Anda di halaman 1dari 9

Menara Masjid Kuno di Aleppo Hancur Dibom Tentara Rezim Assad

Masjid Umayyah di Aleppo setelah dihancurkan SALAM-ONLINE: Menara masjid kuno peninggalan dinasti Umayyah di Aleppo telah hancur, demikian lapor media pemerintah dan aktivis Suriah, sementara rezim Bashar alAssad dan oposisi saling tuding.Masjid yang masuk dalam daftar cagar budaya UNESCO di Aleppo itu menjadi medan pertempuran selama berbulan-bulan dan mengalami kerusakan yang parah. Pada hari Rabu (24/4/2013) seiring dengan merebaknya kabar menara masjid yang hancur, para aktivis Suriah mengunggah video rekaman gambar kehancuran masjid itu. Namun, tidak terlihat gambar detik-detik saat menara masjid tersebut runtuh, demikian Aljazeera melaporkan.Media milik rezim Assad menuding pasukan oposisi dari kelompok Jabhah al-Nushra, kelompok bersenjata yang dicap teroris oleh Amerika Serikat sebagai pelaku penghancuran menara itu.Namun pasukan penentang Assad dan oposisi serta aktivis Suriah mengatakan bahwa tentara rezim yang bertanggungjawab atas hancurnya masjid bersejarah itu.Tank-tank menembak ke arah menara sampai hancur, kata salah seorang anggota pasukan oposisi dalam video yang diunggah ke YouTube, seraya menegaskan bahwa tidak ada penembak jitu dari kelompok oposisi yang bersembunyi di menara tersebut.

Masjid Aleppo aslinya dibangun pada abad ke-8 Masehi dan sepertinya kemudian hancur. Masjid dibangun ulang pada abad ke-13. Masjid kuno Aleppo itu menjadi barang rebutan antara pasukan rezim dan oposisi. Pasukan oposisi beberapa kali berhasil menguasainya, tetapi beberapa kali pula gagal mempertahankannya. Pada dinding-dindingnya terdapat bekas tembakan peluru. Barang-barang antik dan tiang-tiang masjid terlihat hitam gosong habis terbakar. Barang-barang berharga peninggalan sejarah Islam dan artefak-artefak kuno dijarah, termasuk kotak penyimpan helaian rambut Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Masjid Umayyah sebelum dihancurkan

Menurut PBB, lima dari enam situs bersejarah yang masuk dalam cagar budaya UNESCO rusak akibat konflik Suriah. (hidayatullah.com), salam-online

Pria di Kursi Roda Pun Ditembak Zionis

Hidayatullah.com--Beginilah kalau tentara Zionis Israel sudah betul-betul gelap mata. Hari Kamis (11/04/2013) tentara Zionis menembak dan melukai seorang pria Palestina cacat di selatan kota Hebron, Tepi Barat. Motaz Faraj Ibedo, yang dalam kondisi terbatas hanya bisa bergerak dengan kursi rodanya akibat penembakan dua tahun sebelumnya, menderita luka parah dan dilarikan ke rumah sakit Israel untuk mendapat perawatan, sebut the Palestinian Prisoners Society dalam pernyataannya. Seorang jurubicara militer Israel mengkonfirmasi bahwa seorang pria Palestina dirawat di rumah sakit, setelah ditembak dalam operasi penangkapan. Dia mengatakan, tentara menembaki pria itu ketika mencoba merampas senjata. Dia mengatakan, pria itu melemparkan benda, termasuk gas air mata kepada tentara. Dua terluka, katanya. Amjad al-Najjar, Direktur PPS di kantornya, Hebron, mengecam serangan penangkapan menargetkan seorang pria yang sudah tidak mampu berjalan tanpa bantuan. AlNajjar mengatakan, yang dilansir Ma'an News Agency, pemerintah Israel bertanggung jawab atas keselamatan Ibedo. Dia meminta pihak Israel memungkinkan keluarga dan pengacara

Ibedo mengunjunginya di tahanan. Tetapi juru bicara militer membantah Ibedo sedang berada di tahanan.Ia masih menjalani perawatan di rumah sakit. Ibedo tidak dapat berjalan setelah ditembak pada tahun 2011 dengan peluru dum dum ke perutnya, yang kemudian merusak beberapa organ internal yang menyebabkan ia mengalami cacat permanen. Sejak insiden itu, yang Ibedo mengatakan penembakan dilakukan ketika ia sudah ditangkap, tidak bisa lagi berjalan karena kaki kiri lumpuh.

Masjid Al-Aqsa Memasuki Tahap Kritis

Menteri Wakaf dan Urusan Agama,Dr Ismail Ridwan memperingatkan bahwa Masjid Al-Aqsa memasuki tahap yang sangat kritis, dimana Zionis telah memperluas ruang lingkup Yahudisasi. Ridwan menjelaskan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (11/4), bahwa Penjajah Zionis melanjutkan pekerjaan konstruksi di halaman Buraq di barat Masjid AlAqsa, setelah sebulan yang lalu Zionis membongkar bangunan kuno milik wakaf Islam. Ia menunjukkan bahwa penggalian bertujuan sebagai upaya implementasi dari Skema raksasa Yahudisasi, dengan serangkaian proyek yang akan mengubah secara radikal halaman Buraq di kawasan Al-Aqsa. Ridwan menyerukan kepada negara-negara Arab dan Islam serta Liga Arab dan OKI, dan segenap Ormas Islam untuk segera mengambil peran nyata dan ikut mengambil tanggung jawab melawan apa yang kini sedang dilakukan oleh Penjajah Zionis terhadap Kota Suci ini. (hr/IS)

Islamisasi Pendidikan di Gaza, Ruang Kelas Laki Laki dan Perempuan Diatur Terpisah

Kota Gaza, awal September ini, anak perempuan dan anak laki-laki di atas usia Sembilan tahun, akan dipisahkan ruangannya di sekolah, dan peraturan ini disahkan undang undangnya oleh Hamas. Hukum yang disahkan ini mengecualikan bila ada staf laki-laki yang bekerja di sekolah anak perempuan di Gaza. Undang-undang telah dikritik oleh kelompok hak asasi manusia dan organisasi perempuan/feminism , mereka menuduh peraturan ini sebagai upaya untuk memaksakan agenda politik Hamas di masyarakat Gaza. Langkah-langkah baru ini adalah serangkaian langkah-langkah Islamisasi yang diambil kebijakan oleh gerakan Islam, yang telah memerintah sejak tahun 2007. Walid Mezher, penasihat hukum untuk Kementerian pendidikan Gaza , mengatakan bahwa sistem pendidikan Palestina yang dibuat pada tahun 1933 telah sangat usang. Ini saatnya bagi Palestina untuk memiliki hukum sendiri yang sesuai dengan kebutuhan mereka . (AlJ-Dz)

Di Suriah, Maut Datang dari Udara dan Kursi Jerman


Hidayatullah.com |Sahabatsuriah.com--

Lembaga hak asasi internasional Human Rights Watch (HRW) kemari meluncurkan laporan hasil studi mereka tentang perang di Suriah yang mereka beri nama Death from the Skies Kematian yang Datang dari Langit.

Di dalam laporannya, HRW menyampaikan apa yang sudah diketahui oleh masyarakat luas: bahwa pesawat-pesawat Suriah tempur

angkatan

udara

berulangkali

melakukan penyerangan bukan ke arah kelompok yang disebut rezim Bashar alAssad sebagai teroris bersenjata yaitu para pejuang pembebasan kepada warga sipil biasa. Suriah, melainkan

'Kursi Jerman' untuk mematahkan tulang Serangan-serangan udara ini, menurut HRW, belakang tawanan yang dipakai di penjara merupakan pelanggaran berat undangSuriah undang perang internasional dan mereka yang melanggar dengan niat jahat

bertanggungjawab akan kejahatan perang atau war crimes. Laporan setebal 80 halaman itu diberi judul lengkap Death from the Skies: Deliberate and Indiscriminate Air Strikes on Civilians dan dapat diunduh di sini:

Laporan HRW ini dibuat sesudah dilakukan penelitian di 50 lokasi penyerangan udara yang dilakukan rezim Basyar al-Assad terhadap berbagai kawasan yang sudah dikuasai para pejuang di Aleppo, Idlib dan Lattakia.

Lebih dari 140 wawancara dengan para saksi mata dan korban dilakukan dalam studi ini. HRW mencatat serangan-serangan udara itu membunuh sedikitnya 152 warga sipil. Angka yang sangat kecil dibandingkan dengan yang dicatat para relawan kemanusiaan di dalam Suriah; mereka mendokumentasi sedikitnya 4300 jiwa melayang di seluruh kawasan Suriah karena serangan udara rezim sejak Juli 2012. Dari desa ke desa yang kami datangi, kami dapati warga sipil yang sangat ketakutan terhadap angkatan udara mereka sendiri, demikian kata Ole Solvang, salah satu peneliti HRW. Serangan-serangan udara ilegal ini membunuh dan melukai warga sipil dan menimbulkan kerusakan, ketakutan dan displacement luar biasa.

Dari Kursi Jerman Rezim brutal Bashar al-Assad sebagaimana sudah terbukti dan diberitakan luas tidak hanya melakukan pembunuhan dari udara tapi juga dari darat. Peluru-peluru snipers dan pisau jagal serta berbagai alat penyiksaan sudah makan ribuan korban warga Suriah biasa.

Salah satunya adalah berita dari Syrian Days of Rage yang mengutip kesaksian seorang mantan tawanan salah satu penjara dan pusat penyiksaan rezim Bashar. Dalam salah satu pusat penahanan (di Damaskus) itu, setiap harinya 40 tawanan dibunuh dengan menggunakan kursi Jerman. Ini adalah satu alat penyiksaan dan eksekusi yang dipakai di penjara-penjara Suriah. Si tawanan dibunuh dengan cara dipatahkan tulang belakangnya. Salah satu ingatan yang paling mengerikan adalah ketika mereka menghukum mati seorang anak lelaki usia 12 tahun tanpa pengadilan, tentu saja. Bocah itu menangis dan mengemis minta diampuni, Om, tolong Om, jangan bunuh aku. Tak ada gunanya. Mereka letakkan si bocah di kursi itu dan mereka patahkan tulang punggungnya. Ketika si kecil tidak langsung mati, para tentara penjaga tawanan itu menginjak dan mematahkan lehernya.

Dan ini salah satu laporan lain, dari Amnesty International, tentang berbagai cara penyiksaan di dalam penjara-penjara dan pusat-pusat penahanan rezim Suriah, mulai dari pemerkosaan sampai penyetruman.*

Anda mungkin juga menyukai