Ada sekitar 95.000 buah jembatan (ekivalen 1220 km) di Indonesia antara lain : 60.000 jembatan (550 km) di jalan kabupaten, perdesaan & perkotaan
35.000 jembatan (670 km) di ruas jalan nasional & provinsi 2
5.5 % 7.6 %
14.4 % 42.7 %
13 % 16.7 %
0 1 2 3 4 5
(cont)
20 %
28.5 %
42.7 %
Lain-lain
(cont)
Studi Kelayakan
Final Engineering
UU/PP/Kebutuhan/ Studi-2
To meet client requirements etc or comply to international standard/practice Rangkaian pengujian Produk Perencanaan
Design Criteria
Produk Perencanaan DED Constructed DED
Build in dalam constructed DED dan atau sertifikat kualitas perencanaan Pengamanan Produk Perencanaan
Dalam bentuk BA QC/QA yang diterbitkan oleh pengawas dan lembaga kompeten
PHO/FHO Operasional 9
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
BERKALA
(Kondisi 2)
Pekerjaan Pemeliharaan
Rutin/Berkala
Database BMS
Expert System
REHABILITASI
(Kondisi 3 dan 4) Rehab Khusus (Kondisi 4) Pemeriksaan Khusus Perencanaan Rehab Kegiatan Preservasi Jembatan
Rehabilitasi
Dokumen Rehab
PEMBANGUNAN
(Kondisi 5)
Mengacu pada: - NSPM Teknik - Sistem Informasi Jembatan - Best Practice Jembatan - Spesifikasi Rehabilitasi Jembatan - Prosedur Perkuatan Jembatan
- Penggantian Jembatan - Pembangunan Jembatan - Duplikasi Jembatan - Pelebaran Jembatan - Pembangunan Over Pass/ Under Pass - Peningkatan/Upgrading Jembatan
Pembangunan
Baru/Pelebaran/ Upgrading
10
11
Kriteria Desain Jembatan ini sesuai dengan SURAT EDARAN DIRJEN BINA MARGA NO. UM.0103-Db/242 tentang Ketentuan Desain dan Revisi Desain Jalan Jembatan yang dikeluarkan pada tanggal 21 Maret 2008, berisi: 1. Pokok-Pokok Perencanaan
Perencanaan pondasi jembatan Perencanaan jalan pendekat Perencanaan pertimbangan aspek lingkungan dan sosial Prinsip penerapan keselamatan jembatan
12
Agar struktur jembatan berfungsi dengan baik, maka setiap perencanaan jembatan harus memenuhi pokok-pokok perencanaan sebagai berikut: 1. Kekuatan dan Stabilitas struktur 2. Kenyamanan dan Keselamatan 3. Kemudahan (pelaksanaan dan pemeliharaan)
4. 5. 6. 7.
Ekonomis Pertimbangan aspek lingkungan, sosial, dan aspek keselamatan jalan Keawetan dan kelayakan jangka panjang Estetika
13
1. Perencanaan jembatan harus mengacu pada a) Bridge Design Code BMS 92, dengan revisi pada bagian: Pembebanan Jembatan (SK.SNI T-02-2005), Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005 Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SK.SNI T-12-2004), Kepmen PU No. 260/KPTS/M/2004 Perencanaan struktur baja untuk jembatan (SK.SNI T-03-2005), Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005 b. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan (SE Menteri PU No. 12/SE/M/2010)
2. Perencanaan jalan pendekat dan oprit, Pd T-11-2003 dan standar perencanaan jalan yang berlaku
3. Panduan Analisa Harga Satuan, No. 028/T/BM/1995, Ditjen BM Dep. PU 4. Ketentuan lain yang relevan bila tidak tercakup dalam ketentuan di atas harus mendapat persetujuan pemberi tugas.
14
5. Dalam penyiapan perencanaan teknik, Ada 10 (sepuluh) Prosedur Operasional Standar (POS) bidang jembatan yang harus diikuti, yaitu: a) b) c) d) e) f) g) POS Penyusunan Kerangka Acuan Kerja POS Survey Pendahuluan POS Survey Lalu Lintas POS Survey Geodesi POS Survey Geoteknik POS Survey Hidrologi POS Perencanaan Teknis Jembatan
h) i) j) k)
POS Penyampaian DED Perencanaan Teknis POS Sistematika Pelaporan POS Penyelenggaraan Jembatan Khusus SOP Mekanisme Penerimaan Dokumen Perencanaan Teknis (Draft).
15
1. Umur rencana jembatan standar 50 tahun dan jembatan khusus 100 tahun 2. Persyaratan geometrik Lebar jembatan minimum jalan nasional adalah 1+7+1m Superelevasi melintang 2% dan kemiringan memanjang maksimum 5% Ruang bebas vertikal jalan di atas jembatan minimal 5,1m Ruang bebas vertikal dan horisontal di bawah jembatan disesuaikan kebutuhan lalu lintas kapal (free-board minimal 1,0m dari muka air banjir) Dihindari tikungan di atas jembatan dan oprit Untuk kebutuhan estetika pada daerah tertentu/pariwisata, struktur jembatan dapat berupa bentuk parapet dan railing dengan lebar jembatan dapat dibuat khusus atas persetujuan pengguna jasa
Geometrik jembatan tidak menutup akses penduduk di kiri kanan oprit (timbunan)
16
Mutu Baja Tulangan: Tulangan dengan diameter, untuk < D13 : BJTP 24 Tulangan dengan diameter, untuk > D13 : BJTD 32 atau BJTD 39 Variasi diameter tulangan dibatasi paling banyak 5 ukuran
5. Gambar rencana diusahakan sebanyak mungkin dalam bentuk gambar tipikal/ standar untuk kemudahan validasi/koreksi
17
18
19
Dilakukan sesuai dengan tahap-tahap pengerjaan struktur sehingga setiap elemen struktur terjamin kekuatan maupun kekakuannya selama masa konstruksi.
20
Pembebanan Jembatan
Perhitungan pembebanan rencana mengacu pada BMS92 dengan revisi Bagian 2 mengunakan SK.SNI T-02-2005, meliputi Beban rencana permanen, Lalu lintas,
Pengaruh penyusutan dan rangkak Tekanan tanah. Koefisien tekanan tanah nominal harus dihitung dari sifat-sifat tanah (kepadatan, kelembaban, kohesi sudut geser dll)
21
Pembebanan Jembatan
2) Beban Hidup Beban Lajur "D" ( UDL dan KEL) L < 30m, q = 8 menjadi 9 kPa L > 30m, q = 8 x ( 0,5+15/L ) kPa menjadi 9 x ( 0,5+15/L ) kPa Beban Truk "T (semi trailer) T = 450 menjadi 500 kN DLA (T) = 0.3
Beban rem
Beban pejalan kaki P = 5.33 - A / 30 kN/m2 (10m < L < 100m)
225 kN
112 .5 kN
225 kN
112 .5 kN 112 .5 kN
112 .5 kN
22
Pembebanan Jembatan
c) Beban Rem
BMS / Jalur SK.SNI T-02-2005 / Lajur (2.75m)
c)
e)
Beban Tumbuk pada Fender Jembatan Pengaruh tumbukan kapal yang ditentukan oleh pihak yang berwenang/relevan
Pembebanan Jembatan
3). Beban Pengaruh Lingkungan
Beban Perbedaan Temperatur Perbedaan temperatur diambil sebesar 120C untuk lokasi jembatan lebih rendah dari 500m di atas permukaan laut Beban Angin Tew = 0.0006 Cw (Vw)2 Ab (kN) untuk penampang jembatan Tew = 0.0012 Cw (Vw)2 (kN/M) untuk kendaraan yang lewat Beban Gempa Pengaruh gempa rencana hanya ditinjau pada keadaan batas ultimit. Pemodelan beban gempa menggunakan analisa pendekatan statik ekivalen beban gempa, sbb:
Teq = Kh . I . WT dimana Kh = C . S
Gaya aliran sungai Hanyutan
Pembebanan Jembatan
4). Beban Pengaruh Aksi-Aksi Lainnya
Gesekan pada perletakan Gesekan pada perletakan termasuk pengaruh kekakuan geser kekakuan geser dari perletakan elastomer.
Beban pelaksanaan Beban pelaksanaan terdiri dari beban yang disebabkan oleh aktivitas pelaksanaan itu sendiri dan aksi lingkungan yang mungkin timbul selama pelaksanaan.
Pembebanan
Beban Mati Beban Mati Tambahan Beban Hidup Beban Gempa Beban Angin Temperatur
ULS
1.1 1.3 1.8 1.0 1.2 1.2
SLS
1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
26
Jembatan khusus dengan umur rencana berbeda (100 tahun), faktor beban dikoreksi
27
2
x o o x o
3
x o o o
4
x o o o
5
x o -
6
x o
Pengaruh temperatur
Aliran/hanyutan/tumbukan/Apung Beban Angin Aksi lain: Gempa Beban tumbukan Pengaruh getaran Beban pelaksanaan
o
o o
o
-
x
o o
o
x x
o
o -
o
o
x
-
x 28
2
x o o x o o x -
3
x o o x x o o -
4
x o o o o x o -
5
x o o o o o x -
6
x o o o o x 29
2
x x x x 25%
3
x x x x 25%
4
x x x x x 40%
5
x x x 50%
6
x x 30%
7
x x x 50%
30
1. Apabila tidak direncanakan secara khusus, maka dapat digunakan BA jembatan standar BM sesuai bentang ekonomis & kondisi lalu-lintas air Box Culvert (single, double, triple), ( 1 - 10m) Voided Slab, ( 6 - 16m) Gelagar Beton Bertulang Tipe T, ( 6 - 25m) Gelagar Beton Pratekan Tipe I dan Box, (16 - 40m) Girder Komposit Tipe I dan Box, (20 - 40m) Rangka Baja, (40 - 60m) 2. Penggunaan bangunan atas diutamakan dari sistem gelagar beton bertulang atau box culvert serta Gelagar pratekan untuk bentang pendek dan untuk kondisi lainnya dapat mengunakan gelagar komposit atau rangka baja dll. 3. Perencanaan bangunan atas jembatan harus mengacu antara lain: Menggunakan Rencana Keadaan Batas (Limit States), ULS & SLS Lawan lendut & lendutan, simple beam < L/800, kantilever L/400) Memperhatikan perilaku jangka panjang material dan kondisi sekitar lingkungan jembatan (selimut beton, permeabilitas beton, tebal elemen baja dan galvanis terhadap resiko korosi, potensi degradasi material)
31
1. Perencanaan struktur bawah jembatan dilakukan dengan menggunakan Limit States atau Rencana Keadaan Batas berupa Ultimate Limit States (ULS) dan Serviceability Limit States (SLS) 2. Tinggi abutmen dan pilar tipikal Abutmen
Abutmen tipe cap: 1,5 2,0m Abutmen tipe kodok: 2,0 3,5m
Pilar
Pilar balok cap: < 10m Pilar dinding penuh: 5 - 25m
3. Struktur bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan. Persyaratan tebal minimal selimut beton yang digunakan adalah
Daerah normal = 30 mm Daerah agresif = 50 mm 32
0,8 1,2
18 - 30
3. Jenis pondasi diusahakan seragam untuk satu lokasi jembatan termasuk dimensinya. Dihindari pondasi langsung untuk daerah dengan gerusan besar 4. Pondasi tp pipa baja Grade-2 ASTM-252 diisi dengan beton bertulang nonshrinkage (semen type II) atau menggunakan pondasi tiang bor 5. Faktor keamanan, untuk data tanah sondir: TP: End bearing=3, Friction=5; Sumuran: DDT=20, Geser=1,5 & Guling=1,5 7. Kalendering terakhir tiang pancang 1,0 3,0cm/10pukulan untuk end-bearing dengan jenis hammer sesuai
33
Tinggi timbunan jalan pendekat tidak boleh melebihi H izin sebagai berikut:
H kritis H izin
Bila tinggi timbunan melebihi H izin harus direncanakan sistem perkuatan tanah dasar.
34
35