Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Materi
Pertemuan 1
Pengertian Etika, Etiket, Moral dan Hukum Sistematika Etika : Etika Umum & Etika Sosial/profesi Sumber Etika
Pertemuan 2
Pengenalan Kode Etik Bidan Internasional
Materi Pertemuan 1
Quote
Almost every individualexcluding perhaps those insane persons who have no sense of right and wrong, but certainly including everyone from religious leaders to gangsters and serial killershas a set of ethics. -George L. Head, Ph.D.
Hampir setiap individu mungkin termasuk orang-orang gila yang tidak memahami mana yang benar dan yang salah, dan tentu saja termasuk semua orang mulai dari para pemimpin agama hingga gangster dan pembunuh berantai sekali pun- memiliki seperangkat etika.
PENGERTIAN ETIKA
Secara Etimologi: Etika berasal dari bahasa yunani dari kata ethos yang berarti kebiasaan-kebiasaan atau tingkah laku manusia. Dalam bahasa inggris disebut ethics yang mempunyai pengertian sebagai ukuran tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat, yang harus dilaksanakan oleh manusia sesuai dengan moral pada umumnya. (IBI, 2006:73)
PENGERTIAN ETIKA
K. Bertens (2002) merumuskan arti etika sebagai berikut. Kata etika dapat digunakan dalam arti nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini bisa dirumuskan sebagai sistem nilai. Sistem nilai dapat berfungsi dalam hidup manusia baik secara individu maupun sosial. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud di sini adalah kode etik. Etika mempunyai arti ilmu tentang apa yang baik atau buruk
PENGERTIAN ETIKA
Menurut Shirley R. Jones (2000): ethics is the application of the process and theories of moral philosophy to areal situation. It is concerned with the basic principles and concepts that guide human beings in thought and action, and which underline their values. Etika merupakan penerapan teori dan proses filsafat moral dalam kehidupan nyata. Etika mencakup prinsip, konsep dasar, dan nilai-nilai yang membimbing makhluk hidup dalam berpikir dan bertindak.
PENGERTIAN ETIKA
Etika merefleksikan mengapa seseorang harus mengikuti moralitas tertentu, atau bagaimana kita mengambil sikap yang bertanggung jawab ketika berhadapan dengan berbagai moralitas. Dalam pengertian ini, etika memberikan orientasi mengapa harus bersikap begini atau begitu, sehingga mampu mempertanggung jawabkan kehidupannya. -E.Y. Kanter, 2001
KELOMPOK ETIKA
Secara umum etik dapat dibedakan atas beberapa kelompok, yaitu: Yang berkaitan dengan sopan santun di dalam pergaulan, baik di dalam tata tertib masyarakat, maupun tata cara di dalam organisasi profesi Yang berkaitan dengan sikap tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yang biasa disebut kode etik profesi.
Tahapan-tahapan Etika
Menurut Shirley R. Jones (2000), Etika dibagi menjadi: Meta-Ethics: Mencakup pemikiran moral manusia mengenai suatu kejadian. Dalam tahap ini, manusia memandang etika hanya sebatas analisis pemikiran (konsep, bahasa), untuk menentukan suatu kejadian dianggap baik. buruk atau lainnya. Ethical/Moral Theory (Etika Normatif): dalam tahap ini manusia mencoba memformulasikan mekanisme untuk menyelesaikan masalah etika, dengan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat untuk menghadapi konsekuensi dari keputusan tersebut. Practical Ethics: Dalam tahap ini manusia berupaya mengaplikasikan bentuk etika dalam wujud sikap atau perilaku untuk menghadapi masalah etika yang dihadapi sehari-hari. Contoh: Etika bisnis.
Etiket
Etiket (etiquette) adalah aturan-aturan kesopanan atau tata krama bagi perilaku manusia dalam pergaulan bermasyarakat atau di antara anggotaanggota suatu profesi, atau dengan kata lain, etiket ialah cara bersopan santun dalam pergaulan. (E.Y. Kanter, 2001)
Menuntun seseorang agar sungguh-sungguh menjadi baik agar memiliki sifat etis (tidak munafik, mengutamakan kejujuran dan kebenaran)
PENGERTIAN MORAL
Moral berasal dari bahasa Latin mos: adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, tabiat, watak, akhlak, cara hidup. Sehingga secara etimologis arti kata etika sama dengan moral, yaitu adat istiadat mengenai baikburuk suatu perbuatan. (E.Y. Kanter, 2001)
Pengertian Moral
Moral ialah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya, menyangkut apa yang baik dan yang buruk atau apa yang benar dan apa yang salah. Artinya moral menyangkut nilai dan norma bagaimana cara seseorang bertingkah laku dalam hubungan dengan orang lain agar ia menjadi manusia yang baik, yang bermoral sebagai manusia. -E.Y. Kanter, 2001
Moral
Istilah moral dipakai untuk menunjukkan aturan dan norma yang lebih konkret bagi penilaian baik buruknya perilaku manusia. Pada hakikatnya, moral mengindikasikan ukuran-ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas dan moral juga bersumber pada kesadaran hidup yang berpusat pada alam pikiran (Rachma, 2004)
Hukum
Thomas Aquinas: Hukum adalah sarana untuk mewujudkan apa yang baik yang menjadi tujuan manusia. Hukum itu merupakan cerminan tatanan akal budi yang berorientasi pada kesejahteraan seluruh anggota masyarakat dan diumumkan oleh yang bertanggung jawab kepada seluruh masyarakat.
Pengertian Hukum
Menurut E.Y. Kanter(2001): Hukum pada umumnya dipahami sebagai salah satu sistem norma atau kumpulan peraturan yang mengatur kehidupan bersama dalam masyarakat, yaitu keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam kehidupan bersama dan dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.
HUKUM
MORAL
Etika, Moral dan Hukum ketiganya berhubungan erat dan saling mempengaruhi satu sama lain. F.A. Moeloek (2002) menyatakan bahwa etika, moral dan hukum merupakan the guardians (pengawal) bagi kemanusiaan. Ketiganya memiliki tugas dan wewenang untuk memanusiakan manusia dan memperadab manusia.
HUKUM
MORAL
Etika Moral Etika dan moral senantiasa berjalan beriringan, sehingga suatu tindakan yang dinilai bermoral pasti etis dan sesuatu yang tidak bermoral pasti dianggap tidak etis pula.
HUKUM
MORAL
Etika Hukum Etika dan hukum memiliki tujuan yang sama yaitu mengatur tertib dan tentramnya pergaulan hidup dalam masyarakat. Pelanggaran etik tidak selalu pelanggaran hukum, tapi sebaliknya pelanggaran hukum hampir selalu merupakan pelanggaran etik.
HUKUM
MORAL
Etika Hukum
Etika tanpa hukum hanya bisa digunakan untuk memberi teguran, nasihat bahwa suatu tindakan itu salah atau benar, tanpa bisa berbuat lebih jauh lagi. Sebaliknya Hukum tanpa etika, ibarat rumah tanpa fondasi yang kuat. Etika hanya bisa bergerak sebatas memberi peringatan dan tuntutan, sedangkan hukum (dengan dasar etika yang jelas) bisa memberi sanksi yang lebih jelas dan tegas dalam bentuk tuntutan. Jadi Etika dan Hukum, keduanya saling membutuhkan dan keberadaaanya tidak bisa digantikan.
SISTEMATIKA ETIKA
Etika Umum & Etika Sosial/profesi
Sistematika Etika
Menurut Margis Suseno (1996), Sistematika Etika ialah:
Etika Umum
Etika umum membahas prinsip-prinsip moral dasar, seperti kebebasan dan suara hati. Dalam etika umum, terdapat beberapa tema penting yaitu mengenai: Kebebasan & tanggung jawab Suara hati Hak dan Kewajiban E.Y. Kanter (2001)
Hati Nurani adalah kesadaran dalam batin seseorang akan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai manusia dalam situasi kongkrit kehidupannya. Hati nurani paling jelas kaitannya dengan moralitas, karena hati nurani menyingkap dengan terang dimensi etis dalam hidup manusia. Bila tidak mengikuti hati nurani, seseorang menghancurkan integritas pribadinya dan mengkhianai martabat yang terdalam pada dirinya, menghancurkan otonomi dirinya. E.Y. Kanter (2001)
Setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain, begitu juga sebaliknya. Namun itu tidak mutlak. Menurut John Stuart Mill (1806-1873) kewajiban terbagi menjadi 2 macam yaitu duties of perfect obligation (kewajiban sempurna) dan duties of imperfect obligation (kewajiban tidak sempurna). Kewajiban sempurna selalu terkait dengan hak orang lain(didasarkan pada keadilan). Kewajiban tidak sempurna didasarkan pada alasan moral lain, misalnya karena kemurahan hati. E.Y. Kanter (2001)
Etika Khusus
Membahas penerapan prinsip-prinsip dasar etika pada masingmasing bidang kehidupan manusia, biasa disebut juga etika terapan (applied ethics). Etika khusus terdiri dari etika individual dan etika sosial. Etika individual membicarakan kewajiban seseorang terhadap diri sendiri. Sedangkan Etika Sosial membahas kewajiban seseorang sebagai anggota masyarakat atau umat manusia. Etika sosial menyangkut kesadaran dan tangung jawab manusia dalam kehidupan bersama dengan sesama dan lingkungannya. Etika ini membahas masalah-masalah aktual pada zaman ini, yaitu tentang sikap terhadap sesama, keluarga, profesi, politik dan lingkungan hidup secara rasional, kritis dan sistematis. Etika sosial membicarakan prinsip-prinsip atau norma-norma moral bagi masalah khusus tersebut. Etika individual dan etika sosial tidak bisa dipisahkan secara tajam, karena kewajiban terhadap diri sendiri dan sebagai anggota terhadap umat manusia saling berkaitan. E.Y. Kanter (2001)
Etika Khusus
Lanjutan Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut : 1. Sikap terhadap sesama 2. Etika keluarga 3. Etika profesi 4. Etika politik 5. Etika lingkungan 6. Etika idiologi E.Y. Kanter (2001)
Sehingga etika profesi merupakan bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika sosial. Etika profesi menurut keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. E.Y. Kanter (2001)
SUMBER ETIKA
Sumber Etika
1. Didikan Masa Kecil Tak dapat disangkal, setiap individu belajar etika dari orang tuanya, apa yang mereka ajarkan baik berupa perkatan maupun yang paling penting melalui tindakan mereka. didikan ini membentuk sikap kita yang paling mendasar tentang apa yang "benar" dan apa yang "salah".
Sumber Etika
2. Pengalaman hidup Sama dengan didikan masa kecil, pengalaman hidup selanjutnya juga mempengaruhi. pengalaman-pengalaman hidup secara langsung dan sadar lebih membentuk etika seseorang
Sumber Etika
3. Kepercayaan Agama Hampir seluruh agama di dunia mengajarkan dasar kode etik yang sama yang menekankan pada kejujuran, saling menghargai orang lain dan hakhaknya, dan tidak mementingkan diri sendiri. Oleh karena itu baik dalam situasi bisnis maupun pribadi, orang yang religius lebih bersikap kepada tindakan yang sangat etis. Sedangkan mereka yang kurang religius akan lebih bersikap egois, dan kurang etis.
Sumber Etika
4. Obrolan dengan individu lain Hampir setiap hari, terjadi begitu saja, dan terkadang tanpa berpikir terlebih dahulu, hampir semua orang pernah berbicara mengenai orang lain (berpendapat apakah yang telah orang lain atau kita lakukan baik, benar dan masuk akal (atau mungkin sangat berlawanan)). Terbawa dalam obrolan ringan, gosip, obrolan ketika sedang makan yang tersirat (terkadang bahkan sangat terang-terangan), menilai etika tentang perilaku yang sedang didiskusikan.
Sumber Etika
Lanjutan Perilaku dan perkataan orang lain dicap "Bagus", "jahat", "serakah", "murah hati", dan lebih dari ratusan sifat lainnya. seiring berjalannya waktu, obrolan ini membawa setiap orang memahami akan apa yang orang-orang disekitar kita golongkan apakah itu baik dan buruk, etis dan tidak etis. Sehingga orangorang dapat mengetahui perilaku-perilaku yang etis dan tidak dan menanamkannya dalam perilaku mereka. Kecuali kita memiliki alasan pribadi atau pendirian tersendiri yang mengatakan sebaliknya tentang orang yang sedang di bicarakan itu, namun kebanyakan dari kita cenderung terbawa dengan opini-opini di sekitar kita, dibandingkan dengan menilai sendiri aspek etik dari tindakan orang lain itu. Sehingga hampir sering kali perilaku individu dalam lingkungan sosial dapat diterima, meskipun tanpa mengkaji kebenarannya berdasarkan (George L. Head, Ph.D., 2006) standar etika terlebih dahulu.
Sumber Etika
5. Filsuf etika Paraf filsuf yang mengembangkan sistem etika (seperti Plato, Aristoteles, Kant, Bentham dan para pemikir etika di seluruh dunia lainnya) telah mengembangkan prinsip dasar dari sistem etika. Prinsipprinsip ini digunakan oleh banyak orang sebagai acuan dalam berprilaku etik.
(George L. Head, Ph.D., 2006)
Sumber Etika
6. Dilema etik Sumber etika lainnya ialah pemikiran dengan dilema-dilema etik(lebih merupakan cara mengembangkan kesadaran etis dan kepekaan seseorang, daripada sumber dari pedoman etika). Dilema-dilema ini, baik dalam situasi nyata maupun tidak, pasti melibatkan dua atau lebih prinsip etika, yang melawan satu sama lain. untuk mengatasi dilema tersebut, kita harus memilih prinsip etika yang mana yang lebih penting atau memikirkan apakah ada cara untuk melakukan kedua/seluruh prinsip itu tanpa mengakibatkan etika lainnya salah.
(George L. Head, Ph.D., 2006)
Materi Pertemuan 2
Kode etik bukanlah sekedar kertas kering yang berdebu, tapi kode etik adalah sebuah perwujudan hidup dari jiwa seorang bidan, dan kitalah orang yang tidak hanya membuatnya hidup, tapi bernyanyi dan menari dengan kesenangan hidup itu sendiri. Bronwin Pelvin, 1992
Preambul Tujuan dari ICM adalah untuk meningkatkan standar pelayanan yang diberikan kepada wanita, bayi dan keluarga di seluruh penjuru dunia meliputi aspek pengembangan, pendidikan dan pemanfaatan dari profesionalisme bidan, Dalam mencapai sasarannya yaitu kesehatan wanita dan fokus terhadap bidan, ICM membentuk keempat kode etik untuk menuntun bidan dalam aspek pendidikan, praktik, dan penelitian bidan itu sendiri. Kode Etik ini mengakui wanita sebagai manusia yang seutuhnya, juga untuk memperoleh keadilan untuk semua orang dan keadilan dalam memperoleh akses kesehatan yang berbasis hubungan kepedulian, kepercayaan dan martabat dari semua anggota masyarakat.
C.
D. E. F.
Midwives respect a woman's informed right of choice and promote the woman's acceptance of responsibility for the outcomes of her choices. Midwives work with women, supporting their right to participate actively in decisions about their care, and empowering women to speak for themselves on issues affecting the health of women and their families in their culture/society. Midwives, together with women, work with policy and funding agencies to define women's needs for health services and to ensure that resources are fairly allocated considering priorities and availability. Midwives support and sustain each other in their professional roles, and actively nurture their own and others' sense of self-worth. Midwives work with other health professionals, consulting and referring as necessary when the woman's need for care exceeds the competencies of the midwife. Midwives recognize the human interdependence within their field of practice and actively seek to resolve inherent conflicts.
B.
C.
D. E. F.
Bidan menghargai hak wanita untuk memilih dan memberikan info mengenai hasil dari pilihannya tersebut (Informed Consent) Bidan bermitra dengan wanita, mendukung haknya untuk berpartisipasi aktif dalam menentukan pilihan (Pemberdayaan wanita) Bidan bermitra bersama wanita, dengan kebijakan yang ada untuk menentukan kebutuhan pelayanan kesehatannya berdasarkan prioritas dan ketersediaan sumber. (penentuan Prioritas) Bidan mendukung dan menopang satu sama lain, dan menjaga peran profesionalnya. (menjaga Keprofesionalismeannya) Bidan bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain dalam mengonsultasikan kebutuhan wanita di luar kompetensinya (Kolaborasi) Bidan mengakui adanya saling ketergantungan manusia dengan bidang praktiknya dan secara aktif berusaha untuk menyelesaikan konflik yang ada. (Saling menghargai).
D. E.
F.
A. Midwives ensure that the advancement of midwifery knowledge is based on activities that protect the rights of women as persons. B. Midwives develop and share midwifery knowledge through a variety of processes, such as peer review and research. C. Midwives participate in the formal education of midwifery students and midwives.
(Reflective Practice)
www.midwiferytoday.com