Anda di halaman 1dari 16

IDENTITAS PASIEN Nama Jenis kelamin Umur Agama Status Pendidikan Pekerjaan Alamat Masuk RS : : : : : : : : : Tn.

R Laki-laki 31 tahun Islam Menikah SMA Polisi Perum Villa Mutiara Bulurokeng RS Dadi, 25/05/2012 untuk pertama kalinya

LAPORAN PSIKIATRI I. RIWAYAT PENYAKIT A. Keluhan Utama Mengamuk B. Riwayat gangguan sekarang: Dialami sejak satu tahun yang lalu (tahun 2011), memberat satu bulan terakhir (Mei 2011). Saat mengamuk pasien memukul keluarga dan teman kerja. Juga terlihat sering berbicara sendiri. Pada saat ditanya pasien mengaku mendengar bisikan. Saat melihat orangorang di sekitarnya, pasien merasa dibicarakan. Sehari-hari masih dapat mengurus diri sendiri, makan dan mandi masih bisa dilakukan sendiri. Pada pasien ini terjadi disfungsi pada pekerjaan, dimana satu minggu terkahir pasien tidak dating ke tempat kerja. Pasien juga tidak mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang sekitar, dimana pasien sering mengamuk. Pasien juga tidak mampu menggunakan waktu senggang dengan baik Faktor stressor psikososial pada pasien ini tidak jelas. Pekerjaan dan lingkungan keluarga diakui tidak ada masalah. Dari alloanamnesis dan autoanamnesis juga tidak ditemukan riwayat penyakit fisik dan psikis. Riwayat penyakit medis dan neurologis diakui tidak pernah ada. Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelum ini. Pasien ini merokok sejak SMA sekitar satu bungkus per hari. Riwayat minum alkohol sejak tahun 2001, dapat sampai mabuk-mabukan, berberapa kali dalam seminggu, diakui pasien terakhir dilakukan satu tahun yang lalu. Penggunaan NAPZA sejak tahun 2001 hingga tahun 2011. Diakui berbagai macam, tidak ada yang menonjol. Dipakai bergantung dari jenis apa yang disita dari penggerebekan. C. Riwayat kehidupan pribadi Riwayat prenatal dan natal Pasien lahir normal, cukup bulan, persalinan dibantu bidan selama hamil ibu dalam keadaan sehat dan tidak ada riwayat penggunaan rokok, alkohol, maupun NAPZA. Pasien merupakan anak yang diinginkan

Riwayat masa kanak awal (usia 1-3 tahun) Pertumbuhan dan perkembangan baik, sesuai usia

Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun) Pasien menempuh sekolah dasar dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

Riwayat masa kanak akhir dan remaja (usia 12-18 tahun) Pasien tamat SMA lalu melanjutkan pendidikan kepolisian. Dikenal mudah bergaul dan dapat bersosialisasi dengan baik dengan teman sebayanya. Mulai merokok saat SMA

Riwayat masa dewasa o Riwayat pendidikan Pendidikan mulai SD sampai SMA di Maros. Setelah itu mengikuti pendidikan kepolisian dan diasramakan beberapa bulan. Di asrama ini, pasien mulai minum alkohol dan menggunakan obat-obatan terlarang karena diperkenalkan oleh temantemannya o Riwayat pekerjaan Bekerja sebagai polisi sejak 2001. Setelah melakukan penggerebekan/razia pengguna NAPZA, pasien bersama teman-teman menggunakan NAPZA yang disita tersebut o Riwayat pernikahan Pasien telah menikah dan memiliki 3 orang anak (). Anak pertama berumur 5 tahun, anak kedua berumur 4 tahun, dan anak ketiga berumur 3 tahun.

D. Riwayat kehidupan keluarga Merupakan anak ke dua dari empat bersaudara (). Hubungan dengan keluarga baik. Keluarga besar banyak yang berprofesi sebagai polisi. E. Riwayat kehidupan sosial Sebelumnya pasien merupakan orang yang mudah bergaul dan cukup mampu bersosialisasi dengan orang di sekitarnya F. Situasi sekarang Pasien tinggal bersama istri dan anak di Makassar. Bekerja sebagai polisi di Polwil Makassar. G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya Dari kecil pasien berkeinginan menjadi polisi karena sebagian besar keluarga bekerja sebagai polisi. Pasien merasa cukup bahagia dengan kehidupannya yang sekarang, yaitu istri yang dinikahi dan anak-anaknya. AUTOANAMNESIS (25/05/2012) DM : Selamat siang, Pak. Perkenalkan nama saya Wahyuni, dokter muda yang bertugas di sini. Boleh tau namata Pak? R Dm : : R boleh tahu umurnya berapa Pak?

R Dm R Dm R Dm R Dm R Dm R Dm R Dm R Dm R Dm R Dm R Dm R Dm R Dm R Dm R Dm R

: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :

31 Kita tahu dimana ini pak? ia, rumah sakit dadi siapa yang bawa kita ke sini pak? keluarga sama temanku kapan? Tanggal berapa? baru juga tadi. Tanggal 25 toh hari ini apa pekerjaan bapak? polisi bapak di bawa siapa ke sini pak? keluarga sama teman maaf pak, boleh tahu apa yang membuat bapak di bawa ke sini? untuk terapi. Saya sedang sakit. maaf, Bapak sakit apa? ya saya sakit. Karena saya sering minum obat jadi saya sakit apa yang Bapak rasakan? (diam sejenak). Hmmm.. saya selalu dengar orang berbicara. maksudnya pak? suara orang-orang bicara. siapa pak? Apa yang dibicarakan? tidak tahu juga siapa mereka itu. Bicara juga tidak jelas. Bikin takut saja. Cuma bapak yang dengar atau orang lain juga dengar? Cuma saya. Orang lain nda dengar dia bicara sama kita atau bicara sendiri? mereka ngobrol sendiri. Tapi kadang bicara dengan saya juga siapa mereka itu Pak? Bapak kenal? Laki-laki atau perempuan? tidak kenal juga. Banyak mereka. Laki-laki sama perempuan bapak lihat orangnya? tidak. selain itu ada lagi yang bikin bapak takut? anu. Saya pernah sering lihat hutan-hutan gelap. Biar lagi duduk-duduk atau bikin apa, ada itu hutan

Dm R Dm R

: : : :

kapan itu pak? Sekarang tidak pernah mi lagi. Dua hari yang lalu ji maaf pak, sebelum ke sini ada kejadian apa sehingga keluarga bawa kita ke sini? tidak ada. Katanya saya Cuma butuh terapi. Kepala saya selalu sakit

Dm

itu saja pak? Dari informasi yang saya dapat, kita pernah mengamuk pak, apa ada yang mengganggu perasaannya sampai mengamuk pak?

tidak pernah. itu juga saya heran kenapa saya diikat. Mereka itu begitu.mereka juga sering ceritai saya

Dm R Dm R

: : : :

siapa yang bapak maksudkan? saya merasa mereka terus ceritai saya. Keluarga sama teman-temanku. maaf, tadi bapak bilang minum obat, obat apa Pak? banyak. Saya kan polisi. Sejak sama teman-teman saya sering diajak pakai obat-obatan. Shabu, ganja, banyak saya pakai

Dm R

: :

sejak kapan itu bapak pakai pak? Bisa diceritakan? sejak saya masuk asrama. Saya kenal yang begitu dari teman-teman di asrama. Di situ saya dikasi kenal. Saya juga sudah sering minum-minum sejak disitu.

Dm R

: :

yang mana yang paling sering bapak pakai? semuanya, yang mana saja yang lagi didapat di penggerebekan. Jadi kalau kita sudah habis razia orang, saya pakaimi

Dm R Dm R Dm R Dm R Dm R Dm R

: : : : : : : : : : : :

apa yang membuat bapak menggunakan zat itu? ya, karena enak. sampai sekarang bapak masih pakai? tidak, terakhir saya pakai satu tahun lalu. bapak pendidikan terakhirnya apa ya pak? SMA, kan polisi tahun berapa bapak masuk polisi? Apa yang membuat bapak ingin jadi polisi? tahun 2001. Itu cita-cita saya dari kecil. Keluarga saya juga banyak polisi bagaimana bapak susun kegiatan sehari-hari terus kalau polisi itu kerjanya bagaimana? ya kalau pagi saya berangkat kerja. Saya ini di bagian yang kerja sehari, libur sehari oh ia pak. Terima kasih banyak ya Pak sudah menjawab pertanyaan saya. ia, sama-sama

II.

STATUS MENTAL (25/05/2012)

A. Deskripsi umum 1. Penampilan Tampak seorang pria, wajah sesuai umur, perawakan sedang, kulit agak gelap, memakai baju kaos hitam dan celana pendek selutut. Penampilan cukup terawat. 2. Kesadaran Composmentis, GCS E4M6V5, kesadaran berubah 3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Tenang 4. Pembicaraan Spontan dan lancer, intonasi sedang, relevan dan koheren 5. Sikap terhadap pemeriksa Kooperatif B. Keadaan afektif (mood), perasaan dan empati 1. Mood 2. Afek 3. Keserasian 4. Empati : sulit dinilai : tumpul : tidak serasi : tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi intelektual (kognitif) 1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan: Pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai umur 2. Daya konsentrasi Cukup 3. Orientasi (waktu, tempat, orang) Orientasi tempat, waktu, dan orang baik 4. Daya ingat Daya ingat jangka panjang, pendek, dan segera baik 5. Pikiran abstrak Cukup 6. Bakat kreatif Tidak ada 7. Kemampuan menolong diri sendiri Cukup D. Gangguan persepsi 1. Halusinasi Halusinasi auditorik (+). Pasien sering mendengar suara-beberapa orang, sejak beberapa bulan terakhir, didengar setiap hari. Suara yang didengar terkadang berbicara kepada pasien, terkadang juga tidak. Riwayat halusinasi visual (+) berupa melihat hutan gelap 2. Ilusi Tidak ada 3. Depersonalisasi Tidak ada 4. Derealisasi Tidak ada E. Proses berpikir

1. Arus berpikir a. Produktivitas b. Kontinuitas c. Hendaya berbahasa 2. Isi pikiran a. Preokupasi : tidak ada : cukup : relevan, koheren : tidak ada

b. Gangguan isi pikir Idea of reference (+). Pasien merasa bila banyak orang berkumpul merasa diceritai. F. Pengendalian impuls Terganggu G. Daya nilai 1. Norma social 2. Uji daya nilai 3. Penilaian realitas H. Tilikan (insight) Derajat 3, sadar bahwa dirinya sakit tetapi menyalahkan orang lain atau faktor dari luar atau faktor organik sebagai penyebab I. Taraf dapat dipercaya Dapat dipercaya : terganggu : terganggu : terganggu

III.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT Pemeriksaan fisik 1. Status internus o o o o o o o o o o Tekanan darah 120/70 mmHg Nadi 88x/menit Suhu 36,6 C Pernapasan 20x/menit

2. Pemeriksaan status neurologis GCS 15 (E4M6V5) Tanda rangsang meninges: kaku kuduk (-), kernig sign (-) Pupil bulat, isokor, 2,5 mm Reflex cahaya langsung dan tidak langsung dalam batas normal Tidak ditemukan reflex patologis System saraf otonom dalam batas normal

IV.

IKTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang laki-laki, 31 tahun, dibawa ke RS Dadi karena mengamuk, dialami sejak satu tahun yang lalu (tahun 2011), memberat satu bulan terakhir (Mei 2011). Saat mengamuk pasien memukul keluarga dan teman kerja. Juga terlihat sering berbicara sendiri. Pada saat ditanya pasien mengaku mendengar bisikan. Saat melihat orang-orang di sekitarnya, pasien merasa dibicarakan. Sehari-hari masih dapat mengurus diri sendiri, makan dan mandi masih bisa dilakukan sendiri. Riwayat penggunaan alcohol dan NAPZA berbagai jenis, sejak tahun 2001. Diakui terakhir menggunakan satu tahun yang lalu (tahun 2011). Pada pemeriksaan status mental didapatkan penampilan pasien cukup terawat, aktivitas psikomotor cukup tenang, kesadaran berubah, verbalitas spontan, intonasi biasa, afek terbatas, empati tidak dapat dirabarasakan, taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan sesuai dengan pendidikan formal. Terdapat halusinasi auditorik berupa suara-suara dari beberapa orang yang didengar setiap hari beberapa bulan terakhir. Suara terdiri dari banyak orang, laki-laki dan perempuan. Juga ditemukan riwayat halusinasi visual berupa hutan-hutan gelap. Terdapat juga gangguan isi pikir berupa idea of reference dimana pasien selalu merasa dibicarakan saat melihat beberapa orang sedang berkumpul. terdiri

V.

FORMULASI DIAGNOSTIK Pasien ini memiliki riwayat penggunaan NAPZA selama sepuluh tahun sehingga dapat dikatakan pasien ini mengalami gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multiple dan penggunaan zat psikoaktif lainnya (F19). Gangguan ini dapat dibagi lagi menjadi intoksikasi akut, penggunaan yang merugikan (harmful use), sindrom ketergantungan, keadaan putus zat, keadaan putus zat dengan delirium, gangguan psikotik, sindrom amnesik, gangguan psikotik residual atau onset lambat, gangguan mental dan perilaku lainnya, dan gangguan mental dan perilaku YTT. Intoksikasi akut merupakan suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan alcohol atau zat psikoaktif lainnya sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan respon psikofisiologis lainnya. Intensitas intoksikasi berkurang dengan berlalunya waktu dan pada akhirnya efeknya menghilang bila tidak terjadi penggunaan zat lagi. Penggunaan zat yang merugikan adalah adanya pola penggunaan zat psikoaktif yang merusak kesehatan, yang dapat berupa fisik (seperti pada kasus hepatitis karena menggunakan obat melalui suntikan diri sendiri) atau mental (misalnya episode gangguan depresi sekunder karena konsumsi berat alkohol. Sindrom ketergantungan dapat ditegakkan bila terdapat tiga gejala atau lebih dari: adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa untuk menggunakan zat, kesulitan dalam

mengendalikan perilaku menggunakan zat, keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian penggunaan zat atau pengurangan, terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktifyang dipergunakan untuk memperoleh efek yang sama, secara progresif mengabaikan kesenangan atau minat lain disebabkan penggunaan zat psikoaktif, dan tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya. Keadaan putus zat memberikan gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan. Gangguan psikologis misalnya anxietas, depresi, dan gangguan tidur merupakan gambaran umum dari keadaan putus zat ini. Yang khas ialah pasien akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan mereda dengan meneruskan penggunaan zat. Keadaan putus zat dengan delirium yaitu suatu keadaan putus zat yang disertai komplikasi delirium. Gejala prodromal khas berupa: insomnia, gemetar dan ketakutan. Onset dapat didahului oleh kejang setelah putus zat. Trias yang klasik dari gejala ini adalah: kesadaran berkabut dan kebingungan, halusinasi dan ilusi yang mengenai salah satu panca indera, dan tremor berat. Gangguan psikotik karena penggunaan zat dapat tampil dengan pola gejala yang bervariasi. Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat psikoaktif (biasanya dalam 48 jam). Gangguan psikotik onset lambat (dengan onset lebih dari 2 minggu) dimasukkan dalam F1x.75 Sindrom amnesik harus memenuhi criteria: gangguan daya ingat jangka pendek(recent memory, dalam mempelajari hal baru), tidak adanya gangguan daya ingat segera (immediate recall), tidak ada gangguan kesadaran, dan tidak ada gangguan kognitif secara umum. Adanya bukti atau riwayat yang objektif dari penggunaan alcohol atau zat yang kronis (terutama dengan dosis tinggi). Gangguan psikotik residual atau onset lambat ditemukan gangguan fungsi kognitif, afek, kepribadian, atau perilaku yang disebabkan oleh alcohol atau zat psikoaktif yang berlangsung melampaui jangka waktu khasiat psikoaktifnya. Gangguan tersebut harus memperlihatkan suatu perubahan atau kelebihan yang jelas dari fungsi sebelumnya yang normal. Pada pasien ini tidak ditemukan gejala fisik yang dikeluhkan sehingga diagnosis intoksikasi akut dan penggunaan yang merugikan dapat disingkirkan. Pasien ini terakhir kali menggunakan zat satu tahun yang lalu sehingga sindrom ketergantungan dan keadaan putus zat juga dapat disingkirkan. Pada pasien ini ditemukan memori atau daya ingat jangka pendek yang baik, sehingga tidak dapat dikatakan sindrom amnesik. Pada pasien ini ditemukan gejala halusinasi

dan ilusi yang berlangsung dengan onset lebih dari 2 minggu setelah penggunaan zat sehingga dimasukkan dalam gangguan psikotik onset lambat (F1x.75). Aksis I : Pasien ini dapat dikatakan menderita gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multiple dan penggunaan zat psikoaktif lainnya dengan gangguan psikotik onset lambat (F19.75) Aksis II : Aksis III : Aksis IV : Aksis V : Ciri kepribadian tidak khas Tidak ada diagnosis Stressor tidak jelas 70-61, beberapa gejala ringan dan menetap, dissabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik

VI.

DAFTAR PROBLEM Organobiologik Diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter akibat penggunaan NAPZA sehingga diperlukan pemberhentian NAPZA dan penggunaan psikofarmakologi Psikologik Ditemukan halusinasi auditorik, visual, dan idea of reference sehingga diperlukan psikofarmakologi dan psikoterapi Social Ditemukan hendaya dalam pekerjaan, sosial, maupun penggunaan waktu senggang

VII. PROGNOSIS Faktor pendukung: Adanya gejala positif, yaitu halusinasi Adanya dukungan dari keluarga untuk pengobatan Adanya kesadaran diri pasien bahwa dirinya sakit

Faktor yang memperburuk diagnosis: Pekerjaan sebagai polisi memungkinkan pasien sering berinterkasi dengan NAPZA

VIII. PEMBAHASAN/TINJAUAN PUSTAKA Menurut PPDGJ III, gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat adalah gangguan yang bervariasi luas dan berbeda keparahannya (dari intoksikasi tanpa komplikasi dan penggunaan yang merugikan sampai gangguan psikotik yang jelas dan demensia) tetapi semua itu diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan atau tanpa resep

dokter). Pasien ini menggunakan berbagai jenis NAPZA dan alcohol. Ditemukan juga adanya gejala psikotik dengan onset lambat. Pedoman diagnostic untuk gangguan penggunaan zat dengan gangguan psikotik: Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat psikoaktif (biasanya dalam waktu 48 jam), bukan merupakan manifestasi dari keadaan putus zat dengan delirium atau onset lambat. Gangguan psikotik onset lambat (dengan onset lebih dari 2 minggu setelah penggunaan zat) dimasukkan dalam F1x.75 Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat psikoaktif dapat tampil dengan pola gejala yang bervariasi. Variasi ini akan dipengaruhi oleh jenis zat yang digunakan dan kepribadian pengguna zat Pasien ini dapat dikatakan menderita gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multiple dan penggunaan zat psikoaktif lainnya dengan gangguan psikotik onset lambat (F19.75) Gejala psikotik pada pasien ini dapat diterapi dengan penggunaan anti psikotik. Obat antipsikotik dibagi menjadi 2 yaitu tipikal dan atipikal. Pada pasien ini digunakan haloperidol, merupakan antipsikotik golongan tipikal yang memiliki potensial tinggi yang dapat digunakan untuk mengurangi gejala positif. Haloperidol memiliki waktu paruh 12-36 jam/hari sehingga dapat diberikan sekitar 2-3 kali/hari dengan dosis 5-15 mg/hari, sedangkan dosis maksimum dapat diberikan sekitar 100 mg/hari. Efek samping dapat berupa gejala extrapiramidal, hipotensi, dan sedasi.

IX.

RENCANA TERAPI Farmakoterapi Haloperidol 1,5 mg 3x1 Psikoterapi suportif Bersikap empati kepada pasien dan member dukungan dan semangat untuk berhenti menggunakan NAPZA Sosioterapi Memberikan penjelasan pada keluarga dan orang-orang di sekitar sehingga dapat menerima dan menciptakan lingkungan yang baik

X.

FOLLOW UP Membantu keadaan umum pasien dan menilai perkembangan penyakit serta menilai efektivitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan timbulnya efek samping obat yang diberikan.

GANGGUAN TRANS DAN KESURUPAN Pendahuluan Dalam keadaan kesehatan mental, seseorang memiliki perasaan diri (sense of self) yang utuh sebagai manusia dengan kepribadian dasar yang tunggal.

Kesehatan mental mental yang

merupakan modal utama seorang manusia

kehidupan seorang manusia. Tanpa tidak dapat melaksanakan tugas

sehat,

kemanusiaannya dengan baik. Manusia yang sehat tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga sehat secara psikis. Bebas dari gangguan adalah indikasi manusia yang bermental sehat. Ada berbagai macam gangguan mental (mental disorder), salah satunya adalah gangguan trans disosiatif (dissociative trans disorder). Dalam masyarakat fenomena disosiatif dikenal dengan istilah kesurupan.1 Gangguan disosiasi adalah kekacauan kesadaran, persepsi, memori atau kesadaran, tidak berkaitan dengan penyakit fisik atau gangguan otak organik, dan cukup untuk menyebabkan distress. Hal yang paling umum terlihat pada gangguan disosiatif adalah adanya kehilangan (sebagian/seluruh) dari integrasi normal antara : ingatan masa lalu, kesadaran akan identitas dan penghayatan dan kendali terhadap gerakan tubuh. Onset dan berakhirnya keadaan disosiatif sering kali berlangsung mendadak akan tetapi jarang sekali dapat dilihat kecuali dalam interaksi atau prosedur teknik- teknik tertentu seperti hipnosis.2,3 Kesurupan merupakan fenomena yang sudah ada sejak lama pada berbagai suku bangsa. Pada sukusuku tertentu ini dikaitkan dengan ritual agama tertentu. Juga digunakan sebagai hiburan di pentas kesenian, Orang awam menyebutnya kemasukan roh Dalam dunia medis hal ini disebut trance. Dalam PPDGJ III gangguan ini dimasukkan dalam kelompok gangguan disosiasi.4

Kesurupan (Dissociative Trance Disorder /DTD) dalam tinjauan medis merupakan penyakit dan bukan sesuatu yang berbau mistis seperti yang banyak dipercayai oleh masyarakat. Dunia kedokteran, khususnya psikiatri, mengakui fenomena kesurupan sebagai suatu kondisi yang ditandai oleh perubahan identitas pribadi. Banyak orang mengatakan kesurupan disebabkan oleh suatu roh atau kekuatan, karena sering juga terjadi pada ritual keagamaan atau hal-hal magis. Kesurupan di Indonesia sering terjadi pada siswa-siswa atau pelajar sekolah. Siswa sekolahan dalam tahap perkembangan masih dalam rentang usia remaja. Usia remaja merupakan masa storm and stress, artinya pada masa ini seseorang sangat rentan dengan pengaruh lingkungan sosial. Tuntutan dari orangtua, guru, dan teman-

teman mungkin saling bertentangan. Selain itu, anak remaja sebagai individu yang memasuki masa peralihan menuju kedewasaan seringkali mengalami problem psikis apabila kurangnya dukungan psikologis dari orang terdekatnya. Dalam kondisi seperti ini, ego selalu berupaya melakukan mekanisme pertahanan diri, tetapi dalam batas ambang ego tidak dapat menekan beberapa ide-ide yang mendasari problem remaja, sehingga individu dalam keadaan stressful. Jika sudah demikian, stimulus perangsang kecil pun bisa dimanifestasikan sebagai stimulus besar. 5, 6 Defenisi Secara umum gangguan disosiatif (dissociative disorders) bisa didefinisikan sebagai adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal (dibawah kendali sadar) meliputi ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan peng-inderaan-an segera (awareness of identity and immediate sensations) serta kontrol terhadap gerak tubuh.2,4 Dalam penegakan diagnosis gangguan Disosiatif harus ada gangguan yang menyebabkan kegagalan mengkordinasikan identitas, memori persepsi ataupun kesadaran, dan menyebabkan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan dan memanfaatkan waktu senggang. Trans yang disebut juga twilight state adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perubahan kesadaran atau hilangnya penginderaan dari identitas diri dengan atau tanpa suatu identitas alternative (DSM IV TR). Trans adalah suatu keadaan kehidupan separuh sadar (half-light) antara realitas yang nyata dan fantasi yang gelap (Cameron, 1963). Trans adalah suatu perubahan status kesadaran dan menunjukkan penurunan responsivitas terhadap stimulus lingkungan (Kaplan, 1994). Menurut Hinsie dan Campbel (1970), mempunyai persamaan arti dengan hipnosis, katalepsi dan keadaan ekstasi atau kekaguman dapat juga diartikan terlena. Trans adalah suatu bentuk kesadaran transaksional yang dibangkitkan untuk tujuan transformasi (Hukom,1977)1 Epidemiologi Di India yang kultur dan budayanya mirip Indonesia, possesion syndrome atau possesion hysterical merupakan bentuk disosiasi yang paling sering ditemukan. Angka kejadiannya kurang lebih 1 4% dari populasi umum. Studi epidemiologi possesion telah dilaporkan berhubungan dengan krisis sosial di masyarakat (Hidayat, 2006). Berdasarkan jenis kelamin, perempuan mempunyai risiko lebih besar mengalami trans disosiatif dibandingkan lakilaki.

Kondisi trans biasanya terjadi ada perempuan dan seringkali dihubungkan dengan stress atau trauma (Barlow & Durand, 2002:177). Hal ini terbukti dari kasus-kasus yang terjadi sebagian besar adalah perempuan. Hal ini mungkin karena perempuan lebih sugestible atau lebih mudah dipengaruhi dibandingkan laki-laki. Mereka yang mempunyai kepribadian histerikal yang salah satu cirinya sugestible lebih berisiko untuk disosiasi atau juga menjadi korban kejahatan hipnotis. Berdasarkan usia, sebagian besar korban disosiasi berusia remaja dan dewasa muda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa mereka yang berisiko untuk disosiasi adalah perempuan usia remaja atau dewasa muda yang mudah dipengaruhi.Dalam beberapa studi, mayoritas dari kasus gangguan disosiatif ini mengenai wanita 90% atau lebih, Gangguan Disosiasi bisa terkena oleh orang di belahan dunia manapun, walaupun struktur dari gejalanya bervariasi.1 Etiologi Teori-teori yang membahas mengenai patologi gangguan dissosiasi dapat dibagi menjadi 4 teori. Teori psikologi dikemukakan Janet bahwa beberapa orang memiliki memiliki psychological insufficiency yang menyebabkan mereka cenderung mengalami dissodiasi dalam menghadapi pengalaman yang menakutkan. Teori neurocognitive yang menyangkut memori episodic. Episodic memory adalah memori yang menyangkut terhadap kesadaran diri. Jika cukup signifikan, episodic memory menjadi bagian dari autobiographical memory, yaitu menyangkut riwayat diri. Lobus temporalis medial, khususnya hippocampus, penting dalam mengkode, menyimpan dan menarik kembali memori episodic. Dissosiasi menggambarkan adanya gangguan pada pengkodean, penyimpanan dan penarikan kembali memori episodic yang traumatic. Teori traumagenik dimana sebagian besar penderita disosiasi usia dewasa dilaporkan memiliki trauma significant pada masa kecilnya, seperti incest, kekerasan fisik, dan kekerasan emosional. Terakhir, yaitu teori psikososial.2 Adapun pada klinisnya penyebab yang mungkin menyebabkan trance antara lain: Trauma fisik dan mental Kemarahan Kecemasan Kelelahan fisik Struktur Kepribadian Alam bawah sadar

Mekanisme Terjadinya Stres / ritualistik / meditasi

Fungsi Ego Melemah Batas Ego terbuka Kekuatan bawah sadar bangkit Kesurupan

Faktor yang membangkitkan Musik / tetabuhan Kata-kata / mantra Cahaya yang menyilaukan Situasi yang kacau Kekaguman Hipnosis

Faktor Resiko Orang-orang dengan pengalaman gangguan psikis kronik, seksual ataupun emosional semasa kecil sangat berisko besar mengalami gangguan disosiatif. Anak-anak dan dewasa yang juga memiliki pengalaman kejadian yang traumatik, semisalnya perang, bencana, penculikan, dan prosedur medis yang infasif juga dapat menjadi faktor resiko terjadinya gangguan disosiatif ini. Gambaran klinik Pasien nampak dalam suatu keadaan separuh sadar, seperti mau pingsan. Berada dalam suatu lingkungan dimana ada orang lain, tetapi mereka tenggelam dalam preokupasi regresi yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata atau tak bisa saling berbagi dengan orang lain. Kebanyakan orang yang mengalaminya tidak dapat menceritakan kembali apa yang telah dialami, kita bisa mengetahui dari melihat langsung (bukti langsung). Adapun gmbaran kliniknya antara lain:7 Kehilangan control pada tingkah laku Perubahan sikap atau bertingkah laku yang berbeda Kehilangan kesadaran akan lingkungan sekitar Kehilangan identitas diri Kesulitan membedakan realitas dan fantasi pada saat kesurupan Perubahan nada dan intonasi suara Perhatian yang mengembara

Kesulitan konsentrasi Hilangnya kesadaran akan waktu Kehilangan memori Percaya bahwa tubuhnya berubah

Diagnosis Gangguan disosiatif atau disebut juga gangguan konversi adalah adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal (dibawah kendali kesadaran) antara: Ingatan masa lalu Kesadaran identitas dan penginderaan segera (awareness of identity and immediate sensation), dan kontrol terhadap gerak tubuh

Pada gangguan disosiatif, kemampuan kendali di bawah kesadaran dan kendali selektif tersebut terganggu sehingga sampai taraf yang dapat berlangsung dari hari ke hari atau bahkan jam ke jam. Untuk diagnosis pasti maka hal-hal di bawah ini harus ada a. Gambaran klinis yang ditentukan untuk masing-masing gangguan yang tercantum b. Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejala-gejala tersebut, c. Bukti adanya penyebab psikologis, dalam bentuk hubungan kurun waktu yang jelas dengan problem dan kejadian-kejadian yang stressful atau hubungan interpersonal yang terganggu (meskipun hal tersebut disangkal oleh penderita) Sedangkan pedoman diagnostik untuk gangguan disosiatif trans dan kesurupan adalah: Gangguan ini menunjukkan adanya kehilangan sementara aspek penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya; dalam beberapa kejadian, individu tersebut perperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib, malaikat atau kekuatan lain Hanya gangguan trans yang involunter (di luar kemampuan individu) dan bukan merupakan aktivitas yang biasa, dan bukan merupakan aktivitas yang biasa, dan bukan merupakan kegiatan keagamaan atau budaya yang boleh dimasukkan dalam pengertian ini.

Tidak ada penyebab organic (misalnya epilepsy lobus temporalis, cedera kepala, intoksikasi zat psikoaktif) dan bukan bagian dari gangguan jiwa tertentu (misalnya, skizofrenia, gangguan kepribadian multiple)4

Penatalaksanaan 1. Farmakoterapi Farmakoterapi merupakan terapi tambahan pada gangguan disosiatif. Obat-obat neuroleptik tidak disarankan karena bukan hanya tidak efektif, tetapi juga meningkatkan gangguan disosiasi. Obat-obat antidepresi seperti serotonin reuptake inhibitor dapat membantu dalam membantu dalam mengatasi insomnia, impulsive, depersonalisasi, dan depresi. Benzodiazepine dapat membantu pada disosiasi akut tetapi harus digunakan berhati-hati karena dapat menyebabkan ketergantungan pada penggunaan yang lama.3 2. Psikoterapi adalah pengobatan dengan cara psikologis untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan perilaku. Psikoterapi berasal dari dua kata, yaitu psyche yang artinya jiwa, pikiran atau mental, dan therapy yang artinya penyembuhan, perawatan atau pengobatan. Oleh karena itu, psikoterapi juga disebut sebagai terapi kejiwaan, pikiran, atau mental. Psikoterapi membantu gangguan jiwa melalui: a. Mengerti perilaku, emosi, dan hal yang berkontribusi terhadap gangguan tersebut sehingga mampu mengetahui bagaimana memodifikasinya b. Mengerti dan mengidentifikasi masalah hidup atau kejadian seperti kematian dalam keluarga, kehilangan pekerjaan, atau perceraian yang menyebabkan gangguan dan membantu mereka memahami masalah mereka, yang mungkin mampu diselesaikan atau pun diperbaiki. c. Mendapatkan kontrol diri dan kebahagiaan dalam hidup d. Belajar teknik menyelesaikan masalah dan skill menghadapi masalah 3. Hipnoterapi Pasien dipandu melakukan relaksasi supaya energi jiwa bawah sadarnya bangkit untuk tujuan positif. Pasien diposisikan sebagai subyek aktif.9 Prognosis Prognosis untuk gangguan trans dan kesurupan yang bersifat akut pada umumnya baik. Gangguan disosiasi ini biasanya singkat, beberapa jam sampai beberapa hari. Umumnya pemulihan cepat dan jarang rekurens. Namun, keberhasilan jangka panjang bergantung pada dukungan keluarga dan kepribadian pasien.1

Anda mungkin juga menyukai