Acute Coronary Syndrome
Acute Coronary Syndrome
PATOFISIOLOGI
A. Unstable Plaque
Ruptur dari plak yang kaya lemak namun berdinding tipis merupakan penyebab yang sering dari sindrom koroner akut. Sebelum ruptur, plak tidak terlalu berpengaruh secara hemodinamik. Adanya komponen inflamasi di daerah subendotel lebih lanjut melemahkan serta mempredisposisi plak untuk ruptur. Kecepatan aliran darah, turbulensi, dan anatomi pembuluh darah dapat menjadi faktor kontribusi yang penting.
B. Plaque Rupture
Setelah ruptur, platelet-platelet membentuk suatu lapisan yang melindungi permukaan dari plak yang ruptur tadi ( platelet adhesion ). Ruptur dari plak tersebut menarik dan mengaktivasi platelet-platelet lainnya ( platelet aggregation ). Fibrinogen cross-links platelets, dan sistem koagulasi serta generasi trombin diaktifkan.
C. Unstable Angina
Oklusi trombus parsial menghasilkan gejala iskemi yang memanjang dan dapat muncul saat istirahat. Pada tingkat ini trombus tersebut kaya akan platelet. Terapi dengan antiplatelet agents seperti aspirin, klopidogrel, dan inhibitor reseptor GP IIb/IIIa paling efektif pada saat itu. Terapi fibrinolitik tidak efektif malah sebaliknya memicu terjadinya oklusi akibat pelepasan trombin yang terikat dengan bekuan darah ( clot-bound thrombin ), sehingga terjadi koagulasi. Oklusi trombus yang intermiten dapat mengakibatkan nekrosis miokard yang menghasilkan gambaran NSTEMI.
D. Microemboli
Saat bekuan darah meluas, dapat terbentuk mikroemboli dari trombus lalu masuk dan berjalan di mikrovaskularisasi koroner. Menyebabkan sedikit peningkatan dari troponin jantung. Pasien ini beresiko tinggi untuk berlanjut ke infark miokard.
E. Occlusive Thrombus
Bila trombus tersebut menyumbat pembuluh darah koroner dalam jangka waktu yang lama, didapatkan gambaran STEMI. Bekuan darah ini kaya akan trombin; terapi fibrinolitik atau percutaneous coronary intervention ( PCI ) yang sedini mungkin dapat memperkecil daerah infark.
Presentation Working Dx
Ischemic Discomfort
Acute Coronary Syndrome
ECG
No ST Elevation NSTEMI
ST Elevation
MANIFESTASI KLINIS
Angina tak stabil (unstable angina) Angina waktu istirahat, berlangsung >20 Angina yg bertambah berat (increasing angina) New onset angina NSTEMI Lebih berat dari UA, kadang sulit dibedakan Cardiac marker meningkat, beberapa jam stlh onset.
PEMERIKSAAN FISIK
Kadang tidak khas pada UA/NSTEMI STEMI :
Tampak sakit berat, pucat, nadi kadang tidak teratur karena adanya ekstrasistol Takikardi infark luas TD dapat (distress karena sakit). Hipotensi vagotoni, dehidrasi, infark RV atau awal LHF. JVP dpt meningkat, iktus kordis melebar, protodiastolic gallop, murmur, ronki basah Pemeriksaan fisik masih normal kemungkinan infark tidak luas atau kerusakan akibat infark belum terjadi.
Penanganan segera UGD ( < 10 mnt ) Cek tanda-tanda vital ; evaluasi saturasi O2 Pasang IV line Pasang/ ulang EKG 12-led Siapkan brif, anamnesa, pemeriksaan fisik Lengkapi check-list fibrinolitik ; cek kontraindikasi Periksa marker jantung, elektrolit, dan koagulasi awal Rontgen thorax segera ( < 30 mnt )
Penanganan umum UGD Oksigen 4 L/ mnt ; pertahankan sat O2 > 90 % Aspirin 160-325 mg Nitrogliserin SL, spray, atau IV Morfin IV jika nyeri tidak berkurang dengan nitrogliserin
Mulai pengobatan anjuran atas indikasi (lihat kontraindikasi) Jangan tunda reperfusi -Adrenergic receptor blockers Klopidogrel Heparin ( UFH atau LMWH )
Mulai pengobatan anjuran Ya Berkembang menjadi kriteria atas indikasi (lihat kontraindikasi) dengan resiko sedang atau Nitrogliserin tinggi -Adrenergic receptor blockers ATAU Klopidogrel troponin-positif ? Heparin ( UFH atau LMWH ) Tidak Glycoprotein IIb/ IIIa inhibitor Observasi: Marker jantung serial > 12 jam (termasuk troponin) Waktu onset dari gejala Rawat inap Ulangi EKG/ lanjutkan 12 jam ? Tangani faktor resiko memonitor ST-segmen 12 jam Pertimbangkan tes stres
Strategi Reperfusi Perhatikan waktu maks. dari reperfusi : - Door-to-balloon inflation (PCI) maks. 90 mnt - Door-to-needle (fibrinolysis) maks. 30 mnt Lanjutkan terapi anjuran dan : - ACE-inhibitors/ angiotensin receptor blocker (ARB) dalam 24 jam dari onset gejala - HMG CoA reductase inhibitor (terapi statin)
Pasien Resiko Tinggi : Nyeri dada iskemik yang menetap ST deviasi yang berulang atau menetap Ventrikular takikardi Hemodinamik yang tidak stabil Tanda adanya gagal jantung Strategi invasif dini, termasuk kateterisasi dan revaskularisasi untuk serangan akut infark miokard dalam 48 jam Lanjutkan ASA, heparin, dan terapi lainnya sesuai indikasi. ACE-inhibitor/ ARB HMG CoA reductase inhibitor (terapi statin) Tidak dengan resiko tinggi : kardiologi untuk stratifikasi resiko.
Ya
Berkembang menjadi kriteria dengan resiko sedang atau tinggi ATAU troponin-positif ? Tidak Jika tidak ada bukti adanya iskemi atau infark, dapat dilanjutkan dengan follow-up
Klopidogrel
Mencegah aktivasi platelet dengan memblok pengikatan adenosin diphosphat dan reseptornya di permukaan platelet. Sebagai pengganti aspirin pada pasien yang resisten terhadap aspirin. Dosis 75 mg/ hari selama 8-12 bulan, terutama setelah menjalani PCI. Efek samping : rash, perdarahan gastrointestinal.
Antikoagulan
Warfarin
Antagonis terhadap vit.K-dependent carboxylation dari protein prokoagulan (faktor II,VII,IX,X, dan protein C dan S). Diindikasikan pada pasien AF dan/ atau trombus ventrikel kiri. Efek samping : perdarahan tergantung dosis, interaksi dengan obat yang di metabolisme di hati. Pasien yang mendapat warfarin jangka panjang memiliki sedikit peningkatan perdarahan mayor dibanding dengan pasien yang dirawat dengan aspirin saja.
-Blockers (Penyekat )
Secara kompetitif menghambat efek katekolamin pada reseptor adrenergik-. Meliputi efek antiaritmik, antianginal, dan simpatolitik dengan mengurangi stimulasi kronotropik dan inotropik. Hanya digunakan dalam pencegahan PKV sekunder pada pasien dengan IM, GJ/ disfungsi sistolik ventrikel kiri, dan/ atau hipertensi. Efek samping : eksaserbasi jangka pendek gejala-gejala GJ, kelelahan, disfungsi seksual.
Cholesterol Management
Laporan Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adult (Adult Treatment Panel III/ ATP III) merekomendasikan target LDL < 100 mg/dL (2,6 mmol/L) pada pasien dengan PKV, DM, atau berdasarkan Framingham Risk Score, pasien dengan IM atau PJK yang beresiko kematian dalam 10 tahun > 20 %. Trigliserid normal < 150 mg/dL (3,8 mmol/L), HDL normal > 40 mg/dL (1,0 mmol/L). Pada wanita, HDL < 50 mg/dL (1,3 mmol/L) merupakan satu kriteria untuk sindrom metabolik.
Penghambat HMG-CoA Reduktase Statin adalah inhibitor kompetitif 3-hydroxy-3methylglutaryl coenzym A (HMG-CoA) reductase, suatu enzim yang berperan dalam sintesis kolesterol.
Seharusnya dipertimbangkan pada pasien PKV, DM sebagai obat utama penurun kadar lipid.
Efek samping : mialgia, peningkatan serum aminotransferase, miopati, rabdomiolisis fatal.
Asam Nikotinat
Meningkatkan kolesterol HDL dan menghambat produksi kolesterol VLDL (very low density lipoprotein cholesterol) dan LDL di dalam hati. Dapat digunakan sebagai terapi kombinasi dengan statin pada pasien dengan kadar HDL normal atau rendah.
Efek samping : muka merah, pruritus, parestesia, nausea, hepatotoksisitas, hiperglikemi dari resistensi insulin, hiperurikemia,hipotensi, dan peningkatan kadar serum homosistein.
Fibrat
Mengaktifkan peroxisome proliferator-activated receptors (PPAR) untuk merangsang lipoprotein lipase, menghasilkan kadar trigliserid lebih rendah dan HDL lebih tinggi.
Berhenti Merokok
Merokok terbukti meningkatkan progresi PKV, dan pada orang yang terbukti PJK, merupakan prediktor penting kardiovaskular di masa mendatang.
Kombinasi dukungan perilaku jangka panjang dan terapi farmakologis dengan bupoprion, dengan atau tanpa penggantian nikotin, sebaiknya dianjurkan pada semua pasien PKV.
Pengelolaan Diabetes
Pasien dengan PKV dan DM harus difokuskan pada kontrol gula darah yang baik dengan target hemoglobin glycosylated (HbA 1C) kurang dari 6,5 %.
Olahraga
Pada pasien dengan PKV terbukti bahwa olahraga teratur menurunkan angka kejadian kardiovaskular dan penyebab kematian. Seluruh pasien dengan PKV harus berolahraga aerobik 30 menit atau lebih per harinya.
Pasien dengan angina pektoris stabil kronik, baru mengalami IM, baru dilakukan pembedahan bypass arteri koronaria, dan/atau disfungsi sistolik ventrikel kiri, pengawasan olahraga dalam program rehabilitasi kardiovaskular harus dipertimbangkan.