Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tema Silogisme yang sederhana ini dapat terselesaikan tidak kurang daripada waktunya. Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah satu dari sekian kewajiban mata kuliah Filsafat Ilmu dan Logika serta merupakan bentuk langsung tanggung jawab penulis pada tugas yang diberikan. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Doddy Solachuddin, M.Pd., Psi. selaku dosen mata kuliah Psikologi Umum II serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketidak sempurnaan maupun kekeliruan yang mungkin dijumpai dalam makalah ini, sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Untuk itu tegur sapa yang sifatnya membangun dari siapapun datangnya, menurut penulis merupakan hal yang esensial. Bukan saja untuk mendekati kesempurnaan dan meniadakan kesalahan, namun yang lebih penting dapat menjadi pendorong kuat bagi penulis guna mengembangkan potensi keingintahuan, keluasan wawasan berfikir, dan diharapkan akan lebih memperkokoh akar kearifan,. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penulis nanti dalam upaya evaluasi diri. Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca, dan bagi seluruh mahasiswa-mahasiswi Universitas Nasional Pasim. Amien ya Rabbal alamin. Bandung, Maret 2013 Penulis

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sejak manusia dilahirkan pada dasarnya sudah sepantasnya untuk dilatih berpikir dengan jelas, tajam dan terang rumusannya, hal itu juga supaya lebih tangkas dan kreatif. dengan demikian kita sebagai generasi penerus bangsa perlu belajar berpikir tertip, jelas, serta tajam. Hal yang sangat penting juga adalah belajar membuat deduksi yang berani dengan salah satu cara untuk melahirkannya adalah silogisme. Hal ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk dapat melihat konsekwensi dari sesuatu pendirian atau pernyataan yang apa bila di telaah lebih lanjut, sebenarnya pendirian atau pernyataan itu tadi self destructive. Mungkin hal itu bisa terjadi karena tidak mau menghargai kebenaran dari sesuatu tradisi atau tidak dapat menilai kegunaannya yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau, ada juga sebagian orang yang mengatakan atau menganggap percuma mempelajari seluk beluk silogisme. Tetapi mungkin juga anggapan itu didasarkan pada kenyataan bahwa biasanya dalam proses penulisan atau pemikiran hanya sedikit orang saja yang dapat mengungkapkan pikirannya dalam bentuk silogisme. Akan tetapi, proses pemikiran kita menurut kenyataanya mengikuti pola silogisme jauh lebih sering dari pada yang kita duga. Misalnya ucapan Saya tidak senang kepada pegawai itu karena ia biasa datang terlambat ke kantor Proses pemikiran tersebut haya bisa di uji dan di kaji apabila kita beberkan dalam bentuk silogisme karena bentuk silogismelah setiap langkah dari proses tersebut menjadi terbuka. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan silogisme? 2. Apa saja bagian-bagian dari silogisme? 3. Apa yang dimaksud Silogisme Kategorik? 4. Apa yang dimaksud Silogisme Hipotetik 5. Apa yang dimaksud Silogisme Disjungtif? 6. Apa yang dimaksud dengan Dilema?

C. Maksud dan Tujuan 1. Memahami yang dimaksud Silogisme; 2. Mengetahui bagian-bagian silogisme; 3. Memahami Silogisme Kategorik; 4. Memahami Silogisme Hipotetik; 5. Memahami Silogisme Disjungtif; 6. Memahami yang dimaksud dengan dilema.

ii

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Silogisme adalah proses menggabungkan tiga proposisi, dua menjadi dasar penyimpulan, satu menjadi kesimpulan. Silogisme ialah suatu bentuk pemikiran kesimpulan secara deduktif dan tidak langsung yang mana kesimpulannya ditarik dari dua premis yang tersedia sekaligus. Dua premis yang dimaksud adalah premis mayor dan premis minor. Dilihat dari bentuknya silogisme adalah contoh yang paling tegas dalam cara berpikir deduktif yakni mengambil kesimpulan khusus dari kesimpulan umum. hanya saja dalam teori silogisme kesimpulan terdahulu hanya terdiri dari dua keputusan saja sedang salah satu keputusannya harus universal dan dalam dua keputusan tersebut harus ada unsur unsur yang sama sama dipunyai oleh kedua keputusannnya Jadi tegasnya yang di namakan dengan silogisme adalah suatu pengambilan kesimpulan dari dua macam keputusan (yang mengandung unsur yang sama dan salah satunya harus universal) suatu keputusan yang ketiga yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya. Dengan kata lain silogisme adalah merupakan pola berpikir yang di susun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.

B. Bagian bagian Silogisme Pada dasarnya silogisme mempuyai empat bagian 1. Premis Mayor Bagian pertama adalah keputusan pertama, yang biasanya disebut premis mayor. Premis mempuyai arti kalimat yang di jadikan dasar penarikan kesimpulan, ada juga yang mengatakan premis adalah kata - kata atau tulisan sebagai pendahulu untuk menarik suatu kesimpulan atau dapat juga diartikan sebagai pangkal pikiran. Mayor artinya besar. Premis

mayor artinya pangkal pikir yang mengandung term mayor dari silogisme itu, dimana nantinya akan muncul menjadi predikat dalam konklusi ( kesimpulan ) Contoh : Semua makhluk mempuyai mata 2. Premis Minor Bagian kedua adalah keputusan kedua, yang umunya disebut dengan premis minor. Premis minor artinya pangkal pikiran yang mengandung term minor (Kecil) dari silogisme itu, dimana nantinya akan muncul menjadi subjek dalam konklusi. Contoh : Si kacong adalah seorang mahluk 3. Medium atau Term Tengah Bagian ketiga adalah bagian bagian yang sama dalam dua keputusan tersebut, yang biasanya disebut medium atau term menengah (middle term), Karena ia terdapat pada kedua premis (Mayor dan minor), maka bertindak sebagai penghubung ( medium ) antara keduanya, tetapi tidak muncul dalam konklusi. 4. Konklusi atau kesimpulan Bagian keempat adalah keputusan ketiga yang disebut konklusi atau kesimpulan, adalah merupakan keputusan baru (dari dua keputusan sebelumnya) yang mengatakan bahwa apa yang benar dalam mayor, juga benar dalam term minor Artinya kalau memang benar. Semua makhluk mempuyai mata, maka Si kacong yang menjadi bagian dari mahkluk adalah mempuyai mata. Si kacong mempuyai mata

C. Jenis Jenis Silogisme Penyimpulan deduksi yang telah kita ketahui sekedarnya dapat kita laksanakan melalui teknik teknik, silogisme kategorik baik melalui bentuk standarnya maupun bukan, Silogisme merupakan bentuk penyimpulan tidak langsung di katakan demikian karena dalam silogisme kita menyimpulkan pengetahuan baru yang kebenarannya di ambil secara sintetis dari dua permasalahan yang dihubungkan dengan cara tertentu, yang tidak terjadi dalam penyimpulan

Eduksi. Dan pada saat ini Silogisme terdiri dari silogisme katagorik, silogisme hipotetik, Silogisme disjungtif maupun melalui dilema. untuk lebih lanjut akan kami jelaskan berikut ini ;

1. Silogisme Kategorik Merupakan struktur suatu deduksi berupa suatu proses logis yang terdiri dari tiga bagian dan tiap-tiap bagian berupa pernyataan kategoris. Silogisme kategoris adalah silogisme yang semua posisinya merupakan proposisi kategorik. Demi lahirnya konklusi maka pangkal umum tempat kita berpijak harus merupakan proposisi universal, sedangkan pangkalan khusus tidak berarti bahwa proposisinya harus partikuler atau singuler, tetapi bisa juga proposisi universal tetapi ia diletakkan di bawah aturan pangkalan umumnya. Pangkalan khusus bisa menyatakan permasalahan yang berbeda dari pangkalan umumnya, tapi bisa juga merupakan kenyataan yang lebih khusus dari permasalahan umumnya dengan demikian satu pangkalan umum dan satu pangkalan khusus dapat di hubungkan dengan berbagai cara tetapi hubungan itu harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya agar kita dapat mengambil konklusi atau natijah yang valid. Contoh : Semua binatang harus makan Kuda adalah binatang Jadi, kuda harus makan.

a. Hukum hukum Silogisme Kategorik Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga. Contoh : Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor) Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor). Jadi, sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi). Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga,

Contoh : Semua korupsi tidak disenangi (mayor). Sebagian pejabat korupsi (minor). Jadi, sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi). Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan. Contoh : Beberapa politikus tidak jujur (premis 1). Bambang adalah politikus (premis 2). Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi). Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif. Contoh : Kerbau bukan bunga mawar (premis 1). Kucing bukan bunga mawar (premis 2). Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? (Mungkin saja binatang melata.) Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah. Contoh : Kerbau adalah binatang.(premis 1) Kambing bukan kerbau.(premis 2) Jadi, kambing bukan binatang ?

Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain. Contoh : Bulan itu bersinar di langit.(mayor) Januari adalah bulan.(minor) Jadi, januari bersinar dilangit? Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklusinya. Contoh : Kucing adalah binatang.(premis 1) Domba adalah binatang.(premis 2) Beringin adalah tumbuhan.(premis3) Sawo adalah tumbuhan.(premis4) Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya.

b. Absah dan Benar Absah (valid) berkaitan dengan prosedur penyimpulannya, apakah pengambilan konklusi sesuai dengan patokan atau tidak, dikatakan valid apabila sesuai dengan patokan diatas dan dikatakan tidak valid bila sebaliknya. Benar berkaitan dengan proposisi dalam silogisme itu, apakah ia didukung atau sesuai dengan fakta atau tidak. Bila sesuai dengan fakta, proposisi itu benar, bila tidak ia salah. Keabsahan dan kebenaran dalam silogisme merupakan suatu satuan yang tidak bisa dipisahkan, untuk mendapatkan konklusi yang sah dan benar. Hanya konklusi dari premis yang benar dari prosedur yang sah konklusi dapat diakui. Karena bisa jadi dari premis salah dan prosedur valid menghasilkan konklusi yang benar, demikian juga dari premis salah dan prosedur invalid dihasilkan konklusi benar.

Variasinya sebagai berikut : Prosedur Valid, Premis Salah, dan Konklusi Benar Semua bunga berbau harum (Salah)

Semua minyak wangi adalah bunga (Salah) Semua minyak wangi berbau harum (Benar) Prosedur Invalid, Premis Benar, dan Konklusi Salah Semua ikan berdarah dingin Reptil bukan ikan Reptil tidak berdarah dingin (Benar) (Benar) (Salah)

Prosedur Invalid, Premis Salah, dan Konklusi Benar Sebagian politikus adalah tetumbuhan (Salah) Sebagian manusia adalah tetumbuhan (Salah) Sebagian manusia adalah politkus (Benar)

Prosedur Valid, Premis Salah, dan Konklusi Salah Semua yang keras tidak berguna Adonan roti adalah keras Adonan Roti tida berguna (Salah) (Salah) (Salah)

Konklusi silogisme hanya bernilai manakala diturunkan dari premis yang benar dan prosedur yang valid. Konklusi yang meskipun benar tetapi diturunkan melalui prosedur yang invalid dan premis yang salah tidak bernilai karena dalam silogisme tidak menghadirkan kebernaran baru, tetapi kebenaran yang sudah terkandung pada premis-premisnya. Suatu silogisme akan menurunkan konklusi yang dijamin kebenarannya. Manakala premis-premisnya benar dan prosedur penyimpulannya valid. c. Bentuk bentuk Silogisme Ada 4 macam bentuk silogisme yaitu :

Figure I (Sub Pre Prima) Medium menjadi subjek pada premis mayor dan menjadi predikat premis pada premis minor. Contoh : Semua yang dilarang tuhan mengandung bahaya M Mencuri adalah dilarang tuhan S M P

Jadi, Mencuri adalah Mengandung Bahaya S P

Ketentuan khusus bagi bentuk - bentuk figur ini adalah : Premis Mayor harus universal Premis Minor hatus afirmatif

Bentuk yang sah dari figur ini adalah : Semua mahasiswa bisa baca tulis AAA (Barbara) Semua laki - laki itu adalah mahasiswa Semua laki - laki bisa baca - tulis Tak satu pun kaum muslimin anti tuhan EAE (Celarent) Semua mahasiswa UIN adalah kaum muslimin Semua mahasiswa UIN tak anti tuhan Semua yang jujur disenangi AII (Darii) Sebagian mahasiswa jujur Sebagian mahasiswa disenangi EIO (Ferio) Tidak satu pun penipu adalah jujur Sebagian mahasiswa adalah penipu

Sebagian mahasiswa tidak jujur

Figure II (Pre Pre Secunda) Medium menjadi predikat baik pada premis mayor maupun premis mayor. Contoh : Semua tetumbuhan membutuhkan air P M

Tidak Satu pun benda mati membutuhkan air S M

Jadi, Tidak Satu pun tetumbuhan adalah benda mati S P

Ketentuan khusus bagi bentuk bentuk dalam figur ini adalah : Premis Mayor harus Universal Premis minor kualitasnya harus berbeda dengan mayornya Bentuk yang sah dari figur ini : Tidak satu pun ateis bertuhan EAE (Cecare) Semua kaum muslimin beruhan Tidak satu pun kaum muslimin adalah ateis Semua mahasiswa UIN adalah muslim AEE (Canestre) Tidak satu pun penganut Marxisme adalah Muslim Tidak satu pun penganut Marxisme adalah Mahasiswa UIN Tidak ada manusia waras anti tuhan EIO (Festino) Sebagian manusia anti tuhan Sebagian manusia adalah anti tuhan premis

10

Semua benda cair berubah bentuknya AOO (Baroco) Sebagian benda tidak berubah bentuknya Seagian benda bukan benda cair

Figure III (Sub Sub Tertia) Medium menjadi subjek pada premis mayor maupun minor. Contoh : Semua Politikus adalah pandai berbicara M P

Beberapa politikus adalah sarjana M S

Jadi, Beberapa sarjana adalah pandai berbicara S Peraturan Khususnya adalah : Premis minor harus afirmatif Konklusi harus partikular P

Bentuk yang sah dari figur ini adalah : Semua kelelawar menyusui AAI (Darapti) Semua kelelawar mencari makan dimalam hari Sebagian bintang yang mencari makan dimalam hari menyusui Semua mahasiswa terdidik AII (Datisi) Sebagian mahasiswa curang Sebagian yang curang terdidik IAI (Disamis) Beberapa politikus berpoligami

11

Semua politikus bisa baca tulis Sebagian yangbisa baca tulis berpoligami Tidak seorang sarjana pun buta huruf EAO (Felapton) Semua Sarjana adalah manusia Sebagaian manusia tidak buta huruf Beberapa mahasiswa tak pandai OAO (Bocardo) Semua mahasiswa tak terdidik Sebagian yang tak terdidik tak pandai Tidak satupun kerbau adalah pemakan daging EIO (Ferison) Sebagian kerbau berkulit putih Sebagian berkulit putih bukanpemakan daging

Figure IV (Pre Sub Quarta) Medium menjadi predikat pada premis mayor dan menjadi subjek pada premis minor. Contoh : Semua pendidik adalah manusia P Semua manusia akan mati M S M

Jadi, Sebagian yang akan mati adalah pendidik S Peraturan khususnya adalah : Bila premis mayor afirmatif , maka minor harus universal. Apabila premis minor negatif, maka premis mayor harus universal P

12

Bentuk yang sah dari figur ini adalah : Semua pramuka menggunakan seragam AAI (Bramantip) Semua yang menggunakan pakaian seragam gagah Sebagian yang gagah adalah pramuka Semua mahasiswa terdidik AEE (Camenes) Tak satu pun yang terdidik ngawur dalam bicara Tak satu pun yang ngawur dalam bicara adalah mahasiswa Beberapa politikus menguasai beberapa bahasa IAI (Dimaris) Semua yang menguasai beberapa bahasa rajin membaca Sebagian yang rajin membaca adalah politikus Tidak ada pencuri yang disenangi EAO (Fesapo) Semua yang disenangi adalah suka menolong Sebagian yang suka menolong adalah bukan pencuri Tidak ada kambing berparuh EIO (Fresion) Sebagian yang punya paruh bulunya indah Sebagian yang indah bulunya bukan kambing

d. Silogisme bukan bentuk baku Semua contoh silogisme kategorik yang telah kita bicarakan adalah silogisme dalam bentuk standar, yakni silogisme yang terdiri dari tiga proposisi, tiga term,dan konklusinya selalu di sebut sesudah premis premisnya. Akan tetapi, bentuk standar ini dalam pembicaraan sehari hari jarang digunakan. Kelainan dari bentuk standar dapat terjadi karena :

1. Tidak menentu letak konklusinya.

13

2. Atau disana seolah olah terdiri dari lebih tiga term. 3. Atau hanya terdapat dua premis tanpa konklusi atau hanya terdapat satu premis dan satu konklusi. 4. Atau karena proposisinya lebih dari tiga.

(1) Tidak menenentunya letak konklusi Dalam bentuk baku, konklusi selalu di sebut paling akhir tapi kita sering mendengar ungkapan serupa: Hanako pasti rajin karena ia adalah teknisi jepang dan semua teknisi jepang adalah rajin. Semua professor adalah cerdas, maka hasan tentu cerdas karena ia adalah seorang profesor. Pada contoh pertama konklusi di sebut paling awal sedangkan pada contoh kedua pada pertengahan.Contoh tersebut bila kita kembalikan kepada bentuk standart adalah sebagai berikut: Semua teknisi jepang adalah rajin. Hanako adalah teknisi jepang. Jadi : Hanako adalah rajin Semua professor adalah cerdas. Hasan adalah professor. Jadi : Hasan adalah cerdas. Langkah pertama dalam menganalisis argumen serupa adalah menentukan

konklusinya. proposisi yang berfungsi sebagai konklusi biasanya di tandai kata: maka, jadi, tentu, karena itu, oleh karena itu, oleh karena itu maka, dan sebagainya. Bila indikator-indikator itu tidak ada maka penentuannya berdasarkan kecerdasan kita. Setelah kita temukan konklusinya maka proposisi yang tersisa pasti adalah premis

14

premisnya. Premis biasanya di tandai dengan karena,atau oleh karena tetapi tidak pernah dengan itu, sebab oleh Karena itu adalah indicator konklusinya. Sekarang kita tinggal menentukan mana premis mayor dan mana premis minor. Ini tidak sukar karena premis yang term nya menjadi subjek pada konklusi tentulah premis minor sedangkan premis yang term nya menjadi predikat konklusi tentulah premis mayor. Dengan langkah serupa maka silogisme di atas dapat kita kembalikan dalam bentuk standar menjadi : Setiap mahasiswa IAIN mengerjakan shalat. Ia mengerjakan shalat. Jadi : Ia adalah mahasiswa IAIN Bila kita perhatikan, argumen tersebut tidak benar, Karena kedua mediumnya tidak tertebar, jadi melanggar patokan. Dalam kenyataan argument tersebut segera kita ketahui kesalahan nya karena ternyata banyak orang mengerjakan shalat toh ia bukan masiswa IAIN.

(2) Seolah olah terdiri lebih dari tiga term Pada silogisme bentuk standar kita ketahui bahwa ia hanya terdiri dari tiga term, yaitu term mayor, term minor, dan term penengah. Apabila terdiri lebih dari tiga term maka akan melahirkan kesimpulan yang salah. Tetapi dalam kenyataan kita sering menjumpai bentuk silogisme yang memiliki lebih dari term. Bentuk ini akan melahirkan konklusi yang sah dengan syarat: a. Apabila dua term diantaranya mempunyai pengertian yang sama ,seperti: Semua mahasiswa adalah tidak kekal. Sokrates adalah manusia. Jadi sokrates adalah fana. Disini antara tidak kekal dan fana mempunyai pengertian yang sama ,maka argument tersebut sah. Argumen itu dapat pula dinyatakan :

15

Semua manusia adalah tidak kekal. Sokrates adalah manusia. Jadi: Sokrates pada suatu hari nanti akan mati.

Argumen berikut meskipun tampaknya terdiri lebih dari tiga term ,tetapi absah: Semau logam dapat menghantarkan panas Seng adalah logam Jadi: Seng mampu menghantarkan panas. Semua jiwa adalah kekal. Jiwa manusia adalah jiwa. Jadi :Jiwa manusia tidak akan rusak. b. Apabila term tambahan hanya merupakan pembuktian atau penegasan dari proposisinya ,seperti: Semua pahlawan adalah agung karena ia mau berkorban untuk kepentingan umum. Diponegoro adalah pahlawan. Jadi: Diponegoro adalah agung

(3) Proposisinya kurang dari tiga Dalam ungkapan sehari hari, dalam radio, surat kabar, buku-buku dan pidato-pidato jarang sekali di gunakan silogisme yang di sebut keseluruhan proposisinya. Orang sering benar tidak menyatakan salah satu proposisinya, adakalanya premis mayor, adakalanya premis minor dan adakalanya konklusi. Silogisme kategorik yang tidak di nyatakan salah satu proposisinya disebut Entimem. ada tiga macam bentuk entimem, yaitu:

16

Entimem premis mayor tidak dinyatakan ,seperti: Ini salah, jadi harus di perbaiki. Bila dikembalikan ke bentuk standar menjadi: Semua yang salah harus di perbaiki Ini salah, jadi: Ini harus diperbaiki

Entimem premis minor tidak dinyatakan ,seperti. Ia bersuara, karena semua anggota MPR berhak bersuara. Bila kita kembalikan ke bentuk standar menjadi : Semua anggota MPR berhak bersuara Ia anggota MPR jadi : Ia berhak bersuara.

Entimem karena konklusi tidak dinyatakan ,seperti: Semua porfesor luas pengetahuannya dan ia seorang profesor. Bila kita kembalikan ke dalam bentuk standar, menjadi: Semua profesor luas pengetahuannya Ia adalah seorang profesor, jadi: Ia luas pengetahuannya.

Untuk menguji absah tidaknya argumen entimem jauh lebih sulit dibanding silogisme kategorik bentuk standar. Kita perlu menyatakan dahulu proposi yang tersembunyi, kemudian kita teatapkan patokan yang sudah ada, absah atau tidak. Mengembalikan pernyataan sehari-hari dalam bentuk silogistik serta menguji keabsahannya, adalah latihan yang sangat berharga untuk membentuk daya analitik yang tajam dalam menilai argument sehari hari:

17

Marilah kita selidiki argument berikut: Ia adalah seorang komunis karena berpendapat demikian Selintas argument tersebut tidak membawa keberatan apa-apa tetapi menjadi lain manakala kita kembalikan kepada bentuk standar. Pertama kita analisis dahulu untuk menemukan konklusinya. Ia adalah komunis tentulah konklusinya. Ia adalah subjek dan komunis predikat. Kita ingat bahwa subyek konklusi di turunkan dari premis minor. Premis yang mengandung ia adalah proposisi premis minor. Demikian proposisi ia berpendapat demikian (dalam pernyataan semula hanya di sebut karena berpendapat demikian) adalah premis minor. Sekarang bisa kita ketahui bahwa yang tidak di nyatakan adalah premis-premis mayornya. Bagaimanakah bunyi proposisi premis mayornya. Jadi term komunis merupakan bagian dari proposisi premis mayor. Dengan melihat pada predikat premis minor ,maka dapat kita ketahui bahwa bunyi proposisi premis mayornya adalah Semua orang komunis berpendapat demikian. Argument di atas bila kita susun dalam bentuk satandar menjadi: Semua orang komunis berpendapat demikian. Ia berpendapat demikian. Ia seorang komunis. Bila kita perhatikan, silogisme tersebut tidak sah,sebab middle term tidak satupun tertebar, jadi menyalahi patokan. Sekarang kita uji lagi argumen ,berbunyi: Semua anjing adalah taat maka sebagian makhluk yang galak adalah taat. Kita temukan dulu konklusinya, yaitu pernyataan sebagian makhluk yang galak adalah taat. Term makhluk yang galak sebagai subjek dari konklusi tidak terdapat pada premis, jadi dapat di ketahui bahwa yang di sembunyikan disini adalah premis minor. Proposisi semua anjing adalah taat tentu premis mayor. Term taat premis mayor menjadi predikat pada konklusi, jadi tentu bukan bagian dari premis minor. dengan melihat term subjek pada konklusi dan subjek pada premis mayor, maka dapat kita temukan bunyi proposisi premis minornya, yakni: sebagian anjing adalah makhluk yang galak. Jadi dalam bentuk standar argument menjadi :

18

Semua anjing adalah taat. Sebagian anjing adalah makhluk yang galak ,jadi: Sebagian makhluk yang galak adalah taat. Memperhatikan patokan silogisme ternyata argument tersebut sah

(4) Proposisinya lebih tiga Sering terjadi suatu persoalan tidak dapat di selesaikan dengan pertolongan satu silogisme. Premis premisnya ada kemungkinan membutuhkan beberapa argumen untuk mendukungnya. Hal ini menyebabkan terjadinya serangkaian silogisme kataegorik di sebut sorite. Pada sorite,komklusi silogisme pertama menjadi premis pada silogisme ,selanjutnya,contoh:

Semua perempuan berambut panjang adalah cantik. Sebagian guru adalah perempuan berambut pirang. Jadi : Sebagian guru adalah wanita cantik. Semua guru adalah manusia terdidik. Jadi sebagian manusia terddidik adalah wanita cantik Semua diplomat adalah manusia yang pandai bertaktik. Sebagian pejabat pemerintah adalah diplomat. Jadi sebagian pejabat pemerintah adalah manusia yang pandai bertaktik. Semua pejabat pemerintah adalah mengurusi kepentingan umum. Jadi sebagian manusia yang mengurusi kepentingan umum adalah manusia yang pandai bertaktik.

19

Kadang-kadang sorite tidak hanya tersusun dari dua silogisme kategorik,tetapi lebih, seperti: Ini kayu. Tiap kayu adalah tetumbuhan. Jadi ini adalah tetumbuhan. Tiap tetumbuhan bertumbuh. Jadi ini bertumbuh. Setiap yang bertumbuh membutuhkan makanan. Jadi ini membutuhkan makanan. Semua yang membutuhkan makanan adalah tidak abadi. Jadi ini tidak abadi. Dalam pembicaraan sehari-hari silogisme ini hanya di ucapkan sebagai berikut: Ini kayu. Setiap kayu adalah tumbuhan. Setiap yang bertumbuh membutuhkan makanan. Setiap membutuhkan makanan tidak abadi. Jadi ini tidak abadi. Dengan memperhatikan contoh-contoh sorite di atas ternyata, konklusi silogisme pertama menjadi premis pada silogisme, selanjutnya, dan konklusi silogisme kedua juga menjadi premis pada silogisme ketiga, demikian selanjutnya. Beberapa contoh sorite dalam kehidupan sehari-hari adalah : Orang yang tidak mengendalikan keinginan nya, ingin akan seribu macam barang. Orang yang banyak sekali kebutuhannya tidak tentram hatinya.

20

Orang yang tidak tentram hatinya,t idak bahagia. Jadi orang yang tidak mengendalikan keinginannya tidak bahagia. Semua sarjana berpendidikan. Semua yang berpendidikan luas pengetahuan nya. Semua yang luas pengetahuan nya dapat mengatasi masalah yang banyak. Jadi semua sarjana dapat mengatasi masalah yang banyak Pada sorite yang tidak di nyatakan beberapa proposisinya,ternyata,predikat pada proposisi pertama selalu menjadi subjek proposisi selanjutnya,kesimpulan nya, subjek proposisi pertama di hubungkan dengan predikat proposisi terakhir. Pada sorite jenis ini,predikat proposisi yang lebih awal harus di tuliskan keseluruhan term nya, tidak boleh di potong. Apabila term predikat ada kata tidak di sebut dalam proposisinya selanjutnya,akan mengakibatkan kekeliruan ,seperti: Hasan memukul budi. Budi memukul marno. Hasan memukul marno. Predikat pada proposisi pertama adalah memukul budi tetapi dalam proposisi selanjutnya di tuliskan budi saja kekeliruan ini dapat di lihat dalam contoh berikut: Jono melihat burung alap-alap. Burung alap-alap melihat burung prenjak,jadi: Jono melihat burung prenjak. Manusia makan daging ayam. Ayam makan kotoran,jadi: Manusia makan kotoran. Maria membeli buku

21

Buku di buat dari kertas,jadi: Maria di buat ari kertas

2. Silogisme Hipotetik Merupakan suatu silogisme yang premisnya berupa pernyataan bersyarat. Predikat diakui atau dimungkiri tentang subyek tidak secara mutlak, akan tetapi tergantung kepada suatu syarat. Silogisme Hipotesis adalah argument yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik yang menetapkan atau mengingkari term antecendent atau term konsekuen premis mayornya. Sebenarnya silogisme hipotetik tidak memiliki premis mayor maupun primis minor karena kita ketahui premis mayor itu mengandung term predikat pada konklusi, sedangkan premis minor itu mengandung term subyek pada konklusi.

a. Macam macam Silogisme Hipotetik Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent. Contoh : Jika hujan , saya naik becak Sekarang Hujan Jadi saya naik becak. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuensinya. Contoh: Bila hujan, bumi akan basah Sekarang bumi telah basah Jadi, Hujan telah turun Silogisme hipotetik yang premis Minornya mengingkari antecendent. Contoh : Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.

22

Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan tidak akan timbul. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuensinya Contoh : Bila mahasiswa turun kejalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan

b. Hukum hukum Silogisme Hipotetik Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah: Bila A terlaksana maka B juga terlaksana. Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

3. Silogisme Disjungtif Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disjungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu: Silogisme disjungtif dalam arti sempit Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.

23

Contoh : Heri jujur atau berbohong.(premis1) Ternyata Heri berbohong.(premis2) Jadi, Ia tidak jujur (konklusi). Silogisme disjungtif dalam arti luas

Silogisme disjungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif. Contoh : Hasan di rumah atau di pasar.(premis1) Ternyata tidak di rumah.(premis2) Jadi, Hasan di pasar (konklusi). Hukum-hukum Silogisme Disjungtif Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid. Contoh : Hasan berbaju putih atau tidak putih. Ternyata Hasan berbaju putih. Jadi, Hasan bukan tidak berbaju putih. Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar). Contoh : Budi menjadi guru atau pelaut. Budi adalah guru. Jadi, Maka Budi bukan pelaut. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah). Contoh : Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta. Ternyata tidak lari ke Yogyakarta

24

Jadi, dia lari ke Solo? Konklusi yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain. 4. Dilema Dilema adalah argumentasi, bentuknya merupakan campuran antara silogisme hipotetik dan silogisme disyungtif. Hal ini terjadi karena premis mayornya terdiri dari dua proposisi hipotetik dan premis minornya satu proposisi disjungtif. Konklusinya, berupa proposisi disyungtif, tetapi bisa proposisi kategorikal. Dalam dilema, terkandung konsekuensi yang kedua kemungkinannya sama berat. Adapun konklusi yang diambil selalu tidak menyenangkan. Dalam debat, dilema dipergunakan sebagai alat pemojok, sehingga alternatif apapun yang dipilih, lawan bicara selalu dalam situasi tidak menyenangkan. Suatu contoh klasik tentang dilema adalah ucapan seorang ibu yang membujuk anaknya agar tidak terjun dalam dunia politik, sebagai berikut; Jika engkau berbuat adil manusia akan membencimu. Jika engkau berbuat tidak adil tuhan akan membencimu. Sedangkan engkau harus bersikap adil atau tidak adil. Berbuat adil ataupun tidak engkau akan dibenci. Apabila para mahasiswa suka belajar, maka motivasi menggiatkan belajar tidak berguna. Sedangkan bila mahasiswa malas belajar motivasi itu tidak membawa hasil. Karena itu motivasi menggiatkan belajar itu tidak bermanfaat atau tidak membawa hasil. Pada kedua contoh tersebut, konklusi berupa proposisi disjungtif, Contoh pertama adalah dilemma bentuk baku, kedua bentuk non baku. Sekarang kita ambil contoh dilema yang konklusinya merupakan keputusan kategorika. Jika Budi kalah dalam perkara ini, ia harus membayarku berdasarkan keputusan pengadilan. Bila ia menang ia juga harus membayarku berdasarkan perjanjian. Ia mungkin kalah dan mungkin pula menang. Karena itu ia harus tetap harus membayar kepadaku. Setiap orang yang saleh membutuhkan rahmat supaya tekun dalam kebaikan .

25

Setiap pendusta membutuhkan rahmat supaya dapat ditobatkan. Dan setiap manusia itu saleh atau pendusta. Maka setiap manusia membutuhkan rahmat. Dilema dalam arti lebih luas adalah situasi ( bukan argumentasi ) dimana kita harus memilih dua alternative yang kedua duanya mempuyai konsekwensi yang tidak diingi, sehingga sulit menentukan pilihan. a. Aturan aturan dilema Aturan aturan dilema : Disjungsi harus utuh. Masing masing bagian harus betul betul selesai, sehingga tidak ada kemungkinan lain. Apabila terdapat kemungkinan lain, hal akan merupakan jalan keluar. Tutuplah jalan keluar tersebut. Waspadalah untuk tidak tergelincir kedalam sofisme, yakni pemikiran yang nampaknya betul, tetapi sesungguhnya salah. Consequent haruslah sah disimpulkan dari masing masing bagian. Kesimpulan yang ditarik dari masing masing bagian , haruslah merupakan satu satunya kesimpulan yang mungkin diambil. Jika tidak, maka lawan kita akan sanggup mengambil kesimpulan yang berlawanan dengan kesimpulan kita. b. Cara Mengatasi Dilema Ada beberpa cara yang dapat kita pakai dalam mengatasi dilemma yang kita hadapi. Dengan meneliti kausalitas premis mayor. Sering benar terjadi dalam dilema terdapat hubungan kausalitas tidak benar yang dinyatakan dalam premis mayornya. Dalam contoh diatas dikemukakan bahwa motivasi peningkatan belajar tidak berguna atau tidak membawa hasil. konklusi tidak benar, karena di tarik dari premis mayor yang mempuyai hubungan kausalitas tidak benar. Tidak semua mahasiswa yang tidak suka belajar mempuyai sebab yang sama. Dari sekian mahasiswa yang tidak suka belajar, bisa disebabkan kurang kesadaran, sehingga motivasi sangat berguna bagi mereka. Untuk mengatasi dilema model ini kita tinggal menyatakan bahwa premis tidak mempuyai dasar kebenaran yang kuat.

26

Dengan meneliti alternative yang di kemukakan. Mengapa, karena mungkin sekali alternative pada permasalahan yang diketegahkan tidak sekedar dinyatakan, tetapi lebih dari itu. Pada masa lalu seorang pemimpin sering berkata: Pilihlah Sukarno atau biarlah Negara Negara ini hancur. Benarkan tidak hanya ada Sukarno lain yang nyang bisa bisa menyelamatkan ini? Apakah orang

menggantinya? Tentu saja ada, sehingga alternatifnya lebih dari dua. Dengan kontra dilema. Bila dilema yang kita hadapi tidak mengandung kemungkinan, maka dapat kita atasi dengan mengemukakan dilemma tandingan. Banyak sekali dilema yang di hadapi orang kepada kita merupakan alat pemojok yang sebenarnya tidak mempuyai kekuatan, maka dilema itu dapat dinyatakan dalam bentuk lain yang mempuyai konklusi berlainan dengan penampilan semula. Sebagai contoh adalah pendapat orang yang menyatakan bahwa hidup ini adalah penderitaan, hendak memaksakan keyakinan itu dengan mengajukan dilema kepada kita sebagai berikut: Bila kita bekerja maka kita tidak bisa menyenangkan diri kita. Bila kita tidak bekerja, kita tidak dapat uang. Jadi bekerja atau tidak bekerja, kita dalam keadaan tidak menyenangkan Dilema itu dapat kita jawab dengan kontra dilema sebagai berikut: Bila kita bekerja, kita mendapat uang. Bila kita tidak bekerja kita dapat meyenangkan diri kita. Jadi bekerja atau tidak, selalu menyenangkan kita. Dengan memilih alternative yang paling ringan. Bila dilema yang kita hadapi tidak mungkin kita atasi dengan teknik diatas, maka jalan terakhir adalah memilih alternatif yang paling ringan. Pada dasarnya tidak ada dilema yang menampilkan alternatif yang benar- benar sama beratnya. Dalam dilema serupa dibawah ini kita hanya dapat memilih alternative yang paling ringan. contoh Apabila tuan masih tercatat sebagai pegawai negeri , maka tuan tidak bisa menduduki jabatan tertinggi pada PT Buana Jaya ini . Untuk menduduki jabatan tinggi pada PT ini maka anda harus rela melepaskan status tuan sebagai pegawai negeri. Sementara itu anda berat melepas pekerjaan sebagai pegawai negeri, sedangkan bila tidak menjabat pimpinan pendapatan anda di PT itu tetap sedikit.

27

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Silogisme adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi . Silogisme mengajarkan pada kita merumuskan , menggolong golongkan pikiran sehingga kita dapat melihat hubungannya dengan mudah , Dengan demikian kita belajar berfikir tertib , jelas , tajam . Ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk dapat melihat akibat dari suatu pendirian atau penyataan yang telah kita lontarkan. Banyak orang merumuskan pendirian atau membuat pernyataan yang apabila ditelaah lebih lanjut , sebenarnya pendirian atau pernyataannya tadi kurang tepat atau kurang benar. Mungkin saja hal itu karena tidak mau menghargai kebenaran dari suatu tradisi atau tidak dapat menilai kegunaan yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau. Akan tetapi kita generasi penerus , proses pemikiran kita menurut kenyataannya mengikuti pola silogisme jauh lebih sering dari pada yang kita duga dan dari proses tersebut pemikiran kita lebih terbuka tertib dan jelas.

B. Kritik dan Saran

Tiada kesempurnaan didunia ini, penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran dai makalah ini tujuannya hanyalah demi kesempurnaan. Dan semoga makalah yang telah penulis susun bermanfaat bagi kita semua, amin.

28

DAFTAR PUSTAKA
Jujun s. suria sumantri filsafat ilmu sebuah pengantar popular, pustaka sinar harapan, Jakarta,2003 ) Mondiri H. Drs, Logika ( PT Raja Gravindo Persada Jakarta, 1994) , Pius A partanto Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah popular, ( Arkola Surabaya, 1994 ) Sunardji dahri tiam H. Drs. Prof , Langkah langkah berpikir logis, cet 2 ( CV Bumi Jaya nyalaran Pamekasan 2001 ) Tim media, Kamus lengkap bahasa Indonesia media senter,

29

Anda mungkin juga menyukai