Anda di halaman 1dari 17

BATU BATA 1. Tema: Keinginan kuat untuk meneruskan sekolah hingga perguruan tinggi 2. Alur: alur maju 3.

Penokohan: Adnan Kang Ropi Mas Fuad Wanto Pak Kiai

4. Lattar/Setting: Lattar: Di sawah sekitar pondok : Suatu siang, ketika tengah berjalan di sawah sekitar pondok, di kejauhan tampak deretan gubuk-gubuk yang mengepulkan asap. (halaman 307) Di pesantren: Meski belum mengenal warga setempat, tetapi sebagian besar dari mereka mengenaliku sebagai santri yang hampir mati tempo hari saat baru tiba di pesantren. (halaman 307) Di pondok: Sampai di pondok kulihat Wanto tengah menganyam keranjang bambu, yang disebut juga dengan besek. (halaman309) Di rumah Mas Fuad: Tiba di rumah Mas Fuad, aku diterima dengan hangat. (310) IAIN: Aku berharap keberangkatan ke IAIN dengannya bisa dipercepat setelah salat zuhur. (313) Jalanan Yogya: Tak sabar rasanya ingin kulemparkan sejenak kepenatan dan kegundahan ini ke jalanan Yogya. (313) Setting: Siang hari: Suatu siang, ketika tengah berjalan di sawah sekitar pondok, di kejauhan tampak deretan gubuk-gubuk yang mengepulkan asap. (halaman 307) Tempo hari: Meski belum mengenal warga setempat, tetapi sebagian besar dari mereka mengenaliku sebagai santri yang hampir mati tempo hari saat baru tiba di pesantren. (halaman 307)

Tengah hari: Menjelang tengah hari, seorang wanita setengah baya datang ke gubuk kami dengan membawa bakul berisi makanan. (halaman 309) Keesokan paginya: Pagi keesokan harinya, selepas mengikuti pengajian bakda subuh, aku bergegas ke tempat kerja baru. (halaman 310) Siang hari: Bagai petir di siang hari, aku terkaget-kaget mendengarnya. (halaman 312) Selepas magrib: Dengan dada berdebar kencang dan napas memburu, aku pun menghadap Pak Kiai selepas magrib. (halaman 314)

SUNAN KALIJAGA 1. Tema : Kegigihan 2. Alur: alur campuran

3. Tokoh : Adnan Wanto Mas Fuad Rusli Pengawas Hamba Allah Dua pemburu Seorang mahasiswa Tukang becak Bapak-bapak seorang pegawai bank

4. Lattar/Setting: Lattar: Rumah Mas Fuad: setelah menyantap sarapan buatan Wanto, aku pun pergi ke rumah Mas Fuad. (halaman 316)

Rumah Mas Rusli: Maaf numpang tanya, apa benar ini rumahnya Mas Rusli? Tanyaku pada gadis yang membuka pintu. (halaman 317) Jalanan kota Yogya: dengan mengendarai sepeda motor, kami bergerak menyusuri jalanan kota Yogya. (halaman 317) Kampus IAIN: baru lima belas menit kemudian kami memasuki halaman kampus IAIN. (halaman 318) Di auditorium: Setelah bertanya pada salah seorang mahasiswa, aku diantar Mas Rusli menuju ruang ujian yang berada di auditorium. (halaman 318) Di tepi jalan, di depan pos MENWA: Berjam-jam lamanya aku berdiri terpaku di tepi jalan, di depan pos MENWA. (halaman 319) Ke tengah hutan, dan di bawah sebatang pohon: Dia pun berangkat ke tengah hutan, dan duduk bersila di bawah sebatang pohon. (halaman 319) Bus jalur tiga: Begitu bus bertuliskan jalur tiga datang, dia mempersilakanku untuk naik terlebih dahulu. (halaman 321) Di terminal: tiba di terminal, aku pun mengucapkan selamat tinggal kepada teman seperjalanan dan pergi menghampiri tukang becak. (halaman 321) Jalan Pramuka: Oh...kamu keluar dulu ke jalan Pramuka di belakang terminal ini. Setibanya di sana, tampak angkutan biru yang sedang mangkal karena menunggu penumpang. (halaman 322) Pondok: Pak, tolong Mas ini dianter sampai pondok ya. Ini ongkosnya saya bayar sekalian.(halaman 323)

Setting: Pukul tujuh pagi: Kali ini aku berjalan dengan agak terburu-buru mengingat waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi dan ujian akan dimulai setengah jam lagi. (halaman: 317) Pukul setengah delapan: Sudah pukul setengah delapan, artinya waktu ujian sudah dimulai. (halaman: 317)

Lima belas menit: Baru lima belas menit kemudian kami memasuki halaman kampus IAIN. (halaman: 318) Lewat tengah hari: Setelah lewat tengah hari, rasa lapar mulai menyergapnya, namun ia tetap membisu. (halaman 320) Selepas asar: Selepas asar belum juga tampak tanda-tanda kehadiran rezeki yang akan menjamin kehidupannya hari itu. (halaman 322) Menjelang matahari terbenam: Menjelang matahari terbenam, tidak ada lagi angkutan yang masih menunggu penumpang. (323)

KALIGRAFI 1. Tema: Bekerja keras 2. Alur: alur maju

3. Penokohan: Adnan Kang Basyar Wanto Mas Fuad Kang Ruhin K.H. Syukron Makmun Kang Nasir Pemakai jalan Lelaki penjual kaset Lelaki setengah baya Pemuda

4. Lattar/Setting: Lattar: Di Yogya: Artinya statusku sebagai tamu di Yogya secara resmi berakhir hari ini. (halaman 324) dan Layaknya pemuda tempo dulu, aku mengayuh sepeda unto menyusuri jalanan Yogya sendirian. (halaman 332)

Kampung-kampung sekitar pleret: Menyadari hal itu, aku pun seharian berusaha mencari pekerjaan dari kampung-kampung sekitar Pleret, tapi titik terang belum juga kutemukan. (halaman 324) Pondok: Dengan lunglai aku berjalan kembali ke pondok. (halaman 324) dan Jam dinding musala menunjukkan pukul setengah dua belas malam ketika aku tiba di pondok. (halaman 329) Di depan musala: Sepeninggal Mas Fuad, aku termenung sendirian di depan musala. (halaman 326) Di pesantren Al-Fithroh Jejeran: Nanti malam kan ada pengajian haul di pesantren Al-Fithroh Jejeran. (halaman 327) Di jalan: Di jalan aku terus membahas rencanaku berdagang kaligrafi. (halaman 328) dan Namun setelah itu, jalan raya di hadapanku terlihat seperti benang kusut yang entah dimana ujung pangkalnya.(halaman 332) Rumah Kang Ruhin: Tanpa basa-basi, Kang Ruhin langsung mengajakku ke rumahnya. (halaman 330) dan Begitu tiba di depan rumah Kang Ruhin, aku segera menyatakan kesiapanku untuk berangkat membeli perlengkapan dagang. (halaman 330) Di kandang ayam yang kosong: Di kandang ayam yang kosong, tampak tergantung sepeda tua. (halaman 330) Kampung: Setelah dibersihkan dan diperbaiki sedikit, sepeda itu kupakai mengitari kampung. (halaman330) Lampu merah: Bagaimana tidak, berkali-kali aku berhenti di sis kiri lampu merah padahal kami hendak berbelok ke kanan. (halaman 330) dan Di perempatan lampu merah, aku pun menyerah dan memutuskan bertanya kepada lelaki setengah baya yang melintas di depanku. (halaman 333) Di kios rokok dan di trotoar pinggir jalan: Lima meter kemudian, Kang Ruhin mengajakku menepi, menyandarkan sepeda di kios rokok yang masih tutup dan duduk begitu saja di trotoar pinggir jalan. (halaman 331)

Sekaten: Nah, ini yang namanya Sekaten, kata Kang Ruhin. (331) Di toko: Sampai di toko yang menjual aneka poster, aku memilihmilih sebentar, lalu memutuskan membeli beberapa lembar poster,, spidol, dan tinta. (halaman 332) Pasar Beringharjo: Tak lupa pula kami mampir ke Pasar Beringharjo untuk membeli lampu petromaks bekas. (halaman 332) Tempat gelap yang dipenuhi rumput: Apa boleh buat, dengan berat hati aku terpaksa menyeret tikar ke tempat gelap yang dipenuhi rumput itu. (halaman 335) Jalan batu batako: Tua, muda, laki-laki, dan perempuan berseliweran di jalan batu batako. Warung koboi: sebelum tiba di pondok, aku mampir terlebih dulu di warung koboi atau warung nasi kucing, atau angkringan, atau warung sembir untuk mengisi perut yang lapar. (halaman 338)

Setting: Sore hari menjelang magrib: Pada suatu sore menjelang magrib, Mas Fuad datang ke pondok sambil menenteng koran. (halaman 325) dan Di bawah pengamatan Wanto, Kang Nasir, dan Kang Ruhin, sore itu aku bersiap-siap pergi berjualan. (halaman 332) Magrib: Sampai magrib tiba, pikiranku masih saja buntu. (halaman 326) Pukul setengah dua belas malam: Jam dinding musala menunjukkan pukul setengah dua belas malam ketika aku tiba di pondok. (halaman 329) Pagi hari: Pagi harinya, aku membahas lagi rencanaku dengan Wanto dan ditanggapinya dengan senyuman senang sambil tak lupa menyelipkan doa agar rencanaku berjalan lancar. (halaman 329) Jam setengah tujuh: Lho, Kang, katanya kemarin mau berangkat jam sembilan, sekarangkan baru jam setengah tujuh? Tanyaku keheranan. (halaman 329)

Dua jam perjalanan: Setelah dua jam perjalanan, kami lalu memasuki gerbang hijau yang bertuliskan dua kalimat syahadat di di sisi kanan-kiri. (halaman 331) Lima belas menit pertama: Lima belas menit pertama, aku masih bisa mengingatnya dengan jelas. (halaman 332) Menjelang matahari terbenam: Menjelang matahari terbenam, para pedagang tampak bersiap-siap menata barang dagangan. (halaman 334) Larut malam: Semakin larut, suasana semakin ramai. (halaman 335) Pukul sepuluh malam: Dari corong menara siaran, panitia mengumumkan bahwa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. (halaman 337)

EDAN TENAN 1. Tema: mencoba hal baru 2. Alur: alur maju

3. Tokoh: Adnan K.H. Athori Makmun Mas Fuad Seorang gadis Seorang mahasiswa

4. Lattar/Setting Lattar: Pengajian akbar: Malam ini aku sengaja tidak berdagang ke Sekaten dan memilih berjualan di pengajian akbar yang diisi ceramah K.H. Athori Makmun. (halaman 339) Di panggung: Di panggung acara berlangsung pidato sambutan kepala desa, diikuti kiai setempat, dan terakhir ketua panitia. (halaman 340)

Di Kamar takmir masjid: sampai di kamar takmir masjid, beberapa panitia langsung melucuti pakaian. (halaman 341) dan di kamar takmir masjid, aku disambut jabat tangan hangat Mas Fuad dan senyum para panitia lainnya. (halaman 342) IAIN: pagi ini aku berangkat ke IAIN bersama Mas Fuad yang bermaksud mengisi Kartu Rencana Studi (KRS). (halaman 343) Ruang tata usaha: Sepanjang jalan menuju ruang tata usaha terlihat banyak mahasiswa duduk berjajar, masing-masing menghadap mesin ketik. (halaman 344)

Di rumah Mas Fuad: Dalam perjalanan pulang, aku mampir di rumah Mas Fuad untuk mengembalikan mesin ketiknya sembari melaporkan hasil usahaku. (halaman 346)

Setting: Malam hari: Malam ini aku sengaja tidak berdagang ke Sekaten dan memilih berjualan di pengajian akbar yang diisi ceramah K.H. Athori Makmun. (halaman 339) dan Suara Mas Fuad seperti petir yang menyambar kuping pada malam cerah penuh bintang. (halaman 341) Lima belas menit kemudian: Lima belas menit kemudian, kulihat Mas Fuad memberi kode agar aku segera turun karena penceramah yang asli sudah datang. (halaman 342) Tengah malam: Menjelang tengah malam, pengajian ditutup dengan doa. (halaman 343) Pagi hari: pagi ini aku berangkat Ke IAIN bersama Mas Fuad yang bermaksud mengisi Kartu Rencana Studi (KRS). (halaman 343) dan Keesokan paginya aku melaksanakan rencanaku kemarin. (halaman 345) Menjelang tengah hari: Menjelang tengah hari, kami para pengetik membubarkan diri. (halaman 346)

OSPEK 1. Tema: berani untuk tidak ditindas 2. Alur: alur maju

3. Tokoh: Adnan Tukang parkir Panitia Menwa Panitia OSPEK Harun Ramli Aang

4. Lattar/Setting: Lattar: Di kampus: Setibanya di kampus suasana masih terlihat sepi. (halaman 349) Di depan ruang kelas: Di depan ruang kelas yang tertutup aku melihat panitia Menwa (Resimen Mahasiswa) dengan tubuh segagah Naga Bonar duduk manis mengawal pintu. Lapangan: Baru setelah semua mahasiswa digiring ke lapangan, aku nimbrung bersama mereka. (halaman 351)

Setting: Selepas subuh: Keesokan hari selepas subuh, aku sudah berangkat dari pondok karena diharuskan panitia berkumpul pukul setengah eman pagi. (halaman 349) Sore hari: Setiap sore, selepas mengikuti kegiatan Ospek, para mahasiswa baru langsung menyerbu dagangan mereka, kecuali aku. (halaman 351)

ALMAMATER 1. Tema: kekeluargaan 2. Alur: alur maju

3. Tokoh: Adnan

Kiai Zarkoni Abdillah Harun Mas Fuad Calo tiket Tukang ojek Petugas tiket Kondektur bus Puspasari Petugas jaga Kakek-kakek Ibu Bapak Bang Gopon Kak Ani Bang Waris Bang Budi Sugeng Kondektur bus Makmur Ibu-ibu tetangga pondok pesantren

4. Lattar/Setting Lattar: Pondok pesantren Min Fadli Robbi: Kedekatanku itu pula yang membuatku mengambil keputusan untuk pindah dari pondok pesantren Pak Kiai Jalil ke pondok pesantren Min Fadli Robbi yang diasuh bapak Mas Fuad. (halaman 354) Di bawah pohon beringin halaman kampus: Suatu pagi di bawah pohon beringin halaman kampus aku dan Harun berbincangbincang seperti biasanya. (halaman 366) Di Kebumen: Bahkan seminggu kemudian aku sampai pergi ke rumah saudara di Kebumen untuk menenangkan diriku. (halaman 356) Di teras masjid: suatu siang setelah salat jumat, aku duduk termenung di teras mesjid, tiba-tiba kerinduan pada Bapak, Ibu, dan anggota keluarga yang lain terasa begitu kuat. (halaman 356)

Yogya: Dengan diantar Mas Fuad, aku berkeliling Yogya untuk mencari tiket bus. (halaman 356) dan Setibanya di Yogya semua berjalan lancar. (halaman 367) Solo: Saat itu juga aku langsung pergi ke Solo. (halaman 357) Di Terminal Tirtonadi: di terminal Tirtonadi puluhan calo tiket berebut menyeretku. (halaman 357) Tempat pul bus: Menjelang waktu yang ditentukan, si calo menyuruhku naik ojek yang sudah dia siapkan untuk pergi ke tempat pul bus. (halaman 357) Bus PUSPASARI: Petugas tersebut lalu membawa tiket itu masuk ke ruangan, dan keluar lagi sambil membawa tiket lain yang bertuliskan PUSPASARI. (halaman 358) Terminal Rajabasa Lampung: Sampai di terminal Rajabasa, Lampung, dari mulut kondektur yang bau tengik itu, keluar pengumuman bahwa seluruh penumpang jurusan Meda diminta turun dan akan dioper ke bus lain, karena bus ini tidak akan meneruskan perjalanan. (halaman 359) Loket Pusapasari Rajabasa: Sejurus kemudian, aku berdiri untuk menghampiri loket Puspasari Rajabasa. (halaman 359) Bis PMTOH: para calon penumpang yang dari tadi menanti dengan kesal digiring memasuki bis PMTOH yang ternyata sudah penuh juga. (halaman 360) Terminal Kisaran: Begitu bus memasuki terminal Kisaran dua hari kemudian, aku pun turun dan melepas lelah di musala terminal. (halaman 361) Di musala terminal: Begitu bus memasuki terminal Kisaran dua hari kemudian, aku pun turun dan melepas lelah di musala terminal. (halaman 361) Di rumah: Dua puluh menit menumpang ojek, tibalah aku di rumah. (halaman 361) Di balik dinding: Sengaja aku bersembunyi di balik dinding yang membatasi dapur dan ruang tengah. (halaman 362) Loket bus Makmur: sebagai persiapan hari ini aku hendak membeli tiket bus Makmur karena tak ingin mengalami nasib

buruk duduk di bangku tambahan untuk yang kedua kali. (halaman 365) Di Pekanbaru: Sesampainya di Pekanbaru, tiba-tiba salah satu sisi per bus patah. (halaman 367) Di dalam kamar: Di dalam kamar, otakku terus memikirkan cara mendapatkan uang untuk membayar SPP. (halaman 368) Di depan pintu kamar: Karena bingung, aku jadi mondar-mandir di depan pintu kamar. (halaman 368) Setting: Pagi hari: Suatu pagi di bawah pohon beringin halaman kampus aku dan Harun berbincang-bincang seperti biasanya. (halaman 366) Siang hari: suatu siang setelah salat jumat, aku duduk termenung di teras mesjid, tiba-tiba kerinduan pada Bapak, Ibu, dan anggota keluarga yang lain terasa begitu kuat. (halaman 356) Menjelang magrib dan hampir sepuluh jam: Menjelang magrib dan setelah hampir sepuluh jam menunggu, bus yang ditunggutunggu itu pun akhirnya datang juga. (halaman 360) Dua hari dua malam: Dengan hati mendongkol, aku

membayangkan capeknya duduk seperti ini selama dua hari dua malam. (halaman 361) Satu jam: Lebih dari satu jam aku tertidur, dan baru bangun ketika banyak orang berkerumun untuk salat zuhur. (halaman 361) Dua puluh menit: Dua puluh menit menumpang ojek, tibalah aku di rumah. (halaman 361) Dua belas hari: setelah dua belas hari berada di rumah, aku memutuskan kembali ke Yogya. (halaman 365) Pukul lima kurang lima belas menit: Pukul lima kurang lima belas menit, aku memutuskan pergi lagi ke loket untuk bertanya apakah keberangkatan busku bisa ditunda sebentar. (halaman 366) Lima belas menit: Lima belas menit kemudian, belum tuntas aku memakai baju usai mandi.(halaman 367)

CATUR 1. Tema : kerja keras 2. Alur: alur maju 3. Tokoh : Adnan Lelaki dengan wajah sangar Harun Penantang catur Pedagang gerabah Polisi

4. Lattar/Setting : Lattar: Di luar ruang kuliah: Menginjak semester kelima, waktuku di luar ruang kuliah banyak dihabiskan untuk mencari nafkah. (halaman 370) Di emperan toko di samping Masjid Agung: Tempat favoritku di emperan toko di samping Masjid Agung. (halaman 370) Di tangga: Apa boleh buat terpaksa aku tidur di tangga, berdampingan dengan orang gila itu. (halaman 370) Ke tengah arena pasar Sekaten: Aku berjalan ke tengah arena pasar Sekaten lagi. (halaman 371) Ke laun-alun: Kami lalu berangkat ke alun-alun dengan sepeda federal milik Harun. (halaman 372) Angkringan: utang saja dulu sama angkringan, nanti kalau kita dapat uang baru dibayar, ujarnya. (halaman 373) Kos Harun di Sapen: kami memutskan untuk salat di masjid, lalu pulang ke kos Harun di Sapen, dekat kampus, untuk melepas penat jiwa dan raga. (halaman 377) Setting: Dua pekan: sudah dua pekan aku tidak pulang ke pondok. (halaman 370)

Malam hari: Malam itu kuhabiskan dengan tidur meringkuk di depan salah satu lapak penjual pakaian yang tutup. (halaman 371) dan Malam itu, setelah pengunjung sepi, kami terus mengobrol bersama para pedagang lain yang belum pulang. (halaman 375) Pagi harinya: Pagi harinya, aku menceritakan kejadian semalam pada Harun. (halaman 372) Lima belas menit: Lima belas menit kemudian Harun kembali mendekatiku, lapar, Nan! (halaman 373) Lima menit: Tak sampai lima menit, dia datang sambil menggandeng pemuda calon pembeli. (halaman 374) dan Lima menit kemudian, Harun akhirnya muncul juga, namun tingkahnya masih aneh seperti tadi, Nan, seribu lagi sini! (halaman 374) Tengah malam: Menjelang tengah malam, hanya tinggal aku dan Harun. (halaman 376) Subuh: Sesaat kemudian azan subuh berkumandang dari Masjid Agung. (halaman 377)

JAMES 1. Tema : pantang menyerah 2. Alur: alur maju 3. Tokoh : Adnan Ibu-ibu Bapak Nurkaukab Lelaki setengah baya Sugeng Warga kompleks

4. Lattar/Setting : Lattar: Jalanan Yogya: Jalanan Yogya terlihat lengang, lalu lalang kendaraan tidak seramai biasanya. (halaman 378)

Warung-warung sekitar kampus: Warung-warung sekitar kampus banyak yang tutup karena ditinggal pelanggan setianya, para mahasiswa yang libur akhir semester. (halaman 378) Masjid Al-Qodar: Aku bersepeda dari satu masjid ke masjid lain, menawarkan diri menjadi takmir. (halaman 378) dan Di depan masjid dengan papan nama bertuliskan Masjid Al-Qodar, tampak beberapa ibu tengah mengasuh anaknya. (halaman 378) Kompleks TNI AU: .....di kompleks TNI AU ada masjid yang membutuhkan takmir. (halaman 378) Rumah Bapak Nurkaukab di blok Q nomor satu: ..... langsung mengetuk pintu,.... (halaman 378) Di depan ruang TU: di depan ruang TU, tampak beberapa surat menempel di jendela kaca. (halaman 381) Di kamar mandi masjid: .....aku mendengar seseorang di kamar mandi masjid... (halaman 382) Di warung makanan: ....dia akan mampir di warung makanan dan tanpa melihat daftar menu..... (halaman 386) Rumah warga kompleks: .....Sugeng berjalan menuju salah satu rumah warga kompleks.... (halaman 386)

Setting: Asar: Setelah salat asar, aku membaringkan tubuh.... (halaman 379) Satu minggu pertama: pada satu minggu pertama, aku menghabiskan waktu siangku untuk membersihkan masjid. (halaman 380) Malam hari: ....waktu luang pada malam hari kupergunakan untuk berjualan kaligrafi...... (halaman 380) Dua hari lamanya suatu pagi selepas salat subuh: ....dua hari lamanya aku merenungi surat itu, samapai pada suatu pagi selepas salat subuh,..... (halaman 382) Satu setengah bulan kemudian di saiang hari: ...namun suatu siang, satu setengah bulan kemudian, sepulang dari berdagang kaligrafi,..... (halaman 382)

Satu minggu: ....dalam satu minggu Sugeng hanya menghabiskan tak lebih dari lima belas rupiah,.... (halaman 385) Sore hari: sore harinya, selepas azan isya, aku melihat Sugeng ..... (halaman 386)

GOL 1. Tema: hasil dari kerja keras dan semangat 2. Alur: alur maju 3. Tokoh: Adnan Sugeng Wanita paro baya

4. Lattar/Setting: Lattar: Masjid: ....kegiatannya hanya berkutat antara mengepel masjid, menyapu, mengumandangkan azan, ..... (halaman 392) dan ....sesampainya di masjid , kujajarkan fotoku mengenakan toga dengan foto Sugeng berseragam doreng... (halaman 398) Ruang TU: ....aku berjalan terburu-buru ke ruang TU, pihak yang berwenang mengatur jadwal ujian.... (halaman 392) Di pintu masuk ruang ujian: ....aku setia menunggu di pintu masuk ruang ujian.... (halaman 393) Lorong kampus: .....di sepanjang lorong kampus yang kulewati, para fotografer dadakan bermunculan.... (halaman 398) Setting: Sore hari: ...suatu sore sekembalinya dari tes, Sugeng mendekatiku....... (halaman 391) dan ....suatu sore, aku dipanggil salah seorang warga kompleks...... (halaman 397) Malam hari: ....menjelang hari-H ujian skripsi, malam sebelumnya akau tak bisa tidur.... (halaman 392) Dua hari: ...dua hari kemudian aku mendapat surat dari Sugeng..... (halaman 397)

AMANAT Amanat dari keseluruhannya yang bisa diteladani adalah: Agar kita jangan mempersulit keadaan jika masih bisa dipermudah Kalau ingin melakukan sesuatu harus ditetapkan dulu targetnya Kalau mau menggapai cita-cita jangan karena ikut-ikutan oran lain. Harus jadi diri sendiri karena yang menentukan masa depan kita adalah diri sendiri. Jagan pernah pantang menyerah, bekerja keras dan mempunyai keinginan yang kuat untuk menggapai cita-cita.

Anda mungkin juga menyukai