Anda di halaman 1dari 17

BAB VI: LOKOMOTIF

Lokomotif banyak digunakan pada pengangkutan di main haulage maupun gathering haulage, selain belt conveyor. Syarat utama: lubang bukaan relatif datar Keuntungan: 1. Tenaga kerja sedikit 2. Fleksibel, mudah diperpanjang 3. Dipakai mengangkut buruh, supllies, debris 4. Kecepatan relatif tinggi 5. Ekonomis jika radient roller bearing (<5%), plain bearing (<3%) 6. Mudah mengatasi belokan jika dibanding rope haulage 7. Tenaga kerja dapat dikerahkan di pit bottom Kerugian: 1. Kemiringan (gradient, grade) terbatas sekitar 5% 2. Kondisi lantai harus kuat 3. Bahaya kebakaran, kebocoran arus dan gas-gas beracun meningkat Macam-macam lokomotif: 1. Lokomotif uap 2. Lokomotif motor bakar: bensin, diesel 3. Lomotif listrik: batery, trolley 4. Lokomotif udara bertekanan tinggi

Perhitungan Tenaga Lokomotif


Parameter: Adhesi, Tractive Effort (TE), Drawbar Pull (DBP), Daya 1. Adhesi: adalah gesekan antara roda lokomotif dengan rel, tergantung pada: a. material penyusun roda maupun rel b. kondisi rel (basah, kering, berpasir) c. pusat beban lokomotif (diangap merata) Jenis Roda Roda baja Roda baja Kondisi Rel Kering Basah atau greasy Koefisien Adhesi 0,25 0,15

Roda baja Berpasir 0,30 2. Tractive Effort (TE): tenaga tarik yg ditimbulkan oleh lokomotif unt mengerakkan lokomotif beserta rangkaian dan muatanya (rimpull yang tersedia). TE diperoleh melalui roda, shg. Tenaga tsb tergantung pd berat lokomotif dan koefisien adhesi. TE = WL x 2.240 x Adhesi, lb L x A (notasi WL nantinya ditulis L) a. Lokomotif diesel dan trolley TE = WL x 0,25 x 2.240 = 560 WL lb b. Lokomotif battery TE = WL x 0,15 x 2.240 = 336 WL, lb

3. Drawbar Pull (DBP): adalah besarnya tenaga yg diperlukan unt menarik lokomotif beserta rangkaian dan muatanya (rimpul yg diperlukan). Besarnya tergantung pada a. Tahanan tarik = W x koef. Gesek = W x R = L x R R = rolling resistance (plain bearing 1/56, roller bearing 1/224 atau 10 lb/ton, dan untuk starting resistance ditambah 50% lebih besar) b. Tahanan akibat gravitasi = W x 2.240 x sina = W x 2.240/X = W x 2.240 x G/100 = sudut kemiringan rel, 0 X = grade, radient , dalam % Setiap G sebesar 1%, maka tahanan akibat gravitasi setiap berat 1 ton adalah 1 x 2.240 x 1/100 = 22,4 lb/ton atau G sebesar 22,4 lb/ton/% c. Lineal dan rotary acceleration (tahanan akibat percepatan) Menurut pengalaman, tahanan lineal acceleration = 10,2 lb/ton, dan rotary accleration = 0,6 lb/ton. Total (lineal+rotary) = 10,8 lb/ton setiap 0,1 mph/detik Lokomotif
DBP = W (R G + F) + L (RL G + F)

Car dan rangkaian W = berat angkaian kereta, ton R = rolling resistance kereta, lb/ton G = grade resistance, 22,4 lb/ton setiap kemiringan 1% F = acceleration resistance, 10, 8 lb/ton setiap percepatan 0,1 mph/detik L = berat lokomotif, ton RL= rolling resistance lokomotif, lb/ton

Tenaga yang dihasilkan = tenaga yang dibutuhkan


L x 2.240 x A = W (R G + F) + L (RL G + F) L = 4. W (R G + F)

TE = DBP, maka

2.240 A (RL G + F)

Daya: adalah kekuatan yang diperlukan lokomotif untuk mengerakan rangkaian dan muatannya.

Daya HP =

TE, lb x kecepatan, mph Rimpull = 375 x gearing efisiensi

375 x HP x efisiensi kecep, mph

Lokomotif listrik: gearing efficiency 90% Lokomotif diesel: gearing efficiency 85%

Contoh soal Suatu sistim pengangkutan tambang batubara menggunakan lokomotif dengan output 1.000 ton/shift , 1 shift = 7 jam kerja, panjang pengangkutan 1.500 yard, radient 1 dalam 200 menuju shaft, korfisien adhesi 0,25, rolling resistance RL = 15/lb/ton dan R = 10 lb/ton, berat kereta tambang 30 cwt (1 ton = 30 cwt), berat coal 3 ton/kereta, starting resistance RL = 20 lb/ton dan R = 15 lb/ton, kecepatan 9 mph, peak loading periode 160% dari out put ata-rata, percepatan 0,15 mph/detik, gearing efficiency 85%, waktu peranian kereta masing-masing 3 menit. Ditanyakan: a. Berat lokomotif yang diperlukan b. Daya yang harus disediakan lokomotif Jawab:
a. Produksi maksimum = 1.000 ton/7 jam x 160% = 230 ton/jam 2 x 1.500 yd x 60 mnt/jam waktu PP termasuk pergantian kereta = + (3 + 3) mnt = 17,5 mnt 9 mph x 1.760 mile/yd

Berat rangkaian per rangkaian =

230 ton/jam x 17,5 mnt = 67 ton 60 mnt/jam

Jumlah kereta setiap angaian = (67 ton) / (3 ton/kereta) = 23 kereta Berat rangkaian = 23 x (3 + 1,5) ton = 103,5 ton

Gradient 1 dalam 200 atau 0,5%, maka grade resistance G = 0,5 x 22,4 lb/ton = 11,2 lb/ton
Tahanan percepatan F = Berat lokomotif L = L = 0,15 mph/det 0,1 mph/det x 10,8 lb/ton = 16,2 lb/ton

W (R G + F) 2.240 A (RL G + F) 103,5 ton (15 + 11,2 + 16,2) lb/ton 2.240 lb/ton x 0,25 (20 + 11,2 + 16,2) lb/ton

= 8,6 ton dibulatkan 10 ton sesuai ketersediaan loko di pasar


b. TE yang diperlukan saat bergerak = L ( RL G + F) + W (R G + F) = 10 ton x (20 + 11,2 + 16,2) lb/ton + 103,5 ton x (15 + 11,2 + 16,2) lb/ton = 4.862,4 lb TE pada kecepatan maksimum 9 mph = L (RL G) + W (R G) = 10 ton x (15 + 11,2) lb/ton + 103,5 ton x (10 + 11,2) lb/ton = 2.456,2 lb TE, lb x kecep, mph 2.456,2 lb x 9 mph Daya = = 375 x gearing eff. 375 x 0,85 = 69,35 dibulatkan 70 HP sesuai ketersediaan loko di pasar

Ideal Gradient
Tujuan merancang ideal gradient (IG) adalah untuk memperoleh operasi yang ekonomis terhadap daya lokomotif dengan jalan membuat TE kereta bermuatan ketika keluar mulit main haulage = TE kereta kosong ketika masuk main haulage IG akan tergantung pada grade resistance dengan variasi a. plain bearing sebesar 1 dalam 150 atau 0,7% b. roller bering sebesar 1 dalam 400 atau 0,25% ID dihitung dengan asumsi-asumsi a. RR kereta kosong = 125% x RR kereta berm,uatan, lb/ton b. Berat kereta kosong : berat muatan = 1: 2 c. Berat rangkaian bermuatan : berat rangkaian kosong = W : 1/3 W
TE bermuatan R W

TE kosong

1/3 W

125% R
IG, %

Surface

TE kereta bermuatan TE kereta kosong TE kereta kosong

= L (RL 22,4 IG) + W (R 22,4 IG) = L (RL + 22,4 IG) + 1/3 W (125/100 R + 22,4 IG) = TE kereta bermuatan

L (RL 22,4 IG) + W (R 22,4 IG) = L (RL + 22,4 IG) + 1/3 W (125/100 R + 22,4 IG) LxRL + 22,4 IGxL + 4/100 WxR + 22,4/3 IGxW = Lx L 22,4 IGxL + WxR 22,4 IGxW 22,4 IGxL + 22,4/3 IGxW + 22,4 IGxL + 22,4 IGxW = WxR 125/300 WxR IG (%) = 7/12 W.R

44,8 (L + 2/3 W)

Gradient = jarak vertikal : jarak horisontal = 4/200 x 100% = 2%


atau 4 dalam 200 atau 1 dalam 50

4 ft 200 ft

Contoh soal: Suatu sistim pengangkutan tambang bawah tanah mempunyai spesifikasi sbb.: berat batubara setiap rangkaian 70 ton, berat lokomotif 10 ton, berat kereta kosong adakah setengah dari berat muatan yang dibawanya, RR kereta kosong 25% lebih besar dari kereta bermuatan, berat muatan setiap kereta 15 cwt (1 ton = 30 cwt), koefisien gesek 1/40. Ditanyakan: a. Ideal gradient, jika coefficient of friction 1/40 b. Ideal gradient, jika coefficient of friction 10 lb/ton
Jawab: a. Koef. Gesek = 1/40, maka RR = 1/40 x 2.240 lb/ton = 56 lb/ton W = berat rangkaian kereta kosong + berat muatan = (1/2 x 70) ton + 70 ton = 105 ton L = 10 ton 7/12 W.R 7/12 (105 x 56) 3.340 IG = = = = 0,957 44,8(L + 2/3 W) 44,8 (10 + 2/3 x 105) 3.584 Gradient haulage = 100/0,957 = 104,5 atau 1 dalam 105

b. Koefficient gesek = 10 lb/ton atau RR = 10 lb/ton

7/12 W.R IG = 44,8(L + 2/3 W) =

7/12 (105 x 10) = 44,8 (10 + 2/3 x 105)

612,5 = 0,17 3.584

Gradient haulage = 100/0,17 = 584 atau 1 dalam 584

STOPING DISTANCE
Stoping distance adalah jarak yang ditempuh lokomotif dan rangkaiannya mulai saat diperlambat (di-rem) hingga berhenti. Gaya-gaya yang bekerja pada stoping distance 1. Gaya untuk perlambatan: Bila F adalah perlambatan dalam 1 mph/det, maka gaya yang diperlukan untuk perlambatan adalah 108F lb/ton. Gaya untuk perlambatan lokomotif dan rangkaian kereta menjadi = 108F (L + W), lb. 2. Breaking force Bila pengereman dilakukan secara mendadak ada kemungkinan roda kan meluncur (skid) pada permukaan rel. Dalam kondisi ini, maka koefisien adhesi menjadi kecil, diasumsikan sebesar 0,16 Breaking force maksimum = 0,16 x L x 2.240 lb = 358L, lb 3. Rolling resistance Rolling resistance lokomotif dan rangkaiannya = L x RL + W x R 4. Gradient gaya untuk mengatasi kemiringan = (L + W) x 22,4 x G

Persamaan: Gaya untuk perlambatan = breaking force + rolling resistance + gradient 108F (L + W) = (358 x L) + [(L x RL + (W x R)] [(L + W) x 22,4 x G]

F=

358L + LxRL + WxR + (L+W) 22,4G 108 (L+W)

F = perlambatan yang terjadi, mph/det L = berat lokomotif, ton W = berat rangkaian kereta, ton R = rolling resistance rangkaian kereta, lb/ton G = gradient, % Bila: v = kecepatan kereta sebelum dilakukan perlambatan, ft/det f = perlambatan yang dihasilkan, ft/det2 t = periode sebelum kereta berhenti, detik v f.t = 0 atau t = v/f

v2 Jarak yang ditempuh kereta = v.t f.t2 = f


Bila F = perlambatan, mph/det V = kecepatan awal rangkaian, mph

f.v2 - f2

v2 = f2

V2 x (5.280)2 602 x 602 SD = F x 5.280 602 SD =

1.467 V2 2F

Contoh soal: Suatu pengangkutan tambang bawah tanah dengan spesifikasi: Berat lokomotif = 10 ton, berat rangkaian dan muatannya = 103,5 ton RL = 15 lb/ton, R = 10 lb/ton, G = 0,5%, V = 9 mph Ditanyakan: Stoping distance Jawab:
F= 358L + LxRL + WxR + (L+W) 22,4G 108 (L+W) 358 x 10 + 10 x 15+ 103,5 x 10 + (103,5+10) x 22,4 x 0,5 108 (10+103,5)

F=

= 0,492 mph/detik SD = 1.467 V2 =

1.467 x 92

2.F

2 x 0,492

= 121 ft

JARI-JARI BELOKAN
Umumnya jari-jari belokan di daerah penambangan (gathering haulage dan secondary haulage) 25 30 ft, di daerah jalan utama (main haulage) 60 100 ft. Kereta dengan kecepatan tinggi memerlukan jari-jari belokan 100 ft (33 meter).

B = wheel base, jarak antara pusat sumbu-sumbu roda, ft L = garis tengah roda, ft S = selisih antara wheel gauge dengan track gauge, ft Rumus pendekatan jari-jari belokan

BxL R = 2S , ft

ELEVASI LUAR (SUPER ELEVASI)


Di tikungan, rel sebelah luar dibuat sedikit lebih tinggi daripada rel sebelah dalam Dimaksudkan untuk mencegah terlemparnya kereta keluar rel karena gaya sentrifugal Rel sebelah luar akan menerima beban lebih besar sehingga lebih cepat aus. Peninggian rel sebelah luar dimaksudkan supaya kedua rel menerima beban yang hampir sama g v2

Rumus pendekatan elevasi luar:

e = elevasi luar, in 32,2 R g = track gauge, jarak antar rel, in v = kecepatan kereta ketika menikung, ft/det R = jari-jari belokan, ft Contoh: Untuk jarak rel 42 in, jari-jari belokan 35 ft, dan kecepatan kereta 6 mph, maka elevasi luarnya 42 x [(6 x 5.280 ft/mil) / (1 jam x 3.600 det/jam)]2 e= = 2,88 in 32,2 x 35

e=

PR-1
Suatu sistim pengangkutan tambang batubara menggunakan lokomotif: panjang pengangkutan 1.500 yard, gradient 1 dalam 200 menuju shaft, koefisien adhesi 0,25, rolling resistance RL = 15/lb/ton dan R = 10 lb/ton, jumlah rangkaian kereta 20, berat kereta tambang 1 ton, berat coal 2 ton/kereta, starting resistance RL = 20 lb/ton dan R = 15 lb/ton, percepatan 0,15 mph/detik, gearing efficiency 85% Ditanyayakan: a. Berat lokomotif yang diperlukan, ton b. Daya yang harus disediakan lokomotif, HP

PR-2
Suatu sistim pengangkutan tambang bawah tanah mempunyai spesifikasi sbb.: berat batubara setiap rangkaian 70 ton, berat lokomotif 10 ton, berat kereta kosong adalah setengah dari berat muatan yang dibawanya, RR kereta kosong 25% lebih besar dari kereta bermuatan, berat muatan setiap kereta 20 cwt (1 ton = 30 xwt), koefisien gesek 1/30. Ditanyakan: Ideal Gradient, %

Anda mungkin juga menyukai