Anda di halaman 1dari 17

TUGAS TERSTRUKTUR DESAIN PLASTIS

DISUSUN OLEH: RANGGI M NOVA PRASETYA DARMAWAN ARI W RIZAL SETIAWAN MIFTAKHUL TAFRI M NURHIKMAH ARNIDA DWIPRASETIANNA FUAD MAGHFUR M YESI PRATIWI H1D007057 H1D008005 H1D008025 H1D008035 H1D008052 H1D008057 H1D008061 H1D008076 H1D009044

JURUSAN TEKNIK FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 DATA BANGUNAN a. Bentang arah x = 10 bentang, dengan panjang masing-masing bentang 6m = 60m. b. Bentang arah y = 6 bentang, dengan panjang masing-masing bentang 7m = 42m. c. Jumlah lantai 15 lantai. d. Tinggi lantai dasar 5 m dan tinggi lantai 2-15 adalah 4 m. e. Jenis tanah merupakan tanah keras. f. Material yang digunakan untuk struktur kolom dan balok adalah baja BJ 50 dengan ketentuan Fu = 500 MPa dan Fy = 290 MPa. g. Wilayah gempa menurut SNI 03-1726-2002 = wilayah gempa 6. h. Daktilitas untuk arah x = 4.5 dan daktilitas untuk arah y = 5.3.
7 7 7 7 7 7 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

Gambar 1: Distribusi Beban Lantai 1-15 (Tipikal)

BAB II PEMBEBANAN 2.1 Data Beban Untuk beban-beban yang bekerja dalam struktur yang direncanakan adalah sebagai berikut : 1. Beban mati a. Beban mati struktural 1. Berat balok (baja) = 7850 kg/m3 2. Berat kolom (baja) = 7850 kg/m3 3. Berat pelat lantai (beton bertulang) = 2400 kg/m3 b. Beban mati arsitektural : Beban arsitektural yang digunakan dalam analisis ini adalah beban dinding. Dinding yang digunakan pada gedung ini direncanakan menggunakan pasangan batako berlubang dengan tebal 10 cm. berat elemen tersebut diperhitungkan sebesar 120 kg/m2. 2. Beban hidup Nilai beban hidup 100 kg/m2 untuk atap dan 250 kg/m 2 untuk lantai perkantoran. 2.2 Perhitungan Pembebanan Perhitungan beban total untuk tiap lantai dihitung berdasarkan perhitungan sebagai berikut. Pilihan profil "auto select list" diambil tipe kolom 13 dan balok 4, 5, 6 &7. Kolom 13 A = 0.058950 m Balok 4 A = 0.006420 m Balok 5 A = 0.009808 m Balok 6 A = 0.013180 m Balok 7 A = 0.025072 m Panjang balok 1 lantai Arah X (10*6)*13 = 780 m Arah y (7*6)*11 = 462 m Volume balok lt 15 7.97364 m berat struktur 62593.1 kg

Volume kolom Volume plat Tembok

9.0783 m 302.4 m 0

71264.7 725760 0 859618 62593.1 142529 725760 97920 102880

kg kg kg kg kg kg kg kg

Volume balok lt 14 Volume kolom Volume plat Tembok

7.97364 m 18.1566 m 302.4 m 816

berat struktur

Volume balok lt 13-12 Volume kolom Volume plat Tembok 12.181536 18.1566 302.4 816 m m m m berat struktur

2 kg 95625.1 142529 725760 97920 106183 kg kg kg kg

Volume balok lt 11-9 Volume kolom Volume plat Tembok 16.36956 18.1566 302.4 816 m m m m berat struktur

4 kg 128501 142529 725760 97920 109471 kg kg kg kg

Volume balok lt 9-2 Volume kolom Volume plat Tembok 31.139424 18.1566 302.4 816 m m m m berat struktur

0 kg 244444 142529 725760 97920 121065 kg kg kg kg

4 kg

Volume balok lt 1 Volume kolom Volume plat Tembok

31.139424 20.426175 302.4 918

m m m m

berat struktur

244444 160345 725760 110160 124071

kg kg kg kg

0 kg

Beban hidup atap 100 kg/m Beban hidup lantai 1-14 250 kg/m

berat struktur berat struktur

252000 kg 630000 kg

Pembagian pembebanan yang diterima oleh balok dari beban pelat dipakai berdasarkan metode amplop. Jika dilihat dari Gambar 2 maka beban terdistribusi merata trapezium dan segitiga.

7.00

1.75

2.50 6.00

1.75

Gambar 2 : Distribusi beban untuk Trapezium dan Segitiga. 2.3 Perencanaan Beban Gempa Untuk merencanakan beban gempa perlu diasumsikan bebarapa komponen struktur yang akan direncanakan seperti balok dan kolom. Jika ditabulasikan, hasil perhitungan beban gempa ditabelkan dalam Lampiran 2.

mode 1 (arah X) mode 2 (arah Y)

1.712 detik 1.6986 detik

Gambar 3 Diagram Spektrum Respon Gempa Rencana Tanah Keras C = arah X = arah Y = I= Rx= Ry= Vx Vy 0.42/T 0.24533 0.24726 1 4.5 5.3 14220 12168.8

Tabel perhitungan beban gempa dilampirkan dalam Lampiran 2

2.4 Kombinasi Pembebanan Kombinasi pembebanan yang digunakan adalah sebagai berikut ; 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1.4 DL 1.2 DL + 1.6 LL 1.2 DL + LL + Fx + 0.3 Fy 1.2 DL + LL + Fx - 0.3 Fy 1.2 DL + LL - Fx + 0.3 Fy 1.2 DL + LL - Fx - 0.3 Fy 0.9 DL + Fx + 0.3 Fy 0.9 DL + Fx - 0.3 Fy 0.9 DL - Fx + 0.3 Fy 0.9 DL - Fx - 0.3 Fy 1.2 DL + LL + 0.3 Fx + Fy 1.2 DL + LL + 0.3 Fx - Fy 1.2 DL + LL - 0.3 Fx + Fy 1.2 DL + LL - 0.3 Fx - Fy 0.9 DL + 0.3 Fx + Fy 0.9 DL + 0.3 Fx - Fy 0.9 DL - 0.3 Fx + Fy 0.9 DL - 0.3 Fx - Fy

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

Setelah perencanaan pembebanan telah dilakukan, maka tahapan berikutnya adalah pemodelan struktur. Pemodelan struktur dilakukan dengan menggunakan software ETABS 9.0. Tujuan darti pemodelan struktur adalah untuk memudahkan perhitungan struktur sehingga dapat dilakukan pengecekan keamanan struktur sesuai dengan batas layan yang direncanakan. Sebelum membuat pemodelan struktur maka dilakukan pemilihan beberapa profil baja untuk balok dan kolom dengan mutu baja yang berbeda-beda pula. Beberapa profil baja untuk balok dan kolom dilampirkan dalam Lampiran 1.

Gambar 4 Struktur Gedung 3D.

Gambar 5 Input Beban Mati (Pelat)

Gambar 6 Input Beban Mati (Dinding)

Gambar 7 Input Beban Hidup

Gambar 8 Input Beban Gempa Arah X

Gambar 9 Input Beban Gempa Arah Y Setelah pembebanan telah di input dan kemudian melakukan run analysis, didapat profil yang memenuhi persyaratan batas layan yang direncanakan yaitu dalam kondisi life safety. Perencanaan tahan gempa berbasis kinerja (performance-based seismic design) merupakan proses yang dapat digunakan untuk perencanaan bangunan baru maupun perkuatan (upgrade) bangunan yang sudah ada, dengan pemahaman

yang realistik terhadap resiko keselamatan (life), kesiapan pakai (occupancy) dan kerugian harta benda (economic loss) yang mungkin terjadi akibat gempa yang akan datang. Proses perencanaan tahan gempa berbasis kinerja dimulai dengan membuat model rencana bangunan kemudian melakukan simulasi kinerjanya terhadap berbagai kejadian gempa. Setiap simulasi memberikan informasi tingkat kerusakan (level of damage), ketahanan struktur, sehinggan dapat memperkirakan berapa besar keselamatan, kesiapan pakai, dan kerugian harta benda yang akan terjadi. Perencanaan selanjutnya dapat mengatur ulang resiko kerusakan yang dapat diterima sesuai dengan resiko biaya yang dikeluarkan (Dewabroto, 2005).

Adapun profil-profil yang digunakan pada struktur gedung adalah sebagai berikut: 1. Balok Setelah melakukan analisis, profil balok induk dan balok anak digunakan profil yang berbeda pada beberapa lantai. Tipe balok dan dimensi balok yang digunakan adalah ditabelkan dalam Tabel 1 dengan mutu baja yang digunakan adalah mutu baja BJ 50. Lantai 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Balok Induk dan Balok Anak Tipe Balok 4 Balok 5 Balok 6 Dimensi Balok IWF 294.200.12.6 IWF 340.250.14.9 IWF 336.249.12.8

Balok 7

IWF 386.299.14.9

Tabel 1: Tabel Balok Induk dan Balok Anak 2. Kolom Tipe kolom yang digunakan dalam perencanaan bangunan ini adalah Kolom tipe 13 dengan menggunakan profil baja IWF 468.422.55.35 dengan mutu baja BJ 50.

BAB IV ANALISIS PUSHOVER

4.1 Definisi Analisa statis non linear adalah menggunakan beban lateral statis yang ditingkatkan hingga struktur mencapai keruntuhan. Dikenal pula analisa pushover atau analisa beban dorong statik. Analisa pushover adalah suatu analisis statik non linear di mana pengaruh gempa rencana terhadap struktur bangunan gedung dianggap sebagai beban-beban statik yang menangkap pada pusat massa masing-masing lantai, yang nilainya ditingkatkan secara berangsur-angsur sampai melampaui pembebanan yang menyebabkan terjadi pelelehan (sendi plastis) pertama di dalam struktur bangunan gedung, kemudian dengan peningkatan beban lebih lanjut mengalami perubahan bentuk pascaelastik yang besar sampai mencapai kondisi plastik.

Tujuan analisa beban dorong adalah mengevaluasi perilaku seismik struktur terhadap beban gempa rencana, yaitu memperoleh nilai aktual dan R aktual struktur memperlihatkan kurva kapasitas (capacity curve) dan

memperlihatkan skema kelelehan (distribusi sendi plastis) yang terjadi. Analisa pushover dapat digunakan sebagai alat bantu untuk perencanaan tahan gempa, asalkan menyesuaikan dengan keterbatasan yang ada, yaitu: 1. Hasil analisa pushover masih berupa suatu pendekatan karena bagaimanapun perilaku gempa yang sebenarnya adalah bersifat bolak-balik (siklik) melalui suatu siklus tertentu, sedangkan sifat pembebanan pada analisa pushover adalah statik monotonik. 2. Pemilihan pola beban lateral yang digunakan dalam analisa adalah sangat penting. 3. Untuk membuat model analisa nonlinear akan lebih rumit dibanding model analisa linear. Model tersebut harus memperhitungkan karakteristik inelastik beban deformasi dari elemen-elemen yang penting dan efek P-. Adapun hal yang dilakukan dalam melakukan analisa pushover harus melewati tahapan-tahapan diantaranya adalah: 1. Menentukan titik kontrol untuk memonitor besarnya perpindahan struktur. Rekaman besarnya perpindahan titik kontrol dan gaya geser digunakan untuk menyusun kurva pushover. 2. Membuat kurva pushover berdasarkan berbagai macam pola distribusi gaya lateral terutama yang ekivalen dengan distribusi dari gaya inersia, sehingga diharapkan deformasi yang terjadi hampir sama atau mendekati deformasi yang terjadi akibat gempa. Oleh karena sifat gempa adalah tidak pasti, maka perlu dibuat beberapa pola pembebanan lateral yang berbeda untuk mendapatkan kondisi yang paling menentukan. 3. Estimasi besarnya perpindahan lateral bgempa rencana (target perpindahan). Titik kontrol didorong sampai taraf perpindahan tersebut yang mencerminkan perpindahan maksimum yang diakibatkan oleh intensitas gempa rencana yang ditentukan.

4. Mengevalusai level kinerja struktur ketika titik kontrol tepat berada pada target perpindahan merupakn hal utama dari perencanaan berbasis kinerja. Komponen struktur dan aksi perilakunya dapt dianggap memuaskan jika memenuhi kriteria yang dari awal sudah ditetapkan, baik terhadap persyaratan deformasi maupun kekuatan. Karena yang dievaluasi adalah komponen, maka jumlahnya relatif sangat banyak. Oleh karena itu, proses ini sepenuhnya harus dikerjakan oleh komputer (fasilitas pushover dan evaluasi kinerja yang terdapat secara built-in pada program ETABS V 9.04. Analisa pushover dibutuhkan untuk membentuk suatu kurva kapasitas struktur (capacity curve) dimana terdiri dari base force displacement yang mendefinisikan karakteristik respon perilaku struktur apabila struktur dibebani yang dimulai dari keadaan tanpa beban sehingga keadaan batas dimana struktur tersebut dianggap runtuh. 4.2 Input Pushover a. Input data Input data yang dimaksudkan disini adalah tulangan yang digunakan pada struktur dimana tulangan yang digunakan adalah hasil dari perhitungan bab-bab sebelumnya yang sudah disesuaikan dengan peraturan gempa, bukan hasil dari design concrete atau design shearwall ETABS. Sehingga analisis pushover yang dilakukan sudah merepresentasikan struktur tahan gempa. Input ini dimaksudkan pada define property balok dan kolom pada bagian reinforcement, untuk balok yang dimasukkan adalah besarnya luas tulangn atas dan bawah untuk tumpuan kanan dan kiri. Sementara itu untuk kolom dilakukan hal yang sama, namun satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa tulangan tersebut hanya akan dicek sehingga bagian reinforcement to be checked harus dipilih. b. Pendefinisian sendi plastis

Sendi plastis harus didefinisikan untuk setiap komponen struktur, dalam hal ini digunakan definisi sendi plastis default ETABS yang terdiri dari defaultM3, default-P, default-V2 dan default-PMM namun yang digunakn adalah default-M3 untuk komponen balok dan default-PMM untuk kolom. c. Assign sendi plastis pada komponen struktur Sendi plastis di-assign untuk komponen balok dan kolom karena hanya komponen tersebutlah yang mengalami leleh, pelat tidak dapat mengalami leleh begitupun dengan shearwall pada bagian webnya. Karena web didefinisikan sebagai shell maka tidak dapat leleh, pelelehan pada shearwall hanyalahterjadi pada kepala kolom. Untuk balok di assign default-M3 pada jarak 0 dan 1 terhadap jarak relative balok, hal tersebut merepresentaskan bahwa sendi plastis pada balok hanya terjadi pada ujung-ujung balok yang disebabkan oleh momen pada arah sumbu 3. Sedangkan untuk kolom (termasuk juga kepala kolom shearwall) di assign sebagai default-PMM dengan jarak 0 dan 1 terhadap jarak relatif kolom, mempresentasikan bahwa untuk kolom pelelehan yang terjadi disebabkan karena gaya aksial dan momen pada arah sumbu 2 dan 3. d. Beban pushover Untuk beban pushover digunakan beban gempa statk ekuivalen yaitu beban EQx yang disebut PUSH-X dan EQy yang disebut PUSH-Y yang dimana beban-beban tersebut diberikan pada pusat massa pada tiap-tap lantainya. 4.3 Kesimpulan analisis pushover Dari hasil operasi program didapatkan mekanisme pelelehan atau proses terbentuknya sendi plastis secara bertahap pada komponen struktur. Hasil yang baik adalah bahwa kolom pada lantai 1 haruslah leleh terakhir setelah sebelumnya

semua balok sudah leleh terlebih dahulu. Secara keseluruhan, dimana hal tersebut mempresentasikan kekuatan struktur untuk bertahan terhadap gaya lateral karena setelah kolom bawah leleh maka struktur tersebut akan collapse karena sudah terbentuknya tiga buah sendi plastis mengalam leleh.

Gambar 10 Hasil Pushover (Push X)

Gambar 11 Hasil Pushover (Push Y)

Anda mungkin juga menyukai