Anda di halaman 1dari 12

J.

Agrivigor 11(2):117-128, Januari April 2012; ISSN 1412-2286

INOKULASI Azotobacter sp. DAN KOMPOS LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH
Inoculation of Azotobacter sp. and compost agricultural waste of growth rice and rice production
Amirullah Dachlan, Badron Zakaria, Anna K. Pairunan, dan Elkawakib Syamun
E-mail:amdachlan@yahoo.co.id Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan km. 10 Makassar, 90245. Telp (0411) 586014

ABSTRAK
Penggunaan pupuk sintetik dapat ditekan dengan cara meningkatkan peran jasad renik (mikroba tanah) lokal sebagai sumber hara hayati. Penelitian dilaksanakan di di Lahan sawah Balai Benih Induk Tanaman Pangan dan Hortikultura yang terletak di Kabupaten Maros. Penelitian berlangsung dari Januari hingga Mei 2011.Penelitian dilaksanakan dalam bentuk percobaan faktorial dua faktor yang disusun dalam Rancangan Petak Terpisah (RPT). Faktor pertama sebagai petak utama adalah jenis kompos yang terdiri atas dua, yaitu: kompos jerami padi dan kompos kulit buah kakao. Faktor kedua sebagai anak petak, adalah Azotobacter sp. yang terdiri atas tiga taraf, yaitu: Azotobacter sp. 0.0 L ha-1, 2.5 L (2,5 x 107 cfu) dalam 250 L air ha-1 dan 5.0 L (5,0 x 107 cfu) dalam 250 L air ha-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara kompos jerami padi dengan inokulasi Azotobacter sp. 5.0 L ha-1 dapat meningkatkan jumlah gabah berisi per malai sebesar 17,06% (81,46 butir), hasil gabah kering panen per petak dan per hektar sebesar 34,69% dan 34,65% (8,58 kg dan 7,15 ton), hasil gabah kering giling per petak dan per hektar sebesar 37,81% dan 37,99% (7,58 kg dan 6,32 ton), dan indeks panen sebesar 26,67% (0,57) dibanding dengan pemberian kompos jerami padi tanpa inokulasi Azotobacter sp.

Kata kunci: Rhizobia, Azotobacter sp. Kompos limbah pertanian, dan padi

ABSTRACT
The use of synthetic fertilizers can be suppressed by increasing the role of micro-organisms (soil microbes) locally as a source of biological nutrients. Research conducted at the Central Rice fields Foundation Seeds Food Crops and Horticulture in Maros Regency. The experiment was conducted in the form of two-factor factorial experiment arranged in a Split Plot Design. The first factor as the main plot is a type of compost consisting of two, namely: rice straw compost and composted cocoa fruit skin. The second factor as a subplot, is the Azotobacter sp. which consists of three levels, namely: Azotobacter sp. 0.0 L ha-1, 2.5 L (2.5 x 107 cfu) in 250 L water ha-1 and 5.0 L (5.0 x 107 cfu) in 250 L water ha-1. Results showed that the interaction between the rice straw compost by inoculation of Azotobacter sp. 5.0 L ha-1 can increase the amount of grain per panicle contains at 17.06% (81.46 points), dry harvested grain yield per plot and per hectare of 34.69% and 34.65% (8.58 kg and 7 , 15 tons), dry milled grain yield per plot and per hectare of 37.81% and 37.99% (7.58 kg and 6.32 tons), and harvest index of 26.67% (0.57) than with the provision of rice straw compost without inoculation Azotobacter sp.

Key words: compost, Azotobacter sp., compost agricultural waste, and rice

PENDAHULUAN
Berbagai upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi gabah telah dilakukan semenjak masa Orde Baru. Berbagai kendala yang dihadapi antara

lain adalah terjadinya alih fungsi lahan pertanian produktif serta degradasi lahan (memburuknya sifat fisik, kimia, dan biologi tanah) dan lingkungan akibat pencemaran dari penggunaan bahan

117

Inokulasi azotobacter sp. dan kompos limbah pertanian terhadap dan produksi padi kimia. Penggunaan pupuk dan pestisida sintetik dengan tidak bijaksana dalam penerapan teknologi intensifikasi pertanian yang terus berlangsung hingga saat ini berdampak terhadap penurunan dan atau pelandaian produktivitas lahan. Pertumbuhan produksi dan produktivitas padi tidak hanya menunjukkan gejala pelandaian, tetapi juga cenderung mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Pada masa tahun 2000an ini pertumbuhan produksi hanya meningkat kurang dari 1% per tahun, lebih rendah dibandingkan pada dasa-warsa tahun 1990-an yang rata-rata me-ningkat 1,47% per tahun, dan jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode 1980-an dimana pertumbuhan rata-rata mencapai 4,34% per tahun (Lakitan, 2009). Menurut Makarim dan Suhartatik (2006), untuk mengatasi penurunan produksi dan produktivitas lahan, teknologi budidaya padi sawah dimasa mendatang adalah teknologi yang pada prinsipnya dapat sintetik. menekan penggunaan pupuk jasad pupuk sintetik renik Penggunaan peran sehingga dapat mening-katkan partumbuhan dan hasil serta mengurangi polusi pada lingkungan. Oleh karena itu hara hayati sering disebut sebagai pupuk mikrobe. Azotobacter sp. merupakan salah satu mikroba penambat N non-simbiotik yang dapat digunakan sebagai agen penambat nitrogen bebas menjadi tersedia bagi tanaman. Hindersah dan Simarmata (2004), menyatakan bahwa kesehatan biologis suatu tanah akan banyak ditentukan oleh dominansi dari rizobakteri yang diberikan atas mikroba tanah lainnnya sehingga tanaman mendapatkan manfaat yang optimal dari rizobakter yang diberikan. Sehubungan dengan hal tersebut, hasil penelitian Syamun, Dachlan dan Aryantha (2006), yang telah dilakukannya di rumah kasa, menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea sebesar 50% (125 kg ha-1) dari dosis yang dianjurkan bersama dengan pemberian isolat Azotobacter sp. TSI-1 dengan konsentrasi 5 L dalam 250 L air ha-1 memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman padi yang lebih baik dibandingkan dengan paket pemupukan lainnya. Faktor utama yang harus diperhatikan dalam aplikasi Azotobacter sp. sebagai agen hayati adalah kandungan bahan organik dalam tanah yang merupakan sumber nutrisi bagi bakteri. Selain eksudat akar tanaman yang banyak mengandung asam amino, kar-bohidrat dan senyawa lainnya sebagai sumber energi dan nutrisi bagi pertum-buhan mikroba, aktivitas dan populasi mikroba didaerah perakaran tanaman juga pengaruhi oleh kandungan dibahan

dapat ditekan antara lain dengan cara meningkatkan (mikroba tanah) lokal sebagai sumber hara hayati/pupuk hayati, dan pemanfaatan bahan organik terutama yang tersedia secara in situ. Hara hayati merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan kedalam tanah sebagai inokulan untuk membantu tanaman menyediakan unsur hara tertentu bagi tanaman. Dalam aplikasinya, hara hayati tidak hanya dapat menyediakan hara bagi tanaman, tetapi juga menghasilkan hormon tumbuh, asam amino, vitamin dan fungisida

118

Amirullah Dachlan, Badron Zakaria, Anna K. Pairunan, dan Elkawakib Syamun organik organik bah tanah. tanah Kandungan dapat seperti bahan limbah per-tanian dengan konsentrasi Azotobacter sp.

ditingkatkan jerami dan Se-

dengan penambahan kompos dari limpertanian, kompos limbah pertanian lainnya.

BAHAN DAN METODE


Penelitian dilaksanakan dalam bentuk percobaan di Lahan sawah Balai Benih Induk Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di Kabupaten dari Maros. Januari Penelitian berlangsung

tiap jenis mikroba tanah memerlukan senyawa organik yang berbeda dengan jenis biota lainnya, sehingga diperlukan keanekaragaman tanaman sebagai sumber bahan organik (Anonim, 2008). Hasil penelitian Sennang et al. (2009) pada skala pot menunjukkan bahwa varietas Mamberamo yang diberi kompos kulit buah kakao (2 t ha-1) dan larutan Azotobacter (TSI-1) 2,5 L ha-1 memberikan bobot gabah kering giling yang lebih tinggi per rumpun, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Membramo yang diberi kompos jerami padi dan larutan Azotobacter sp. (TSI-1) 2,5 L ha-1 dan varietas Membramo yang diberi kompos brangkasan kedelai dan larutan Azotobacter sp. (TSI-1) 2,5 L ha-1. Dari uraian yang telah dikemukakan tersebut diatas, dianggap perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut di tingkat lapangan mengenai partumbuhan dan produksi padi pada berbagai konsentrasi Azotobacter sp. dan kompos limbah pertanian sebagai sumber energi dan nutrisi bagi bakteri Penggunaaan jenis kompos yang paling sesuai dengan konsentrasi Azotobacter sp. yang diberikan, diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan pro-duksi tanaman padi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mempelajari pertumbuhan dan produksi padi sawah pada berbagai kombinasi jenis kompos

hingga Mei 2011. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : isolat Azotobacter sp. sebagai agen penambat N2, nutrient broth (NB), aluminium foil, aquadest steril, kapas steril, pupuk urea, SP-36, KCl, benih padi varietas Membramo, kompos jerami padi dan kulit buah kakao, dan insektisida Foltus 400 SL. Alat yang digunakan adalah: tabung reaksi, labu takar, pipet, erlenmeyer, autoclave, oven, shaker, kotak pindah/tanam, ember, plastik, selang, sprayer, timbangan halus dan kasar, traktor tangan, cangkul, meter, label dan alat tulis menulis. Penelitian dilaksanakan dalam bentuk percobaan faktorial dua faktor yang disusun dalam Rancangan Petak Terpisah (RPT). Petak utama adalah jenis kompos (K) yang terdiri dari dua yaitu: kompos jerami padi (k1) dan kompos kulit buah kakao (k2). Anak petak adalah inokulasi Azotobacter sp. (H) yang terdiri dari tiga taraf yaitu tanpa inokulasi Azotobacter sp. (h0, kontrol), 2,5 L (2,5 x 107 cfu) dalam 250 L air per ha (h1), dan 5,0 L (5,0 x 107 cfu) dalam 250 L air per ha (h2). Dari kedua faktor tersebut diperoleh 6 (2x3) kombinasi perlakuan (k1h0, k1h1, k1h2, k2h0, k2h1

119

Inokulasi azotobacter sp. dan kompos limbah pertanian terhadap dan produksi padi dan k2h2). Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari satu petak perlakuan (400 cm x 600 cm) yang masing-masing diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 18 petak percobaan. Formula hayati dari bakteri penambat N-nonsimbiotik (Azotobacter sp.) dibuat dengan cara memperbanyak isolat bakteri yang telah diperoleh dari lahan sawah intensif di Kabupaten Maros pada media nutrient broth (NB). Setelah dikocok (shaker) selama 3X24 jam, biakan murni Azotobacter sp. selanjutnya di tambahkan kedalam larutan pembawa, diaduk hingga homogen dengan menggunakan shaker, dikemas dan telah siap untuk digunakan dengan melarutkannya kedalam air (1:50) sesuai dengan perlakuan yang dicobakan (0,0 L ha-1, 2,5 L ha-1, dan 5,0 L ha-1). Isolat Azotobacter sp. (TSI-1) yang digunakan merupakan isolat yang memiliki kemampuan tertinggi dalam menambat nitrogen dari udara bebas dari empat jenis/strain yang telah diisolasi oleh Syamun, Dachlan dan Aryantha (2006), dari berbagai agroekosistem lahan sawah di kabupaten Maros. Sebelum benih disemaikan, benih terlebih dahulu direndam dalam air yang mengandung garam dapur (20 g L-1 air) untuk memisahkan benih yang ringan dan yang berat. Benih yang terapung dibuang sedangkan benih yang tenggelam diambil untuk direndam dalam air selama 24 jam. Selanjutnya benih diperam diatas lembaran karung goni dengan ujung yang tertutup rapat. Karung goni dibasahi hingga jenuh dan disimpan ditempat teduh selama 48 jam. Benih yang sudah diperam selanjutnya kulit ditaburkan dipetak persemaian dengan kepadatan sekitar dua genggam setiap meter persegi. Benih yang sudah ditaburkan kemudian ditekan dengan telapak tangan hingga tertutup tipis dengan lumpur. Setelah tanah diolah, digaru dan diratakan, petak percobaan dibuat dengan ukuran 400 cm x 600 cm, jarak antar petak percobaan dalam setiap kelompok adalah 75 cm, sedangkan jarak antar kelompok adalah 100 cm. Setiap kelompok dibuat enam (6) buah petak percobaan, sehingga dengan tiga kelompok maka petak percobaan yang dibuat sebanyak 36 buah. Selanjutnya setiap petak percobaan dilapisi dengan plastik sedalam 30 cm agar tidak terjadi rembesan dari petak perlakuan satu ke petak perlakuan lainnya Aplikasi kompos jerami padi dan buah kakao (sesuai dengan perlakuan yang dicobakan) diberikan ke dalam petak percobaan masing-masing sebanyak 3 ton ha-1. Kompos diberikan satu minggu sebelum tanam dengan cara membenamkan kedalam tanah. Inokulasi Azotobacter sp. Dilakukan dengan terlebih dahulu mengencerkan formula Azotobacter sp. yang telah disiapkan, masing-masing dengan 2,5 L dalam 250 L air per ha (0,5 : 50), dan 5,0 L dalam 250 L air per ha (1,0 : 50) sesuai dengan perlakuan, sedangkan pada perlakuan kontrol tidak diberikan Azotobacter sp.. Setelah itu, larutan Azotobacter sp. diaduk hingga homogen dan diinkubasikan dengan cara mendiamkannya selama 5-7 jam, yang diselingi dengan mengaduk rata sebanyak tiga kali sebelum digunakan. Inokulasi

120

Amirullah Dachlan, Badron Zakaria, Anna K. Pairunan, dan Elkawakib Syamun Azotobacter sp. dilakukan satu minggu setelah bibit ditanam dengan cara disiramkan ke dalam tanah sesuai dengan perlakuan yang dicobakan. Bibit yang telah berumur 25 hari setelah semai ditanam dalam petak percobaan yang berukuran 400 cm x 600 cm dengan jarak tanam 20 cm x 14 cm x 40 cm (Legowo 2:1), bibit ditanam sebanyak dua batang per rumpun. Setelah penanaman, petak percobaan dibiarkan macakmacak selama 3 hari. selanjutnya air dimasukkan dan dilakukan penggenangan setinggi 2,5 cm hingga beberapa hari menjelang panen. Pemberian pupuk dasar SP 36 dan KCl dilakukan sekali, yaitu pada saat tanam, dengan dosis masing-masing 100 kg anjuran) ha-1. Pemberian pupuk urea tiga kali, yaitu; dengan dosis 125 kg ha-1 (50% dari dosis dilakukan sepertiga (1/3) saat tanam, sepertiga (1/3) 21 HST dan sepertiga (1/3) 50 HST. Pemberian dilakukan dengan cara menebar pupuk secara merata diantara barisan tanaman sistem legowo dan membenamkannya kedalam tanah. Pemeliharaan yang dilakukan selama penelitian meliputi penyulaman (5-7 HST), penggenangan (mulai hari ke empat hingga beberapa hari sebelum panen), penyiangan (20 dan 40 HST), dan pemberantasan hama (insektisida Foltus 400 SL 2-3 mL per L air). Panen dilakukan saat butir gabah yang menguning sudah mencapai 80% atau pada umur 30 35 hari setelah berbunga merata, tepatnya 90 HST. Komponen pertumbuhan dan hasil yang diamati dan diukur dalam penelitian adalah: jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif per rumpun, panjang malai, jumlah gabah berisi per malai, jumlah gabah hampa per malai, berat gabah berisi per malai, berat gabah 1000 butir, hasil gabah kering panen, hasil gabah kering giling, dan indeks panen. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa keragamannya. Jika hasil analisis ragam terdapat pengaruh yang nyata diantara perlakuan yang dicobakan, maka dilakukan terkecil (BNT). uji lanjut dengan menggunakan uji beda nyata

HASIL DAN PEMBAHASAN


Jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif per rumpun, jumlah gabah hampa per malai dan berat gabah 1000 butir Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis kompos, konsentrasi Azotobacter sp dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan per rumpun (49 HST), Jumlah anakan produktif per rumpun, Jumlah gabah hampa per malai dan Berat gabah 1000 butir. Rata-rata jumlah anakan per rumpun, Jumlah anakan produktif per rumpun, Jumlah gabah hampa per malai dan Berat Azotobacter Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah anakan per rumpun, cenderung lebih tinggi kulit buah pada perlakuan kompos kakao dengan inokulasi sp. gabah 1000 butir dilihat pada pada perlakuan kompos dan inokulasi Dapat

Azotobacter sp. 5.0 L ha-1. Jumlah anakan produktif per rumpun dan berat gabah 1000 butir cenderung lebih tinggi pada

121

Inokulasi azotobacter sp. dan kompos limbah pertanian terhadap dan produksi padi perlakuan kompos jerami padi dengan inokulasi Azotobacter sp. 5.0 L rendah diperoleh pada ha-1. Jumlah gabah hampa permalai yang teperlakuan kompos jerami dengan Azotobacter sp. 5.0 L ha-1. Namun demikian semua kombinasi perlakuan yang dicobakan tidak berbeda nyata antara satu dengan lainnya. Pemberian kompos dan Ino-kulasi Azotobacter (interaksi), sp. baik secara terpisah (tunggal) maupun secara bersama-sama belum memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif per rumpun, jumlah gabah hampa per malai dan berat gabah 1000 butir (Gambar 1). Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada masa pembentukan anakan, kom-pos yang diberikan belum memberikan perubahan yang nyata terhadap sifat fisik dan kimia serta biologi tanah. Demikan halnya Azotobacter sp. yang di-inokulasikan kedalam tanah kemung-kinan belum mengalami perkembangan dan aktivitas yang nyata dalam fiksasi N dan sintesa senyawa organik yang ber-manfaat bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini juga yang menyebabkan jumlah anakan produktif yang terbentuk, jumlah gabah hampa per malai dan berat 1000 butir tidak berbeda antara perlakuan satu dengan lainnya. Berat gabah berisi per malai Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis kompos, dan interaksi antara jenis kompos dengan konsentrasi Azotobacter sp. tidak berpengaruh nyata terhadap berat gabah berisi per malai. Sedangkan konsentrasi Azotobacter sp. secara tunggal berpengaruh sangat nyata terhadap berat gabah berisi per malai. Rata-rata berat gabah berisi permalai pada perlakuan inokulasi Azotobacter sp. dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan Azotobacter sp. 5.0 L ha-1 (h2) memperlihatkan berat gabah berisi per malai yang tertinggi dan berbeda nyata dengan tanpa pemberian Azotobacter sp. (h0) dan pemberian Azotobacter sp. 2.5 L ha-1 (h1), sedangkan perlakuan tanpa pemberian Azotobacter sp. (h0) memperlihatkan hasil yang terendah namun tidak berbeda nyata dengan pemberian Azotobacter sp. 2.5 L ha-1 (h1). Inokulasi Azotobacter sp. Sebagai penambat N2 non simbiotik dapat meningkatkan populasi mikroba tersebut di daerah perakaran tanaman padi, sehingga aktivitas fiksasi N2 didaerah perakaran tanaman juga dapat meningkat. Fluktuasi dalam hal fiksasi N2 berhubungan dengan jumlah koloni Azotobacter sp yang terdapat dalam tanah. Pada kondisi daerah perakaran yang menunjang dengan tersedianya sumber energi dan mineral, maka pertumbuhan dan perkembangan mikroba serta aktivitas fiksasi N dapat berlangsung dengan optimal. Sejalan dengan itu Saraswati (2004) menyatakan bahwa fiksasi N2 secara hayati oleh Azotobacter sp memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap ketersediaan N dan hormon tumbuh dalam tanah.

122

J. Agrivigor 11(2):117-128, Januari April 2012; ISSN 1412-2286

Gambar 1. Rata-rata jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif per rumpun, jumlah gabah hampa per malai dan berat gabah 1000 butir pada perlakuan kompos dan inokulasi Azotobacter sp.

Tabel 1. Rata-rata berat gabah berisi per malai pada perlakuan Azotobacter sp. hayati kompos h0 h1 h2 k1 1.51 1.71 2.45 k2 1.75 1.79 1.96 rata-rata 1.63a 1.75a 2.21b NP BNT =0.05 0.48
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (a,b) berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT=0,01

Nitrogen merupakan unsur hara utama yang dibutuhkan oleh tanaman, terutama pada awal pertumbuhan hingga pertengahan pembentukan anakan dan pada tahap awal pem-bentukan malai pada tanaman padi. Selanjutnya N dibutuhkan nunda pada saat daun. pembungaan Se-makin hingga biji masak penuh, untuk megugurnya banyak daun yang tetap aktif dalam proses fotosintesis pada periode ini, di-

harapkan semakin banyak pula fotosintat yang disimpan dalam biji sehingga ukuran dan berat biji juga meningkat. Saharan dan Nehra (2011) lebih lanjut menyatakan bahwa Azo-tobacter sp. selain dapat meningkatkan ketersediaan N dalam tanah dan menghasilkan asam indol asetat (AIA), juga mampu menghasilkan sitokinin dan gibberelin serta meningkatkan ketersediaan hara lainnya, seperti; P, S, Fe dan

123

Inokulasi azotobacter sp. dan kompos limbah pertanian terhadap dan produksi padi Cu dan dapat mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh bakteri/fungi. Olehnya itu, inokulasi Azotobacter sp. pada tanaman pangan maupun pada tanaman, hortikuktura dan kehutanan dapat memberikan pengaruh yang luas mulai dari awal hingga akhir pertumbuhan tanaman, atau dari kecambah hingga hasil tanaman. Jumlah gabah berisi per malai, GKP per petak dan per hektar, GKG per petak dan per hektar serta indeks panen. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara jenis kompos dan konsentrasi Azotobacter sp berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah ber isi per malai, GKP per petak dan per hektar, GKG per petak dan per hektar serta indeks panen. Rata-rata berat gabah berisi per malai pada perlakuan kompos dan inokulasi Azotobacter sp. dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil uji BNT pada Tabel 2 me-nunjukkan bahwa pada perlakuan Azotobacter kompos sp. 5.0 jerami, L inokulasi (k1h2) ha-1 buah kakao (k2) pada semua taraf perlakuan Azotobacter sp. (h0, h1, dan h2). Interaksi antara perlakuan kompos jerami dengan inokulasi Azotobacter sp. 5.0 L ha-1 (k1h2) memperlihatkan jumlah gabah ber isi per malai, GKP per petak, GKG per petak, GKP per ha-1, GKG per ha-1 dan indeks panen tertinggi dan berbeda nyata dengan tanpa Azotobacter sp. (k1h0) dan Azotobacter sp. 2.5 L ha-1 (k1h1) (Tabel 2). Hasil yang diperoleh ini disebabkan karena kompos jerami padi dapat memberikan kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan Azotobacter sp., sehingga inokulasi Azotobacter sp. 5,0 L ha-1 pada tanaman dapat memberikan kontribusi yang lebih nyata terhadap peningkatan populasi dan aktivitasnya yang lebih mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman dibanding dengan tanpa inokulasi Azotobacter sp. Sejalan dengan itu, hasil penelitian skala pot yang telah dilakukan oleh Sennang et al. (2009) memperlihatkan bahwa pemberian kompos jerami dan inokulasi Azotobacter sp. 2,5 L ha-1 dan 5,0 L ha-1 memberikan bobot gabah kering giling yang lebih tinggi dibanding dengan tanpa inokulasi Azotobacter sp., namun tidak berbeda nyata dengan pemberian kompos kulit buah kakao dan kompos brangkasan kedelai yang diinokulasi dengan Azotobacter sp. 2,5 L ha-1. Ketersediaan hara dan aktivitas fotosintesis selama fase vegetatif dan generatif tanaman sangat berperan dalam menen-

memperlihatkan jumlah gabah ber isi per malai, GKP per petak, GKG per petak, GKP per panen ha-1, GKG per dan ha-1 dan indeks nyata tertinggi berbeda

dengan tanpa Azotobacter sp. (k1ho) dan Azotobacter sp. 2.5 L ha-1 (k1h1). Sedangkan pada perlakuan kompos kulit buah kakao, semua taraf perlakuan Azotobacter sp. (k2h0, k2h1, dan k2h2) tidak berbeda nyata antara satu dengan lainnya. Perlakuan kompos jerami padi (k1) tidak berbeda nyata dengan kompos kulit

124

Amirullah Dachlan, Badron Zakaria, Anna K. Pairunan, dan Elkawakib Syamun Tabel 2. Rata-rata Jumlah gabah berisi per malai, GKG per petak dan per hektar serta indeks panen pada perlakuan kompos dan Azotobacter sp. Kompos Hayati h0 h1 h2 Jlh gabah berisi malai-1 69.53a 72.58a 81.46b x x x 72.58a 72.00a 74.39a x NP BNT =0,05 k1 k2 NP BNT =0,05 k1 k2 NP BNT =0,05 k1 k2 NP BNT =0,05 k1 k2 NP BNT =0,05 k1 k2 NP BNT =0,05 10.92 6.37a x 6.78a x 2.54 5.50a x 5.86a x 2.15 5.31a x 5.65a x 2.11 4.58a x 4.88a x 1.79 0.45a x 0.49a x 0.19 Indeks panen 0.49ab x 0.51a x 0.57b x 0.44a x 0.09 GKG ha-1 (ton) 4.84a x 4.95a x 6.32b x 5.13a x 0.82 GKP ha-1 (ton) 5.57a x 5.79a x 7.15b x 6.04a x 0.72 GKG petak-1 (kg) 5.80a x 5.94a x 7.58b x 6.16a x 0.98 GKP petak-1 (kg) 6.68a x 6.94a x 8.58b x 7.25a x 0.86 x x NP BNT =0,05

k1 k2

0.98

Keterangan:Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (a,b) dan kolom (x) berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT=0,05

125

Inokulasi azotobacter sp. dan kompos limbah pertanian terhadap dan produksi padi tukan hasil tanaman. Ketersediaan N merupakan unsur yang sangat diperlukan dalam pembentukan bagianbagian vegetatif dari tanaman.Interaksi antara kompos dengan Azotobacter sp. dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan ketersediaan N, P dan K serta senyawa-senyawa organik yang dibutuhkan oleh tanaman. Menurut Isminarni et al. (2007), bahan organik merupakan sumber energi dan mineral bagi Azot-obacter sp. dan mikroba tanah lainnya yang sangat diperlukan untuk men-dukung dan perkembangan dalam populasi N2 aktivitasnya fiksasi bagai hasil utama dari fotosintesis, karbohidrat juga merupakan bahan dasar (bersama dengan N dan hara anorganik lainnya dari dalam tanah) dalam pembentukan lemak dan protein. Sebagian besar karbohidrat, lemak dan protein disimpan dalam biji sebagai bahan makanan cadangan. Semakin pesat pembentukan dan penyimpanan karbohidrat maka jumlah, ukuran dan berat dari biji juga mengalami peningkatan. Pada perlakuan kompos kulit buah kakao, semua taraf perlakuan Azotobacter sp. (k2h0, k2h1, dan k2h2) tidak berbeda nyata antara satu dengan lainnya (Tabel 2). Hal ini kemungkinan disebabkan karena petak perlakuan yang diberi kompos dari kulit buah kakao, kurang dapat memberikan kondisi lingkungan didaerah perakaran tanaman padi yang lebih optimal untuk dapat meningkatkan pertumbuhan dan populasi Azotobacter sp. serta aktivitasnya dalam fiksasi N2 dari udara. Sehingga inokulasi Azotobacter sp. sebesar 2,5 L ha-1 dan 5,0 L ha-1 tidak memperlihatkan hasil yang berbeda nyata terhadap komponen yang diamati dibanding dengan tanpa inokulasi Azotobacter sp. Perlakuan kompos jerami padi (k1) dan kompos kulit buah kakao (k2) tidak berbeda nyata pada semua taraf perlakuan Azotobacter sp.5.0 L ha-1 (h0, h1, dan h2) (Tabel 2). Disebabkan karena kompos jerami padi dan kompos yang berasal dari kulit buah kakao memiliki kandungan hara dan rasio C/N yang relatif sama. Dari hasil analisis kompos jerami padi dan kulit buah kakao yang dilakukan sebelum penelitian, memperlihatkan bahwa kompos jerami padi

atmosfir. Selain kemampuannya dalam fikasasi N2, Azotobacter sp. juga diketahui mampu mensintesa substansi yang se-cara biologis aktif seperti vitamin B, asam indol asetat (IAA) dan giberellin, bahkan buhan dapat jamur menghambat tertentu yang pertumsangat

patogen seperti Alternaria dan Fusarium. Jumlah gabah berisi per malai, berat GKP per petak dan per hektar, berat GKG per petak dan per hektar dan indeks panen tertinggi yang dicapai pada interaksi perlakuan kompos jerami padi dengan Azotobacter sp 5,0 L ha-1, tidak hanya diakibatkan oleh ketersediaan hara dan senyawa organik lainnya yang lebih tersedia, tetapi juga sangat ditentukan oleh aktivitas fotosintesis yang berlangsung selama proses reproduksi pada tanaman padi. Rajan (2002) menyatakan bahwa glukosa merupakan hasil awal dari proses fotosintesis. Selanjutnya glukosa dibentuk menjadi berbagai macam karbohidrat yang mempunyai peranan penting dalam metabolisme tanaman. Selain se-

126

Amirullah Dachlan, Badron Zakaria, Anna K. Pairunan, dan Elkawakib Syamun mengandung C-organik (9.56%), N Azotobacter pada pH rendah dan Al tinggi. Lakitan, B. 2009. J. Ilmu Tanah dan Ekspor beras dan Kementerian Lingkungan. 7(1): 23-30 kedaulatan pangan.

(1,14%), P205 (0,86%), K20 (1,13%) dan rasio C/N (8,39), relatif sama dengan kandungan C-organik (9.56%), N (0,81%), P2O5 (0,44%), K20 (0,73%) dan rasio C/N (12,61) dari kompos kulit buah kakao.

Riset dan Teknologi RI. (http://www.ristek.go.id/index.p hp?mod=News&conf=v&id=3415. Diakses April 2009 Makarim, A.K., dan E. Suhartatik. 2006. Budidaya padi dengan masukan in situ menuju perpadian masa depan. Bulletin Iptek Tanaman Plant physiology. LTD,

KESIMPULAN
Pemberian kompos jerami padi dan inokulasi Azotobacter sp. sebanyak 5.0 L ha-1 me-ningkatkan jumlah gabah berisi per malai sebesar 17,06% (81,46 butir), hasil gabah kering panen (GKP) per petak dan per hektar sebesar 34,69% dan 34,65% (8,58 kg dan 7,15 ton), hasil gabah kering giling (GKG) per petak dan per hektar sebesar 37,81% dan 37,99% (7,58 kg dan 6,32 ton), dan indeks panen sebesar 26,67% (0,57) dibanding dengan pemberian kompos jerami padi tanpa inokulasi Azotobacter sp. Secara tunggal, inokulasi Azotobacter sp. sebagai sumber nitrogen bagi tanaman dapat meningkatkan hasil gabah tanam-an padi. Inokulasi sebanyak 5.0 L ha-1 meningkatkan berat gabah berisi per malai sebesar 38,58% (2,21 g malai-1) dibandingkan dengan tanpa malai-1) inokulasi Azotobacter sp.(1,63 g

Pangan IT01 (1): 19-29. Rajan, S.S. (2002). Anmol publications PVT. New Delhi-110 002, India Saharan, B.S. and V. Nehra.. (2011). Plant growth promoting rhizobacteria: A Critical review. J. Life Science and Medicine Research 21: 1-30 Saraswati, R., T. Prihatini dan R. D. Hastuti, mikroba lanjutan sawah. Agus, 2009, Tenologi pupuk untuk sistem meningkatkan produksi padi F. S.

efisiensi pemupukan dan keberTanah sawah dan tekA. Adimihardja,

nologi pengelolaannya (ed.

DAFTAR PUSTAKA
Hindersah, R. dan T. Simarmata. 2004. Potensi Tanah. 127-133 Isminarni, F., S. Wedhastri, J. Widada, dan B.H. Purwanto. (2007). Penambatan N dan penghasilan indol asam asetat oleh isolate-isolat Rizobakteri Azotobacter dalam Meningkatkan Kesehatan J. Natur Indonesia 5 (2):

Hardjowigeno, A.M. Fagi dam W. Hartatik), Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. Sennang, N., Syamun, E., Dachlan, A., dan Iswoyo, H.(2009). Hasil padi tipe baru (PTB) yang diaplikasi pupuk organik dari limbah pertanian dan subsitusi nitrogen dari bakteri penambat nitrogen. J. Agrivigor 9(1): 48-59

127

Inokulasi azotobacter sp. dan kompos limbah pertanian terhadap dan produksi padi Syamun, E., A. Dachlan dan I. M. Aryanta. 2006. Pertumbuhan dua varietas padi pada isolat bakteri Azotobacter sp.. J.Agrivigor 6(1):7282

128

Anda mungkin juga menyukai