Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah suatu kondisi kesehatan mental yang dipicu oleh peristiwa yang menakutkan. Gejala mungkin termasuk flash back (mengingat kejadian yang membuatnya trauma), mimpi buruk dan kecemasan yang parah, serta pikiran yang tak terkendali tentang kejadian tersebut.
Epidemiologi
PTSD merupakan gangguan yang agak umum di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, 60% pria dan 50% wanita mengalami peristiwa traumatis selama hidup mereka. NCS-R memperkirakan prevalensi PTSD di kalangan orang dewasa Amerika menjadi 6,8%. Prevalensi PTSD antara laki-laki adalah 3,6% dan pada wanita sebesar 9,7%. Wanita (10,4%) dua kali lebih mungkin dari pada laki-laki (5%) untuk memiliki gangguan PTSD.
Epidemiologi
Tingkat tertinggi untuk tentara. Pada prajurit yang bertempur dalam perang Irak pada tahun 2008, RAND (Research And Development) Corporation menemukan bahwa prevalensi
Stresor
Stressor yang menyebabkan stress akut dan PTSD cukup hebat untuk mempengaruhi setiap orang. Stressor tersebut dapat timbul dari pengalaman perang, penyiksaan, bencana alam, penyerangan, perkosaan, dan kecelakaan serius.
Faktor Risiko
o Biologis
Kerentanan genetik. Kepribadian borderline, paranoid,dependent atau antisosial. Perempuan
o Psikososial
Kejadian traumatis sebelumnya Perubahan hidup penuh stress yang baru terjadi. Sistem pendukung yang tidak adekuat
Faktor Biologis
Sistem Noradrenergik Sistem Opioid Faktor Pelepas Kortikotropin dan Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Adrenal (HPA)
Respon Stres
Local adaptation syndrome (LAS) General adaptation syndrome (GAS) 1. Reaksi alarm/ reaksi peringatan 2. Tahap resisten 3. Tahap kehabisan tenaga
HORMON
PERUBAHAN
TUJUAN
Epinefrin
Naik
CRH-ACTHkortisol
Naik
Memobilsasi
simpanan
energi
dan
bahanpembangun
metabolik
untuk
digunakan
jikadiperlukan; meningkatkan glukosa, asam aminodarah, dan asam lemak darah ACTHmempermudah proses belajar dan perilaku
Menahan
Garam
dan
H2O
untuk
meningkatkanvolume
plasma;
membantu
Angiotensin
Aldosteron Vasopressin Naik
Vasopresin dan angiostensin II menyebabkan vasokontriksi arteriol untuk meningkatkan tekanan darah.
Lanjutan
Dalam kasus PTSD, ingatan terus-menerus akan peristiwa traumatik yang terjadi telah mengganggu proses akuisisi informasi baru dan mengingat informasi yang tidak ada kaitannya dengan trauma yang dialami. Yang menjadi persoalan adalah terjadinya stres serius yang terus-menerus ini mendorong diproduksinya hormon kortisol, yang pada akhirnya merusak struktur otak yang penting bagi ingatan, yaitu pada hipokampus dan sistem limbik.
Gejala avoidance
Gejala hyperaurosal Sedikitnya 1 gejala re-experience, 3 gejala avoidance dan 3 gejala hyperaurosal harus ada selama paling sedikit 1 bulan dan harus disebabkan oelh distress yang signifikan atau
Lanjutan
Serangan panik Gejala Fisik Perasaan ketidakpercayaan Permasalahan dalam kehidupan sehari-hari Penyalahgunaan zat Masalah dalam Hubungan Depresi Bunuh diri
Diagnosis
A. Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana ada dari kedua bagian berikut ini: Orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu kejadian atau kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian atau kematian yang sesungguhnya atau cedera yang serius, atau ancaman kepada integritas fisik diri sendiri atau orang lain. Respon orang tersebut merasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya, atau horror.
Diagnosis
B. Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu (atau lebih) cara berikut: 1. Rekuren dan mengganggu akibat terkumpulnya pengalaman pengalaman yang membuatnya trauma. 2. Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian 3. Berkelakuan merasa kejadian traumatik terjadi kembali 4. Penderitaan psikologis yang kuat yang menyerupai suatu kejadian traumatik. 5. Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang menyerupai kejadian traumatik.
Diagnosis
C. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma. 1. Usaha untuk menghindari pikiran, perasaan, atau percakapan yang berhubungan dengan trauma. 2. Usaha untuk menghindari aktivitas, tempat, atau orang yang berhubungan dengan trauma. 3. Tidak mampu untuk mengingat aspek penting dari trauma. 4. Hilangnya minat atau peran serta yang jelas dalam aktivitas 5. Perasaan terlepas atau asing dari orang lain. 6. Rentang afek yang terbatas 7. Perasaan bahwa masa depan menjadi pendek.
Diagnosis
D. Gejala menetap adanya peningkatan kesadaran seperti yang ditunjukkan oleh dua (atau lebih) berikut: 1. Kesulitan untuk tidur atau tetap tertidur. 2. Iritabilitas atau ledakan kemarahan. 3. Sulit berkonsentrasi. 4. Kewaspadaan berlebihan. 5. Respon kejut yang berlebihan.
Diagnosis
E. Lama gangguan (gejala dalam kriteria A, B, C, dan D) adalah lebih dari satu bulan. F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, Dll.
Diagnosis
Sementara itu kriteria diagnostik untuk gangguan stres pascatraumatik menurut PPDGJ III (F 43.1) 1. Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat. 2. Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu 6 bulan, Apabila manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat dari kategori gangguan lainnya.
Diagnosis
1. Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan mimpi-mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang kembali (flashback).
2. Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku tetapi tidak khas.
3. Suatu sequelae menahun yang terjadi lambat setelah stres yang luar biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasikan dalam kategori F62.0 (perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofa).
Diagnosis banding
Pertimbangan utama dalam diagnosis banding gangguan stress pascatraumatik adalah kemungkinan bahwa pasien juga mengalami cedera kepala selama trauma. Pertimbangan organik lainnya yang dapat menyebabkan atau mengeksaserbasi gejala adalah epilepsi, gangguan penggunaan alkohol, dan gangguan berhubungan zat lainnya.
Tatalaksana
Non medikamentosa
Psikoterapi: Psikoterapi kognitif-perilaku, psikoterapi kelompok, hypnotherapy
Medikamentosa
SSRI: Fluoxetine, Sertraline atau Fluvoxamine Amitriptilin dan Imipramin
Tatalaksana
Berdasarkan rekomendasi dari The Expert Consensus Panels for PTSD, tatalaksana sebaiknya mempertimbangkan beberapa aspek di bawah ini: Gangguan stress pascatraumatik merupakan suatu gangguan yang kronik dan berulang serta sering berkormobiditas dengan gangguan-gangguan jiwa serius lainnya.
Tatalaksana
Antidepresan golongan penghambat selektif dari serotonin/SSRI merupakan obat pilihan pertama untuk kasus ini. Terapi yang efektif harus dilanjutkan paling sedikit 12 bulan. Exposure therapy (terapi pemaparan) merupakan terapi dengan pendekatan psikososial terbaik yang dianjurkan dan sebaiknya dilanjutkan selama 6 bulan.
Prognosis
Prognosis yang baik diramalkan oleh onset gejala yang cepat, durasi gejala yang singkat (kurang dari enam bulan), dukungan sosial yang kuat, dan tidak adanya gangguan psikiatrik, medis, atau berhubungan zat lainnya.2