Anda di halaman 1dari 3

Khairaummah.

com

Bashirah: Kekuatan Mata Hati


Disumbang Oleh K. H. Rahmat Abdullah Wednesday, 13 August 2008 Kemas Kini Terakhir Wednesday, 13 August 2008

Bahkan manusia sangat tajam melihat dirinya sendiri, walau pun ia melontarkan berbagai alasannya" (QS.AI-Qiyamah: 14). Para penganut Al-Qur'an tak ragu sedikitpun akan kesempurna-annya. la cahaya terang dan jalan lu-rus yang mengantar kepada kesela-matan dunia dan kebahagiaan akhi-rat. la *bashirah *yang begitu jernih, tajam dan akurat mewartakan kea-daan yang sesungguhnya, kemena-ngan yang terbentang dan bahaya yang mengancam, dengan segala syarat, sebab dan penawarnya. la memuat sejarah lampau, gambaran depan dan kaadaan sekarang. Namun apa yang didapat orang yang menutup rapat-rapat matanya sendiri, dari caha-ya terang di sekitarnya? Terik mentari diting-kahi ribuan lampu sorot, tak menyelamatkannya dari terjerembab ke pelimbahan. Sebaliknya, lihatlah tuna netra yang berjalan di gelap malam, dapat selamat dan beroleh rizki mereka.

Allah Maha Adil, yang mengangkat sebagian orang dengan kekurangan fisiknya dan menja-tuhkan lainnya walaupun berjasad sempurna. Tak ada makna kajian tema apa pun dalam kitab suci, sementara hati pengajinya berjelaga. Ada tikus mati dalam kandang, ada orang kehilang-an tongkat dua kali atau terpagut ular dua kali di liang yang sama. Atau singa-singa mati lapar di padang dan daging pelanduk dilahap seriga-la. Ada budak tidur di tilam sutera, ada bangsa-wan berbaring di hamparan tanah.

Bila Nurani Bergetar Berbahagialah pejuang yang tak mengko-rupsi kemenangan masa depannya, walaupun hanya dengan sekedar rintih sesal didera lelah. Atau menumpang popularitas dengan nikmat tanpa rasa malu kepada-Nya. Mereka yang berhati nurani tak lagi melampirkan kesedihan, kesusahan, dan kelelahan kedalam neraca laba-rugi. Hati nurani mereka selalu hidup dan berbinar. Begitulah kiranya ketika “al-khalil’ Ibrahim AS meminta agar nabi yang dibangkit- kan kelak dari keturunan Ismail AS, bertugas "....membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah dan me-nyucikan mereka.." *(QS. AI-Baqarah: 129), *Allah mengijabah do'anya. Namun Ia menginginkan langkah kedua sesudah memba-cakan ayat-ayat-Nya dan sebelum mengajarkan Kitab dan Hikmah, satu kata kunci bagi keberha-silan da'wah ini, yaitu'menyucikan mereka' (QS. Al-Baqarah: 15 1, Ali Imran: 164, Al jumu'ah: 2). Nurani yang hidup mampu menjembatani perbedaan dan meredam perpecahan. "Ulama akhirat tak saling berbenturan, karena akhirat sangatlah luas. Ulama dunia selalu bertikai dan bermusuhan karena dunia terlalu sempit untuk mereka perebutkan." (Imam Ghazali). Allah menyebutkan perumpamaan ulama buruk (suu') yang berhati nurani mati, seperti “Bal'am” sebagai anjing, yang bila dihalau menju-lur dan bila didiamkan tetap menjulur (QS. Al -A'raf: 176). Anjing akan lari mengejar tulang dengan sedikit daging segar. Dan tak akan tertegun memandangi perhiasan di tangan pelemparseharga 1 milyar. Dan ketika melewati telaga, sang anjing segera menerkam bayangan dirinya, karena mengira ada anjing lain yang menggigit tulang. la ingin menguasai semua tulang. Alangkah rakusnya! siapa yang telah rasakan dunia aku pun telah mengenyamnya telah digiring kepadaku pahitgetirnya
http://khairaummah.com Menggunakan Joomla! Generated: 5 June, 2011, 03:38

Khairaummah.com

aku tak melihatnya selain bangkai yang membusuk dikepung anjing-anjing dengan hanya satu semangat: “cabik dan tarik!” Seorang imam sangat kecut dan malu ketika ada orang datang meminta sesuatu. "Oh, dosa apa yang kuperbuat, mestinya aku sudah me-nangkap hajatnya sebelum ia menyatakan permintaannya". Tidakkah panitia zakat merasa tersindir ketika melihat kemiskinan hanya dari wajah pengemis profesional yang kerap menim-bun harta melebihi keperluan. Al-Qur'an telah melekatkan sifat 'jahil' bagi mereka yang mengi-ra para mujahid yang menjaga air wajahnya de-ngan menutup rapat-rapat penderitaan dan kemiskinan mereka, sebagai orang kaya. Sebalik-nya sifat Rasul SAW disebutkan sebagai “ma'ri-fah” (kenal), karena dengan kejernihan *bashirah *mampu menangkap hakikat. Karena itulah mereka mendapatkan jaminan baik bagi kehidupan kelak; "Beruntunglah or-ang yang tersibukkan oleh aib dirinya dari kesi-bukan mempersoalkan aib orang lain. la infak-kan yang berlebih dari hartanya dan menahan yang berlebih dari perkataannya" Kemiskinan dan kesenangan tak masuk agenda fikiran para perempuan generasi Salaf yang melepas keberangkatan para suami. "Hati--hati terhadap harta yang haram. Kami tahan terhadap kemiskinan tetapi takkan tahan terhadap neraka," begitu pesan mereka. Di depan iring-iringan yang membawa Imam Ahmad bin Hambal ke penyidangan yang zalim, menghadanglah seorang perempuan. "Wahai Imam, kami perempuan-perempuan yang bekerja menenun. Hari-hari ini serdadu sultan meningkatkan perondaan sepanjang malam dengan obor-obor mereka. Karena kami bekerja dibawah pancaran cahaya obor serdadu sultan zalim itu, maka hasil tenunan kami di atas atap rumah menjadi lebih baik dan kami mendapat keuntungan tambahan. Halalkah kami memakan kelebihan untung itu?".Demikianlah radiasi *bashirah *Imam yang tak kenal kompromi dengan kebathilan, merasuki hati nurani rakyat yang menjadi begitu sensitif. Kematian Hati Nurani Berapa banyak orang menguasai teori ilmu serta dikenal dan dihormati sebagai ilmuwan dan ulama, namun kehilangan potensi hati nurani. *Bashirah*nya* *tertutup limbah dunia, membuat cahayanya tak tembus menerangi jalan. Para koruptoryang memiskinkan rakyat dan menguras kekayaan bangsa untuk kepentingan diri sendiri adalah para pengkhianat yang mati rasa. Mereka yang memproduk siaran cabul, menyiar-kan kebebasan seks, membuka rumah bordil, memproduksi dan mengedarkan tuak, candu dan madat adalah makhluk yang padam hati nurani. Kehidupan fisik tak mampu mengimbangi busuk akhlaq mereka yang membuat tak nyaman lingkungan. Tak ada orang yang kerasan beriama-lama dekat mereka. Hidup menebar bau busuk dan mati menuai amal busuk. Mereka yang keruh nurani, selalu melihat dengan angan-angan panjang. "Seakan kema-tian hanya berlaku atas orang lain". Sejauh ini dosa dan kemaksiatan merupakan pembunuh utama hati nurani. Hati menjadi keras membatu, watak menjadi beku dan hati menyempit. Ayat--ayat suci tak membekas di hati, kematian tak menghasilkan ibrah, luapan syahwat dunia semakin tak terkendali, wajah menggelap memantulkan kelam hati, hilang semangat beramal dan lenyap kelezatan dzikir. Lihatlah para penjual ayat yang dengan ringan berfatwa bathil demi kekayaan diri. Do'a yang mereka bunyikan memang benar hanya bunyi. Dan bila ada kader muslim yang merasa, inilah zaman keterbukaan, lalu membumi hanguskan tradisi dakwah yang baik, mereka telah membunyikan lonceng kematian bagi hati nuraninya. Bila berpolitik, mereka hanya tahu intrik. Tak ada rasa malu merebut posisi, dengan berhias khayalan “syaithani”. *Akulah Yusuf yang *credible dan* expert. *Padahal begitu jauh jurang memisah, mana Yusuf, mana pemimpi di terik mentari. Golongan ini tak kenal mihwar tak kenal era, baginya semua adalah “era naf'i” dan “mihwar maslahi” (era mengambil keuntungan dan
http://khairaummah.com Menggunakan Joomla! Generated: 5 June, 2011, 03:38

Khairaummah.com

fase mengambil maslahat). Orang-orang seperti itu harus kerap diajak menurunkan jenazah ke liang lahat, melepas kerabat di akhir nafas, atau berbiduk di lautan dengan gelombang yang ganas. Bila tak mem-pan, takbirkan empat kali bagi kematian hati nuraninya.

http://khairaummah.com

Menggunakan Joomla!

Generated: 5 June, 2011, 03:38

Anda mungkin juga menyukai