Anda di halaman 1dari 15

PERBEDAAN KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA SAYAT DENGAN MENGGUNAKAN GETAH JARAK CINA (Jatropha multifida L.

) DAN TEH HIJAU (Sencha) DENGAN KONSENTRASI 6,4 gr % PADA MENCIT (Mus musculus)

KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

VIVIANDA DEVISA 20080320156

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

LEMBAR PENGESAHAN PERBEDAAN KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA SAYAT DENGAN MENGGUNAKAN GETAH JARAK CINA (Jatropha multifida L.) DAN TEH HIJAU (Sencha) DENGAN KONSENTRASI 6,4 gr % PADA MENCIT (Mus musculus) Naskah Publikasi Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal: 26 Juni 2012 Oleh: VIVIANDA DEVISA 20080320156

Penguji Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed Ida Nurjayanti, S.Kep., Ns (.............) (.........)

Mengetahui Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes)

Pernyataan Dengan ini kami selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Nama : Vivianda Devisa

No. Mahasiswa : 20080320156 Judul : Perbedaan Kecepatan Waktu Kesembuhan Luka Sayat dengan Menggunakan Getah Jarak Cina (Jatropha multifida L.) dan Teh Hijau (Sencha) dengan

Konsentrasi 6,4 gr % Pada Mencit (Mus musculus) Setuju/tidak setuju*) naskah ringkasan penelitian yang disusun oleh yang bersangkutan dipublikasikan dengan/tanpa*) mencantumkan nama pembimbing sebagai co-author. Demikian harap maklum.

Yogyakarta, Juni 2012 Pembimbing Mahasiswa

Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed *) coret yang tidak perlu

Vivianda Devisa

Perbedaan Kecepatan Waktu Kesembuhan Luka Sayat dengan Menggunakan Getah Jarak Cina (Jatropha multifida L.) dan Teh Hijau (Sencha) dengan Konsentrasi 6,4 gr % Pada Mencit (Mus musculus) Vivianda Devisa1, Erna Rochmawati2, Ida Nurjayanti3 Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Luka adalah rusaknya struktur jaringan dan fungsi anatomis normal sebagai akibat adanya proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal yang mengenai organ tertentu. Upaya yang dilakukan untuk menyembuhkan luka bertujuan meminimalkan efek dari luka dan pencegahan infeksi. Peran perawat dalam perawatan luka sangat penting, karena keberhasilan penyembuhan luka sangat tergantung pada penanganan yang tepat. Penanganan tepat yang dapat digunakan dalam proses penyembuhan luka adalah dengan menggunakan tumbuhan obat. Beberapa tumbuhan obat yang digunakan dalam proses penyembuhan luka seperti teh hijau dan getah jarak cina. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kecepatan kesembuhan pada luka sayat dengan teh hijau dan getah jarak cina. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental sesungguhnya dengan menggunakan hewan uji coba mencit sebanyak 15 ekor, umur 3-4 bulan, berat badan 25-30 gr. Kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok teh hijau dengan konsentrasi 6,4 gr %, dan kelompok dengan olesan getah jarak cina. Pengamatan fase penyembuhan luka dilakukan secara makroskopis menggunakan check list kesembuhan luka dengan cara setiap kriteria diberi skor kemudian dijumlahkan. Data dianalisis menggunakan uji Krusskal-wallis dan selanjutnya dengan uji Man-Whitney. Hasil menggunakan uji Krusskal-Wallis menunjukkan bahwa rerata kecepatan waktu kesembuhan luka sayat dengan olesan getah jarak cina yaitu selama 19,000,00 hari, kelompok teh hijau adalah 20,201,78 hari, dan kelompok kontrol mempunyai waktu sembuh 24,201,09 hari dengan nilai p= 0,004. Dari hasil Man-Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok getah ja1rak cina dan teh hijau dengan nilai p= 0,136. Berdasarkan hasil yang dicapai dapat disimpulkan bahwa getah jarak cina pada kesembuhan luka sayat lebih cepat dibandingkan dengan kelompok teh hijau dan kontrol. Teh hijau dan getah jarak cina dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk luka terutama pada luka baru. Kata Kunci : Kesembuhan luka, getah jarak cina, teh hijau.

1 2 3

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY Staf pengajar bagian medikal bedah PSIK FKIK UMY Perawat PKU Muhammadiyah Yogyakarta

The Diffrerence Speed Healing of Vulnus Scissum with Corel Plant Secretion (Jatropha multifida L.) and Green Tea (Sencha) with concentration 6.4 gr % in mice Vivianda Devisa1, Erna Rochmawati2, Ida Nurjayanti3 Scientific Article Research, Nursing Departement Muhammadiyah University of Yogyakarta ABSTRACT Wound is damage of tissue structure and function as a result of normal anatomic pathological processes from internal and external to the particular organ. The effort aims to heal wounds minimize the effects of injury and infection prevention. The role of nurses in wound care is very important. Because successfull of wound healing is depend on the right treatment. The proper treatment can be used in process of wound healing are use medicinal plants. Some herbs that can be used in the process of wound healing is green tea and secretion of corel plant. This study used true experimental research in animal experiments 15 tail Mus musculus 3-4 months old, 25-30 gr. Then, mices were divided into 3 groups : first control group, second green tea group, and third greasing of corel plant secretion group. The observation of wound healing phase was done by macroscopic with check list, scoring and percentage of wound healing. The data analysis used Krusskal-Wallis test and Man-Whitney test. The result showed that the average time of wound healing the wound group treated by greasing corel plant secretion 19,000,00 days, green tea group 20,201,78 days then the control group 24,201,09 days. The Krusskal-Wallis test showed that significan different p= 0,004. Result of Man-Whitney test showed there was insignificant different between wound group treated greasing of corel plant secretion and wound group treated green tea p= 0,136. Base on the study it can be concluded that the wound group treated greasing of corel plant secretion have shorter time of the healing process. Green tea and corel plant secretion can used as alternatif drug for wound especially new wound. Key word : wound healing, corel plant, Jatropha multifida L., green tea

1 2 3

Nursing Student, School of Nursing Muhammadiyah University of Yogyakarta Lecture of Medical Surgical Nursing, School of Nursing Muhammadiyah University of Yogyakarta Nurse in PKU Muhammadiyah of Yogyakarta

PENDAHULUAN Luka adalah rusaknya struktur jaringan dan fungsi anatomis normal sebagai akibat adanya proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal yang mengenai organ tertentu1. Upaya yang dilakukan untuk menyembuhkan luka bertujuan meminimalkan efek dari luka tersebut akan tetapi pada umumnya tingkat kesembuhannya tidak sesuai dengan yang 2 diharapkan . Perawat harus memahami fisiologi penyembuhan luka dan ditantang untuk memberikan pengkajian luka berdasarkan pengetahuan integritas kulit dan pencegahan infeksi3. Peran perawat dalam perawatan luka sangat penting, karena keberhasilan penyembuhan luka sangat tergantung pada penanganan yang tepat4. Untuk penanganan yang tepat maka seorang perawat harus terampil dan memahami prinsip tentang perawatan luka. Perawatan luka dilakukan terdiri dari proses pembersihan luka, debridemen, pemberian zat antiseptik dengan bahan alami dan 2 pembalutan . Seiring dengan perkembangan zaman, perawatan luka berkembang sangat pesat sehingga perawat harus bisa berinovasi dan menemukan sesuatu yang baru termasuk bahan untuk perawatan herbal. Banyak masyarakat yang memanfaatkan kekayaan alam sekitar untuk mengobati luka seperti teh hijau dan jarak cina. Teh hijau mengandung banyak polifenol dengan senyawa utama polifenolnya yaitu epigallocatechin-3-gallate (EGCG). EGCG telah terbukti fungsinya yaitu sebagai anti inflamasi, antioksidan, dan dapat meningkatkan penyembuhan luka 5 serta bekas luka . Selain menggunakan teh hijau untuk perawatan luka sebagai anti septik alami. Ada zat herbal lain yang dapat digunakan sebagai anti septik alami seperti daun sirih, kunyit, madu, dan jarak cina. Salah satu tumbuhan obat yang digunakan adalah getah jarak cina yang digunakan untuk mengobati luka baru. Jarak cina yang dapat dimanfaatkan getah, daun serta bijinya dalam pengobatan luka, memar, atau pada kerusakan gigi. Jarak cina umumnya mudah didapatkan, karena jarak cina banyak tumbuh sebagai tanaman perdu dan merupakan salah satu jenis tanaman tahunan6. Kandungan kimia yang ada pada jarak cina (Jatropha multifida L. ) antara lain : -amirin, kampestrol, 7 -diol, stigmaterol, sitosterol, dan HCN. Batangnya mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin7. Perawatan luka dengan menggunakan zat antiseptik seperti Povidone iodine mulai beralih pada perawatan luka dengan

menggunakan bahan herbal. Berbagai bahan herbal diteliti, seperti teh hijau dan getah jarak cina yang digunakan sebagai alternatif penyembuhan luka agar diketahui keefektifan dan perbedaan waktu dalam penyembuhan luka sayat. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui perbedaan kecepatan waktu penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus musculus) menggunakan teh hijau dan getah jarak cina. METODE Penelitian ini menggunakan desain penelitian true experiment atau eksperimental sesungguhnya dengan menggunakan hewan uji coba. Populasi dan sampel pada penelitian ini menggunakan mencit (Mus musculus) sebanyak 15 ekor, dalam keadaan sehat, berumur 2-3 bulan dengan berat badan 25-30 gram. Hewan uji diperoleh dari laboratorium hewan coba FKIK UMY. Hewan uji dibagi menjadi 3 kelompok yakni, kelompok yang dioles dengan getah jarak cina, dioles dengan teh hijau, dan kelompok yang diberi perawatan standar atau disebut sebagai kelompok kontrol. penelitian ini dilakukan di Laboratorium hewan coba FKIK UMY selama 25 hari pada bulan Februari Maret 2012. Variabel bebas pada penelitian ini adalah Perawatan luka sayat dengan diberi olesan getah jarak cina dan teh hijau. Getah jarak cina

diperoleh langsung dari batang jarak cina kemudian langsung diteteskan pada luka tanpa disimpan terlebih dahulu. Teh hijau yang digunakan adalah teh hijau serbuk dalam kemasan yang dibeli dari produsen teh hijau yang beredar dipasaran berkualitas baik, dan masih berlaku. Teh hijau serbuk yang kering sebanyak 8 gram diseduh dengan air panas sebanyak 125 ml tanpa pemanis (gula, dll) sehingga didapat konsentrasi teh hijau 6,4 gr % (8 gr dibagi 125 ml). Perawatan luka dilakukan 2 hari sekali dengan perawatan luka tertutup selama 25 hari. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah waktu kesembuhan luka yang dilakukan pengamatan dengan frekuensi 2 hari sekali pada semua kelompok. Sedangkan variabel perancu terdiri dari, jenis luka yang dibuat, status nutrisi dan aktivitas mencit. Indikator kesembuhan pada penelitian ini dapat diketahui melalui lembar observasi atau check list observasi luka. Setelah didapatkan data kesembuhan luka pada masing masing kelompok kemudian dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji shapiro-wilk karena sampel 508. Setelah diketahui sebaran data tidak normal, maka dilakukan analisis dengan metode Krusskal-Wallis semua kelompok penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan Man-Whitney tes

untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda dan kelompok mana yang tidak berbeda. Penelitian ini menggunakan sampel kelompok mencit sebanyak 15 ekor. Mencit akan diperlakukan sesuai dengan tata cara perawatan hewan uji coba laboratorium yang sesuai prosedur, yaitu dengan cara semua kelompok mencit akan HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian yang dilakukan selama 25 hari didapatkan data penelitian berupa proses perkembangan kesembuhan luka dan

diberikan makan secara teratur, perawatan yang sesuai standar, dan tempat tinggal yang layak. Untuk mengurangi rasa nyeri selama proses pembuatan luka sebelumnya tikus diberikan eter secara inhalasi. Penelitian ini telah dilakukan, setelah lulus uji kelayakan etika penelitian oleh komite etik penelitian FKIK UMY.

waktu kesembuhan dalam hari antar kelompok mencit penelitian. Proses kesembuhan luka dapat dilihat pada Grafik 1.

Grafik Proses Penyembuhan


16 14 12 10 8 6 4 2 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 Kontrol Teh hijau 6,4 % Getah Jarak Cina

Skor

Hari Pengamatan

Grafik 1 menunjukkan perkembangan penyembuhan luka mulai dari terjadinya luka sampai luka sembuh total. Grafik menunjukkan diawal terjadinya luka akan terjadi peradangan atau fase inflamasi sehingga pada grafik secara normal akan mengalami peningkatan. Setelah fase inflamasi berakhir maka grafik akan mengalami penurunan sampai luka sembuh total. Tetapi apabila mengalami peningkatan setelah fase inflamasi berakhir terjadi

peningkatan maka dapat dikatakan adanya hambatan penyembuhan luka. Grafik 1 menunjukkan proses perkembangan kesembuhan luka, pada hari pertama sampai hari ke- 7 terjadi fase inflamasi. Setelah cedera, respon inflamasi terjadi. Kelompok teh hijau dan getah jarak cina pada fase inflamasi terlihat kemerahan, tetapi tidak terdapat edema ataupun bau sedangkan kelompok kontrol terlihat kemerahan, terdapat edema tetapi tidak ada bau. Ukuran luka

pada kelompok teh hijau hari ke- 3 dan ke- 5 belum ada perubahan tetap 1 cm. Pada hari ke- 7 mengalami penurunan dari 1 cm menjadi 0,99 cm. Kelompok getah jarak cina hari ke- 3 belum ada penurunan ukuran luka, sedangkan hari ke- 5 mengalami penurunan ukuran luka dari 1 cm menjadi 0,99 cm dan hari ke- 7 masih 0,99 cm belum ada penurunan. Kelompok kontrol pada hari ke- 3 sampai hari ke- 7 belum ada penurunan ukuran luka yaitu tetap 1 cm. Penurunan ukuran luka per minggu yaitu 0,062 cm9. Kelompok teh hijau dan getah jarak cina lebih cepat mengalami penurunan ukuran luka dibandingkan dengan normal penurunan luka. Sedangkan kelompok kontrol lebih lambat mengalami penurunan ukuran luka dibandingkan dengan normal penurunan luka. Hasil penelitian menunjukkan fase inflamasi cepat berakhir pada kelompok teh hijau, kemudian getah jarak cina selanjutnya kelompok kontrol. Teh hijau mengandung katekin/ polifenol, flavonoid, dan kafein. Katekin pada teh hijau berperan dalam proses penyembuhan luka, skar, dan penyakit fibrotik lainnya10. EGCG merupakan komponen utama dari polifenol teh hijau11. EGCG memiliki mempunyai efek antara lain anti-inflamasi, antimikroba dan imunomodulator12. Pada studi sebelumnya menunjukkan bahwa EGCG pada teh hijau mampu menekan infeksi mikroba, memigrasi sel dan pembuluh darah sehingga memungkinkan penggantian jaringan lebih cepat terjadi sehingga terbentuk jaringan granulasi13. Oleh sebab itu

kelompok teh hijau lebih inflamasi lebih cepat berakhir.

fase

Proses kesembuhan luka pada grafik 1 menunjukkan setelah kelompok teh hijau berakhir fase inflamasinya, kemudian diikuti oleh kelompok getah jarak cina. Getah jarak cina mengandungan senyawa flavonoid, tanin, dan saponin. Flavonoid yang terkandung didalam getah jarak cina telah diketahui dapat berfungsi sebagai vasodilatator yang dapat memperlancar aliran darah. Tanin bersifat sebagai antiseptik dan dapat menimbulkan efek vasokontriksi pembuluh darah kapiler6. Flavonoid dapat digunakan sebagai antioksidan14. Antioksidan adalah senyawa yang melindungi sel terhadap efek kerusakan oleh oksigen reaktif. Spesies oksigen reaktif (ROS) memainkan peran penting dalam penyembuhan luka dan dapat memicu berbagai bermanfaat oksigen radikal bebas. ROS juga memainkan peranan penting dalam kegagalan iskemik penyembuhan luka sementara antioksidan meningkatkan iskemik penyembuhan luka di kulit15. Karena itu, jika suatu senyawa memiliki potensi antioksidan, dapat menjadi agen terapi yang baik untuk meningkatkan proses penyembuhan luka15. Setelah fase inflamasi berakhir, selanjutnya fase proliferasi. Fase proliferasi dimulai pada hari ke- 9 sampai hari ke- 15. Fase proliferasi lebih cepat berakhir pada kelompok getah jarak cina, kemudian diikuti kelompok teh hijau dan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini fase

proliferasi dimulai pada hari ke- 9 sampai hari ke- 15. Hasil penelitian pada grafik 1 menunjukkan kelompok getah jarak cina lebih cepat mengakhiri fase proliferasi, selanjutnya kelompok teh hijau dan terakhir kelompok kontrol. Ukuran luka pada kelompok getah jarak cina mengalami penurunan pada hari ke- 9 dari 0,99 cm menjadi 0,8 cm, pada hari ke- 11 dari 0,8 cm menjadi 0,5 cm. Hari ke- 13 dari 0,5 cm menjadi 0,4 cm dan hari ke- 15 dari 0,4 cm menjadi 0,3 cm. Kelompok teh hijau ukuran luka mengalami penurunan pada hari ke 9 dari 0,99 cm menjadi 0,7 cm, pada hari ke- 11 dari 0,7 cm menjadi 0,5 cm dan pada hari ke- 15 dari 0,5 cm menjadi 0,4 cm. Kelompok kontrol ukuran luka pada hari ke- 9 mengalami penurunan dari 1 cm menjadi 0,99 cm, kemudian pada hari ke- 11 mengalami penurunan dari 0,99 cm menjadi 0,8 cm. Hari ke- 13 kelompok kontrol mengalami penurunan ukuran luka dari 0,8 cm menjadi 0,6 cm dan pada hari ke- 15 mengalami penurunan dari 0,6 cm menjadi 0,5 cm. Pada semua kelompok mengalami penurunan ukuran luka lebih cepat dibandingkan penurunan normal ukuran luka. Flavonoid yang dikandung Jatropha multifida Linn bersifat polar karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil ataupun mengikat gula, oleh karena itu flavonoid umumnya larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol. Pada sintesis fibroblas membutuhkan energi. Energi didapat melalui gula yang terkandung didalam flavonoid melalui proses glikolisis. Sedangkan pada teh hijau mengandung senyawa

EGCG. EGCG telah terbukti dapat merangsang proliferasi dan diferensiasi keratinosit16. Epitelisasi dicapai oleh proliferasi dan migrasi dari sel epidermis melalui tepi luka. Keratinosit adalah jenis sel utama epidermis dan mereka memainkan peran penting dalam konstruksi epidermis13. Lapisan epidermis basal mengandung sel induk keratinosit yang mengisi kulit ari13. Hasil studi sebelumnya, re-epitelisasi dipercepat melalui proliferasi epidermal basal keratinosit13. Fase terakhir pada kesembuhan adalah fase maturasi yang dimulai dari hari ke- 17 sampai hari ke- 25. Kelompok getah jarak cina lebih cepat mengakhir fase maturasinya yaitu pada hari ke- 19, selanjutnya kelompok teh hijau dan terakhir pada kelompok kontrol. Grafik 1 menunjukkan kesembuhan pada kelompok getah jarak cina terjadi di hari ke- 19, dan pada kelompok lainnya masing masing yaitu hari ke- 23 pada kelompok teh hijau dengan konsentrasi 6,4 gr % dan hari ke- 25 pada kelompok kontrol. pada hari ke17 ukuran luka kelompok getah jarak cina dari 0,3 cm mengalami penurunan menjadi 0,1 cm. Hari ke19 kelompok getah jarak cina mengalami kesembuhan luka. Kelompok teh hijau mengalami penurunan ukuran luka pada hari ke17 yaitu dari 0,4 cm menjadi 0,3 cm. Pada hari ke- 19 terjadi penurunan ukuran luka dari 0,3 cm menjadi 0,2 cm. Pada hari ke- 21 semua kelompok teh hijau mengalami penyembuhan. Kelompok kontrol

mengalami penurunan ukuran luka dari 0,5 cm menjadi 0,4 cm pada hari ke- 17. Pada hari ke- 19 terjadi penurunan ukuran luka dari 0,4 cm menjadi 0,3 cm. Penurunan ukuran luka terjadi pada hari ke- 21 dari 0,3 cm menjadi 0,2 cm. Pada heri ke- 23 terjadi penurunan ukuran luka dari 0,2 menjadi 0,1 cm, hari ke- 25 terjadi kesembuhan luka. Pada semua kelompok mengalami penurunan ukuran luka lebih cepat dibandingkan penurunan normal ukuran luka. Flavonoid yang terkandung dalam getah jarak cina mampu meningkatkan produksi kolagen dan degradasi, setelah serat yang tidak teratur kemudian diatur kembali sehingga meningkatkan kekuatan tarik menarik luka15. Peningkatan kekuatan tarik menarik luka ini mungkin dikarenakan adanya peningkatan konsentrasi kolagen dan stabilisasi serat sehingga penyembuhan luka lebih cepat17.

Kandungan saponin dapat memicu pembentukan kolagen, yaitu protein struktural yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Hasil studi sebelumnya, menunjukkan persentase protein pada permukaan luka yang diobati dengan Jatropha menunjukkan peningkatan yang progresif pada sintesis kolagen sehingga dapat membantu proses penyembuhan. Kolagen merupakan protein utama dari matriks ekstra selular, yang disintesis oleh sel fibroblast, sehingga dapat memberikan kontribusi untuk kekuatan dan penyembuhan luka15. EGCG pada teh hijau mengandung MMPs yang berfungsi membantu pembentukan kolagen. Sel-sel di bawah dermis mulai meningkatkan produksi kolagen. Data waktu kesembuhan antar kelompok mencit ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rerata waktu kesembuhan luka No. Kelompok Rerata Waktu Kesembuhan Luka (hari) (MeanSD) 24,201,09 20,201,78 19,000,00 Kemaknaan

1. 2. 3.

Kontrol Teh Hijau Getah Jarak Cina

P=0,004

Tabel 1 menunjukkan rerata waktu kesembuhan luka menggunakan uji Krusskal-Wallis dengan derajat kemaknaan p= 0,004. Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok yang diolesi getah jarak cina waktu kesembuhannya lebih cepat dibandingkan dengan kelompok lainnya yaitu 19,000,00

hari. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa perlakuan dengan menggunakan ekstrak Jatropha multifida dan Carica papaya dengan perbandingan 2 : 1 memiliki r a t a - rata kesembuhan paling cepat yaitu 30,2 hari jika dibandingkan perlakuan lainnya18. Penelitian ini,

dilakukan pada luka bakar derajat II sehingga waktu sembuhnya lebih lama dibandingkan dengan luka sayat.

kandang sehingga resiko terjadinya luka baru lebih tinggi19. Tabel 1 menunjukkan kelompok kontrol mempunyai waktu kesembuhan terlama dibandingkan kelompok lainnya yakni 24,201,09 hari. Hal ini karena kelompok kontrol hanya dilakukan perawatan luka standar (cleansing, debridement, dressing) tanpa diberi obat atau bahan uji apapun.

Tabel 1 menunjukkan kelompok teh hijau dengan konsentrasi 6,4 gr % memiliki waktu sembuh p= 20,201,78 hari. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, dimana hasil penelitiannya menunjukan rerata waktu sembuh 113.600.548 (jam)19. Hasil Setelah diketahui hasil rerata penelitian sebelumnya lebih cepat waktu kesembuhan luka sayat, dibandingkan hasil penelitian ini. Hal kemudian dilanjutkan dengan uji ini dikarenakan penelitian ini tidak Man-Whitney untuk mengetahui dilakukan perawatan luka setiap hari. kelompok mana yang mempunyai Selain itu terdapat perbedaan dalam perbedaan bermakna. Tabel 2 penempatan mencit didalam menunjukkan waktu kesembuhan kandang. Penelitian sebelumnya luka masing masing kelompok menempatkan 1 ekor mencit dalam 1 perlakuan menggunakan uji Mankandang sedangkan penelitian ini Whitney. menempatkan mencit 5 ekor dalam 1 Tabel 2. Waktu kesembuhan luka masing - masing kelompok perlakuan No. 1. 2. 3. Kelompok Getah Jarak Cina Teh Hijau Getah Jarak Cina - Kontrol Teh hijau - Kontrol Kemaknaan p= 0,136 p= 0,005 p= 0,013

Tabel 2 menunjukkan kelompok getah jarak cina dibandingkan dengan teh hijau dengan konsentrasi 6,4 gr % tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Kelompok getah jarak cina dibandingkan dengan kelompok kontrol ada perbedaan yang bermakna. Sedangkan kelompok teh hijau dengan konsentrasi 6,4 gr % dibandingkan dengan kelompok kontrol ada perbedaan yang bermakna. Kemampuan getah jarak cina dalam mengobati luka berdasarkan

adanya kandungan zat-zat kimia antara lain flavonoid, tannin, saponin, dan alkaloid20. Flavonoid efektif terhadap sejumlah mikroorganisme. Aktivitasnya kemungkinan disebabkan oleh kemampuan untuk membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan juga dengan dinding sel. Flavonoid yang bersifat lipofilik mungkin juga dapat merusak membran sel mikroba. Tannin membentuk kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen dan efek hidrofobik sebagaimana

pembentukan ikatan kovalen. Cara kerja aksi antimikroba berhubungan dengan kemampuan menginaktivasi adhesi mikroba, enzim, protein, transport cell envelope. Saponin memiliki aktivitas spektrum luas sebagai antifungi dan antibakteri. Alkaloid diterpenoid yang diisolasi dari tanaman juga memiliki sifat antimikroba20. Kelompok teh hijau dengan konsentrasi 6,4 gr % dibandingkan dengan kelompok kontrol ada perbedaan yang bermakna (p= 0,013). Teh hijau mengandung kafein, tanin dan polifenol21. Polifenol mengandung senyawa aktif berupa cathechin yang antara lain terdiri dari Epigallocathechin gallate (EGCg), Epicatechin gallate (EGC), Epigallocathechin (EGC) dan 22 Gallocathechin (GC) . EGCG telah terbukti fungsinya yaitu sebagai anti inflamasi, antioksidan, dan dapat meningkatkan penyembuhan luka serta bekas luka5. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan, bahwa polifenol teh hijau berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan fagositosis. Polifenol teh hijau terbukti meningkatkan sistem pertahanan tubuh22. SIMPULAN 1. Rerata waktu kesembuhan luka sayat dengan olesan teh hijau adalah 20,20 1,78 hari. 2. Rerata waktu kesembuhan luka sayat dengan olesan getah jarak cina yaitu selama 19,000,00 hari. 3. Rerata waktu kesembuhan luka sayat tanpa intervensi atau kelompok kontrol mempunyai

waktu sembuh paling lama yaitu 24,201,09 hari. 4. Ada perbedaan yang signifikan waktu kesembuhan luka sayat antar semua kelompok (p = 0,004). SARAN 1. Bagi praktek keperawatan di Rumah sakit Dapat digunakan untuk membantu penyembuhan luka sayat grade 1 sampai 3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan pertimbangan dalam manajemen perawatan luka bagi pasien yang mengalami luka sayat khususnya dengan dijadikan gel atau krem. 2. Bagi masyarakat / pasien Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengobatan alternatif penyembuhan luka sayat. Karena dari segi ekonomi lebih efisien, selain itu tanaman getah jarak cina mudah ditemukan. 3. Peneliti selanjutnya a. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan karakteristik luka yang berbeda. b. Pada teknik perawatan luka tertutup untuk lebih memperhatikan teknik pembalutan luka untuk mendapatkan hasil yang terbaik. c. Dokumentasi penelitian yang lebih rinci tentang gambar gambar observasi proses perawatan dan perkembangan luka. d. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk uji dosis, uji

toksisitas, dan sediaan dalam bentuk gel atau krem. DAFTAR PUTAKA 1. Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (Komalasari, Evriyani, Novieastari, Hany, Kurnianingsih). Ed.4. Jakarta: EGC 2. Sari, D. N. (2009). Perawatan Luka; Dahulu dan Sekarang. Diakses tanggal 24 september 2011. http://data.perawatonline.com/in dex.php?option=com_content&v iew=article&id=26:perawatanluka-dahulu-dansekarang&catid=8:kep-medikalbedah&Itemid=76 3. Morison, M.J. (2004). Seri Pedoman Praktis. Manajemen luka. Jakarta: EGC 4. Tarigan, R. (2005). Peran Perawat dalam Penanganan Luka. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1 Nomor 2 5. Klass, B.R, Branford, O. A., Grobbelaar, A. O., & Rolfe, K. J. (2009). The effect of epigallocatechin-3-gallate, a constituent of green tea, on transforming growth factor-b1 stimulated wound contraction. Wound Repair and Regeneration, 10.1111/j.1524475X 6. Permadi, A. (2008). Membuat Kebun Tanaman Obat. Jakarta: Pustaka bunda 7. Arisandi, Y. dan Yovita A. (2008). Khasiat tanaman obat. Jakarta: Pustaka Buku Murah 8. Dahlan, M. S. (2011). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan.

Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika 9. Sussman, C., and Jensen, B.B., (2007). Wound care a collaborative practice manual for health professional. 3th Edition. United State of America. Lipincott Williams and Willkinns 10. Kapoor, M, Howard, R, Hall, I, Appleton, I. (2004). Effects of epicatechin gallate on wound healing and scar formation in a full thickness incisional wound healing model in rats. Am J Pathol. Jul;165(1):299-307 11. Hsu S. (2005). Green tea and the skin. J Am Acad Dermatol;52(6):1049-59. 12. Hyon SH. (2004). A non-frozen living tissue bank for allotransplantation using green tea polyphenols. Yonsei Med J;45(6):1025-34. 13. Kim, Kawazoe, Han, Matsumara, Suzuki, Tsutsumi & Hyon. (2008). Enhanced wound healing by an epigallocatechin gallate-incorporated collagen sponge in diabetic mice. Wound Repair and Regeneration, 16: 714720. DOI: 10.1111/j.1524475X.2008.00422.x 14. Sundaryono, A. (2011). Penggunaan Batang Tanaman Betadin (Jatropha mulitifida Linn) untuk Meningkatkan Jumlah Trombosit pada Mus musculus. MEDIA MEDIKA INDONESIANA. Volume 45, Nomor 2. 15. James, Unekwojo, Ojochenemi (2011). Assessment of Biological Activities: A Comparison of Pergularia daemia and Jatropha

curcas Leaf Extracts. British Biotechnology Journal 1(3): 85100, 2011 16. Hsu S, Bollag WB, Lewis J, Huang Q, Singh B, Sharawy M, Yamamoto T, Schuster G. (2003). Green tea polyphenols induce differentiation and proliferation in epidermal keratinocytes. J Pharmacol Exp Ther ;306(1):29-34. 17. Shetty, S, Udupa, S.L., Udupa, A.L., Vollala, V.R. (2006). Wound Healing Activities of Bark Extract of Jatropha curcas Linn in Albino Rats. Saudi Med J ; Vol. 27 (10); 1473-1476 18. Wicaksono, I. (2011). Pengaruh Pemberian Gel Kombinasi Ekstrak Tanaman Yodium (Jatropha multifida) dan Daun Pepaya (Carica papaya) terhadap Penyembuhan Luka Bakar Termal pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Diakses 11 Februari 2012. http://www.scribd.com/doc/7632 2841/Naskah-Publikasi-2 19. Wijayanto, B. (2009). Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Luka

Sayat dengan Olesan teh Hijau Konsentrasi 6,4% dan Povidone iodine pada Mencit. Skripsi strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta 20. Dewiyanti, A., Hana R., dan Sugiarto P. (2010). Perbandingan Pengaruh Ozon, Getah Jarak Cina (Jatropha Multifida L.) dan Povidone Iodine 10% terhadap Waktu Penyembuhan Luka pada Mencit Betina Galur Swiss Webster. Skipsi Strata satu, Universitas Kristen Maranatha, Bandung 21. Sundari, D., Nuratmi, B., Winarno, M.W., (2009). Toksisitas Akut (LD50) dan Uji Gelagat Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis (Linn) Kunze) pada Mencit. Media Penelit. Dan Pengembang. Kesehat. Volume XIX nomor 4 Tahun 2009 22. Wibowo, A., (2006). Pengaruh Pemberian Polifenol Teh Hijau terhadap Kemampuan Fagositosis. Skripsi strata satu, Universitas Dipenogoro Semarang, Semarang

Anda mungkin juga menyukai