa pakaian, kini mulai hilang dari kehidupan bangsa Indonesia karena tergantikan oleh pakaian yang bersifat kebarat baratan. Tidak hanya itu saja, masyarakat Indonesia yang dulunya terkenal sebagai orang orang yang ramah, kini mulai terpengaruh terhadap era globalisai yang memiliki sifat persaingan yang sangat tinggi yang menyebabkan kesenjangan sosial di masyarakt semakin meningkat. Dalam konteks pergaulan dan hubungan antarbangsa di dunia, bangsa Indonesia tidak dapat menghindar dari pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan. Globalisasi adalah masuk atau mewabahnya pengaruh dari suatu negara dalam pergaulan dunia. Proses globalisasi mengandung implikasi bahwa suatu suatu aktivitas yang sebelumnya terbatas jangkauannya secara nasional, namun secara bertahap dapat diterapkan di berbagai negara yang dianggap sebagai semboyan yang bernilai universal.

Semboyan globalisasi bila dicermati secara kebangsaan Indonesia merupakan instrumen atau sarana untuk menyebarluaskan ideologi liberal atau liberaisme, terutama melalui bidang sosial-budaya, ekonomi, politik, serta pertahanan dan keamanan negara. Bagi bangsa Indonesia, globalisasi harus dipandang sebagai instrument yang pantas dipahami sebagai konsep pergaulan dan hubungan internasional dalam urusan ekonomi antarbangsa dan sebagai faktor yang memperkaya serta memajukan iptek bagi pembangunan bangsa dan negara Indonesia Dalam bidang sosial-budaya, nilai individualistis yang dibawa gobalisasi bernilai positif untuk membangkitkan semangat kerja keras, meningkatkan kemampuan dan keterampilan sebagai hasil proses liberalisasi pendidikan dan pengaruh kemajuan ipteks untuk mampu bersaing dengan banggsa-bangsa lain dalam mengolah sumber daya alam. Di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi, globalisasi menjadi instrumen efektif dalam melahirkan berbagai sikap perilaku yang bertentangan dengan nilai keimanan dan ketaqwaan sebagai nilai tertinggi dari Pancasila. Sementara di bidang ekonomi, globalisasi menanamkan lliberalisasi perdagangan dalam kehidupan ekonomi. Upaya-upaya ke arah liberalisasi perdagangan atau perdagangan bebas mulai digerakkan pada tahun 1947 pada pertemuan dunia pertama di Jenewa yang melahirkan GATT (General Agreement on Tarrifs and Trade). Dalam bidang politik, globalisasi menanamkan liberalisasi politik dalam kehidupan politik. Mendasarkan pada prinsip sekuler dalam kehidupan politik adalah menjauhkan segala hal yang berbau agama. Ideologi liberal kemudian dijadikan dasar filsafat bagi adanya kedaulatan manusia yang mewujud ke dalam kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat itu diterapkan dalam sistem demokrasi melalui pemilu dan proses-proses politik untuk mengatur kehidupan bernegara. Dalam bidang pertahanan dan keamanan, globalisasi memunculkan sikap arogan dan ingin menang sendiri. Kebebasan individu dijadikan dasar untuk mempengaruhi dan menguasai kehidupan bangsa-bangsa di dunia. Eksploitasi dan monopoli sistem persenjataan adalah pusat perhatiannya,

menjadi alat untuk menghancurkan bangsa-bangsa terutama bangsa-bangsa yang tidak menganut ideologi liberal. Sistem ini sangat bertentangan dengan Pancasila sebagai identitas nasional bangsa dan negara Indonesia yang lebih mendasarkan pada nilai-nilai persatuan dan kesatuan di dalam pembangunan sistem pertahanan dan keamanan yang dikenal dengan nama Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta atau SISHANKAMRATA.

2.5.2. Revitalitas Ideologi Pancasila Sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional Suatu bangsa harus memiliki identitas nasional dalam pergaulan internasional. Tanpa national identity, maka bangsa tersebut akan terombang-ambing mengikuti ke mana angin membawa. Dalam ulang tahunnya yang ke-62, bangsa Indonesia dihadapkan pada pentingnya menghidupkan kembali identitas nasional secara nyata dan operatif.Identitas nasional kita terdiri dari empat elemen yang biasa disebut sebagai konsensus nasional. Konsensus dimaksud adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika. Revitalisasi Pancasila harus dikembalikan pada eksistensi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara. Karena ideologi adalah belief system, pedoman hidup dan rumusan cita-cita atau nilai-nilai (Sergent, 1981), Pancasila tidak perlu direduksi menjadi slogan sehingga seolah tampak nyata dan personalistik. Slogan seperti Membela Pancasila Sampai Mati atau Dengan Pancasila Kita Tegakkan Keadilan menjadikan Pancasila seolah dikepung ancaman dramatis atau lebih buruk lagi, hanya dianggap sebatas instrument tujuan. Akibatnya, kekecewaan bisa mudah mencuat jika sloganslogan itu tidak menjadi pantulan realitas kehidupan masyarakat. Karena itu, Pancasila harus dilihat sebagai ideologi, sebagai citacita. Maka secara otomatis akan tertanam pengertian di alam bawah sadar rakyat, pencapaian cita- cita, seperti kehidupan rakyat yang adil dan makmur, misalnya, harus dilakukan bertahap. Dengan demikian, kita lebih leluasa untuk merencanakan aneka tindakan guna mencapai cita-cita itu.

Selain perlunya penegasan bahwa Pancasila adalah cita-cita, hal penting lain yang dilakukan untuk merevitalisasi Pancasila dalam tataran ide adalah mencari maskot. Meski dalam hal ini ada pandangan berbeda karena dengan memeras Pancasila berarti menggali kubur Pancasila itu sendiri, namun dari sisi strategi kebudayaan adalah tidak salah jika kita mengikuti alur pikir Soekarno, jika perlu Pancasila diperas menjadi ekasila, Gotong Royong. Mungkin inilah maskot yang harus dijadikan dasar strategi kebudayaan guna penerapan Pancasila. Pendeknya, ketika orang enggan menyebut dan membicarakan Pancasila, Gotong Royong dapat dijadikan maskot dalam rangka revitalisasi Pancasila. Mencari maskot. Meski dalam hal ini ada pandangan berbeda karena dengan memeras Pancasila berarti menggali kubur Pancasila itu sendiri, namun dari sisi strategi kebudayaan adalah tidak salah jika kita mengikuti alur pikir Soekarno, jika perlu Pancasila diperas menjadi ekasila, Gotong Royong. Mungkin inilah maskot yang harus dijadikan dasar strategi kebudayaan guna penerapan Pancasila. Pendeknya, ketika orang enggan menyebut dan membicarakan Pancasila, Gotong Royong dapat dijadikan maskot dalam rangka revitalisasi Pancasila. Globalisasi dalam konteks ekonomi merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan sebagai potensi pasar yang luas dan sumber dana dan teknologi serta menjadi alternatif pilihan produk berkualitas dan murah. Globalisasi telah berhasil membuat bangsa Indonesia saat ini menjadi ragu-ragu terhadap nilai- nilai dasar Pancasila yang telah disepakati bersama sebagai identitas nasional. Untuk memberdayakan Pancasila kembali menjadi identitas nasional dalam konteks kehidupan kebangsaan Indonesia. Upaya-upaya pokok yang secara terus menerus dilakukan adalah : a. b. c. d. Memperkuat kesadaran terhadap ideologi Pancasila Memperkuat daya tahan Meningkatkan daya saing Memperkuat semangat kebangsaan

2.5.3 Keterkaitan Integrasi Nasional Indonesia dan Identitas Nasional Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan

multidimensional. Untuk mewujudkannya, diperlukan keadilan dalam kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa, dan sebagainya. Sebenarnya, upaya mcmbangun keadilan, kesatuan, dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan membina stabilitas politik. Di samping itu, upaya lainnya dapat dilakukan, seperti banyaknya keterlibatan pemerintah dalam mcnentukan komposisi dan rnckanisme parlemen. Dengan demikian, upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu terus dilakukan agar terwujud integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya pembangunan dan pembinaan integrasi nasional ini perlu karena pada hakikatnya integrasi nasional menunjukkan kckuatan persatuan dan kesaluan bangsa yang diinginkan. Pada akhirnya, persatuan dan kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih menjamin terwujudnya negara yang makmur, aman. dan tentram. Konflik yang terjadi di Aceh, Ambon, Kalimantan Barat, dan Papua merupakan cermin belum terwujudnya integrasi nasional yang diharapkan. Adapun keterkaitan integrasi nasional dengan Identitas Nasional adalah bahwa adanya integrasi nasional dapat menguatkan akar dari Identitas Nasional yang sedang dibangun 2.6 Penyimpangan Identitas Nasional Geografis :
a.

Kurangnya kekuatan maritime yang memadai

b. Pertahanan laut dan udara masih belum di kembangkan dengan

optimal. Akibatnya wilayah yang jauh di pinggir perbatasan merasa di perhatikan dan dijaga dari kemungkinan datangnya ancaman luar
c.

Kebanyakan daerah perbatasan mengalami

kelambanan dalam

pembangunan infrakstruktural transportasi dan komunikasi sehingga mereka kurang berinteraksi dengan wilayah lin di tanah air,bahkan mereka lebih dekat dengan negara tetangga.
d. Kondisi geografis yang senjang juga terlihat mencolok antara wilayah

pedesaan dengan wilayah perkotaan. Warga pedesaan merasa

tertinggal dan tidak di perhatikan di bandingkan dengan warga di perkotaan. Muncul berbagai masalah social akibat ketimpangan pembangunan anatar daerah, dan proses urbanisasi yang tak berencana. Demografis : Terjadinya kesenjangan antara generasi tua dengan generasi muda dalam memandang persoalan bangsa dan menghadapi tantangan hidup. Social dan Budaya : a. Perasaan senasib-sepenanggungan semakin mencair
b. Kristalisasi nilai kebangsaan mengalami keretakan di sana-sini c.

Banyaknya pejabat yang menuntut hak-hak istimewa bagi kepentingan pribadinya, meskipun hak-hak dasar rakyat pada umumnya belum terpenuhi. Sikap itu pada gilirannya membuahkan tragedi

pemerintahan yang lamban di tengah desakan kepentingan umum akibat bencana yang terjadi dimana-mana dan kondisi social ekonomi yang diterpa krisis dari waktu ke waktu
d. Lemahnya kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman e.

Gejala tersebut dapat di lihat dari menguatnya orientasi dalam kelompok, etnik, dan agama yang berpotensi menimbulkan konflik social dan bahkan disintegrasi bangsa. Masalah ini juga semakin serius akibat dari makin terbatasnya ruang public yang dapat diakses dan dikelola bersama masyarakat yang multikultur untuk penyaluran aspirasi. Dewasa ini muncul kecenderungan pengalihan ruang publik ke ruang privat karena desakan ekonomi.

f.

Kurangnya kemampuan bangsa dalam mengelola kekayaan budaya yang kasat mata (tangible) dan yang yang tidak kasat mata (intangible). Dalam era otonomi daerah, pengelolaan kekayaan budaya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Kualitas pengelolaan yang rendah tidak hanya disebabkan oleh kapasitas fiskal, namun juga pemahaman, apresiasi, kesadaran, dan komitmen pemerintah daerah terhadap kekayaan budaya. Pengelolaan kekayaan budaya ini juga masih belum sepenuhnya menerapkan prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance). Sementara itu, apresiasi dan kecintaan masyarakat

terhadap budaya dan produk dalam negeri masih rendah, antara lain karena keterbatasan informasi.
g. Terjadinya krisis jati diri (identitas) nasional. Nilai nilai solidaritas

sosial, kekeluargaan, dan keramahtamahan sosial yang pernah di anggap sebagai kekuatan pemersatu dan ciri khas bangsa indonesia, makin pudar bersamaan dengan menguatnya nilai nilai materialisme. Demikian pula kebanggaan atas jati diri bangsa seperti penggunaan bahasa indonesia secara baik dan benar, semakin terkikis oleh nilai nilai yang dianggap lebih superior. Identitas nasional meluntur oleh cepatnya penyerapan budaya global yang negatif, serta tidak mampunya bangsa indonesia mengadopsi budaya global yang lebih relevan bagi upaya pembangunan bangsa dan karakter bangsa (nation and character building).

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Indentitas nasional pada hakikatnya merupakan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan cirriciri khas. Dengan adanya ciri-ciri khas tersebut maka suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain. Dalam proses pembentukan indentitas nasional bukan sesuatu yang sudah selesai,tetapi sesuatu yang terbuka dan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Indentitas juga memiliki ciri-ciri khas yang menunjukan suatu keunikannya serta dapat membdkan dengan hal-hal lainnya. Eksistensi manusia selain dipegaruhi keadaan juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya atau pedoman hidupnya. Pada akhirnya yang menentukan identitas manusia baik secara individu maupun kolektif.

Anda mungkin juga menyukai