Anda di halaman 1dari 2

Dari rakyat, oleh rakyat, untuk diriku.

NURCHALIQ MAJID 10500111102 Dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat, saya kira kalimat ini sedikit ingin diperbaharui, jika kita berpatokan pada masa sekarang. menjadi dari rakyat oleh rakyat untuk diri sendiri. Bukan tidak mungkin, jika citra seorang anggota dewan dimata masyarakat sudah hancur bersama dengan kelakuannya. Pemberitaan di TV, media massa, dan radio menjadi perantara pemberitaan kelakuan tak senonoh angota dewan itu sendiri. Saya sedikit canggung mengatakan hal ini, bahwa seorang anggota dewan sudah kafir ingkar terhadap janji-janjinya. Mereka wakil rakyat malah menjadi formalitas belaka. Namun dalam pengaplikasiannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Anggota dewan kan sudah tau kalau masyarakat itu hanya bisa menunggu, seharusnya kalian membawa sedikitlah suara rakyat ke DPR, jangan malah sibuk dengan kepentingan sendiri yang membuat geram kalangan mahasiswa. Lebih spesifik lagi ke DPRD kabupaten kota, Anggota dewan pernah berlasan bahwa mereka di DPRD dihadapkan dengan urusan pembentukan perda, yang mereka tak mengerti sebelumnya. Saya masih ingin tertawa dengan pertanyaan saya, sebenarnya anggota DPRD itu untuk apa ? dari dulu saya ingin bertanya seperti ini, namun belum ada yang layak untuk diberi pertanyaan seperti ini. Tapi menurut saya anggota dewan hanya berperan sebagai seorang tukang stempel pengesahan di DPR. Jika mereka mengatakan tidak, terus apa dong yang mereka lakukan ? mengurus perda mungkin. Tapi tidak mungkin, undang-undang sudah ada, perda provinsi juga sudah ada. Ngapain perda kabupaten kota juga dibuat, kan rempong istilahnya. Itu malah buang-buang waktu, yang juga mengakibatkan dana APBD juga ikut membludak. yang seharusnya diberikan kepada masyarakat, malah digunakan untuk hal-hal yang tak penting itu. kelakuan seperti ini yang sama sekali tak disukai

masyarakat. Kunjungan kerja yang kata mereka itu penting, juga menyita perhatian masyarakat. Oke menurut kalian penting, namun lihatlah kejalan masih banyak sodara-sodara kita yang berusaha mencari sesuap nasi untuk makan mereka, mereka menjual Koran, bahkan ada yang mengemis. Kalian malah melakukan kunjuangan kerja, yang hanya kalian yang tahu untuk apa itu semua. Sedih rasanya melihat negeriku seperti ini, tak sesuai dengan apa yang diharapkan. Aku akan berdoa bahwa suatu hari nanti ada seorang anak yang melakukan perubahan yang betul-betul hanya untuk rakyat bukan untuk partai politiknya maupun dirinya sendiri. Buat negeriku yang tercinta, mungkin ada banyak hal yang mesti diperbaharui dinegeri ini. Misalnya anggota DPRD kabupaten kota ditiadakan saja, mengingat anggota DPR-RI sudah ada, DPR Provinsi juga sudah ada. Tidak perlulah di adakan DPRD kabupaten kota. Okelah jika memang tidak bisa. Namun DPRD tidak usah disibukkan dengan pembetukan perda, semestinya disibukkan dengan pengaplikasian yang sudah ditetapkan oleh DPRD provinsi, melakukan tinjauan langsung melihat keadaan masyarakan, dan membuat program yang mebuat masyarakat sedikit tersenyum kepada mereka. Tapi itu masih menjadi masalah, mereka hanya berkunjung jika pemilihan legislatif akan tiba, mereka menyarakan janji-janji yang tak kunjung ditepati. Jadi saran saya lagi, seharusnya mereka bukan hanya berkunjung pada waktu mejelang pemilihan saja, namun jika ada kesempatan berkenjunglah agar masyarakat tidak mengecap kalian sebagai pedagang keliling sehari. Karna masyarakat juga ingin didengar, namun tidak hanya didengar saja. Tapi suara mereka dibawa dan dimusyawarahkan keparlemen. Ingat tanpa suara rakyat mereka tidak ada apa-apanya. Sosok pemimpin idaman adalah mereka yang selalu melaukan tinjauan kedaerah bukan tempat lain. Sosok pempin yang baik adalah yang melaukan sesuatu berdasarkan hati nurani dan nalarnya, bukan berdasarkan nafsunya.

Anda mungkin juga menyukai