Anda di halaman 1dari 1

SKLERODERMA Scleroderma merupakan penyakit yang kompleks, dimana perluasan proses fibrosis, perubahan vaskularisasi dan terjadinya autoantibody

terhadap berbagai antigen merupakan ciri-ciri yang utama. Definisi dari localized scleroderma (localized morphoea) adalah sebuah gangguan yang tidak diketahui penyebabnya di mana ada lokal sclerosis kulit. Kondisi ini secara klinis dibagi ke dalam jenis; plak yang berbatas tegas, morphoea profundus / subkutan, bulosa morphoea, linear morphoea dan frontoparietal lesi, dengan atau tanpa hemiartrofi wajah. Localized scleroderma dapat terjadi pada semua usia dan ras apapun, tetapi lebih umum di Kaukasia. Kebanyakan pasien yang memiliki skleroderma adalah perempuan. Etio: Penyebab morfea tidak diketahui. Sejumlah penelitian telah menunjukkan kelainan in-vitro pada fibroblast. Infeksi dengan organisme Borrelial juga dapat dikategorikan sebagai etiologi morfea, beberapa penelitian menunjukkan. Pato: Beberapa penelitian mengatakan bahwa yang berperan dalam proses patogenesis penyakit ini adalah TGF-. TGF- menstimulasi fibroblast untuk memproduksi glycosaminoglycans dalam jumlah yang banyak, kemudian fibronektin dan kolagen dan hal ini mengakibatkan berkurangnya kerentanan fibroblast dalam proses apoptosis. Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan adanya kelainan pada kulit. Pada awalnya pasien merasakan adanya artralgia dan arthritis. Keluhan lain yang biasanya menyertai adalah demam, pembesaran kelenjar limfa regional, migraine, sakit perut, susah mendengar, sakit pada saraf dan spina bifida. Gejala klinis yang pertama adalah lesi yang berbentuk plak. Kemudian menjadi tidak berwarna setelah beberapa minggu atau bulan, terutama di daerah tengah lesi yang kemudian nampak dikelilingi oleh struktur seperti lilin yang tipis. Vesikel, bulla dan hemoragik biasanya dapat terjadi . Gejala klinis kedua yaitu lesi bulosa. Gejala klinis ketiga yaitu lesi linear. Ciriciri utamanya hampir sama dengan lesi plak, tapi batas dari lesi ini tidak begitu tegas atau kurang mencolok. Gejala klinis terakhir yaitu lesi frontoparietal, en coup de sabre (terdapat kemiripan dengan luka sayatan pedang) dengan atau tanpa hemiartropi Histopatologis: Vakuolisasi dan perusakan sel endotel dengan reduplikasi lamina basalis. DD: Lichen sclerosus et atrophicus (LSA) adalah gangguan kronis atrophic terutama dari kulit dubur kelamin perempuan tetapi juga bisa lakilaki dan kulit pada tubuh. Keputihan, gading atau porselen putih, tajam berbatas tegas, papula individu dapat menjadi konfluen, membentuk plak. Lupus panniculitis (LP), juga dikenal sebagai lupus profundus atau penyakit Kaposi-Irgangt, adalah bentuk jarang dari lupus eritematosus kronis kulit yang ditandai dengan perjalanan penyakit yang kronis, peradangan berulang pannicular. Lipodermatosklerosis, fase akut penyakit ini meperlihatkan lipodermatosclerosis dengan rasa sakit, hangat, eritema, dan indurasi, paling sering terletak di kaki bagian bawah, sebelah medial dari maleolus Pengobatan yang diketahui telah berhasil adalah D-penicillamine, calcitrol yang diberikan melalui mulut (oral), topikal calcipotriene, methotrexate tunggal, topikal imiquimod, topikal tretinoin dengan ammonium laktat dan N-(3, 4-dimethoxycinnamoyl) anthralinic acid- pengobatan anti alergi yang menghambat reaksi anafilaksis dari kulit.

influenza yaitu sakit kepala, lakrimasi, sekret hidung. Bentuk dermatologis adalah eritema makular, berbintik-bintik atau berbercak-bercak, warnanya merah tembaga, bentuknya bulat atau lonjong. Lokalisasinya generalisata dan simetrik. Sifilis laten: Tahap sekunder diikuti oleh tahap asimtomatik, tanpa temuan klinis dimana satu-satunya bukti dari penyakit ini adalah pengujian serologi yang reaktif. Sifilis lanjut: tanda-tanda radang mulai tampak, kulit menjadi eritematosa dan livid serta melekat terhadap gumma tersebut. Selain gumma, kelainan yang lain adalah nodus. Sifilis kardio: bermanifestasi pada masa laten 1530 tahun. Umumnya mengenai usia 40-50 tahun. Insidens pada pria lebih banyak tiga kali daripada wanita. Pada dinding aorta terjadi infiltrasi perivaskular yang terdiri atas sel limfosit dan sel plasma. Lapisan intima dan media juga dirusak sehingga terjadi pelebaran aorta yang menyebabkan aneurisma. Neurosifilis: dapat berupa nyeri kepala, konvulsi lokal atau umum, papil nervus optikus sembab, gangguan mental, gejala-gejala meningitis basalis dengan kelumpuh saraf-saraf otak, atrofi nervus optikus, gangguan hipotalamus, gangguan pyramidal, gangguan miksi dan defekasi, stupor, atau koma. Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan T.Pallidum Treponema, tampak berwarna putih pada latar belakang gelap. Pergerakannya memutar terhadap sumbunya, Tes VDRL bertujuan untuk mendeteksi antibodi IgM dan IgG pada serum penderita, Tes TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination Assay) tes untuk mengukur antibodi dalam serum penderita yang spesifik dengan protein permukaan Treponema pallidum DD: sifilis primer: ulkus mole, limfogranuloma venerum. Sifilis sekunder: kondiloma akuminata, ptiriasis rosea, erupsi obat alergik, morbili. penisilin G benzatin, dapat digunakan untuk semua stadium sifilis. Azitromisin. Pada pengobatan jangan dilupakan agar mitra seksualnya juga diobati.

INSECT BITE Kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan artropoda penyerang. Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa (racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita Etio: Serangga yang beracun biasanya menyerang dengan cara menyengat, misalnya tawon atau lebah, ini merupakan suatu mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara menyuntikan racun atau bisa melalui alat penyengatnya. Sedangkan serangga yang tidak beracun menggigit dan menembus kulit dan masuk mengisap darah, ini biasanya yang menimbulkan rasa gatal. Pato: reaksi hipersensitivitas tipe 1. Gejala klinis: Pada reaksi lokal, pasien mungkin akan mengeluh tidak nyaman, gatal, nyeri sedang maupun berat, eritema, panas, dan edema pada jaringan sekitar gigitan. Pada reaksi lokal berat, keluhan terdiri dari eritema yang luas, urtikaria, dan edema pruritis. DD: DKA, Skabies, Adverse Cutaneus Drug Reaction Obat: kortikosteroid, antibiotik, antipruritus (champora), antihistamin

SIFILIS Defenisi dari penyakit sifilis adalah penyakit infeksi sistemik yang bersifat kronik dan disebabkan oleh Treponema pallidum (ssp. pallidum) Penularan sifilis bisa melalui acquired infection dan congenital acquired Etio: Penyebab sifilis adalah T. pallidum, pertama kali ditemukan oleh Schaudinn dan Hoffman pada tahun 1905. Motil, berbentuk seperti pembuka botol, bakteri prokariotik yang fleksibel, dengan dinding sel berbentuk spiral melingkar. Pato: Treponema pallidum masuk melalui kontak seksual ke membran mukosa yang lembab atau melalui lesi kulit, kemudian melekat di sel host dan mulai memperbanyak diri. Perlekatan Treponema ke berbagai jenis sel diduga karena interaksi dengan fibronectin atau sel host lainnya. Dengan adanya motilitas cork-screw organisme ini dapat memberi jalannya melalui jaringan, dan menembus sel epitel dan endotel juga jaringan konektif dan lapisan otot Sifilis primer: Setelah inokulasi Treponema pallidum, pada tempat inokulasi akan timbul makula eritem yang akan menjadi papul biasanya dalam 10-90 hari. Papul ini dalam beberapa hari membesar sehingga mencapai ukuran 0,5-1,5 cm dan akan berulserasi menjadi chancre tipikal dari sifilis primer dalam 3-12 minggu. Sifilis sekunder: Gambaran klinis sifilis sekunder biasanya timbul 3-12 minggu setelah terjadi sifilis primer. Pada awal stadium ini penderita mengeluhkan gejala yang menyerupai

Anda mungkin juga menyukai