Latar Belakang Bibit anggrek yang dikembangkan menggunakan metode kultur jaringan telah banyak diproduksi dan dipasarkan dalam kemasan botol. Pemeliharaan bibit ini menjadi tanaman dewasa masih menemukan banyak permasalahan terutama pada fase aklimatisasi, yaitu pemindahan bibit dari lingkungan aseptik dalam botol ke lingkungan non aseptik. Disamping kemungkinan tanaman sangat sensitif terhadap serangan hama dan penyakit,tanaman ini masih memiliki aktifitas autotrofik yang masih rendah, sulit mensintesa senyawa organik dari unsur hara anorganik. Penyesuaian terhadap iklim pada lingkungan baru yang dikenal dengan aklimatisasi merupakan masalah penting apabila membudidayakan tanaman menggunakan bibit yang diperbanyak dengan teknik kultur jaringan. Masalah ini dapat terjadi karena beberapa faktor : a. Pada habitatnya yang alami, anggrek epifit biasanya tumbuh pada pohon atau ranting. Oleh karena itu, pemindahan tanaman dari botol ke media dalam pot sebenarnya telah menempatkan tanaman pada lingkungan yang tidak sesuai dengan habitatnya. b. Tumbuhan yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan memiliki kondisi lingkungan yang aseptik dan senyawa organik yang digunakan tanaman sebagian besar didapat secara eksogenous. Oleh karena itu, apabila dipindahkan kedalam pot, maka tanaman dipaksa untuk dapat membuat sendiri. Aklimatisasi adalah kegiatan mengadaptasikan tanaman atau mengkondisikan tanaman dari yang semula kondisinya terkendali ke kondisi yag tak terkendali, untuk menjadi tanaman yang autotrof. Aklimatiasi dilakukan dengan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif. Aklimatisasi. Dapat dilakukan di rumah kaca, rumah kasa atau pesemaian, yang kondisinya (terutama kelembaban) dapat dikendalikan.
Aklimatisasi dilakukan dengan memindahkan planlet atau tunas mikri kemedia aklimatisasi dengan intensitas cahaya rendah dan kelembaban nisbi tinggi.Secar berangsur-angsur kelembaban diturunkan dan intensitas cahaya dinaikan. Cara yang paling mudah mengaklimatisasi dengan memindahkan ke bak aklimatisasi dengan media campuran tanah, pasir dan kompos, kemudian disemprotkan dengan air, dan disungkup dengan plastik. Media aklimatisasi yangd i p a k a i juga bisa berupa c a m p u r a n m e d i a l a i n y a n g c o c o k . B e n t u k b a k a t a u struktur aklimatisai bisa beragam, tergantung pada kebutuhan, skala produksi bibit, serta jenis tanaman yang diaklimatisasi. b. tujuan praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat melakukan dan mengetahui repotting dan aklimatisasi tanaman pada anggrek. teknik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur jaringan yang semula kondisinya terkendali kemudian berubah pada kondisi lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi, disamping itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrop ke tanama autotrop. Dalam melakukan aklimatisasi pengelompokan plantlet hasil seleksi. Plantlet dikelompokan berdasarkan ukurannya untuk memperoleh bibit yang seragam. Sebelum ditanam plantlet sebaiknya diseleksi dulu berdasarkan kelengkapan organ, warna, hekeran pertumbuhan, dan ukuran. Plantlet yang baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar, warna pucuknya hijau mantap artinya tidak tembus pandang dan pertumbuhan akar bagus. Menurut Trubus (2005) ciri-ciri bibit yang berkulitas baik yaitu planlet tampak sehat dan tidak berjamur, ukuran planlet seragam, berdaun hijau segar, dan tidak ada yang menguning. Selain itu planlet tumbuh normal, tidak kerdil, komposisi daun dan akar seimbang, pseudobulb atau umbi semu mulai tampak dan sebagian kecil telah mengeluarkan tunas baru, serta memiliki jumlah akar serabut 3 4 akar dengan panjang 1,5 2,5 cm. Prosedur pembiakan dengan kultur in vitro baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam di lapangan. Tahap aklimatisasi mutlak dilakukan pada tanaman hasil perbanyakan secara in vitro karena planlet akan mengalami perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa dipahami karena pembiakan in vitro (dalam botol) semua faktor lingkungan terkontrol sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol (Herawan, 2006). Di dalam botol kultur, kelembapan hampir selalu 100%. Aklimatisasi merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik, rumah bibit, dan lapangan sangat jauh berbeda. Kondisi di luar botol berkelembapan nisbi jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi di dalam botol.planlet atau tunas mikro lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik, serta suplai hara mineral dan sumber energi berkecukupan. Disamping itu, tanaman tersebut memperlihhatkan gejala ketidaknormalan, seperti bersifat sangat sukulen, lapisan kutikula tipis, dan jaringan vasikulernya tidak berkembang sempurna, morfologi daun abnormal dengan tidak berfungsinya stomata sebagaimana mestinya, struktur mesofil berubah, dan aktivitas fotosintesis sangat rendah. Aklimatisasi dilakukan dengan mengkondisikan planlet dalam media pengakaran ex vitro. Media yang kita gunakan dalam proses aklimatisasi pada anggrek adalah pakis dan arang kayu /
genting. Selain itu juga kelembapan tempat aklimatisasi di atur tetap tinggi pada minggu pertama, menurun bertahap pada mingguminggu berikutnya hingga tumbuh akar baru dari planlet. Cahaya diatur dari intensitas rendah, meningkat secara bertahap. Sebaiknya suhu tempat aklimatisasi dijaga agar tidak melebihi 32oC. Setelah proses aklimatisasi anggrek diperlakukan sebagai berikut: Compotting
Ukuran pot yang digunakan untuk kompot berdiameter sekitar 7 cm pada pot ini diisi bibit sekitar 30 bibit anggrek atau tergantung ukuran bibitnya. Pertama-tama pot yang akan digunakan diisi dengan sterofoam sekitar 1/3 bagian, kemudian pakis cacah lalu bibit anggrek ditata dengan rapi. Seedling (Penanaman ke Single Pot)
Seedling adalah proses memindahkan bibit dari kompot ke pot individu. Seedling dilakukan pada saat bibit berusia 5 bulan. Apabila tanaman terlambat diseedling dapat mengakibatkan bibit dalam kompot kompetisi sehingga penyerapan hara terhalang dan akar beresiko menjadi rusak. Biasanya seedling dilakukan diletakkan di dalam gelas bekas air mineral. Media yang digunakan untuk setiap anggrek berbeda-beda tergantung pada kebutuhan airnya. Media untuk Dendrobium adalah sphagnum yang dibalutkan pada akar tanaman, kemudian tanaman ditanam dalam gelas plastic yang telah diisi sterofoam dan pakis cacah. Biasanya juga ditanam pada media pakis batangan yang kemudian diikat menggunakan tali raffia. Ciri-ciri dari bibit yang siap di seedling yaitu ditandai dengan perakaran yang tumbuh lebih kuat dan daun daun tampak sudah keluar dari bibir pot. Overpot (Pemindahan Bibit)
Overpot dilakukan ketika tanaman dalam single pot memenuhi syarat untuk dipindahkan, yaitu ditandai denga banyaknya umbi. Tanamn dipindahkan ke pot yang lebih besar. Biasanya dilakukan setelah seedling berumur 2-3 bulan. Media yang digunakan adalah potongan pakis batangan yang disusun secara teratur atau satu per satu dan diikat denga tali raffia.
Repotting
Repotting atau pengepotan ulang adalah pemindahan tanaman tanaman dari pot yang lama ke pot yang baru. Repotting dilakukan jika anggrek pada pot seedling telah tumbuh besar dan memenuhi popt plastik. Pengepotan ulang dilakukan dengan alasan media dalam pot seedling telah lapuk dan hancur sehingga ph menjadi rendah (asam) dan rentan terhadap serangan penyakit (Parnata, 2005). Selain itu juga untuk mengantisipasi media yang telah kehabisan unsur hara. Media untuk repotting juga berbeda untuk setiap jenis anggrek tergantung kebutuhan airnya. Dalam melakukan aklimatisasi pengelompokan plantlet hasil seleksi. Plantlet
dikelompokan berdasarkan ukurannya untuk memperoleh bibit yang seragam. Sebelum ditanam plantlet sebaiknya diseleksi dulu berdasarkan kelengkapan organ, warna, hekeran pertumbuhan, dan ukuran. Plantlet yang baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar, warna pucuknya hijau mantap artinya tidak tembus pandang dan pertumbuhan akar bagus. Menurut Trubus (2005) ciri-ciri bibit yang berkulitas baik yaitu planlet tampak sehat dan tidak berjamur, ukuran planlet seragam, berdaun hijau segar, dan tidak ada yang menguning. Selain itu planlet tumbuh normal, tidak kerdil, komposisi daun dan akar seimbang, pseudobulb atau umbi semu mulai tampak dan sebagian kecil telah mengeluarkan tunas baru, serta memiliki jumlah akar serabut 3 4 akar dengan panjang 1,5 2,5 cm. Prosedur pembiakan dengan kultur in vitro baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam di lapangan. Tahap aklimatisasi mutlak dilakukan pada tanaman hasil perbanyakan secara in vitro karena planlet akan mengalami perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa dipahami karena pembiakan in vitro (dalam botol) semua faktor lingkungan terkontrol sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol (Herawan, 2006; Yusnita, 2004).
a. Tempat dan waktu Parktikum ini dilaksanakan di kebun percobaan kali urang b. Bahan dan alat bahan yang digunakan adalah bibit anggrek, pakis, larutan fungisida dan air. Sedangkan alat yang digunakan adalah kawat yang dilengkungkan pada bagian ujungnya untuk mengambil bibit anggrek di dalam botol, pot, tali rapia, kertas koran dan alat tulis untuk membuat label. c. Cara kerja 1) Bibit yang masih ada didalam botol dikeluarkan dengan hati-hati menggunakan 2) kawat atau dengan memecahkan botol setelah dibungkus dengan kertas. 3) Bibit kemudian dibilas diatas tray plastik berlubang sebelum disemprot dengan air mengalir untuk membersihkan sisa media agar. 4) Rendam planlet pada larutan Fungisida selama 30 menit 5) Tiriskan bibit yang sudah bersih diatas kertas koran. 6) Tanam bibit secara berkelompok tanpa media tanam, kemudian tempatkan ditempat teduh yang memiliki sirkulasi udara yang baik.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN a. hasil tanaman anggrek tidak tumbuh dan mengalami kematian. Gambar :
b. pembahasan Angrek merupakan tanaman yang sering di budidayakan dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Hal ini dilakukan karena anggrek merupakan salah satu tanaman yang pada pembudidayanya secara generative sangat sulit dilakukan karena rendahnya perkecambahan benih. Setelah tumbuhan dirasa cukup kuat untuk bertahan dilingkungan luar maka angrek siap untuk di aklimatisasi. Aklimatisasi sendiri adalah pemindahan bibit dari lingkungan aseptik dalam botol ke lingkungan non aseptic. Hal ini menyebabkan angrek yang baru di aklimatisasi akan melakukan adaptasi terhadap lingkungan yang baru, proses adaptasi ini meliputi kemampuan anggrek untuk memenuhi kebutuhan haranya serta ketahanan anggrek terhadap hama dan penyakit. Oleh sebab itu pada saat memindakan bibit anggrek ke pot di berikan zat adaptan yang membantu anggrek untuk beradaptasi. Dari data yang diperoleh bahwasanya praktikum ini gagal karena pada saat masa perawatan praktikan tidak pernah melihat dan merawatnya. Kegagalan ini mutlak karena kesalahan praktikan dan buruknya cuaca pada saat praktikum ini.
BAB V KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan dapat di simpulkan : 1) Aklimatisasi sendiri adalah pemindahan bibit dari lingkungan aseptik dalam botol ke lingkungan non aseptic. 2) Angrek mrupakan tanaman yang sering di budidayakan dengan menggunakan teknik kultur jaringan 3) Akar pakis berfungsi sebagai penyedia unsure hara bagi anggrek, akar pakis akan terdekomposisi dengan bantuan mikro organism dan di percepat dengan penambahan air. 4) Kegagalan yang terjadi karena kesalahan praktikan pada saat masa perawatan. 5) Pada habitatnya yang alami, anggrek epifit biasanya tumbuh pada pohon atau ranting. Oleh karena itu, pemindahan tanaman dari botol ke media dalam pot sebenarnya telah menempatkan tanaman pada lingkungan yang tidak sesuai dengan habitatnya.
DAFTAR PUSTAKA Afriastini, F. 2004. Perbanyakan Vegetatif : Kultur Jaringan.http://www.wikipedia.id.org/ teknik/veg. Diakses 26 mei2011 Budiarta, Atat. (2004). Dasar Dasar Kultur Jaringan. Cianjur: Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Pertanian. ______, 2005. [online] artikel Budidaya Tanaman Anggrek tersedia di : http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/ , diunduh pada Jumat, 17 Desember 2010, pukul 16.40 WIB. Nogroho, H Sugito., Pedoman Pelaksanaan Teknik Kultur Jaringan, 1996