Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK

TI

A J N

N A U

SATU PLANET MILIK BERSAMA


Mendukung Kemajuan Manusia Dalam Iklim yang Berubah

U N I T E D N AT I O N S D E V E L O P M E N T P R O G R A M M E

Desain halaman muka menggambarkan bola sepak takraw tradisional merupakan sebuah metafora untuk planet Bumi. Dibuat dengan tangan dari rotan dan hanya terdapat di Asia-Pasifik, bola ini menyimbolkan kesalingterkaitan, ketahanan dan kreativitas memanfaatkan hal-hal tersebut akan bisa membantu mengatasi perubahan iklim, sedangkan mengabaikan hal-hal ini akan berpengaruh negatif bagi pembangunan manusia. Perubahan iklim merupakan ancaman bagi seluruh planet. Siapa pun juga, terutama kaum miskin, semakin terpapar pada konsekuensi pemanasan global tanpa memandang asal usul penyebabnya. Rotan yang dijalin menggambarkan kerja sama untuk mencapai tujuan yang baik agar dapat menciptakan masa depan yang harmonis. Sebaliknya kemanusiaan bisa bergerak ke arah yang berlawanan jika perubahan iklim tidak ditangani secara terkoordinasi, maka hal ini akan menghancurkan kemajuan manusia yang telah tercapai saat ini dan di masa-masa yang akan datang.

Satu Planet Milik Bersama


Mendukung Kemajuan Manusia Dalam Iklim yang Berubah

EMBARGO Dilarang mengutip atau mengedarkan Dipublikasikan untuk United Nations Development Programme

I LONDON NEW YORK NEW DELHI

2012 oleh United Nations Development Programme UNDP Asia-Pacific Regional Centre United Nations Service Building, 3rd Floor Rajdamnern Nok Avenue, Bangkok, Thailand ISBN: 978-0-415-62570-8 Nomor penjualan PBB yang ditentukan: E.12.III.B.2 Data Publikasi Katalog British Library Catatan katalog buku ini tersedia dari British Library Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mencetak ulang atau menggunakan bagian buku ini dalam bentuk apapun atau dengan sarana elektronik, mekanik atau sarana lainnya, sekarang diketahui atau nanti ditemukan, termasuk fotokopi dan perekaman, atau dalam sistem penyimpanan dan pengambilan informasi apapun tanpa izin tertulis dari penerbit. Dipublikasikan pertama kali pada bulan April 2012 untuk UNDP oleh Routledge 912 Tolstoy House, 1517 Tolstoy Marg, Connaught Place, New Delhi 110 001, India Routledge adalah terbitan dari Taylor & Francis Group, sebuah bisnis informa Kredit foto: Pemisah untuk bagian 1, 3, 4, 6 dan Indikator menampilkan gambar diam dari film Hard Rain, yang diproduksi oleh DevTV dan didukung oleh UNDP Asia-Pacific Regional Centre (APRC). Foto-foto untuk pemisah bab 2 dan 5 adalah entri asli pada pameran tentang Kota dan Perubahan Iklim, yang diadakan di Bangkok untuk memperingati Hari Habitat Dunia 2011. Pameran ini diselenggarakan bersama oleh APRC dan UN-HABITAT, Kantor Bangkok. Typeset oleh Star Compugraphics Private Limited 5, CSC, Near City Apartments Vasundhara Enclave Delhi 110 096 Dicetak dan dijilid di India oleh Nutech Photolithographers B-240, Okhla Industrial Area Phase-I, New Delhi 110 020 Kertas yang digunakan dalam publikasi ini bebas unsur klorin. Kertas ini dibuat dengan pulp yang dipasok dari hutan yang dikelola secara berkelanjutan. UNDP bermitra dengan orang-orang dari semua tingkatan masyarakat untuk membantu membangun negara yang dapat menahan krisis, dan mendorong serta menjaga pertumbuhan yang meningkatkan kualitas kehidupan semua orang.

TIM LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK


Satu Planet Milik Bersama
Mendukung Kemajuan Manusia dalam Iklim yang Berubah
Ketua Tim Anuradha Rajivan Tim Inti Caroline Borchard, Elena Borsatti, Supharat Kaewkhonkaen, Rohini Kohli, Panvipa Lekluanngarm, Niranjan Sarangi, Omar Siddique, Bishwa Nath Tiwari, Susan Wong Tim Statistik Supharat Kaewkhonkaen, Panvipa Lekluanngarm, Niranjan Sarangi, Bishwa Nath Tiwari Penyunting Peter Stalker Perancang Halaman Muka Rustam Vania Penerbit Routledge, New Delhi, Taylor and Francis Group Unit Laporan Pembangunan Manusia Anggota tim Unit Laporan Pembangunan Manusia, baik yang lalu maupun yang sekarang, yang bekerja dalam upaya bersama ini adalah Caroline Borchard, Elena Borsatti, Ramesh Gampat, Supharat Kaewkhonkaen, Rohini Kohli, Panvipa Lekluanngarm, Pradeepa Malkanthi, Anuradha Rajivan, Niranjan Sarangi, Ruwanthi Senarathne, Omar Siddique, Gaya Sriskanthan, Bishwa Nath Tiwari, Manoja Wickramarathne dan Susan Wong.

Mengenai Laporan Pembangunan Manusia Asia Pasifik


Laporan Pembangunan Manusia Kawasan Asia Pasifik (LPMAP) merupakan bahan dan instrumen yang penting untuk mendalami masalah-masalah kritis pembangunan. Laporan ini mensosialisasikan berbagai kebijakan dan tindak dari kacamata pembangunan manusia, sehingga menempatkan manusia sebagai wacana pokok pembangunan. Sebagai wacana publik di kawasan Asia Pasifik, LPMAP berfokus pada masalah yang menjadi persoalan bersama di sejumlah negara di kawasan ini; permasalahan yang memiliki kepekaan-kepekaan yang sebaiknya disikapi di tingkat kawasan; atau permasalahan yang jelas-jelas berdimensi lintas batas, yang memperlihatkan bahwasanya tantangantantangan pembangunan sudah tidak lagi dibatasi oleh ruang geografis. LPMAP merupakan suatu upaya intelektual mandiri yang dikembangkan melalui proses partisipatori kawasan melalui kontribusi dari banyak pihak. Tema tiap Laporan juga ditentukan melalui musyawarah dengan peserta-peserta yang berasal dari dalam mau pun luar UNDP . Fokus Laporan dipandu oleh masukan-masukan substantif dan keanekaragaman yang mempertemukan para pemangku kepentingan di Asia Pasifik dari kalangan pemerintah, masyarakat madani, akademi, lembaga penelitian, media masa, kelompok keagamaan, sektor swasta, dan lainnya. Musyawarah teknis di tingkat subkawasan diselenggarakan untuk mendengarkan pandangan dan pengalaman para pemangku kepentingan mengenai pilihan tema; mempertajam arah dan lingkup persoalan tertentu; dan sejak awal menanamkan rasa kepemilikan dari para pemangku kepentingan. Musyawarah dari para pemangku kepentingan ini membuka lebar peluang bagi setiap negara untuk mengirimkan wakilnya melalui pencalonan peserta melalui kantor perwakilan UNDP di kawasan Asia Pasifik. Lokakarya nasional bagi para pemangku kepentingan juga diselenggarakan di negara-negara terpilih, tergantung pada tema Laporan, dalam rangka menanamkan kepemilikan nasional atas LPMAP. Naskah teknis disusun oleh para ahli terkemuka yang berasal dari wilayah ini. Proses pengkajian berkontribusi pada kualitas dan hasil penelitian yang tidak berpihak. Pekerjaan ini diperkaya melalui berbagai diskusi yang dijalankan oleh para ahli yang duduk dalam Jaringan Pembangunan Manusia Asia-Pasifik di wilayah Asia Pasifik dan sekitarnya. Dalam kerangka umum Laporan, sub-tema dibahas untuk mengeksplorasi perdebatan tentang konsep-konsep dasar, memberi wadah untuk berdialog dan mengidentifikasi solusi kebijakan strategis. Dengan memanfaatkan materi yang kaya ini, Laporan ini disusun oleh tim Unit Laporan Pengembangan Manusia. Tim ini bekerja sama secara erat dengan tim teknis terkait, tergantung pada tema Laporan, serta tim komunikasi regional. Pada tahap persiapan, pesan yang muncul dari Laporan ini dipaparkan dalam forum strategis sebagai advokasi awal Laporan dan untuk mendapatkan umpan balik dari berbagai pemangku kepentingan di wilayah Asia Pasifik. Rancangan awal Laporan dikirimkan ke Kantor Pusat UNDP , kantor perwakilan UNDP di Asia-Pasifik, anggota komite teknis termasuk perwakilan berbagai lembaga PBB, kelompok pembaca termasuk berbagai tim praktisi, dan tim komunikasi regional UNDP untuk mendapatkan pandangan dan umpan balik. Proses pengkajian merupakan langkah yang sangat penting untuk memastikan kualitas dan juga membantu memperkuat penyampaian pesan Laporan. LPMAP disebarluaskan untuk membantu memajukan dialog serta menyatukan masyarakat Asia dan Pasifik untuk mempercepat pembangunan manusia dan mengadvokasi pesan-pesannya di seluruh dunia.

Daftar Isi
Kata Pengantar xiii Ucapan Terima Kasih xv Singkatan-singkatan xix TINJAUAN UMUM BAB 1: Biaya Manusia dari Perubahan Iklim Dilema Pembangunan Asia Pasifik Zaman Manusia Dampak Lintas Batas Mengkaji Kerentanan Kelompok Rentan Menanggung Beban Mata Pencaharian yang Terancam Terpaksa Pindah Dampak Kesehatan Konflik Sumber Daya dan Kerusuhan Sipil Mempertahankan Kemajuan Manusia dalam Menghadapi Perubahan Iklim BAB 2: Menciptakan Masa Depan Gas Rumah Kaca dari Produksi Biaya Emisi Industri Jalur Industri Rendah Karbon Jejak Pertanian Peluang yang Lebih Ramah Lingkungan bagi Pertanian Pembangkitan Energi dan Pertukaran (Trade-Off) Mendorong Sumber Energi yang Lebih Bersih Menciptakan Masa Depan BAB 3: Konsumsi yang Adil dan Seimbang Tekanan pada Pasokan Makanan Kurangnya Akses ke Layanan Energi Pola Konsumsi yang Berubah-ubah Energi untuk Membangun Ketahanan Kaum Miskin Reorientasi Gaya Hidup Mengambil Jalur Berbeda BAB 4: Meningkatkan Ketahanan Desa Kerentanan Desa terhadap Perubahan Iklim Mata Pencaharian yang Berketahanan Bersiap untuk Resiko yang Lebih Besar Menghargai Layanan Ekosistem 1 13 16 16 18 20 21 26 27 28 30 30 35 37 38 43 48 49 50 55 60 63 66 66 69 79 81 86 89 91 95 100 103

DAFTAR ISI

vii

Memperkuat Kelembagaan untuk Perencanaan Perubahan Iklim Menuju Ketahanan Desa BAB 5: Membangun Kota yang Lebih Ramah Lingkungan Kerentanan Kota terhadap Perubahan Iklim Melindungi Penduduk Termiskin Emisi Gas Rumah Kaca Perkotaan Mengatasi Emisi Perkotaan Mempersiapkan Lembaga Perkotaan Mengubah Arah Kemajuan Perkotaan BAB 6: Perencanaan untuk Planet Agenda Aksi Jejak Kaki yang Lebih Kecil Istilah-istilah Teknis

109 116 119 122 127 128 132 137 142 145 152 157 159

Catatan 165 Bibliografi CERITA PILIHAN 1.1 2.1 2.2 2.3 2.4 3.1 3.2 4.1 4.2 4.3 4.4 5.1 5.2 5.3 6.1 6.1 Jutaan Orang Terkena Dampak Bencana Terkait dengan Iklim: Potret Kejadian-kejadian Terkini di Asia Menegakkan Peraturan Lingkungan di India Kebijakan dan Peraturan Nasional Strategis untuk Mengadaptasi Produksi Rendah Karbon Energi Nuklir: Keamanan dan Pilihan Publik Tindakan Mitigasi yang Sesuai Secara Nasional (Nationally Appropriate Mitigation Actions NAMA) Pihak Negara Berkembang Bagaimana Guncangan Iklim Memukul Penghidupan Pedesaan Nilai Keberlanjutan Memberi Peluang Perubahan Dari Teknik Keras ke Restorasi Ekologi Lembut di Lembah Sungai Yangtze, Cina Manfaat dari Daerah Kelautan yang Dikelola Secara Lokal Komitmen kepada Hutan dan Masyarakatnya REDD+ di Indonesia Penganggaran untuk Pembangunan yang Tahan Iklim di India Perempuan Perkotaan dan Perubahan Iklim Komunitas Kaum Miskin di Indore, India, Beradaptasi terhadap Banjir Memperbaiki Daerah Kumuh di Thailand Anak-anak Mengajari Orang Tua Mereka Mengembangkan Solusi Bersama: Organisasi Antarpemerintah di Asia Pasifik Merespon Perubahan Iklim 20 42 45 51 59 66 82 104 105 107 113 123 124 127 151 156 177

TABEL 2.1 Emisi Industri berdasarkan Penggunaan Bahan Bakar, Negara Terpilih, 000 Ton, 2007 2.2 Produksi Pangan: Faktor yang Mempengaruhi Emisi Gas Rumah Kaca 2.3 Mengatasi Hambatan Penyebaran Teknologi dan Praktik yang Efisien Energi 39 41 44

viii

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK

2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 5.1 5.2 5.3

Emisi Gas Rumah Kaca Pertanian berdasarkan Sumber Utama, Asia Selatan dan Timur, 2005 Produksi dan Penggunaan Energi Asia Pasifik, 2009 Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Listrik dan Bahan Bakar Modern, Negara Terpilih, 2007 Ketersediaan Teknologi Rendah Emisi di Negara ASEAN Terpilih Promosi Energi Terbarukan di Negara Asia Pasifik Terpilih Persentase Penduduk yang Diperkirakan Berada di bawah Tingkat Minimal Konsumsi Energi Makanan, Negara Terpilih, 1990-92 dan 2006-08 Bahan Bakar untuk Memasak yang Digunakan, Negara Terpilih Kisaran Emisi Rumah Tangga berdasarkan Sumber Bahan Bakar, Negara Terpilih, 2005, Ton CO2e 000 Belanja Rumah Tangga Per Kapita, 1990-99 dan 2000-09 Kepemilikan Barang Konsumsi, Negara Terpilih, Persentase Rumah Tangga Penyebaran Rumah Tangga Berdasarkan Kelas dan Berdasarkan Kepemilikan Barang Tahan Lama Terpilih Panjang Transportasi Jalan dan Kereta Api, Negara Terpilih Emisi CO2 Per Kapita berdasarkan Kategori Pendapatan Negara Jejak Ekologi, Defisit Ekologi dan Kapasitas Hayati, 2007 20 Aglomerasi Perkotaan Paling Padat Penduduk di Dunia Emisi Per Kapita dari Kota-kota Asia Terpilih Peringkat Kota-kota Ramah Lingkungan Asia

48 51 52 55 56 65 67 68 69 71 72 73 75 77 121 131 132

GAMBAR 1.1 Emisi Gas Rumah Kaca Per Kapita dari Berbagai Kelompok Negara, 1990 dan 2005, MtCO2e 17 1.2 Bagian Total Emisi Gas Rumah Kaca dari Berbagai Kelompok Negara dalam Total Emisi Dunia, 1990 dan 2005, Persen 18 1.3 GNI Per Kapita (PPP$ 2005) di Negara-negara Asia Pasifik, 2011 21 1.4 Emisi CO2 Per Kapita dan GNI Per Kapita Negara-negara 31 1.5 Nilai CO2 dan IPM Per Kapita Negara-negara 31 1.6 Proyeksi Skenario Global: Emisi CO2 Terkait Energi, 1970-2050 32 1.7 Tren Intensitas Karbon antar Wilayah, 1980-2007 32 2.1 Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Negara Berkembang di Asia dan Pasifik 37 2.2 Sumber Penggunaan Energi Industri, Negara Berkembang Asia Pasifik dan Seluruh Dunia, 2007 38 2.3 Campuran Energi di Industri, Negara Terpilih, 2007 38 2.4 Intensitas Energi Keluaran Industri, Ton Setara Minyak, untuk Negara Terpilih (1990, 2008) 40 2.5 Kebijakan untuk Mendukung Teknologi Rendah Karbon 45 2.6 Komposisi Penggunaan Energi Primer di Asia dan Pasifik, 1990-2006 50 2.7 Pengguna Energi di Asia dan Pasifik, 1990-2006 52 2.8 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Penggunaan Listrik Per Kapita: Kaitan Positif 53 2.9 Intensitas Karbon Energi, Ton CO2 per terajoule TPES, untuk Negara Terpilih (1990, 2009) 54 2.10 Intensitas CO2 dalam Produksi Listrik, Negara Terpilih, 2010 54 2.11 Sumber Fosil dan Non-Fosil dalam Pembangkitan Listrik, Negara Terpilih, 2010-11 55

DAFTAR ISI

ix

3.1 Penduduk yang Tidak Memiliki Akses Bahan Bakar Modern 2007, Bagian Asia-Pasifik Dibandingkan dengan Seluruh Dunia 3.2 Perubahan Belanja Per Kapita, 1990-2000an, 20% Terbawah dan 20% Teratas 3.3 Perubahan Persentase Kelas Menengah berdasarkan Wilayah Global, 1990-2008 3.4 Kepemilikan Sepeda Motor, Negara Terpilih, Persentase Rumah Tangga 3.5 Konsumsi Daging, Gram per Orang, 1995-97 dan 2005-07 3.6 Konsumsi Protein dan Lemak Makanan, Gram per Hari per Orang, 1990-92 dan 2005-07 3.7 Rata-rata Asupan Lemak di India, Gram per Orang per Hari, berdasarkan Tempat Tinggal, 1972-73 hingga 2004-05 3.8 Konsumsi Per Kapita dan Emisi CO2 Per Kapita di Asia dan Pasifik, 2007 3.9 Konsumsi Per Kapita dan Emisi Konsumsi CO2 Per Kapita berdasarkan Sektor, 2001 4.1 Masyarakat Pedesaan sebagai Persentase Total Kaum Miskin (Hidup dengan Kurang dari US$1,25 per Hari) 4.2 Akses Air dan Sanitasi di Daerah Pedesaan vs Perkotaan, Persentase Penduduk, 2008 4.3 Bagian Tanah Teririgasi di Lahan Subur dan Tanaman Permanen di Asia Tenggara, Persen 4.4 Kaitan antara Layanan Ekosistem dan Kesejahteraan Manusia 4.5 Hutan yang Menghilang di Asia Tenggara, 1970-90, dan Tingkat Deforestasi di Kalimantan, 1950-2005, dengan Proyeksi menuju 2020 5.1 Pertumbuhan Penduduk Perkotaan di Negara Berkembang Asia-Pasifik, 1990-2030 5.2 Persentase Penduduk Perkotaan yang Tinggal di Zona Pesisir Ketinggian Rendah, 2000 5.3 Konsumsi Air dan Pendapatan Per Kapita Kota-kota Asia Terpilih 5.4 Curah Hujan yang Lebih Rendah Mempengaruhi Kehidupan Perkotaan Mau pun Pedesaan 5.5 Akses ke Sanitasi yang Lebih Baik berdasarkan Wilayah Global, 2006 5.6 Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Bangkok, 2007 5.7 Sumber Emisi Terkait CO2 dari Permintaan Energi berdasarkan Sumber di Daerah Perkotaan sebagai Persentase Total Permintaan Energi, 2005 KONTRIBUSI KHUSUS

67 70 70 71 74 74 75 75 76 91 93 97 103 106 122 122 125 126 126 128 129

My Climate, My Change Feiloakitau Kaho Tevi (Fiji) 24 Doing Growth Differently in the Context of Climate Change Sunita Narain (India) 47 Climate Change and Bhutans Sustainable Development Philosophy H. E. Lyonchhen Jigmi Yoeser Thinley (Bhutan) 78 Practise a Green Life, Starting Today Zhou Xun (China) 85 Facing Up to Climate Change: The Albay experience Governor Joey Sarte Salceda (The Philippines) 114 How Cities Can Lead Efforts to Tackle Climate Change Professor Tommy Koh (Singapore) 130 Thinking Global, Acting Local: Makassar Citys Quest for Clean Air and Greening Urban development Ilham Arief Sirajuddin, Walikota Makassar (Indonesia) 138 INDIKATOR Panduan Pembaca dan Catatan pada Tabel 207 209

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK

Pembangunan Manusia, Kemiskinan dan Ketidaksetaraan 1 IPM dan Indeks Terkait 2 Kemiskinan dan Ketidaksetaraan 217 218

Penduduk 3 Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk 4 Lokasi Penduduk 219 221

Produksi dan Ketenagakerjaan 5 Produk Domestik Bruto (Per Kapita), Pertumbuhan dan Andil berdasarkan Sektor 6 Partisipasi Tenaga Kerja dan Tingkat Ketenagakerjaan 222 224

Pendidikan dan Kesehatan 7 8 9 10 Pendaftaran Sekolah dan Melek Huruf Akses Air dan Sanitasi Penduduk dan Anak-anak Kurang Gizi, dan Harapan Hidup Mortalitas Maternal, Bayi dan Anak 225 226 227 228

Pasokan dan Penggunaan Energi 11 Pasokan Energi 12 Sumber dan Penggunaan Listrik 13 Jumlah Keberangkatan Kendaraan, Mobil dan Angkutan Emisi Gas Rumah Kaca 229 230 231

14 Jumlah dan Andil Gas Rumah Kaca Utama 232 15 Intensitas Penggunaan Energi dan Emisi CO2 233 Kerentanan Manusia terhadap Bencana Alam 16 Stok Bencana Alam yang Ada 17 Dampak Bencana Alam Traktat Lingkungan Internasional, Strategi dan Rencana Nasional 18 Status Traktat Lingkungan Internasional 19 Pelaporan, Strategi dan Rencana Nasional tentang Perubahan Iklim ACUAN STATISIK 238 239 241 235 236

DAFTAR ISI

xi

Kata Pengantar
Asia Pasifik adalah tempat tinggal bagi lebih dari setengah penduduk dunia, termasuk hampir 900 juta kaum miskin dunia, dan 30 persen lahan dunia. Di wilayah yang padat penduduk ini juga terdapat sebagian besar orang yang terampas hak-haknya (deprived people) di negaranegara berkembang: lebih dari 70 persen orang tidak memiliki akses sanitasi dasar, hampir 70 persen anak kekurangan berat badan, dan 67 persen kaum miskin ekstrem (berpenghasilan kurang dari $1,25/hari). Keadaan ini diperparah dengan paparan geografis, mata pencaharian yang sensitif terhadap perubahan iklim dan kemampuan yang rendah untuk pulih dari guncangan. Manusia tidak dapat lagi beranggapan bahwa mereka adalah bagian yang terpisah dari lingkungan. Sudah terlalu lama mereka mengubah alam terutama dengan melepaskan karbon fosil dalam jumlah yang sangat besar. Konsekuensinya adalah bumi yang makin panas, sungai es yang mencair, tingkat permukaan laut yang makin tinggi dan perubahan siklus pengendapan dan penguapan. Semua orang di Asia Pasifik menghadapi dampaknya: kaum miskin, yang tidak banyak berkontribusi terhadap hal ini, terkena dampak yang lebih besar. Dalam hal ini, wilayah ini menghadapi tantangan besar untuk mengurangi kemiskinan dan memajukan pembangunan manusia di tengah-tengah perubahan iklim yang demikian cepat. Tidak seperti negara-negara maju saat ini, Asia-Pasifik tidak memiliki pilihan untuk tumbuh sekarang dan bersih-bersih nanti dengan makin besarnya akumulasi jumlah gas rumah kaca di atmosfer. Wilayah ini dapat mempercepat akumulasi gas rumah kaca disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang besar dan cepat dalam beberapa dekade terakhir. Meski pun emisi per kapita di negara-negara berkembang di Asia-Pasifik masih rendah, namun total emisi mengalami peningkatan, akibat dari situasi dan kondisi yang beragam di wilayah ini dan perlunya untuk terus menjembatani kesenjangan dan memperbaiki kondisi kehidupan. Andil negaranegara berkembang di Asia-Pasifik dalam emisi gas rumah kaca naik dari 23 persen di tahun 1990 menjadi 32 persen di tahun 2005, hanya 4 persen lebih rendah dari negara-negara OECD berpenghasilan tinggi di tahun 2005. Andil ini diperkirakan akan meningkat dengan cepat disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi, urbanisasi yang terus terjadi, perubahan gaya hidup, dan permintaan yang lebih tinggi akan energi di masa mendatang. Antara tahun 2005 dan 2030, dibandingkan dengan perkiraan rata-rata kenaikan permintaan energi dunia sebesar 1,5 persen, tingkat kenaikan di Asia dan Pasifik diperkirakan akan menjadi sebesar 2,4 persen per tahun. Melihat latar belakang ini, wilayah Asia Pasifik harus mengikuti jalur pertumbuhan yang berbeda dengan menggunakan teknologi yang efisien energi, sumber energi yang lebih bersih, dan mengurangi intensitas keluaran karbon dengan lebih cepat di tahun-tahun mendatang. Asia Pasifik harus melakukan hal ini tidak hanya karena planet milik kita bersama ini makin tidak berkelanjutan namun juga karena Asia Pasifik akan terus terkena dampak negatif dari perubahan iklim. Konsekuensi perubahan iklim sudah terlihat jelas dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana alam yang terpicu oleh iklim; dampaknya lebih besar terhadap kaum miskin dan rentan yang paling tidak berkontribusi pada pemanasan global. Wilayah Asia Pasifik terkena bencana alam secara tidak proporsional: 45 persen bencana alam dunia terjadi di AsiaPasifik dalam tiga dekade terakhir. Wilayah ini juga mengalami kerugian ekonomi secara tidak proporsional meskipun Asia-Pasifik memiliki 25 persen dari PDB dunia, namun wilayah ini mengalami 42 persen dari total kerugian ekonomi karena bencana alam. Jika emisi melintasi batas negara, demikian pula halnya dengan beberapa sistem alam yang paling terkena dampaknya, seperti sungai es, terumbu karang dan bakau. Beberapa diantaranya berfungsi sebagai penahan alami terhadap dampak perubahan iklim, namun di saat yang sama makin beresiko mengalami
KATA PENGANTAR

xiii

kerusakan dan kehancuran. Sungai es Himalaya yang mencair, musnahnya bakau, kerusakan terumbu karang dan makin luasnya wilayah gurun, menimbulkan tantangan serius bagi masyarakat yang tinggal di daerah-daerah rentan tersebut, seperti daerah pesisir dan pegunungan. Masyarakat sudah beradaptasi terhadap tantangan perubahan iklim. Sebagai contoh, penduduk di daerah pegunungan Himalaya di Bhutan melindungi diri mereka terhadap banjir luapan sungai es. Masyarakat kepulauan di Pasifik, seperti Kiribati, mempertimbangkan untuk bermigrasi dengan bermartabat karena kenaikan permukaan air laut. Para petani delta di sepanjang sistem sungai besar di Asia, seperti yang ada di Bangladesh, mengadaptasi praktik pertanian mereka untuk menghadapi banjir yang makin kerap terjadi. Penduduk perkotaan yang makin meningkat jumlahnya juga mengalami kerentanan iklim yang akut, seperti yang kita lihat pada kondisi banjir barubaru ini di Bangkok. Namun kaum miskin dan rentan tidak dapat beradaptasi secara memadai terhadap guncangan iklim semacam itu. Dalam konteks ini, laporan ini menganalisis dampak perubahan iklim dari perspektif penduduk pegunungan, masyarakat delta, penduduk kepulauan, masyarakat asli dan kaum adat serta kaum miskin perkotaan. Laporan ini juga menyebutkan bahwa diperlukan tindakan simultan baik dalam hal adaptasi maupun mitigasi untuk membangun masyarakat yang berketahanan di Asia dan Pasifik. Laporan ini menghendaki adanya jalur pembangunan berkelanjutan alternatif yang memenuhi kebutuhan pembangunan manusia yang mendesak saat ini; dan pada saat yang sama melindungi planet yang dapat ditinggali ini. Masa depan dunia akan sangat dipengaruhi oleh pilihan yang diambil saat ini. Tujuannya jelas: mengurangi kemiskinan, namun meninggalkan jejak karbon yang lebih kecil. Diperlukan teknologi, keuangan, pengetahuan dan kerjasama untuk memanfaatkan peluang-peluang ini. Negaranegara dari Asia Pasifik, seperti Cina dan India, berinvestasi dalam energi terbarukan dan efisiensi energi. Teknologi rendah karbon akan sangat penting untuk membantu mengadaptasi proses produksi guna menstabilkan emisi, menyimpan karbon dengan lebih baik,

dan meningkatkan kualitas kehidupan pedesaan dan perkotaan dengan mendukung ketahanan. Sekarang adalah waktunya untuk mempertimbangkan peluang-peluang penggunaan energi yang lebih bersih agar masa depan kita bersama tidak terperangkap dalam penggunaan teknologi yang menghasilkan emisi tinggi. Kepentingan umum tidak boleh dikesampingkan oleh kepentingan kelompok karenanya ilmu pengetahuan perlu disebarluaskan untuk dipergunakan. Membangun jaringan untuk bertukar pengetahuan dapat memberikan kesempatan untuk berbagi dan mempelajari praktik-praktik terbaik, sehingga pihak swasta dan publik dapat menggunakan informasi-informasi tersebut untuk melakukan hal-hal yang terbaik. Secara ringkas, laporan ini memandang perubahan iklim sebagai masalah pembangunan dan bukannya sebagai masalah lingkungan. Laporan ini mendesak sentralitas dari pertumbuhan inklusif yang menanamkan ketahanan sebagai inti perubahan dan mengatasi kesenjangan pembangunan; untuk memperkuat kapasitas masyarakat miskin dalam menghadapi pemanasan global. Tindakan ini merupakan hal konkret yang dapat memberikan ide-ide riil ke dalam berbagai forum masa depan yang pada akhirnya akan menentukan arah tindakan global, regional, nasional dan lokal. Konferensi CoP 17 di Durban yang baru saja berakhir akan diikuti oleh konferensi Rio+20 yang akan membahas peluang-peluang untuk membicarakan masalah-masalah kemiskinan, kesetaraan dan keberlanjutan ke dalam dialog pembangunan global, yang selama ini mengalami kebuntuan karena posisi yang sering berseberangan antara negara maju dan negara berkembang. Laporan ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi wilayah Asia Pasifik untuk memperkuat kembali dialog perubahan iklim dengan membawa kepentingan masyarakat ke barisan depan. Melanjutkan praktik HDR Asia-Pasifik sebelumnya, laporan iniyang keenam dari seri laporan HDR-disusun dengan mempertimbangkan keberagaman kepentingan dari wilayah Asia-Pasifik. Berbagai konsultasi dengan pemerintah, masyarakat madani

xiv

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK

dan sektor swasta dari berbagai wilayah Asia Timur, Asia Selatan dan Pasifik-serta diskusi tingkat negara telah memberi masukan pada laporan ini. Dengan didukung oleh naskah teknis yang ditulis oleh para ahli terutama dari wilayah Asia Pasifik, laporan ini disusun oleh tim editorial independen. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dari wilayah Asia Pasifik dan dari wilayah-wilayah lain yang telah bersama-sama merealisasikan laporan ini mulai dari ide awal sampai selesai. Terima kasih khususnya kepada tim Laporan Pembangunan Manusia yang dikepalai oleh Anuradha Rajivan, karena telah mengarahkan laporan ini melalui situasi yang kompleks secara analitis. Saya juga berterimakasih kepada anggota Jaringan Pembangunan Manusia Asia-Pasifik (AP-

HDNet), yang berasal dari semua wilayah atas perhatian dan kontribusi mereka. Kami berhutang budi kepada Administrator UNDP , Helen Clark, atas komitmen dan dukungannya yang tanpa henti terhadap pembangunan manusia. Kami berharap laporan ini mendorong dialog yang lebih berorientasi pada manusia menghadapi tantangan iklim. Ajay Chhibber Asisten Sekretaris Jenderal PBB dan Asisten Administrator UNDP dan Direktur, Biro Regional untuk Asia dan Pasifik

Analisis dan rekomendasi kebijakan dalam Laporan ini tidak serta merta mencerminkan pandangan United Nations Development Programme, Dewan Eksekutif atau Negara Anggotanya. Penyebutan nama perusahaan dan produk komersial tidak berarti endosemen oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Laporan ini adalah publikasi independen yang dipersiapkan oleh UNDP . Laporan ini adalah hasil upaya bersama oleh tim para ahli, pemangku kepentingan dan tim Unit Laporan Pembangunan Manusia (HDRU) dari Pusat Regional Asia-Pasifik UNDP , Bangkok, yang dikepalai oleh Anuradha Rajivan.

KATA PENGANTAR

xv

Ucapan Terima Kasih


Proses konsultasi dan penelitian kolaboratif yang mendalam sangat penting dalam menentukan fokus dan pesan dari Laporan Pembangunan Manusia Asia-Pasifik. Laporan ini mempergunakan perspektif dan keahlian dari berbagai pemangku kepentingan dari wilayah Asia Pasifik yakni pemerintah, para ahli, akademisi, para pemikir, media, kelompok keagamaan, sektor swasta dan organisasi masyarakat sipil. Lembaga multilateral juga berpartisipasi dalam proses ini. Dari UNDP , kontributornya antara lain kantor-kantor perwakilan di wilayah Asia-Pasifik; Pusat Regional Asia-Pasifik, Bangkok; Pusat Pasifik, Suva; Biro Regional untuk Asia dan Pasifik; dan Biro Kebijakan Pembangunan di New York. Para pihak yang memegang peran penting dalam membentuk laporan ini disebutkan di bawah ini. Kami sangat berterimakasih kepada begitu banyak pihak sehingga mungkin ada pihak-pihak yang terluput tidak kami sebutkan. Pertama-tama kami ingin berterimakasih kepada anggota tim inti yang merupakan bagian dari tahapan awal kerja ini: Ramesh Gampat, Pradeepa Malkanthi, Ruwanthi Senarathne, Gayathri Sriskanthan dan Manoja Wickramarathne. Kami terutama berterimakasih kepada Martin Krause dan juga Alex Heikens, Sameer Karki, Faris Khader, Angus MacKay, Manuel Soriano, Yusuke Taishi, Thiyagarajan Velumail dan seluruh Tim Lingkungan dan Energi di Pusat Regional Asia-Pasifik UNDP atas masukan teknis dan dukungan tanpa henti sepanjang proses ini. Mereka selalu bersedia meluangkan waktu mereka. Andrea De Angelis, Mahendra Dev, Tim Lingkungan dan Energi, Pusat Internasional untuk Pembangunan Pegunungan Terintegrasi (International Centre for Integrated Mountain Development - ICIMOD ), Iqbal Khan, Tommy Koh, Amitabh Kundu, Pemerintah Daerah untuk Keberlanjutan (ICLEI ), Monirul Mirza, Sunita Narain, Patrick Nunn, Joey Sarte Salceda, Ilham Arief Sirajuddin, R. Sudarshan, The Energy and Resources Institute (TERI), Feiloakitau Fei Tevi, Lyonchhen Jigmi Yoeser Thinley, Kazuyuki Uji dan Zhou Xun. Anggota keluarga Perserikatan BangsaBangsa yang memberi masukan dan saran spesifik. Antara lain: IAEA, UNEP , UNESCAP , UNESCO, UNFAO, UN-HABITAT, UNICEF dan UN WOMEN.

Konsultasi Teknis
Laporan ini juga didasarkan pada ide-ide, umpan balik dan pandangan yang dinyatakan dalam rapat teknis regional sebagai bagian dari proses penyusunan Laporan. Ivo Besselink, Pieter Bult, Ajay Chhibber, Patrice Coeur-Bizot, Kumi Furuyashiki, Ramesh Gampat, Cherie Hart, Thomas Jensen, Moortaza Jiwanji, Rohini Kohli, Martin Krause, Angus Mackay, Andrew Mears, Roohi Metcalfe, Takaaki Miyaguchi, Anuradha Rajivan, Nicholas Rosellini, Omar Siddique, Preeti Soni, Yusuke Taishi, Jan-Jilles van der Hoeven, Gabor Vereczi, Susan Wong dan Sun Xuebing adalah para pesertanya. Laporan ini juga mendapat manfaat dari dialog dengan perwakilan badan pemerintahan lokal dan sektor swasta pada saat Asia-Pacific Urban Forum (APUF) kelima diadakan di Bangkok pada 22-24 Juni 2011. Acara ini diselenggarakan dengan bermitra dengan CITYNET, Kedutaan Besar Perancis di Thailand, ICLEI , LOGOTRI, Rockefeller Foundation, UNEP , UNESCAP , UN-HABITAT, UNICEF dan Bank Dunia.

Kontributor
Naskah latar belakang teknis tematik, catatan dan kontribusi khusus yang mencakup beragam isu telah memberikan masukan pada Laporan ini. Kontributor utama adalah: Patil Balachandra, Sultana Bashir, Anand Prathivadi Bhayankaram, Simon Billet, Brad Blitz, Alice Blondel, Clemens M. Brunhuel, Joan Carling, C. P . Chandrasekhar, Biplove Choudhary,

Konsultasi Pemangku Kepentingan


Laporan ini mengambil manfaat dari interaksi yang kaya dan bermanfaat dengan berbagai
UCAPAN TERIMA KASIH

xvii

pemangku kepentingan di sub-regional (Asia Timur, Asia Selatan dan Pasifik) serta konsultasi negara. Pemangku kepentingan berasal dari pemerintah, akademisi, media, sektor swasta, kelompok keagamaan, CSO, think tank dan entitas PBB. Pesertanya adalah Mohammad Sadegh Ahadi, Matai Akauola, Seema Arora, Seema Arsenio Balisacan, Mahesh Banskota, Ernesto D. Bautista, Sharon Bhagwan-Rolls, Jaya Bhanot, Anand Prathivadi Bhayankaram, Dinesh Bhuju, Ambrose M. R. Bituura, Tep Boonny, Elizabeth Boulton, Annie Brett, Winnie Byanyima, Cai Wenjia, Ewan Cameron, Malancha Chakrabarty, C. P . Chandrasekhar, Ram Prasad Chaudhari, Anjana Chellani, Chen Minpeng, Jakie Cheng, Dhrupad Choudhury, Ben Chutaro, Suzanne Chutaro, Patrice CoeurBizot, Gillian Cook, Cosmin Corendea, Yumi Crisostomo, Pradeep Dadhich, Resham Dangi, Pradip Das, Jope Davetanivalu, Andrea De Angelis, Anne-Isabelle Degryse-Blateau, Seema Deo, Balaka Dey, Rita Dhakal, Ajaya Dixit, Komara Djaja, Lam Dorji, Peter Emberson, Simalua Enele, Michael Foon, Fu Sha, Jai K. Gaurav, Prema Gera, Zachary Gidwitz, Luis Gomez-Echeverri, Dibya Gurung, Cherie Hart, He Jiankun, Goerild Heggelund, Alex Heikens, Brigitte Hoermann, Michael Honeth, Heremoni Suapaia-Ah Hoy, Htun Paw Oo, Kiran Hunzai, Immala Inthaboualy, Chanel Iroi, Kicom Ishighr, Jane Ishiguro, Srinivasan Iyer, Ramesh Jalan, Edlin Jash, T. Jayaraman, Dirk Jena, Thomas Jensen, Robert Jukham, Kifle Kahsai, Meenakshi Kaithel, Asfaazam Kasbani, Zammath Khaleel, Khampadith Khammounheuang, Arshad M. Khan, Nand Kishor, Muttaya Klinhun, Michael Kollmair, Sutharin Koonphol, Martin Krause, Pramod Krishnan, Pulak Kumar, Amitabh Kundu, Russ Kunn, Toily Kurbanov, Anupa Lamichhane, Margaret Leniston, Tubtim Limsoontorn, Ma Jian, Iosefa Maiava, Sumitra Manandhar, Deborah Manase, Ajay Mathur, Ritu Mathur, Prattana Meesincharoen, Roohi Metcalfe, Paula Meyer, Mona Mishra, Muhamad Nahar Hj. Mohd Sidek, Emele Morgan, Taito Nakalevu, Darren Nakata, Subinay Nandy, Napoleon Navarro, Koos Neefjes, Meena Negi, Junan Nimoto, Nishu Nirula, Bernard OCallaghan, Thangavel Palanivel, L. M. S. Palni, Ruchi Pant, Jyoti Parikh, Himanshu Pradhan, Satya Priya,

Batugedara V. R. Punyawardena, Abdul Qadir Rafiq, Atiqur Rahman, Anuradha Rajivan, Karma Lodey Rapten, Asenaca Ravuvu, J. S. Rawat, Felix Ries, Charmaine Rodrigues, Espen Ronneberg, Nicholas Rosellini, Inger Marie Rossing, Satyabrata Sahu, Sulaiman Shah Sallari, Emma Samman, Niranjan Sarangi, S. Satapathy, Andreas Schild, Alfred Schuster, Ruwanthi Senarathne, Thomas Shanahan, Jaishree Sharma, Sonia Shrivastava, Amelia Siamomua, Omar Siddique, Sandeep K. Singh, Vijaya Singh, Siddharth Singla, P . S. Sodhi, Alexandra Solovieva, Preeti Soni, Jackson Soram, Jorn Sorensen, Peter Stalker, Joseph Stanley, Paul Steele, Surekha Subarwal, R. Sudarshan, Sun Xuebing, Sun Zhen, Apichai Sunchindah, Chitra N. Swamy, Pauline Tamesis, Nescha Teckle, Jorelic Tibon, Bishwa Nath Tiwari, Banzragch Tsesed, Ngedikes Olai Uludong-Polloi, Isikeli Valemei, Sann Vathana, Gabor Vereczi, Cynthia Villena, K. R. Viswanathan, Wang Dong, Wang Ke, Tony Weir, Caitlin Wiesen, Zenaida Willison, Garry Wiseman, Susan Wong, Nanette Woonton, Wu Peng, Yang Fang, Benedict Yumamura, Zhang Kunmin, Zhong Lijin and Zou Ji.

Kerja Statistik
Tim statistik dikepalai oleh Bishwa Nath Tiwari dan terdiri atas Supharat Kaewkhonkaen, Panvipa Lekluanngarm dan Niranjan Sarangi. Komentar diberikan oleh Caroline Borchard, Elena Borsatti, Rohini Kohli, Anuradha Rajivan, Omar Siddique dan Susan Wong memberikan bantuan yang sangat besar.

Peninjau
Naskah latar belakang teknis dan draft Laporan ditinjau secara internal oleh Unit Laporan Pembangunan Manusia dan Kelompok Pembaca UNDP yang lebih besar yang terdiri atas: Dipa Bagai, Jennifer Baumwoll, Rebecca Carman, Ajay Chhibber, Clifton Cortez, Alex Heikens, Kim Henderson, Thomas Jensen, Eva Jespersen, Moortaza Jiwanji, Sameer Karki, Faris Khader, Jeni Klugman, Milorad Kovacevic, Martin Krause, Angus Mackay, Khalid Malik, Denis Nkala, Paola Pagliani, T. Palanivel, Nicholas Rosellini, Manuel Soriano,

xviii

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK

Scott Standley, R. Sudarshan, Yusuke Taishi, Pauline Tamesis, Nescha Teckle, Pia Treichel, Veerle Vandeweerd, Thiyagarajan Velumail dan Garry Wiseman. Naskah latar belakang teknis dan draft Laporan juga ditinjau secara eksternal oleh: Mozaharul Alam, Sharon Bhagwan-Rolls, John Connell, Anil Markandya, Amita Shah, Mercedita A. Sombilla, Indra de Soysa, Gopal B. Thapa, Richard Welford, Anoja Wickramasinghe dan David Zhang. Laporan ini mendapatkan banyak manfaat dari umpan balik dari UNESCAP , UNESCO, UNEP , UNFAO, UN-HABITAT, UNICEF dan UN WOMEN.

Ramachandran Ramasamy, Purba H. Rao, Mukul Sanwal, Niranjan Sarangi, K. Madhava Sarma, Lisa Schipper, Ruwanthi Senarathne, Pradeep Sharma, Ray Shirkhodai, Suchitra Sugar, Sonia Sukdeo, Sumitra Sundram, Amelia Supetran, Sukthawee Suwannachairop, Massimo Tavoni, Tim Taylor, Try Thuon, Linda Too, Mai Van Trinh, Manoja Wickramarathne, Wong Poh Poh, Susan Wong dan Yang Youlin.

Kerangka Laporan
Tonggak penting adalah penyusunan kerangka pertama Laporan. Lokakarya pre-drafting dengan HDRU dan penyunting diadakan di Bangkok. Kami sangat berterima kasih atas partisipasi dari Daniela Gasparikova, Martin Krause, Angus Mackay, Nicholas Rossellini, Surekha Subarwal, R. Sudarshan dan Yusuke Taishi. Drafting retreat tim HDRU diadakan di Korat, Thailand, Kami berterimakasih atas masukan dari penyunting, Peter Stalker.

Kontributor Jaringan Pembangunan Manusia Asia-Pasifik (AP-HDNet)


Diskusi yang hidup dan terfokus tentang APHDNet diadakan dari bulan Februari hingga Juli 2010, yang memperkaya Laporan ini. Kami sangat berterimakasih kepada Pak Sum Low dan Bernarditas Muller yang menjadi moderator diskusi jaringan ini. Kontributornya adalah: Khurshid Alam, Anand Prathivadi Bhayankaram, Maria Melinda Ando, Ernesto Bautista, Heather Bell, Sribas Chandra Bhattacharya, Tep Boonny, Trevor Booth, Elena Borsatti, Inga Fritzen Buan, Kumi Careme, Itz Castaeda, Chew-Hung Chang, Hasna Cheema, Pornsook Chongprasith, Binoy K. Choudhury, Sarwat Chowdhury, Ioana Creitaru, Va Dany, Purnamita Dasgupta, Andrea De Angelis, Thanakvaro De Lopez, Patrina Dumaru, Nishadi Eriyagama, Hans-Martin Fssel, J. C. Gaillard, Ramesh Gampat, Ma. Consuelo Garcia, Jayati Ghosh, Ulrik Halsteen, Sven Harmeling, David Hastings, Grild Heggelund, Stephanie Hodge, Aminul Islam, Ilan Kelman, Ohnmar Khaing, Kishan Khoday, Marcia V. J. Kran, Raj Kumar, Alain Lambert, Moiss Herrezuelo Lpez, Pak Sum Low, Lu Qi, Tun Lwin, Shiming Ma, Angus Mackay, Kien Tran Mai, Pradeepa Malkanthi, Michele Martin, Sudip Mitra, Amitava Mukherjee, Bernarditas Muller, Gerardo Munck, Ranjani K. Murthy, Usha Natarajan, Koos Neefjes, Peter Neil, Bonheur Neou, Keith Openshaw, G. Padmanabhan, Anthony Patt, Paula Pons, Abdul Qadir Rafiq, Anuradha Rajivan,

Kantor Perwakilan UNDP


Kantor-kantor perwakilan UNDP berikut ini memberikan umpan balik dan dukungan: Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, Kamboja, Cina, Korea Utara, Fiji, India, Indonesia, Republik Islam Iran, Laos, Malaysia, Maladewa, Mongolia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Papua Nugini, Filipina, Sri Langka, Thailand, TimorLeste dan Vietnam.

Biro regional UNDP untuk Asia dan Pasifik


Dukungan dari Biro Regional untuk Asia dan Pasifik sejak dari awal hingga finalisasi naskah adalah hal yang sangat penting kami berterimakasih kepada semua kolega. Secara khusus, Unit Kebijakan dan Strategis Regional mengkoordinasikan prosesnya di New York di bawah Thangavel Palanivel, yang, bersama dengan Scott Standley dan Fatma Gl nal, memberikan masukan yang substantif.

Lainnya
Kami berterima kasih kepada Aparna Basnyat, Radhika Behuria, Ruangkhao Ryce Chanchai, Biplove Choudhary, Joseph DCruz, Butchai

UCAPAN TERIMA KASIH

xix

Gaddih, Rui Gomes, Ramya Gopalan, Alex Heikens, Sanny Ramos Jagillos, Thomas Jensen, Sameer Karki, Tanni Mukhopadhyay, Midori Paxton, Alexandre Sarmento, Manuel Soriano, Yusuke Taishi, Pia Triechel, Thiyagarajan Velumail, Gabor Vereczi dan Yumiko Yamamoto karena telah memberikan masukan substantif bagi penelitian latar belakang. Kami sangat berterimakasih kepada Verania Andria, Bakhodir Burkhanov, Dorji Choden, Goerild Heggelund, Srinivasan Iyer, Sanny Remos Jegillos, Toily Kurbanov, Kamal Malhotra, Renaud Meyer, Subinay Nandy, Tsehring Pem, Yeshi Penjor, Adam Pitt, Budhi Sayoko, Preeti Soni, Beate Trankmann, Tomoyuki Uno, Claire Van der Vaeren, Dong Wang, Zhang Wei, Caitlin Wiesen, Garry Wiseman dan Timothy Wong karena telah memfasilitasi Kontribusi Khusus.

menangani advokasi dan penyebarluasan Laporan ini. Kami sangat berterimakasih kepada Sian Powell atas dukungannya bagi media kit Laporan. Gretchen Luchsinger memberikan panduan editorial tambahan dan membantu menyempurnakan pesan Laporan. Peter Siris dan Matthew Peter Clark mengembangkan situs web. Kami berterimakasih kepada David Galipeau dan Ramya Gopalan dari Tim Manajemen Pengetahuan karena menggunakan media sosial sebagai alat untuk memperluas pertukaran pengetahuan tentang laporan. Terima kasih kepada Maya Nyagolova dan Supaporn Daophises atas dukungan mereka dalam penyebarluasan.

Keseluruhan
Kami berterimakasih atas dukungan, panduan dan saran dari Ajay Chhibber, Asisten Sekretaris Jenderal PBB dan Direktur Biro Regional UNDP untuk Asia-Pasifik. Ketertarikannya dan masukannya yang sangat spesifik membantu menyempurnakan isi laporan. Hasil kerja ini mencerminkan panduan strategis dan dedikasi dari Anuradha Rajivan; tanpa kepemimpinannya Laporan ini tidak akan mungkin bisa dibuat.

Produksi
Tim Dukungan Operasi di Pusat Regional Asia-Pasifik UNDP memberikan layanan administrasi. Kami berterimakasih kepada penerbit Routledge, New Delhi, Taylor dan Francis Group karena telah melakukan copyediting dan keseluruhan produksi laporan. Kami berterimakasih kepada Star Compugraphics Pvt. Ltd karena telah melakukan pekerjaan tata letak. Terima kasih kepada Rustam Vania atas masukan desain.

Advokasi dan Penyebarluasan


Tim komunikasi dan advokasi regional yang terdiri atas Cherie Hart dan Surekha Subarwal

Nicholas Rosellini Deputi Direktur Regional Biro Regional UNDP untuk Asia dan Pasifik

xx

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK

Singkatan-singkatan
ACCCRN ADB AECEN AMDGO AP-HDnet APHDR APRC APSEMO ASEAN CCA CCCI CDM CER CET CFL CIRCA CO2 CO2e COP CRed CSE CSO DRR EIA EIU EU FLEGT FAO FIT GBI GDP GEF GHG GLOF GNI GPS Asian Cities Climate Change Resilience Network (Jaringan Ketahanan Perubahan Iklim Kota-kota Asia) Asian Development Bank (Bank Pembangunan Asia) Asian Environmental Compliance and Enforcement Network (Jaringan Kepatuhan dan Penegakan Lingkungan Asia) Albay Millennium Development Goals Office (Filipina) (Kantor Sasaran Pembangunan Milenium Albay) Asia-Pacific Human Development Network (Jaringan Pembangunan Manusia Asia Pasifik) Asia-Pacific Human Development Report (Laporan Pembangunan Manusia Asia Pasifik) Asia-Pacific Regional Centre (Pusat Regional Asia Pasifik) Albay Public Safety and Emergency Office (Filipina) (Kantor Keselamatan dan Kedaruratan Umum Albay) Association of Southeast Asian Nations (Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara) Climate Change Adaptation (Adaptasi Perubahan Iklim) Cities and Climate Change Initiative (Inisiatif Kota dan Perubahan Iklim) Clean Development Mechanism (Mekanisme Pembangunan Bersih) Certified Emission Reduction (Pengurangan Emisi Bersertifikasi) Clean Energy Technology (Teknologi Energi Bersih) Compact Fluorescent Lamp (Lampu Pijar Padat) Centre for Initiatives and Research for Climate Adaptation (Filipina) (Pusat Inisiatif dan Penelitian Adaptasi Iklim) Carbon Dioxide (Karbondioksida) Carbon Dioxide Equivalent (Setara Karbondioksida) Conference of the Parties (UNFCCC) (Konferensi Para Pihak) Community Carbon Reduction Programme (Inggris) (Program Pengurangan Karbondioksida Komunitas) Centre for Science and Environment (India) (Pusat Ilmu Pengetahuan dan Lingkungan) Civil Society Organisation (Organisasi Masyarakat Madani) Disaster Risk Reduction (Pengurangan Risiko Bencana) Energy Information Administration (AS) (Administrasi Informasi Energi) Economist Intelligence Unit (Unit Intelijen Ahli Ekonomi) Forest Law Enforcement, Governance and Trade Action Plan of the European Union (Penegakan Undang-undang Kehutanan, Tata Kelola dan Rencana Aksi Perdagangan Uni Eropa) Food and Agriculture Organization of the United Nations (Organisasi Pangan dan Pertanian PBB) Feed-In Tariff (Tarif Feed-In) Green Building Index (Indeks Bangunan Hijau) Gross Domestic Product (Produk Domestik Bruto) Global Environment Facility (Fasilitas Lingkungan Global) Greenhouse Gas (Gas Rumah Kaca) Glacial Lake Outburst Flood (Banjir Luapan Sungai Es) Gross National Income (Pendapatan Nasional Bruto) Global Positioning System (Sistem Pemposisian Global)
SINGKATAN-SINGKATAN

xxi

GWH HDI HDRU HKH IAEA ICCTF ICIMOD ICLEI ICT IEA IFAD IFFCO IGIF ILO IPCC IPR kWh LDC LED LGU LMMA LPG MAFF MDG MEGTW MSME MT MtCO2 Mtoe MW NAMA NAPA NCCCA NDRC NEDA NGO NTFP ODA OECD

Gigawatt hour (Gigawatt jam) Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia IPM) Human Development Report Unit (Unit Laporan Pembangunan Manusia) Hindu Kush-Himalayan International Atomic Energy Agency (Badan Energi Atom Internasional) Indonesia Climate Change Trust Fund (Dana Perwalian Perubahan Iklim Indonesia) International Centre for Integrated Mountain Development (Pusat Internasional Pembangunan Pegunungan Terintegrasi) Local Governments for Sustainability (Pemerintah Daerah untuk Keberlanjutan) Information and Communication Technology (Teknologi Informasi dan Komunikasi) International Energy Agency (Badan Energi Internasional) International Fund for Agricultural Development (Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian) Indian Farmers Fertiliser Cooperative Limited Indonesia Green Investment Fund (Dana Investasi Hijau Indonesia) International Labour Organization (Organisasi Buruh Internasional) Intergovernmental Panel on Climate Change (Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim) Intellectual Property Rights (Hak Atas Kekayaan Intelektual) Kilowatt Hour (Kilowatt Jam) Least Developed Country (Negara Kurang Berkembang) Light-Emitting Diode Local Government Unit (Unit Pemerintah Daerah) Locally Managed Marine Area (Daerah Kelautan yang Dikelola Secara Lokal) Liquefied Petroleum Gas (Gas Minyak Cair) Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries (Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan) Millennium Development Goal (Sasaran Pembangunan Milenium) Ministry of Energy, Green Technology and Water (Kementerian Energi, Teknologi Hijau dan Air) Micro, Small and Medium Enterprise (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) Million Tonnes (Juta Ton) Million Tonnes of Carbon Dioxide (Juta Ton Karbondioksida) Million Tonnes of Oil Equivalent (Juta Ton Setara Minyak) Megawatt Nationally Appropriate Mitigation Action (Tindakan Mitigasi yang Sesuai Secara Nasional) National Adaptation Programme of Action (Program Aksi Adaptasi Nasional) National Conference on Climate Change Adaptation (Filipina) (Konferensi Nasional tentang Adaptasi Perubahan Iklim) National Development and Reform Commission (China) (Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional) National Economic Development Authority (Filipina) (Otoritas Pembangunan Ekonomi Nasional) Non-Governmental Organisation (Organisasi non-pemerintah) Non-Timber Forest Product (Hasil Hutan Bukan Kayu) Official Development Assistance (Bantuan Pembangunan Resmi) Organisation for Economic Cooperation and Development (Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi)

xxii

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK

OPEC PACC PCT PES PIFS PPP PV R&D RECOFTC REDD+ SAARC SAR SHS SID SME SPREP TERI toe TRIPS UK UN UNDESA UNDP UNEP UNESCAP UNESCO UNFCCC UN-HABITAT UNICEF UNISDR UN-REDD

UN WOMEN US USAID

Organization of the Petroleum Exporting Countries (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak) Pacific Adaptation to Climate Change Project (Proyek Adaptasi Pasifik terhadap Perubahan Iklim) Patent Cooperation Treaty (Traktat Kerjasama Paten) Payment for Ecosystem Services (Pembayaran untuk Layanan Ekosistem) Pacific Islands Forum Secretariat (Sekretariat Forum Pulau-pulau Pasifik) Purchasing Power Parity (Paritas Daya Beli) Photovoltaic Research & Development (Penelitian & Pengembangan) Regional Community Forestry Training Center for Asia and Pacific (Pusat Pelatihan Kehutanan Komunitas Regional untuk Asia Pasifik) Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (Mengurangi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan) South Asian Association for Regional Cooperation (Asosiasi Asia Selatan untuk Kerjasama Regional) Special Administrative Region (Wilayah Adminitrasi Khusus) Solar Home System (Sistem Rumah Matahari) Small Island Developing State (Negara Berkembang Pulau Kecil) Small and Medium-Sized Enterprise (Usaha Kecil dan Menengah) South Pacific Regional Environment Programme (Program Lingkungan Wilayah Pasifik Selatan) The Energy and Resources Institute (India) (Institut Energi dan Sumber Daya) Tonnes of Oil Equivalent (Ton Setara Minyak) Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (Aspek Terkait Perdagangan dari Hak Atas Kekayaan Intelektual) United Kingdom (Inggris Raya) United Nations (Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB) United Nations Department of Economic and Social Affairs (Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB) United Nations Development Programme (Program Pembangunan PBB) United Nations Environment Programme (Program Lingkungan PBB) United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Pasifik) United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya PBB) United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim) United Nations Human Settlements Programme (Program Permukiman PBB) United Nations Childrens Fund (Dana Anak PBB) United Nations International Strategy for Disaster Reduction (Strategi Internasional PBB untuk Pengurangan Bencana) United Nations Collaborative Programme on Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation in Developing Countries (Program Kerjasama PBB tentang Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan di Negara-negara Berkembang) United Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of Women (Entitas PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan) United States (Amerika Serikat) United States Agency for International Development (Badan AS untuk Pembangunan Internasional)

SINGKATAN-SINGKATAN

xxiii

US$ VAT VSPP WBCSD WHO WIPO WRI WTO

United States Dollar (Dolar Amerika Serikat) Value Added Tax (Pajak Pertambahan Nilai) Very Small Power Producer Programme (Thailand) (Program Penghasil Listrik Sangat Kecil) World Business Council for Sustainable Development (Dewan Bisnis Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan) World Health Organization (Organisasi Kesehatan Dunia) World Intellectual Property Organization (Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia) World Resources Institute (Institut Sumber Daya Dunia) World Trade Organization (Organisasi Perdagangan Dunia)

xxiv

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK

Satu Planet Milik Bersama


Mendukung Kemajuan Manusia Dalam Iklim yang Berubah Penjelasan Umum
Asia Pasifik bukan saja memiliki banyak wilayah di dunia yang paling terpapar oleh masalah iklim, wilayah ini juga merupakan tempat bagi jutaan warga yang paling rentan terhadap masalah tersebut. Derap dan derajat kegiatan manusia yang besarnya tidak tertandingi sepanjang sejarah telah mentransformasikan lingkungan alam dan menyumbang terjadinya perubahan iklim. Emisi melintasi batas, demikian pula dengan beberapa sistem alam yang paling terpengaruh, seperti sungai es, terumbu karang, dan bakau. Beberapa dari sistem alam tersebut yang berfungsi sebagai penyangga alami terhadap dampak perubahan iklim semakin beresiko mengalami kelapukan dan kerusakan, sehingga menjadi tantangan yang berat terhadap kehidupan masyarakat di daerah yang bersangkutan. Meski pun masyarakat yang paling rentan merupakan penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) yang paling sedikit, justru merekalah yang akan menghadapi akibat yang paling serius. Mereka bukan saja amat terpapar dan peka terhadap peristiwa iklim, tetapi mereka juga belum dilengkapi dengan kapasitas adaptif yang memadai. Tidak seperti negara-negara maju zaman sekarang, dalam masa perubahan iklim, tumbuh dulu dan memikirkan akibatnya kemudian, bukan lagi suatu opsi. Negara-negara berkembang mesti tumbuh, mendukung ketahanan iklim, terutama di kalangan penduduk yang rentan, dan bergeser ke lintasan karbon yang lebih rendah guna melanjutkan hasil pembangunan manusia yang didapat berkat kerja keras selama puluhan tahun. Walau pun di satu sisi pertumbuhan Asia adalah penting untuk ekonomi dunia dan penanggulangan kemiskinan di kawasan itu, di sisi lain Asia Pasifik secara nyata mulai menyumbang emisi dunia. Kemajuan dalam pembangunan manusia secara menyeluruh dibarengi oleh peningkatan kesenjangan dan peningkatan emisi. Negara-negara berkembang di kawasan ini menghadirkan kontras yang mencengangkan: gabungan emisi GRK per kapita mereka adalah di antara yang terendah di dunia, tetapi bagian mereka dalam emisi global mencapai hampir sepertiga. Tantangannya sekarang adalah mengurangi intensitas emisi pertumbuhan seraya meningkatkan akses masyarakat miskin ke energi yang lebih bersih serta infrastruktur dan layanan yang jauh lebih baik-yang adalah sangat penting bukan saja untuk penanggulangan kemiskinan, tetapi juga untuk membangun ketahanan terhadap dampak perubahan iklim. Negara berkembang di kawasan ini dihadapkan dengan dobel dilema terkait kesejahteraan - emisi yang tidak dialami oleh negara maju pada awal industrialisasi mereka: Lebih banyak pertumbuhan adalah sangat penting, tetapi hal ini juga akan meningkatkan emisi. Guna menanggulangi kemiskinan dan kerentanan, banyak negara di kawasan ini akan memerlukan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan yang jauh lebih inklusif. Akan tetapi, hal ini berarti pemakaian lebih banyak energi, sehingga menghasilkan lebih banyak emisi. Agenda pembangunan akan harus mencermati berbagai pertimbangan seputar pertumbuhan emisi. Dalam lingkungan global, negara-bangsa memiliki kendali individual yang lebih kecil atas nasib mereka sendiri. Ekologi dan ekonomi memintas perbatasan, sehingga aksi nasional semata menjadi kurang memadai untuk menyikapi tantangan perubahan iklim. Banyak di antara konsumen kaya dan usaha-usaha yang bertumbuh mampu menggeser emisi ke lokasi yang lebih miskin sebagai akibat dari rantai produksi dan konsumsi yang tersebar dan terhubung secara global. Lembagalembaga dalam negeri yang bergerak di bidang

Tidak seperti negara-negara maju saat ini, di tengah berlangsungnya perubahan iklim, pertumbuhan dahulu dan pembersihan belakangan bukan lagi menjadi sebuah opsi.

Satu Planet Milik Bersama: Penjelasan Umum

penanganan lingkungan hidup yang kurang efektif menjadikan banyak negara miskin rentan secara ekologi. Masyarakat di kawasan Asia Pasifik, terutama masyarakat miskin, akan menghadapi sejumlah besar dampak yang kompleks akibat perubahan iklim seperti perubahan presipitasi, peristiwa cuaca ekstrem, kekeringan, banjir, dan peningkatan permukaan laut. Meski pun sebagian besar pemanasan global saat ini adalah akibat dari industrialisasi di masa lalu, terutama di negara maju, negara-negara Asia Pasifik akan merasakan dampak terbesar, karena kawasan tersebut dihuni oleh lebih dari setengah penduduk dunia, termasuk 900 juta penduduk miskin. Oleh karena itu, menanggulangi perubahan iklim merupakan suatu keharusan penting dalam pembangunan. Kecuali tantangan-tantangan perubahan iklim telah ditangani sepenuhnya, kemajuan saat ini akan sulit dipertahankan, dan dampak paling besar bakal dihadapi oleh warga miskin di Asia Pasifik. Meski pun terdapat ketidakpastian, situasi mendesak semakin meningkat karena banyak kerugian tidak bisa diubah, seperti kerusakan pada ekosistem alami - sehingga merusak layanan-layanan dan peluang-peluang kehidupan berharga yang dapat disediakan ekosistem. Ketika peningkatan kesenjangan dalam pertumbuhan ekonomi sebagian besar bisa ditangani di suatu negara, penanganan peningkatan emisi hasil dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling terkait di seluruh dunia tidak bisa diatasi tanpa menyelaraskan upayaupaya nasional dengan kerjasama lintas perbatasan. Agenda-agenda pembangunan yang tidak tuntas di negara-negara kawasan Asia Pasifik memberikan peluang untuk mengatasi perubahan iklim: negara-negara berkembang di Asia Pasitik tidak terlalu terikat dengan cara-cara konsumsi dan produksi tradisional dibandingkan dengan negara-negara industri. Dalam menghadapi situasi global yang terus menurun, Asia Pasifik telah menunjukkan ketahanan ekonomi. Apakah negara-negara di kawasan ini juga dapat meningkatkan kehidupan warganya sementara di saat yang sama semakin kuat dalam menghadapi perubahan iklim? Sejumlah tanda-tanda positif

terlihat. Intensitas karbon di negara-negara berkembang di Asia Pasifik terus berkurang. Di saat yang sama, negara-negara seperti Cina dan India semakin sadar akan permasalahan ini. Ketika seluruh negara terpapar perubahan iklim, sensitivitas dan kapasitas adaptasi negaranegara di Asia Pasifik dalam menghadapi dampak perubahan iklim masing-masing sangat berlainan. Akan tetapi, di seluruh masyarakat tersebut, kaum miskin sangat rentan dan memiliki opsi lebih sedikit dalam menangani resiko. Penyebabnya sering karena tempat yang mereka diami kawasan pesisir, tepian sungai, pegunungan, dan lokasi-lokasi terpencil. Di area-area perkotaan, banyak warga miskin menempati kawasan kumuh yang sangat rawan bahaya. Selain pendapatan dan aset yang rendah, warga miskin ini juga tidak memiliki transportasi yang memadai dan akses mereka untuk memperoleh informasi dan pelayanan sosial sangat terbatas. Di antara kelompok-kelompok yang paling rentan dalam menghadapi perubahan iklim adalah: Masyarakat pegunungan: Masyarakat pegunungan sejak lama terpapar berbagai jenis tekanan lingkungan, dan kini mereka harus beradaptasi dengan perubahan yang cepat dan tidak berkesudahan. Mereka bakal lebih sering menghadapi luapan sungai yang lebih besar, banjir akibat meluapnya danau es, kekeringan dan longsor. Masyarakat delta: Banyak orang menetap di wilayah delta karena tanahnya yang subur dan air berlimpah. Akan tetapi, kawasan dataran rendah yang memiliki air dalam jumlah besar memiliki banyak resiko serius, seperti genangan air laut, erosi tanah dan intrusi air laut ke air permukaan dan air tanah. Seluruh resiko ini diperburuk dengan kenaikan rata-rata permukaan laut. Masyarakat pulau: Negara-negara dan teritoriteritori pulau kecil sangat rentan terpapar genangan air laut, erosi tanah, intrusi air laut ke air permukaan dan air tanah, serta akibatakibat lainnya dari kenaikan permukaan laut yang mengancam infrastruktur, pemukiman dan mata pencaharian.

Dengan tinggal di kawasan pesisir, tepian sungai dan di pegunungan, kaum miskin memiliki opsi lebih sedikit untuk menangani resiko; di kawasan perkotaan, warga miskin kerap menempati kawasan kumuh yang sangat rawan bahaya.

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK

Suku-suku dan masyarakat asli: Karena mereka bergantung pada ekosistem yang sangat rentan, suku- suku dan masyarakat asli sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Mereka biasanya memiliki pemahaman mendalam tentang lingkungan sekitar mereka, sehingga mereka dapat beradaptasi secara mandiri, dan mengembangkan ketahanan. Namun, perubahan yang cepat dan besar-besaran bisa mengancam kelangsungan hidup kolektif mereka. Warga miskin: Kelompok yang paling terpukul di perkotaan adalah rumah tangga yang hidup di permukiman rapuh di area dataran rendah dan terpapar, dengan akses ke pelayanan mendasar seperti air, sanitasi, perawatan kesehatan, listrik dan suplai pangan yang hanya sedikit dan tidak menentu. Warga miskin di banyak kota sebagian besar bekerja sebagai buruh luar ruang yang tidak terlindung dari cuaca ekstrem, dan lebih banyak terpapar bencana yang dipicu iklim termasuk banjir. Di dalam kelompok ini, tingkat kerentanan berlainan berdasarkan demografi, fitur sosial dan ekonomi, termasuk jender, usia, dan status sosial; dan akses pelayanan sosial dan pengetahuan. Di antara seluruh kelompok, perempuan menghadapi resiko khusus, karena mereka kerap merupakan manajer sekaligus pengguna sumber daya alam dan pemberi perawatan utama. Dengan informasi yang sedikit dan hak serta suara terbatas dalam pembuatan keputusan, kaum perempuan tidak dapat menggunakan sepenuhnya keterampilan dan pengetahuan mereka tentang kondisi lokal, kesehatan masyarakat dan manajemen sumber daya ekologi. Kelompok ini dan kelompok-kelompok lain akan menghadapi ancaman-ancaman terhadap mata pencaharian mereka, khususnya kelompok-kelompok yang bergantung pada mata pencaharian yang sensitif akan perubahan iklim seperti pertanian dan perikanan. Pertanian akan terpengaruh oleh perubahan suhu, pengendapan, termasuk perubahan curah hujan yang mendadak, dan tingkat konsentrasi CO2. Kawasan Asia Selatan bisa menjadi wilayah yang bakal terpukul keras oleh perubahan ini, yang ditandai dengan penurunan hasil panen

untuk seluruh jenis hasil pertanian. Perikanan tidak hanya akan terpukul oleh perubahan suhu air, akan tetapi juga oleh pengendapan, salinitas, sirkulasi samudera, aliran sungai, ketinggian air laut dan danau, tutupan es dan lelehan danau es, serta frekuensi dan intensitas badai. Di samping mempengaruhi mata pencaharian, perubahan iklim dapat mengancam kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. Banyak dampak langsung perubahan iklim terhadap kesehatan menimbulkan kematian dan cedera yang disebabkan oleh bencana yang terkait iklim, terutama banjir, kekeringan, dan cuaca yang sangat buruk. Perubahan iklim dapat memicu penyakit yang ditimbulkan oleh makanan, air dan vektor, terutama demam berdarah, malaria, diare, dan kolera. Dan peningkatan tekanan panas akan sangat mempengaruhi anak-anak dan orang lanjut usia. Orang-orang di seluruh kawasan juga akan menderita jika perubahan iklim mengurangi produktivitas pertanian dan memperbesar ketidakamanan pangan dan malnutrisi, terutama pada anak-anak. Konsekuensi lanjutan dari perubahan iklim adalah migrasi. Sejauh ini, migrasi terjadi secara sementara dan musiman, dengan mengikuti siklus pertanian dan cuaca. Namun, perubahan iklim nantinya bisa mendorong migrasi pada skala yang sama sekali baru. Banyak orang akan berpindah jika tanah yang mereka diami tidak lagi mendukung mata pencaharian mereka, atau pada kasus yang sering terjadi, di negara-negara pulau kecil karena tanah mereka telah lenyap seluruhnya. Di Asia Timur, Tenggara dan Selatan, kenaikan permukaan laut 0,5-2 meter pada abad ini bisa mengusir 53 sampai 125 juta orang dari tempat tinggal mereka. Beberapa pulau di Pasifik seperti Carteret Island di Papua Nugini sudah mempertimbangkan untuk mengevakuasi warga mereka. Migrasi juga dapat meningkatkan ketegangan sosial karena sumber daya yang terbatas dan berkurang. Asia Pasifik yang telah dilanda berbagai konflik dan perubahan iklim bisa menghadapi peningkatan ancaman. Konflik itu sendiri juga dapat merusak lingkungan dan mengurangi sumber daya serta memperbesar siklus ketidakamanan. Meskipun sulit, menghadapi tantangantantangan perubahan iklim bisa merupakan

Industri menghasilkan dan menggunakan energi lebih besar. Sekitar 26 persen emisi gas rumah kaca berasal dari produksi industri.

Satu Planet Milik Bersama: Penjelasan Umum

Negara-negara harus menemukan langkah langkah lebih baik untuk menghasilkan energi dan menggunakannya dengan lebih efisien bukan hanya untuk pembangunan ekonomi akan tetapi juga untuk menghilangkan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan umat manusia.

satu-satunya jalan untuk mempertahankan hasil pembangunan manusia yang telah ada dan mencapai hasil-hasil yang baru. Begitu juga kepentingan moralnya, untuk menjamin kesetaraan akses terhadap sumber daya, baik untuk orang-orang yang hidup sekarang mau pun generasi berikutnya. Jalan ke sana telah ada, di antaranya memproduksi untuk masa mendatang, menyeimbangkan konsumsi, meningkatkan ketahanan desa dan membangun kota-kota yang lebih hijau. Salah satu langkah penting adalah memperluas energi yang bersih dan efisien ke semua orang, terutama pada orang-orang yang rentan. Mereka akan memperoleh manfaat paling besar dalam hal pembangunan manusia dan ketahanan yang lebih kuat terhadap perubahan- perubahan iklim.

Memproduksi untuk Masa Depan


Prospek perubahan iklim seharusnya mendorong banyak negara di seluruh dunia untuk mempertimbangkan ulang bagaimana mereka berproduksi bagaimana mereka memproduksi barang, meningkatkan pertanian dan peternakan, serta menghasilkan energi. Produksi industri merupakan perhatian utama bagi negara-negara berkembang di Asia Pasifik, karena industri menghasilkan dan menggunakan energi lebih besar. Sekitar 26 persen emisi gas rumah kaca berasal dari produksi industri. Namun, metode-metode pemantauan emisi yang telah ada memperhitungkan secara penuh rantai nilai produksi dan konsumsi yang dihubungkan melalui perdagangan internasional. Rantai ini memungkinkan negara-negara maju yang berkomitmen untuk mengurangi emisi memindahkan industriindustri mereka yang intensif karbon ke negaranegara yang tidak memiliki atau memiliki batas emisi rendah masalah kebocoran karbon. Alhasil, tingkat emisi di negara-negara dengan batas emisi rendah ini meningkat sementara hasilnya sebagian besar untuk negara-negara maju. Manfaat eksploitasi ekosistem umum atau kerusakan yang ditimbulkan pada lingkungan juga tidak diungkap dilema barang-barang publik klasik yakni berharga

tapi tidak dihitung; mahal tetapi tidak dikenai biaya. GDP setiap negara mengukur agak lebih banyak dibandingkan transaksi pasar, dan tidak menyertakan kontribusi layanan ekosistem. Hal ini biasanya dianggap sebagai gratis sekali pun mengganti barang-barang ini bakal membutuhkan investasi besar-besaran. Akibatnya, para produsen umumnya tidak perlu membayar penipisan sumber daya atau untuk emisi karbon atau pencemaran. Prioritas utama dalam perindahan menuju perhitungan lingkungan yang lebih baik adalah memperkuat sistem statistik untuk meningkatkan penelusuran emisi dan biaya sosial-lingkungan. Persoalan utama lainnya adalah transportasi. Proporsi emisi yang ditimbulkan dari pembakaran bahan bakar pada transportasi menunjukkan tren meningkat. Antara tahun 1990 dan 2008, jumlah total emisi karbon dioksida (CO2) dari pembakaran bahan bakar fosil dalam transportasi di Asia meningkat sekitar 161 persen, dibandingkan dengan ratarata dunia yang sebesar 44 persen. Negara-negara Asia Pasifik merencanakan langkah-langkah berpindah ke produksi yang lebih rendah karbon, menangani pertukaran sambil mempertimbangkan bagaimana mempertahankan pembangunan yang menjangkau warga miskin dan rentan. Banyak negara telah memulai produksi hijau, dan menyatakan komitmen mereka untuk melakukan aksi-aksi mitigasi yang sesuai dan diakui secara nasional. Cina, misalnya, telah berkomitmen untuk menurunkan emisi per unit GDP sekitar 40 sampai 45 persen pada 2020 dibandingkan tingkat emisi pada 2005. India juga telah berkomitmen untuk menurunkan emisi mereka per unit GDP sekitar 20 sampai 25 persen untuk periode yang sama.
Jalur Rendah Karbon dalam Produksi Industri

Dalam menghadapi perubahan iklim, negaranegara di Asia Pasifik harus mengubah metode produksi mereka. Terutama, mereka harus menemukan cara baru yang lebih baik untuk menghasilkan energi dan menggunakannya dengan lebih efisien. Ada banyak cakupan. Menurut satu perkiraan, pengerahan teknologi yang tersedia secara komersial dan langkahlangkah terbaik secara global bisa menghemat

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK

energi utama yang saat ini digunakan di dalam industri antara 18 sampai 26 persen. Industri yang menghasilkan volume GHC besar seperti industri besi dan baja, semen, bahan kimia, serta bubur kertas dan kertas, harus mampu melakukan kemajuan besar-besaran dan di saat yang sama memanfaatkan potensi penangkapan CO2 dan penyimpanan bawah tanah. Produksi hijau berarti menggunakan lebih banyak energi yang dapat diperbaharui dan teknologi rendah karbon dan di saat yang sama mengurangi konsumsi bahan bakar fosil. Untuk kepentingan ini, pemerintah di negaranegara berkembang harus memimpin dalam mendorong perubahan menuju penciptaan energi yang lebih bersih. Investasi sektor swasta harus mencari dan memacu inovasi, dan di saat yang sama mereka harus mengakui bahwa pasar baru dan efisiensi bisa diperoleh. Sementara itu, investor-investor penduduk sejahtera yang diwakili oleh lembaga-lembaga investasi bisa mendesak perusahaan-perusahaan untuk lebih bertanggung jawab, dan penduduk yang terinformasi lebih baik serta media bisa menjalankan peran pengawas. Banyak negara telah menunjukkan potensi untuk beralih ke jalur produksi rendah karbon. Di Jepang misalnya, Top Runner Programme mengharuskan perusahaan manufaktur dan importir untuk meningkatkan efisiensi energi barang-barang. Di Cina, perusahaan-perusahaan yang secara keseluruhan bertanggung jawab atas separuh penggunaan energi industri telah menandatangani kesepakatan untuk melakukan penghematan energi. Di Vietnam, perusahaanperusahaan kecil dan menengah di lima industri utama menerima dukungan teknis dan finansial untuk memasang teknologi yang efisien energi.
Peluang Lebih Hijau di Sektor Pertanian

mati. Beberapa di antaranya adalah konsekuensi dari pembalakan atau pembersihan lahan untuk penggembalaan. Akan tetapi penyebab utama deforestasi adalah pertanian, baik untuk tanaman pangan atau untuk tanaman keras seperti karet, tebu gula, kopi dan sawit. Seperti halnya pada industri, emisi dari aktivitas ini harus diorientasikan pada masyarakat pengonsumsi. Untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat, negara-negara Asia Pasifik harus meningkatkan hasil pertanian mereka dan di saat yang sama meminimalisasi emisi serta melindungi lingkungan alam. Ini menuntut perhatian pada pertanian yang dalam beberapa tahun terakhir relatif diabaikan. Memberikan insentif kepada para petani untuk mengurangi emisi karbon dari lahan dan deforestasi adalah salah satu prioritas. Prioritas lain adalah membantu para petani untuk melindungi diri mereka sendiri dari dampak buruk perubahan iklim dengan mengadaptasi praktik-praktik pertanian. Negara-negara di seluruh kawasan telah menunjukkan potensi pertanian yang lebih hijau. Opsi-opsi itu termasuk mengurangi produksi metana pada produksi beras dengan membanjiri sawah hanya selama beberapa hari; pertanian tanpa perladangan (zero-tillage) untuk mencegah pelepasan CO2 dari tanah; dan mengasingkan karbon dengan membakar residu pertanian pada suhu rendah sehingga menghasilkan biochar yang selanjutnya bisa dikubur di dalam tanah. Kini, semakin banyak negara mengakui nilai aforestasi dan reforestasi. Negara-negara lain telah menunjukkan potensi pertanian bebas bahan kimia, tanpa irigasi, dan organik.
Sumber-sumber Penghasil Energi yang Lebih Bersih

Asia Pasifik tidak hanya menghadapi peningkatan konsumsi dan limbah akan tetapi juga kekurangan konsumsi yang sangat kronis

Di Asia dan Pasifik, sekitar 30 persen emisi berasal dari pertanian, termasuk emisi dari peningkatan pertanian dan peternakan, perubahan pemakaian lahan dan deforestasi. Gas rumah kaca yang utama adalah oksida nitrit, khususnya dari penggunaan pupuk; metana dari hewan, dan produksi beras; dan CO2 yang terlepas ketika tanah dibajak. Sumber emisi CO2 lainnya adalah deforestasi ketika pohon-pohon dibakar, dipanen atau sebaliknya

Pada 2005, sekitar 28 persen emisi gas rumah kaca di negara-negara berkembang di Asia Pasifik berasal dari suplai energi. Secara keseluruhan, sekitar 85 persen energi utama kawasan ini berasal dari bahan bakar fosil, dalam bentuk batu bara, gas alam dan minyak proporsi yang tidak berubah banyak selama bertahun-tahun. Di seluruh Asia Pasifik, permintaan energi

Satu Planet Milik Bersama: Penjelasan Umum

Negara-negara di kawasan ini harus menyeimbangkan antara pemangkasan eksploitasi berlebihan sumber daya mereka dan peningkatan tanpa henti konsumsi layanan energi, air dan layanan sanitasi.

terus meningkat guna memenuhi defisit pembangunan. Sekitar satu dari empat orang di negara-negara berkembang tidak memiliki akses listrik. Juga terdapat disparitas akses yang besar di antara dan di dalam negara. Bahkan, rumah tangga dan usaha dengan koneksi listrik kerap mengalami fluktuasi dan pemadaman. Negara-negara membutuhkan energi lebih banyak bukan hanya untuk pembangunan ekonomi akan tetapi juga untuk menghilangkan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Sebagian besar negara-negara Asia Pasifik merupakan importir energi. Mereka dapat menggunakan energi ini dengan lebih efisien sambil mencari sumber-sumber alternatif. Untuk listrik, ini berarti berpindah dari batu bara ke gas alam, dan menggunakan lebih banyak sumber energi terbarukan. Termasuk energi biomasa, matahari, angin, hidro dan geothermal. Perubahan-perubahan ini akan terjadi dengan cepat, karena sebagian besar investasi dalam infrastruktur energi baru biasanya dikunci selama 40 sampai 50 tahun. Banyak negara menggunakan sumber energi yang dapat diperbaharui secara besarbesaran. Nepal dan Selandia Baru misalnya, lebih dari 60 persen produksi listrik mereka dihasilkan dari tenaga air (hydropower) dan sumber-sumber yang dapat diperbaharui lainnya. Namun pemerintahan di seluruh kawasan ini telah melakukan langkah-langkah untuk mempromosikan penggunaan energi terbarukan, misalnya, dengan mewajibkan pengguna untuk membeli energi terbarukan dan mengadopsi tarif penggunaan. Indonesia telah memperkenalkan langkah-langkah ini untuk pembangkit listrik skala kecil yang terbarukan. Thailand juga telah menggunakan insentif-insentif ini untuk produsen listrik kecil yang menggunakan biomasa dan sumbersumber energi terbarukan lainnya. Singapura telah menawarkan harga jaminan untuk listrik berdasarkan limbah kota. Penggunaan teknologi-teknologi baru bisa juga dipercepat dengan kerjasama UtaraSelatan dan Selatan-Selatan. Misalnya, menurut rencana aksi energi terbarukan Pemerintah Vietnam, para pakar negeri itu telah mengembangkan tiga jenis baru generator hidrolistrik mikro yang cocok untuk area-area terpencil dengan aliran air yang sangat deras.

Langkah ini termasuk populer di negara-negara Asia seperti Nepal, Papua Nugini dan Filipina. Sektor energi telah menjadi salah satu penerima manfaat utama Mekanisme Pembangunan Bersih Protokol Kyoto (CDM). Vietnam misalnya, telah memiliki 34 proyek CDM yang terdaftar. Namun CDM juga menerima banyak kritik, termasuk efektifitasnya dalam transfer teknologi ke negara-negara berkembang. Juga penting untuk memastikan dilakukan penilaian yang objektif tentang manfaat CDM serta lebih membukanya bagi negara-negara kurang maju.

Konsumsi yang Adil dan Seimbang


Asia Pasifik telah menjadi dinamo bagi pertumbuhan ekonomi dunia dan pasar konsumen yang sangat luas, akan tetapi sangat tidak merata. Kawasan ini tidak hanya menghadapi peningkatan konsumsi dan limbah akan tetapi juga kekurangan konsumsi yang sangat kronis; hampir seperempat penduduk kawasan ini hidup sangat miskin, dengan PPP $1,25 atau kurang per hari. Di kawasan ini pula, jumlah penduduk yang tidak menikmati listrik dan bahan bakar modern untuk memasak adalah yang terbesar di dunia. Sebagian orang mengonsumsi sangat sedikit di 17 negara, 10 persen atau lebih penduduknya hidup dengan bahan makanan yang tidak memadai. Sebagian orang lainnya menginginkan gaya hidup konsumsi tinggi kelas konsumen global. Sementara jutaan orang masih hidup dalam kemiskinan, kekurangan banyak sumber daya dasar, pertumbuhan ekonomi telah berubah menjadi pengeluaran rumah tangga yang lebih besar secara keseluruhan. Antara dekade 19901999 dan 2000-2009, pengeluaran rumah tangga global per kapita meningkat sekitar 18 persen, sementara di sejumlah negara Asia jumlah ini meningkat lebih cepat sekitar 48 persen di Kamboja misalnya, dan 92 persen di Cina. Pada saat yang sama, kesenjangan juga meningkat. Ini tidak berarti bahwa kaum kaya semakin kaya dan kaum miskin semakin miskin dengan lebih cepat, sementara kaum miskin kehilangan sebagian besar peningkatan kesejahteraan ini. Pengalaman global menunjukkan bahwa rata-rata ketika pendapatan per kapita

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK

meningkat emisi karbon cenderung meningkat. Peningkatan skala pendapatan kelompokkelompok negara, peningkatan paling tajam adalah antara kategori pendapatan menengah dan tinggi, antara 1990 dan 2008 kelas menengah meningkat dari 21 menjadi 56 persen penduduk kawasan. Peningkatan pendapatan telah melonjakkan permintaan akan makanan olahan, air, transportasi, energi, perumahan dan berbagai barang konsumsi. Salah satu tanda paling jelas adalah pertumbuhan jumlah mobil. Antara 1999 dan 2009, produksi mobil di India meningkat rata-rata 15 persen setiap tahun, dan di Cina 36 persen. Pada 2020, Cina diperkirakan memiliki hampir 225 juta mobil yang lalu lalang di jalan-jalan; dan pada 2050, India bisa memiliki 811 juta. Peningkatan ini akan memiliki implikasi terhadap emisi. Ketika pendapatan kelas menengah bertambah, mereka juga mengubah makanan. Seiring dengan pilihan yang lebih luas dan pengaruh iklan, rumah tangga di negara-negara Asia Pasifik yang tengah berkembang, terutama pada orang-orang muda, makan lebih banyak, khususnya produk-produk daging dan susu serta makanan olahan dan minuman. Transisi bahan makanan termasuk lebih menyukai daging. Ini berdampak pada perubahan iklim karena hewan ternak merupakan kontributor besar emisi global. Dengan demikian, negara-negara di kawasan ini harus menyeimbangkan antara pemangkasan eksploitasi berlebih sumber daya mereka dan peningkatan tanpa henti konsumsi layanan energi, pangan yang lebih baik, air dan layanan sanitasi yang dapat membuat masyarakat miskin menjadi lebih tahan. Kawasan ini juga harus memandang ke depan. Pembangunan manusia melibatkan pemekaran pilihan bagi semua, termasuk generasi berikutnya.
Energi untuk Ketahanan

meningkatkan akses layanan energi modern yang tidak hanya terjangkau akan tetapi juga lebih bersih. Akses ke energi sangat penting misalnya dari seluruh orang di pedesaan di dunia yang kekurangan bahan bakar modern untuk memasak, 63 persen berasal dari Asia Pasifik. Memperluas energi lebih bersih bagi warga miskin mendukung penanganan emisi yang lebih baik dalam proses pengembangan ketahanan energi. Hal ini juga penting untuk adaptasi, membantu masyarakat yang rentan membangun ketahanan, mendiversifikasi dan mengamankan mata pencaharian mereka, dan memperoleh perawatan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas. Saat ini, sebagian besar perdebatan tentang energi tetap pada persoalan peningkatan konsumsi dan emisi yang terkait. Pembahasan menangani kemungkinan pertukaran antara emisi dan pertumbuhan, dengan sedikit pengakuan terhadap kekurangan konsumsi dan sentralitas akses ke layanan energi dalam meningkatkan pembangunan manusia, membangun ketahanan dan membantu masyarakat beradaptasi. Meski banyak yang masih harus dilakukan, banyak negara telah menunjukkan hal-hal yang mungkin. Di Vietnam, misalnya, antara 1986 dan 2009, akses ke listrik tumbuh dari 10 menjadi 97 persen sehingga kini hampir seluruh rumah tangga telah terhubung ke jaringan listrik.
Berpindah ke Teknologi yang Efisien Energi

Sementara banyak orang mengubah perlaku mereka untuk memainkan peran dalam mengurangi emisi, sebagian besar orang akan bertindak jika terdapat cobenefit

Penanganan level kekurangan konsumsi dasar, seperti pangan yang tidak cukup, air, perlindungan, transportasi dan layanan dasar, saat ini harus diprioritaskan sehingga masyarakat dapat meningkatkan pembangunan manusia mereka serta siap menghadapi tantangan-tantangan tambahan perubahan iklim. Bagian penting dari agenda ini adalah

Asia Pasifik menghadirkan gaya hidup yang sangat beragam. Sementara warga miskin harus meningkatkan tingkat konsumsi mereka, kelas menengah dan warga kaya harus mengarahkan gaya hidup mereka menuju jalur yang lebih rendah karbon. Seluruh negara, kaya atau miskin, harus mempertimbangkan cara untuk menangani emisi dengan lebih baik, sebagai bagian dari proses adaptasi terhadap perubahan iklim dan mendukung kelompok-kelompok yang kurang beruntung dalam meningkatkan pembangunan manusia mereka. Untuk negaranegara berkembang, langkah ini melibatkan produksi dan konsumsi lebih banyak akan tetapi secara berlainan, mengakui batasbatas sumber daya yang jarang dan ekosistem yang rapuh. Untunglah, negara-negara

Satu Planet Milik Bersama: Penjelasan Umum

Masyarakat desa juga nampaknya akan lebih berketahanan jika mereka memiliki mata pencaharian yang lebih beragam.

ini tidak harus secara otomatis mengikuti jalur yang telah dilalui negara-negara kaya: pertumbuhan dahulu pembersihan belakangan. Sebaliknya, mereka bisa memilih jalur yang memperhitungkan sumber daya alami yang tidak terbatas seperti berpindah ke teknologi yang lebih efisien energi. Pemerintah dapat membantu dengan memfasilitasi akses ke teknologi yang lebih bersih melalui kemitraan internasional, dan menyediakan kerangka kerja pengaturan bersama dengan tindakan-tindakan dan insentif-insentif fiskal yang mempengaruhi perilaku sektor swasta dan konsumen. Cina, misalnya, telah memulai Green Lighting Programme berdasarkan pada lampu fluoresen kompak. Karena lampu ini telah digunakan terutama oleh konsumen kota yang kaya, pada 2008 pemerintah mulai mensubsidi lampu fluoresen kompak sehingga lebih terjangkau.
Orientasi Ulang Gaya Hidup

dari realitas lokal tersebut bisa memberikan kesempatan bagi pengetahuan ilmiah untuk memacu sejumlah pilihan yang ramah iklim dalam kehidupan sehari-hari.
Memberikan Manfaat Tambahan

Selain menggunakan teknologi yang lebih efisien, konsumen harus dibantu untuk membuat pilihan yang lebih terinformasi dan hijau. Pemerintahan-pemerintahan lokal, masyarakat sipil dan organisasi konsumen dapat membantu hal ini dengan menyediakan informasi tentang emisi karbon pada produkproduk dan layanan serta peluang-peluang gaya hidup yang berkesinambungan. Prakarsa pelabelan karbon, misalnya, bisa membantu konsumen untuk melakukan pembelian yang lebih hijau. Namun untuk produk-produk yang diekspor dari negara-negara berkembang ke negara-negara maju, kekurangan pelabelan tersebut tidak boleh menjadi alasan bagi hambatan-hambatan perdagangan yang bisa berdampak negatif terhadap mata pencaharian, khususnya untuk warga miskin. Nilai-nilai yang menekankan kesinambungan di Asia juga menyediakan peluang bagi perubahan perilaku, dan membawa bibit yang bisa membentuk pilihan konsumen. Ini berbenturan dengan nilainilai konsumerisme yang saat ini meningkat. Misalnya, konsep-konsep seperti jalan tengah dan ide-ide baru seperti ekonomi berkecukupan dari Thailand menyediakan titik-titik entri. Nilai-nilai yang diambil

Sementara banyak orang mengubah perilaku mereka untuk turut berperan dalam mengurangi emisi, sebagian besar lainnya akan bertindak demikian karena terdapat manfaat tambahan seperti air yang lebih bersih dan udara yang lebih jernih. Tindakan untuk berpindah dari transportasi pribadi ke transportasi umum akan memangkas emisi dan mengurangi kepadatan lalu lintas. Manfaat sampingan lainnya adalah penghematan biaya misalnya, penggunaan lampu CFL yang lebih banyak bisa menghemat biaya dan secara bersamaan menurunkan emisi. Namun manfaat tambahan tersebut tidak selalu ada. Sering terjadi, harus dilakukan pertukaran, yang mengharuskan beberapa kelompok menyerahkan privilese mereka untuk kepentingan bersama. Ini dapat terjadi misalnya, dengan pengenaan pajak bagi konsumen energi tinggi seperti mobil-mobil besar atau pembatasan konsumsi energi. Negara-negara di seluruh kawasan Asia Pasifik sudah memiliki pengalaman yang bisa berguna untuk dibagikan. Singapura, misalnya, telah memulai sistem untuk mengelola transportasi, dan di Republik Korea beberapa rumah dan perusahaan menerima insentif jika mengurangi konsumsi listrik dan air. Kampanye-kampanye perubahan perilaku bisa menjadi sangat kuat jika dipelopori oleh kaum muda dan anak-anak yang lebih suka melakukan sendiri aksi itu dengan menghemat listrik dan mengurangi limbah. Vietnam misalnya memiliki gerakan pemuda hijau 3R yang mempromosikan prinsip-prinsip reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali) dan recycle (mendaurulang).
Menghitung Emisi dengan Konsumsi

Kemajuan dalam pembangunan manusia memperluas pilihan; kemajuan juga membuat orang-orang mengonsumsi lebih banyak. Ketika pendapatan di negara-negara berkembang meningkat, penelusuran gas rumah kaca adalah

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK

penting tidak hanya melalui produksi tetapi juga melalui konsumsi. Para periset independen bisa mengembangkan norma-norma untuk emisi di sepanjang siklus kehidupan produk dan layanan. Ini akan berkontribusi terhadap prakarsa pelabelan karbon dan membantu konsumen-konsumen kaya membuat pilihanpilihan pembelian yang lebih hijau.

Peningkatan Ketahanan Pedesaan


Di Asia dan Pasifik, sekitar 60 presen orang, dan tiga perempat warga sangat miskin tinggal di area perdesaan. Area pedesaan berperan penting di Asia dan Pasifik sebagai kawasan karbon dan pemasok pangan untuk kawasan yang berkembang cepat ini. Lebih dari separuh penduduk yang aktif secara ekonomi dan tanggungan mereka di kawasan ini-berjumlah 2,2 miliar orang-bekerja di bidang pertanian, perikanan atau kehutanan. Akan tetapi investasi yang jauh lebih besar di bidang infrastruktur, institusi, dan kapasitas dibutuhkan untuk memastikan warga miskin pedesaan akan memperoleh ketahanan dalam menghadapi perubahan iklim. Gangguan besar-besaran pada masyarakat pedesaan bisa berasal dari suhu tinggi atau konsentrasi gas rumah kaca. Peristiwa-peristiwa iklim yang sangat buruk bisa menghancurkan pertanian, mengurangi peluang pekerjaan, meningkatkan harga pangan dan menghancurkan properti. Peristiwa-peristiwa tersebut juga dapat menimbulkan kematian, cedera dan penyakit dan menimpakan beban tambahan pada rumah tangga miskin yang tidak memiliki asuransi dan jaring pengaman. Guncangan-guncangan iklim yang berulang akan meningkatkan kesenjangan dan memicu laju penurunan yang sangat kuat pada pembangunan manusia. Pemerintahan di kawasan ini mengakui resiko tersebut, akan tetapi harus membangun skenario-skenario baru ini ke dalam program untuk mengurangi kemiskinan di pedesaan. Saat ini, masyarakat pedesaan tidak mendapat banyak dukungan dana atau pelayanan; misalnya, mereka kesulitan untuk memasarkan barang-barang jika tidak memiliki jalan tahan cuaca dan sering tidak memiliki pengetahuan yang handal dan akurat mengenai persoalanpersoalan yang terkait iklim. Di negara-negara

lebih besar, pemerintahannya jarang yang mampu menjangkau masyarakat pedesaan dan pulau-pulau yang paling miskin. Dan di beberapa negara, masyarakat di pulau-pulau luar yang terpencil jarang menerima kunjungan pejabat, sehingga mereka tidak mengetahui kebijakan pemerintah mengenai perubahan iklim. Pada akhirnya, cara terbaik untuk membuat kaum perempuan dan laki-laki pedesaan lebih tahan terhadap perubahan iklim adalah melalui pembangunan desa yang lebih berketahanan dan inklusif. Masyarakat yang berpendidikan baik dan memiliki sumber-sumber pendapatan yang dapat diandalkan serta kesetaraan hak akan berada pada posisi yang jauh lebih kuat untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhankebutuhan baru. Mereka dapat bekerja secara efektif dengan pemerintah daerah untuk mencapai adaptasi yang strategis dan terencana, dan menjadi bagian koordinasi yang lebih besar untuk mengelola kebutuhan akan sumbersumber yang langka di antara wilayah desa dan kota. Mengenali nilai manajemen ekosistem desa yang berketahanan akan menjadi sebuah kesempatan untuk menyesuaikan keseimbangan yang berpihak pada pembangunan desa. Masyarakat desa juga nampaknya akan lebih berketahanan jika mereka memiliki mata pencaharian yang lebih beragam. Secara tradisi, mereka telah terdiversifikasi dari pertanian untuk menyambung hidup dengan membudidayakan kebun sayuran untuk kebutuhan rumah tangga, membesarkan beberapa ternak atau membuka toko-toko kecil. Tetapi mereka juga dapat mengadopsi praktik-praktik pertanian yang lebih modern sebagaimana pula industriindustri pedesaan, kerajinan tangan atau-di beberapa wilayah-wisata lingkungan. Untuk ini mereka akan membutuhkan pasar-pasar dan kesempatan-kesempatan ekonomi yang lebih baik yang tahan terhadap iklim, begitu pula halnya dengan layanan publik dan infrastruktur yang lebih kuat. Strategi-strategi ini harus memperhatikan secara khusus kesetaraan jender; perubahan iklim mempengaruhi kaum perempuan dan laki-laki secara berbeda, dan keahlian dan kebutuhan mereka juga berbeda. Perempuan tetap lebih bergantung pada pertanian dibanding kaum laki-laki, yang telah bergeser dalam proporsi yang lebih besar ke

Kawasan Asia Pasifik memiliki beberapa kota terbesar dan paling dinamis di dunia, yang harus berurusan baik dengan penyebab maupun konsekuensi perubahan iklim.

Satu Planet Milik Bersama: Penjelasan Umum

pekerjaan-pekerjaan non-pertanian. Meskipun kesenjangan jender dalam pendidikan dasar mulai berkurang, perempuan cenderung untuk menerima pendidikan lanjutan dan pelatihan keahlian kejuruan yang lebih sedikit, khususnya di Asia Selatan, dimana tradisi menghalangi mereka untuk mengejar mata pencaharian yang tidak terlalu bergantung pada sumber-sumber alam. Perempuan juga nampaknya lebih kurang terjangkau oleh layanan-layanan penyuluhan dibanding laki-laki untuk meningkatkan ketahanan mata pencaharian pertanian.
Menghubungkan Otonomi dengan Adaptasi Terencana

Pemerintah kota juga dapat mendorong penggunaan energi yang ramah iklim, transportasi yang lebih efisien, bangunanbangunan yang lebih hijau dan manajemen sampah yang lebih baik.

Ketika sampai kepada adaptasi, masyarakat desa tidak memulainya sejak awal mula. Mereka mungkin memiliki sedikit akses kepada informasi mengenai ilmu pengetahuan iklim, dan cenderung untuk bereaksi terhadap masalah-masalah yang langsung dihadapi ketimbang mengantisipasi perubahan di masa mendatang. Meski pun demikian, mereka memiliki sejumlah satuan strategi yang luas untuk menghadapi keanekaragaman iklim; beberapa telah terlibat lintas generasi dan abad, yang lainnya berkembang baru-baru ini sebagai tanggapan terhadap tekanan-tekanan iklim yang baru. Hal ini mencakup pengendalian atas penebangan pohon, diversifikasi dengan tanaman-tanaman yang lebih tahan dan penyesuaian kembali metode-metode dan pemilihan waktu tanam untuk mengatasi situasi-situasi yang baru. Masyarakat yang terberdayakan dapat bekerja secara efektif dengan pemerintah daerah untuk mencapai adaptasi yang lebih strategis dan terencana. Pembangunan dalam hal pengetahuan setempat dapat lebih efektif daripada pengenalan secara lengkap praktikpraktik baru yang dapat memaksa kelompok masyarakat miskin ke dalam transisi beresiko tinggi. Pemerintah harus dapat memperkuat pengalaman masa lalu dengan mengembangkan badan informasi ilmiah. Sebagaimana halnya dengan menyelamatkan kehidupan, adalah juga penting untuk melindungi aset-aset. Kelompok masyarakat miskin pedesaan seringkali tinggal di rumahrumah yang berada di bawah standar dan di

lokasi-lokasi berbahaya. Di wilayah-wilayah desa, dimana stuktur-struktur lebih kecil dan sederhana, standar-standar yang lebih baik seringkali dapat dicapai dengan perancangan kembali dan penyesuaian ulang. Akan tetapi, hal ini juga akan membutuhkan perencanaan yang lebih baik untuk meminimalisasi pemukiman baru di lokasi-lokasi beresiko tinggi, seperti tempat-tempat rawan banjir. Beberapa dari pilihan-pilihan untuk adaptasi ini akan menjadi inisiatif-inisiatif yang tidak akan disesali: mereka akan membayar kondisi saat ini dan bahkan membawa hasil yang lebih tinggi terkait perubahan iklim. Pemerintah juga dapat memperkuat respon lokal terhadap bencana. Karena bantuan dari luar bisa saja terlambat tiba, masyarakat desa juga dapat didorong untuk menolong diri mereka sendiri. Untuk memungkinkan mereka agar dapat melakukan hal tersebut secara lebih efektif, mereka akan memerlukan perencanaan penilaian kerentanan dan resiko berbasis masyarakat yang lebih baik, dan juga dukungan finansial. Oleh karena itu, program-program manajemen resiko bencana berbasis masyarakat merupakan suatu titik masuk penting untuk adaptasi perubahan iklim, yang membawa keuntungan langsung bagi masyarakat yang sudah rawan bencana. Masyarakat desa juga dapat memanfaatkan keterlibatan sektor swasta. Misalnya, perusahaan-perusahaan dapat menolong pemilik-pemilik usaha skala kecil untuk dapat memperoleh irigasi dan teknologiteknologi lainnya yang akan membantu mereka mengatasi curah hujan yang tidak dapat diandalkan. Mereka juga dapat merencanakan produk-produk asuransi adaptasi finansial dan iklim untuk kelompok masyarakat miskin dan mengembangkan perangkat-perangkat untuk manajemen resiko, perencanaan skenario dan kewaspadaan bencana. Di beberapa negara, adaptasi terencana sudah mulai berjalan, berdasarkan pada proses nasional seperti Program Adaptasi Nasional Aksi dan Komunikasi Nasional di bawah kerangka kerja UNFCCC, manajemen bencana kawasan dan peta jalan adaptasi, sebagaimana juga strategistrategi dan kebijakan-kebijakan serta rencanarencana aksi nasional. Hal tersebut sebagian besar telah terkonsentrasi pada penilaian

10

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK

potensi dampak dan resiko perubahan iklim pada tingkat nasional, memberi perhatian yang relatif kecil untuk mendukung kebutuhankebutuhan khusus lembaga-lembaga lokal di wilayah-wilayah desa.
Keputusan Sulit

atau dana bantuan berbasis kinerja dan menggunakannya untuk memberikan insentif bagi keluarga atau bisnis-bisnis untuk investasi yang cerdas dan bertanggung jawab-misalnya untuk infrastruktur tahan iklim, atau untuk peningkatan rumah yang berkontribusi pada penurunan risiko rumah tangga.

Perubahan iklim membuka banyak ketidakpastian dan akan membutuhkan keputusan-keputusan yang sulit. Para pembuat kebijakan harus menilai proposal-proposal mereka secara hati-hati, melihat pada potensipotensi trade-off dan dampaknya pada kelompokkelompok rentan yang berbeda. Misalnya, mereka harus waspada bahwa beberapa strategi adaptasi dapat membuat tantangantantangan lain - meningkatkan emisi gas rumah kaca misalnya, atau membebani secara tidak proporsional kelompok yang paling rentan, atau membatasi pilihan yang tersedia bagi generasi mendatang. Meski pun satu kelompok mendapatkan keuntungan dari suatu tindakan tertentu, yang lain mungkin akan dirugikan. Sebagai contoh, beberapa pemerintah di kawasan yang bermaksud untuk meningkatkan pasokan energi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil telah membangun bendungan hidropower. Proyek berskala besar ini tidak hanya dapat menelantarkan jutaan penduduk desa, tetapi juga mengubah ekosistem sungai, sehingga mengikis mata pencaharian penduduk yang tinggal di hilir dan mengurangi ketahanan mereka terhadap perubahan iklim. Adaptasi seringkali membutuhkan investasi jangka panjang-khususnya dalam pembuatan infrastruktur desa seperti jalan yang lebih tahan terhadap iklim. Negara-negara yang lebih miskin, sebagaimana halnya rumah tangga dan individu yang lebih miskin, akan berjuang untuk menemukan sumber dana untuk investasi saat ini untuk apa yang mungkin menjadi suatu keuntungan jangka panjang. Dana dapat berasal dari berbagai sumber. Para menteri di kawasan tersebut telah merekomendasikan bahwa 5 persen anggaran pemerintah daerah harus dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan manajemen resiko bencana yang sensitif iklim di tingkat otoritas lokal dan masyarakat. Pemerintah daerah juga dapat memperoleh dana bantuan tambahan

PEMBANGUNAN KOTA YANG LEBIH HIJAU


Kawasan Asia Pasifik memiliki beberapa kota terbesar dan paling dinamis di dunia, yang harus berurusan baik dengan penyebab maupun konsekuensi perubahan iklim. Di sisi lain, juga dengan kota-kota yang menghasilkan gas rumah kaca dengan jumlah besar, utamanya melalui konsumsi energi dan transportasi lokal. Di waktu yang bersamaan mereka rentan terhadap efek perubahan iklim, termasuk banjir, gelombang panas berlebihan dan kerusakan aset ekonomis utama. Dalam suatu kondisi iklim yang berubah, banyak kota-kota di pesisir pantai lebih terekspos pada gelombang badai, kota-kota yang berada di sepanjang sungai-sungai besar terbanjiri oleh banjir yang mungkin berasal dari wilayah yang berjarak ratusan kilometer jauhnya. Hal yang paling sensitif dari kesemuanya adalah kelompok masyarakat miskin perkotaan. Kotakota di Asia cenderung memiliki populasi yang padat, dan memiliki proporsi tinggi penduduk yang tinggal di daerah kumuh dan kota gubuk yang menempati wilayah pinggiran di wilayah rawan banjir sepanjang sungai atau bahkan secara langsung di saluran air, atau di bantaran yang curam dan tidak stabil. Kota-kota tersebut juga rentan oleh sifat sistem mereka yang rumit. Kepadatan, jaringan komunikasi yang interaktif, energi, transportasi dan perdagangan membuat kota rawan terhadap gangguan yang tiba-tiba dalam pasokan listrik misalnya, atau makanan. Kegagalan pada satu sistem nampaknya akan memiliki efek penghentian terhadap beberapa sistem lainnya. Kejadian-kejadian iklim yang parah juga dapat merusak infrastruktur kunci yang vital bagi kegiatan-kegiatan ekonomi yang menguntungkan seperti pariwisata, termasuk bandar udara, pelabuhan dan jalan, dengan hilangnya pendapatan dan pekerjaan terkait. Perubahan iklim yang mengakibatkan

Meskipun konsensus global dalam hal arahan umum cukup penting, sektor swasta, kotapraja, masyarakat madani dan individuindividu dapat telah mengambil suatu kesatuan langkah yang mempercepat perubahan

Satu Planet Milik Bersama: Penjelasan Umum

11

kekeringan atau banjir akan mengakibatkan sistem sanitasi berada pada tekanan berikutnya, mengorbankan kesehatan dan meningkatkan resiko penyakit-penyakit yang berasal dari air. Penduduk kota juga terdampak secara khusus jika perubahan iklim meningkatkan temperatur udara atau menimbulkan gelombang panas yang semakin sering. Aktivitas-aktivitas perkotaan mengkonsumsi energi dan menimbulkan panas, yang kebanyakan tersimpan dalam beton dan aspal: efek pulau panas kota. Semua penduduk kota mengalami hal ini hingga taraf tertentu, akan tetapi kelompok masyarakat miskin yang bekerja secara khusus rentan baik karena mereka menghabiskan hari-hari mereka bekerja di luar ruangan atau bekerja di dalam ruangan tanpa kipas angin atau penyejuk udara.
Emisi Gas Rumah Kaca Kota

Karena wilayah kumuh tidak banyak memiliki layanan yang efektif untuk pengumpulan sampah, sampah menumpuk di kanal-kanal, sepanjang jalan raya atau di selokan-selokan terbuka, yang berdampak pada kesehatan masyarakat.
Adaptasi Kota Dinamis

Sebagaimana halnya menderita pengaruh perubahan iklim, kota sendiri juga menambah pemanasan global sebagai penghasil utama gas rumah kaca. Meski data tingkat emisi tidak tersedia bagi kebanyakan kota, berdasarkan perkiraan, secara global kota menempati hanya 2 persen lahan, akan tetapi berkontribusi lebih dari dua per tiga gas rumah kaca, terutama melalui transportasi dan pemakaian listrik. Sekitar sepertiga emisi berasal dari transportasi. Ini mencakup mobil-mobil pribadi, sepeda motor, angkutan jalan raya dan kendaraan umum. Sejumlah kota di Asia saat ini memiliki sistem kereta metro yang berfungsi baik, akan tetapi banyak penduduk kota tetap bergantung pada bus, yang seringkali tidak terawat dengan baik dan dapat berkontribusi secara signifikan baik pada emisi gas rumah kaca maupun polusi udara. Seiring dengan peningkatan pendapatan dan lebih banyak orang membeli mobil, emisi akan meningkat lebih cepat lagi. Dengan peningkatan kemakmuran, kotakota Asia Pasifik menghasilkan peningkatan volume limbah padat, yang biasanya mereka bakar atau timbun di dalam tanah. Kebanyakan dari limbah ini dihasilkan dari rumah tangga yang lebih kaya. Masyarakat miskin juga menghasilkan limbah, tetapi dalam skala yang lebih kecil, dan mereka lebih cenderung untuk menggunakan kembali dan mendaur ulang.

Perkotaan adalah pusat kedinamisan melalui inovasi dan investasi, dan dapat belajar untuk menavigasikan jalan yang lebih baru dan efisien karbon serta beradaptasi dengan dunia yang lebih hangat. Akan tetapi relatif sedikit pemerintah kota yang mengapresiasi implikasi penuh perubahan iklim, bahkan jika mereka melakukannya, mereka mungkin tidak memiliki kerangka kerja institusional, kemampuan teknis atau perencanaan tata laksana untuk dapat merespon secara memadai. Kemudian akan ada pertanyaan mengenai biaya. Tidak semua kotapraja memiliki basis pendapatan lokal yang kuat, dan biasanya sistem desentralisasi nasional menyerahkan tanggung jawab kepada pemerintahan kota tanpa mentransfer sumbersumber atau otoritas fiskal yang sepadan. Untungnya, di antara para pemimpin kota yang terpilih melalui pilkada di kawasan yang seringkali sangat memiliki otonomi, telah mengambil inisiatif-inisiatif positif. Dari sudut pandang pembangunan manusia, tugas utama mereka adalah untuk melindungi penduduk yang paling miskin, membantu orang-orang untuk memperoleh pendapatan dan perumahan yang lebih baik, dan menyediakan perlindungan sosial yang cukup, sambil menyertakan secara penuh baik suara laki-laki maupun perempuan dalam pengambilan keputusan. Pada saat yang bersamaan, kelompok masyarakat miskin dapat melindungi diri mereka dengan lebih baik dari bencana iklim perkotaan bahkan dengan sedikit perbaikan pada rumah-rumah mereka dan dengan menjadikan penggunaan program asuransi yang terkait dengan bencana-bencana iklilm
Pencarian Jalan yang Efisien Karbon

Perkotaan juga harus memiliki keahlian dan kemampuan untuk mengadopsi jalan yang lebih efisien karbon. Di wilayah Asia dan

12

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK

Pasifik, lembaga-lembaga pemerintahan kota mulai bekerja sama dengan penduduk dalam usaha mengurangi gas rumah kaca. Mengerjakan hal ini dalam skala besar akan melibatkan perubahan kebiasaan dalam jangka yang lebih panjang. Hingga saat tersebut, strategi harus difokuskan pada inisiatif-inisiatif yang membawa keuntungan langsung dengan meningkatkan kualitas kehidupan perkotaanmelalui polusi yang lebih sedikit misalnya, atau pengurangan kemacetan lalu lintas, atau dengan pembangunan ruang kota yang lebih nyaman. Pemerintah kota juga dapat mendorong penggunaan energi yang ramah iklim, transportasi yang lebih efisien, bangunanbangunan yang lebih hijau dan manajemen sampah yang lebih baik. Pendanaan untuk kegiatan-kegiatan ini dapat berasal dari anggaran kota dan sistem pembayaran pengguna. Kota juga dapat mempertimbangkan mekanismemekanisme berbasis pasar yang inovatif dan memperkuat kerjasama hijau dengan sektor swasta. Lembaga-lembaga donor asing dapat menyediakan dana untuk melengkapi sumbersumber nasional dan daerah. Pengetahuan tidak dapat membenarkantidak hanya pengetahuan mengenai perubahan iklim tetapi juga mengenai pilihan-pilihan untuk mengelolanya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Dengan banyaknya kelompok yang berkepentingan dengan taruhan di dalam status quo, membangun kesadaran berdasarkan akses kepada informasi yang akurat sangat penting. Kota-kota dapat juga mengambil keuntungan dengan berbagi pengetahuan dan bekerjasama secara lebih luas melintasi batas. Secara internasional, mereka dapat berbagi pengalaman melalui inisiatifinisiatif Local Government for Sustainability (ICLEI), the Asian Cities Climate Change Resilience Network (ACCCRN), the Cities and Climate Change Initiative (CCCI), dan C40 Climate Leadership Group. Kesemuanya, sebagaimana juga program-program kota kembar, dapat memungkinkan kerjasama Selatan-Selatan untuk bertukar pengetahuan dan teknologi serta mengembangkan posisi advokasi. Kota-kota dapat mengambil keuntungan dari pengalamanpengalaman LSM lokal, nasional dan internasional yang berhubungan sebagaimana

juga organisasi-organisasi penelitian dan memerankannya untuk mengubah pelaksanaan pembangunan kota dan bergerak di dalam arah yang lebih hijau, dan rendah-karbon.

PERENCANAAN UNTUK BUMI


Dunia tidak dapat memutar balik waktu atau memiliki tujuan yang tidak realistis untuk emisi nol. Masyarakat perlu untuk berfokus untuk menurunkan emisi bumi, dan lebih pada pengelolaan emisi untuk kemanusiaan agar dapat bertahan dan berkembang dari generasi ke generasi melalui perubahan yang tidak dapat dihindari. Ini memerlukan bukan hanya energi yang bersih tetapi juga akses yang setara kepada energi, bukan hanya memelihara pepohonan tetapi juga mengamankan mata pencaharian, tidak membatasi mobilitas tetapi memungkinkan transportasi untuk semua. Pemikiran kembali hal yang mendasar perlu dilakukan, berdasarkan pengakuan bersama bahwa sumber-sumber alam bumi adalah tidak gratis atau tidak dapat habis. Untuk semua negara, pengelolaan pembangunan yang berbeda akan memerlukan wacana yang terbuka dan jujur, termasuk pengidentifikasian rintangan terhadap perubahan. Beberapa penghambat adalah: Ketidaksepadanan Kelembagaan: Unit dasar tata laksana tetap merupakan negara-bangsa, meski pun perubahan iklim tidak berbatas. Kendali domestik atas perubahan iklim juga dibatasi oleh ekonomi yang dihubungkan secara global dan rantai nilai ekologi. Selain itu, pemerintah yang dipilih secara demokratis bisa jadi memiliki horison waktu yang terbatas, yang mengurangi insentif mereka untuk berfokus pada persoalan-persoalan jangka panjang. Mekanisme internasional dapat terkunci ke dalam dikotomi negara kaya versus negara miskin. Perubahan perilaku yang lambat: Masyarakat akan perlu untuk dengan cepat memeriksa kembali dan mengubah cara-cara lama. Ini lebih sulit dibanding penyesuaian yang lebih lambat. Akan terdapat kemungkinan keengganan yang dapat dipahami untuk mengubah cara yang sudah terbiasa dalam melakukan sesuatu. Pihak lain

Satu Planet Milik Bersama: Penjelasan Umum

13

bisa jadi memperhitungkan perubahan iklim sebagai sebuah persoalan yang dihilangkan jauh dari kehidupan mereka. Atau mereka mungkin melihat pemanasan global sebagai sebuah persoalan yang tidak dapat dihindari dan tidak melakukan apa pun. Opini publik dapat juga ditipu oleh pembuangan hijau perusahaan-memperhebat retorika hijau daripada mengadopsi praktik-praktik yang ramah lingkungan. Perangkat penilaian yang tidak memadai: Sistem data nasional tidak sesuai untuk pelacakan fenomena lintas batas dimana produsen dan konsumen secara geografis terpisah. Sistem data resmi masih belum mempertimbangkan perangkat alternatif seperti pelacakan emisi oleh kelompok konsumsi, atau oleh masyarakat kaya dan miskin. Pemerintah akan perlu menilai ketahanan kelembagaan yang ada. Di tingkat nasional, ini akan memerlukan koordinasi yang lebih baik antara kementerian, menggabungkannya jika perlu. Perencanaan dan pembuatan keputusan yang lebih efektif harus memungkinkan pemerintah daerah untuk dapat mengartikulasikan prioritas untuk adaptasi dan infrastruktur. Di luar politik elektoral, partisipasi yang lebih mendalam dan lebih luas diperlukan untuk memperluas jangkauan melampaui dewan perwakilan ke masyarakat madani yang lebih besar, di mana persoalan perubahan iklim dapat juga diwacanakan oleh media-media yang bersaing dan melalui jejaring sosial. Partisipasi yang lebih inklusif dapat memperluas suara politik dan mengungkapkan siapa yang menanggung biaya perubahan iklim. Tindakan oleh kelompok pengguna dapat mempengaruhi penggunaan lahan dan air, dan memicu penggunaan teknologi yang merespon kompleksitas lokal dengan lebih baik. Tindakan terkait tersebut tidak perlu menunggu kesepakatan internasional. Meskipun konsensus global dalam hal arahan umum cukup penting, sektor swasta, kotapraja, masyarakat madani dan individu-individu dapat mengambil suatu kesatuan langkah yang mempercepat perubahan. Sebagaimana inisiatif-inisiatif meningkat jumlahnya, inisiatifinisiatif ini dapat menggembleng komitmen

pemerintah untuk dapat bekerja sama secara lebih baik untuk kebaikan kemanusiaan. Meskipun secara terus-menerus menekan pada rintangan kelembagaan, perilaku dan penilaian secara lebih besar dan terstruktur yang telah teridentifikasi sejauh ini, negaranegara berkembang di Asia-Pasifik dapat mengidentifikasikan tindakan-tindakan prioritas yang memenuhi kebutuhan lokal. Laporan ini menyarankan empat prioritas:
Mendorong Transisi ke Teknologi Hijau

Pemerintah, badan-badan internasional dan badan-badan kawasan dapat mempromosikan teknologi hijau untuk proses yang lebih efisien dan lebih bersih dalam hal energi, pertanian dan transportasi. Melalui regulasi dan insentif pajak, pemerintah dapat mendorong sektor swasta dan individu-individu untuk beralih ke teknologi hijau. Beberapa teknologi telah tersedia, dan dapat dialih-teknologikan melalui kerjasama Utara-Selatan dan Selatan-Selatan. Tetapi, pemerintah dan sektor swasta akan juga perlu untuk menginvestasikannya di dalam kapasitas lokal untuk memastikan bahwa teknologi-teknologi ini dapat digunakan secara luas; contohnya, melalui pemberian pelatihan kembali kepada para pekerja dengan tetap menghindari pemutusan hubungan kerja. Rumah tangga dapat juga mempertimbangkan penggunaan teknologi hijau-misalnya dengan penggunaan teknologi fotovoltaik, dapat didukung dengan tarif feed-in.
Memperluas Sumber-sumber Finansial

Pemerintah dan pelaku swasta harus memperkuat semua kemungkinan sumber finansial - dalam negeri dan internasional, publik dan swasta. Kebijakan fiskal dalam negeri seperti pajak dan retribusi karbon dapat mendorong penggunaan energi yang lebih efisien, sebagaimana juga menghasilkan pendapatan untuk menyikapi kerentanan. Meski pun sumber-sumber keuangan publik melalui pajak, bea, perolehan efisiensi dan penurunan subsidi mungkin terbatas, sumber-sumber ini dapat diungkit untuk mengumpulkan pertumbuhan dan memvariasikan sumbersumber swasta. Negara-negara berkembang di

14

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK

Asia dan Pasifik harus juga melihat lebih jauh kepada dana publik dan swasta yang tersedia secara global yang disalurkan melalui badanbadan multilateral dan bilateral. Perdagangan emisi di bawah mekanisme Kyoto dapat mendorong negara-negara berkembang untuk dapat memiliki akses yang lebih baik kepada finansial. Inisiatif-inisiatif REDD+, jika dikelola dengan baik, dapat berkontribusi kepada ketahanan desa sambil mengendalikan emisi. Langkah-langkah tambahan harus dibantu perkembangannya untuk keadilan dan suara yang lebih besar untuk negara-negara berkembang terkait akses mereka kepada finansial perubahan iklim. Negara-negara berkembang juga memerlukan reformasi dalam negeri dalam hal kebijakan dan insentif yang akan memfasilitasi kemampuan sektor publik untuk mengungkit finansial swasta. Pengagendaan multi-segi perubahan iklim di dalam proses pembangunan memerlukan penggunaan finansial publik dalam negeri yang efektif hingga seluas mungkin. Langkahlangkah seperti peningkatan pajak atau pengurangan subsidi memerlukan komitmen politik yang kuat. Dengan kesadaran yang lebih besar dan peningkatan tata laksana, dukungan warga negara akan menyokong kehendak politik.
Memperkuat Pengetahuan untuk Membentuk Preferensi Rendah Karbon

organisasi konsumen dapat juga memberikan informasi tidak berpihak untuk membantu pembeli membuat pilihan yang lebih hijau dan lebih aman.
Kesatuan Bersama Lintas Batas

Tindakan terkait perubahan iklim harus dibangun dengan pengetahuan umum dan sumber-sumber yang dapat dipercaya yang dapat digunakan masyarakat untuk membentuk preferensi dan tindakan mereka. Ini mencakup pertukaran Utara-Selatan dan Selatan-Selatan di antara universitas-universitas dan organisasiorganisasi penelitian. Pemerintah dan media dapat menyebarkan informasi terkini sebagai prioritas tinggi. Untuk petani, contohnya, ini akan mencakup perkiraan cuaca musiman untuk membantu mereka dalam merencanakan masa tanam dan masa panen. Organisasi-

Tindakan terencana untuk mengagendakan perubahan iklim memerlukan kerjasama dan koordinasi terkait persoalan lintas batas. Upaya bersama dapat menghilangkan duplikasi usaha, meningkatkan pendanaan yang diarahkan pada pengadaptasian untuk perubahan iklim, dan membantu perkembangan penyelesaian masalah yang berketahanan dan lebih kreatif. Bahkan sebagai negara yang bekerjasama secara internasional, akan tetapi mereka perlu untuk mengambil tindakan dalam negeri sendiri untuk dampak yang lebih adil di tempat itu. Pemerintah dan organisasi-organisasi kawasan dapat menandatangani perjanjian internasional yang sepenuhnya memperhitungkan persoalan Asia Pasifik. Ini dapat mencakup kerjasama dalam hal konservasi dan perlindungan ekosistem, transfer teknologi, kebijakan air, pengelolaan hutan dan pengelolaan bencana. Kerjasama sangat penting di dalam negara-negara dimana pemerintah setempat dapat mengambil langkah progresif untuk bekerjasama dengan cara belajar dari pengalaman satu sama lainnya di tempat itu, perangkat khusus yang dihadapi, strategi keuangan inovatif untuk mendukung adaptasi dan poin masuk praktis yang bisa digunakan. Masyarakat telah mentransformasikan sifat pada langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya-kegiatan manusia mempengaruhi keseluruhan bumi yang harus kita bagi. Satusatunya alternatif adalah mengikuti jalan yang lebih berketahanan yang memenuhi kebutuhan pembangunan manusia yang mendesak saat ini dengan tetap memelihara bumi yang dapat dihuni. Tujuannya jelas: mengurangi kemiskinan, tetapi menanggalkan jejak kelemahan.

Satu Planet Milik Bersama: Penjelasan Umum

15

Dari Unit Laporan Pembangunan Manusia UNDP Asia-Pacific Regional Centre, Bangkok
Beasiswa Pembangunan Manusia Asia-Pasifik UNDP Akademik Tujuan: Mendorong dan menguatkan kapasitas di antara para siswa Ph.D. dari negaranegara program UNDP Asia Pasifik untuk menganalisa persoalan-persoalan dari kaca mata pembangunan manusia, berkontribusi pada penelitian-penelitian potongan mengenai teori, penerapan dan kebijakan. Media Tujuan: Untuk mengembangkan kapasitas di antara profesional media dari negara-negara program UNDP Asia-Pasifik untuk peningkatan laporan, penyebaran dan kampanye pencapaian yang dapat melebihi target untuk membawa persoalanpersoalan masyarakat ke pusat upaya advokasi. Publikasi Lain Laporan Pembangunan Manusia Asia Pasifik mengenai Seri Makalah Latar Belakang Gender (2011) Penegakan Hak dan Perbaikan Kesalahan: Mengatasi Rintangan Gender didalam Sistem Hukum (2011) E-Diskusi mengenai Perubahan Iklim dan Pembangunan Manusia (2011) Tolok Ukur Perundang-undangan Nasional untuk Kesetaraan Gender: Temuan dari Lima Negara Asia (2010) Membangun Jaminan untuk Masyarakat Miskin: Kemungkinan dan Prospek untuk Jaminan Mikro di India Edisi Kedua (2009) Menantang Korupsi: Memprioritaskan Layanan Sosial untuk Pembangunan Manusia (2009) Perkiraan Indeks Pembangunan Manusia Daerah dengan Ketersediaan Informasi yang Terbatas: Kasus Butan (2009) E-Diskusi: Gender Mengatasi Ketidaksetaraan Kekuatan, Ketidaksetaraan Suara (2009) Perspektif mengenai Korupsi dan Pembangunan Manusia Volume 1 dan Volume 2 (2009) Intervensi yang Bersasaran melawan Kelaparan: Kasus untuk Pemberian Makanan bagi Anak usia Pra-Sekolah dan Sekolah (2008) Dua Makalah Latar Belakang untuk Laporan Pembangunan Manusia Asia-Pasifik 2006: Perdagangan terkait Terminologi Manusia (2008) E-Diskusi mengenai Mentransformasikan Korupsi melalui Pembangunan Manusia (2008)

HDR Asia-Pasifik Sebelumnya

Kekuatan, Suara dan Hak: Titik Balik untuk Kesetaraan Gender di Asia dan Pasifik

Memberantas Korupsi, Mengubah Kehidupan: Mempercepat Pembangunan Manusia di Asia dan Pasifik

Perdagangan dalam Hal Manusia: Mentransformasikan Perdagangan untuk Pembangunan Manusia di Asia dan Pasifik

Mempromosikan ICT untuk Pembangunan Manusia di Asia: Merealisasikan Tujuan Pembangunan Milenium

Perangkat Memecahkan HDI: Penggunaan Pengindeksan Pembangunan Manusia (Dimuktahirkan 2009) Dari Pembangunan ke Pembangunan Manusia: Perangkat untuk Menerapkan Perspektif Pembangunan Manusia (Dimuktahirkan 2009) Mendapatkan Sebagian Besar Umpan Balik: Panduan Kajian Sejawat (2007) Mempertahankan Proses Publikasi: Persiapan Perangkat untuk Publikasi (2005) Perangkat untuk Peringkat Kredit Penerima Kredit Mikro (2005)

HIV/AIDS dan Pembangunan di Asia Selatan

Untuk informasi lebih lanjut silahkan kunjungi: http://asia-pacific.undp.org

LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIA ASIA PASIFIK


Masyarakat di Asia-Pasifik akan sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim. Rumah bagi lebih dari setengah manusia, kawasan dengan beberapa wilayah yang secara geografis paling beragam dan terpapar iklim di dunia. Meski pun hanya memberikan sedikit kontribusi terhadap pertumbuhan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global, beberapa wilayah yang dihuni masyarakat yang paling rentan - baik penduduk di pegunungan, masyarakat di kepulauan atau pun masyarakat kota yang miskin - menghadapi konsekwensi yang paling berat. Kemiskinan terus menurun di wilayah yang dinamis ini, tetapi perubahan iklim dapat memangkas perolehan yang sulit diraih ini. Tumbuh terlebih dahulu dan baru kemudian pembersihan tidak lagi merupakan sebuah pilihan, dimana dahulu hal tersebut berlaku untuk negara-negara maju. Negaranegara berkembang perlu tumbuh dan menangani konsekuensi iklim pada saat yang bersamaan. Mereka harus dibantu ketahanannya, khususnya di antara penduduk yang rentan, dan bergeser ke jalur rendah-karbon. Ancaman yang muncul, baik dari melelehnya sungai es mau pun naiknya permukaan laut, menjadi penghalang dan menuntut tindakan regional dan global yang terkoordinasi. Mungkin terdapat beberapa penghentian perdagangan yang tidak menyenangkan, tetapi langkah ke depan yang harus diambil telah cukup jelas hal ini bersandar pada pembangunan manusia yang berketahanan untuk masa depan yang kita inginkan. Saat masyarakat memiliki akses yang setara kepada hal mendasar seperti mata pencaharian, energi yang bersih, kesehatan dan udara yang terbebas dari polusi, ketahanan iklim yang lebih besar dan peningkatan pengelolaan emisi akan mengikuti. Laporan ini menguraikan di mana transformasi dapat dimulai: di produksi yang lebih bersih, lebih efisien, di dalam konsumsi yang adil dan seimbang, dan baik di wilayah desa maupun kota. Melalui kelembagaan yang lebih baik, pengetahuan yang lebih akurat dan perubahan perilaku, masyarakat Asia-Pasifik dapat menemukan strategi yang lebih cerdas untuk beradaptasi dengan dunia yang lebih hangat.

SATU PLANET MILIK BERSAMA

UNDP Asia-Pacific Regional Centre United Nations Service Building, 3rd floor Rajdamnern Nok Avenue Bangkok 10200, Thailand http://asia-pacific.undp.org/

Anda mungkin juga menyukai